🌱🌱🌱

Meski Ara tak menjawab, tetapi bahasa tubuhnya memberitahu bahwa dia mengijinkan Jungkook menyentuhnya lebih banyak. Dia menggosok perlahan telapak kakinya pada bahu Jungkook yang sedang berjongkok di depannya.

Jemari kaki perempuan itu menyusuri tulang selangka hingga rahang Jungkook. Sampai pada dagu, jari dengan cat kuku warna aprikot tersebut membuat kepala Jungkook mendongak ke atas.

"Sejak kapan kau jadi senakal ini, Sayang?" ucap Jungkook dengan pandangan yang tak lepas sama sekali dari Ara.

"Aku hanya mengikuti insting-ku," jawab Ara.

Jungkook memegangi kaki Ara yang berada di bawah dagunya lalu menghujani punggung kaki gadis itu dengan ciuman hangat. Dia tak pernah bersikap demikian pada perempuan manapun sebelumnya.

Tapi dengan Ara, Jungkook seakan begitu lepas dan selalu penasaran dengan apa lagi yang ada dalam diri Ara. Ara seperti kotak pandora yang membuat Jungkook ingin membukanya.

Namun, sebuah kotak pandora itu dilarang untuk dibuka karena di dalamnya ada rahasia yang misterius berupa kejahatan maupun kebaikan yang jika dibuka bisa menjadi malapetaka.

Jungkook berdiri tegak. Di luar dugaannya, Ara malah turun dari meja dan berjongkok di depannya. Gadis manis itu menggenggam pusat tubuh Jungkook lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

Ara sedikit kewalahan sebab ini pengalaman pertamanya lalu batang keras tersebut memiliki ukuran yang cukup besar. Mendengar Jungkook mendesah semakin lama semakin lirih membuat Ara lebih semangat memberi rangsangan di sana.

Beberapa kali Jungkook mengumpat karena rasa mulut Ara tak kalah nikmat ternyata. Jungkook menggerakan pinggulnya tanpa ia sadari sebab mengikuti irama mulut Ara yang bergerak maju mundur seraya menghisap.

Jungkook segera memegangi tubuh Ara supaya gadis itu berdiri lalu membuatnya menunduk membelakanginya. Dapat ia lihat raut wajah Ara yang begitu menikmati ketika dia menusuk ke dalam inti tubuh gadis itu melalui pantulan cermin.

Sialan. Kenapa dia semakin cantik saat ku masuki begini? Jungkook membatin. Desahan panjang Ara menggema ketika Jungkook terus menghentak dengan tempo teratur sambil memegangi kedua sisi pinggangnya.

Ini kali kedua mereka bercinta. Namun, percintaan mereka begitu panas dan menggairahkan. Semakin Jungkook menghujam dengan kasar lubang itu, semakin berisik bunyi basah yang terdengar becek karena hentakan tersebut berulang kali dan sangat cepat.

Jungkook menumbuk tanpa ampun dan mengerahkan seluruh kekuatannya. Semakin kuat Ara menjepit, semakin kuat hentakan itu. Sangat panas. Ara menggeliat sebab telah merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Jungkook menahan tubuh Ara supaya tak bergeser karena hentakannya.

Jungkook menyeringai ketika melihat Ara kewalahan menahan hujamannya. Gadis itu juga berteriak karena baru saja melepaskan cairan cinta yang membuat miliknya semakin licin dan basah.

Idola sejuta umat itu terus bergerak lincah sambil menggeram rendah. Kepalanya menengadah ke atas, matanya hanya menampakkan warna putih pada bola mata rusa itu. Dia menumpahkan begitu banyak sperma ke dalam milik Ara.

"Araaa.. Sayang....," lirih Jungkook.

Matanya terpejam merasakan miliknya yang perlahan melemah dalam lembah itu. Terasa hangat, sesak dan nikmat. Dari sekian yang pernah Jungkook nikmati, Ara adalah yang paling ketat dan yang membuatnya terobsesi dengan kekasihnya sendiri.

Jungkook menunduk melihat punggung putih mulus Ara yang berkeringat. Bokong gadis itu memerah karena bertabrakan dengan selangkangan Jungkook terus menerus dalam waktu yang lama. Dia membungkuk lalu memeluk Ara dengan erat.

Mata Jungkook kembali terpejam. Entah mengapa, dia malah membayangkan jika pria lain yang menikmati Ara, dia tak akan rela rasanya. Rengkuhannya semakin erat sebab ketakutan dengan pikirannya sendiri.

"Kau menikmatinya?" tanya Jungkook masih dengan napas terengah.

Detak jantung Jungkook yang berisik itu dapat Ara rasakan sebab dada pria itu begitu menempel dipunggungnya. Ara berdiri tegak begitupun Jungkook. Dia berbalik memandangi wajah Jungkook akan tetapi tangannya begitu nakal meremas penis yang telah layu karena baru saja mengalami ejakulasi.

Masih terasa besar. Tapi tak sekeras waktu benda itu ereksi.

"Kau mau lagi?" tanya Jungkook.

Ara berusaha menahan diri untuk tidak tersipu. "Memangnya jika begini bisa ku nikmati?"

Jungkook menoleh ke lain lalu dia terkekeh pelan. Peluh mengucur deras pada dahi dan pelipisnya, begitu pula pada tubuhnya. Sejak tadi dia yang terus bergerak dan bekerja keras memuaskan Ara. Ara hanya diam dan menerima dengan posisi menungging.

"Kau tak akan selamat malam ini, Ara," ujar Jungkook saat dia kembali menatap Ara.

Demi apapun, tatapan Jungkook begitu menusuk hingga ke palung hati Ara. Tatapan aneh menurut Ara yang membuatnya merasa takut. Jungkook menarik tangan Ara membawanya ke bawah shower lalu mereka berdua mandi bersama.

Setelah mandi, Jungkook memakaikan handuk pada tubuh Ara dan menggenggam tangannya keluar dari kamar mandi tetapi melewati ranjang begitu saja. Jantung Ara seakan hendak terlepas dan terpisah dari tubuhnya ketika Jungkook berbalik menghadap dirinya. Mereka tengah berada di balkon kamar.

"Jungkook, jangan gila," ucap Ara sembari memperhatikan sekeliling.

Memang tak ada orang karena Ara tinggal di lantai sepuluh. Tapi, siapa yang tahu jika ada yang tak sengaja melihat mereka di arah berlawanan karena balkon Ara menghadap pada bangunan Apartemen lain.

"Aku suka melakukan sesuatu yang gila. Karena kau bersedia berkencan denganku, maka kau harus membiasakan diri dengan semua kegilaanku," jawab Jungkook. Dia menarik handuk Ara hingga terlepas dari tubuh gadis itu. "Ini belum seberapa."

Jungkook menarik pinggang Ara hingga menempel padanya. Matanya terpejam dikala permukaan bibir mereka saling menyentuh lalu saling membelit lidah. Tangan Jungkook menuntun tangan Ara untuk memegangi miliknya yang kembali menegang sempurna siap untuk menghancurkan Ara malam ini.

Ara sendiri begitu takjub dengan ukuran dan 'rasa' dari milik Jungkook yang tak dapat ia tolak tersebut. Mana mungkin ada Army yang bisa menolaknya, kan? Begitupun Ara. Dia sendiri masih tak paham, apakah dia sungguh mencintai Jungkook sebagai idola atau berbeda.

Ara hanya ikut hanyut terbawa arus, terbuai akan belaian demi belaian Jungkook di ranjang panas mereka berdua. Ara memekik ketika Jungkook mengangkat sebelah kakinya dan langsung menusuk tanpa pemanasan terlebih dahulu.

Cengkeraman Ara pada punggung Jungkook meninggalkan bekas kukunya di sana karena penetrasi itu begitu tergesa, tiba-tiba dan mengejutkannya. Mereka masih berciuman saat Jungkook mulai bergerak teratur.

Menurut pengalaman Ara saat mereka pertama kali melakukannya, saat kedua kali seperti ini Jungkook lebih lama bertahan walau Ara sudah kelimpungan. Itu juga terjadi sekarang. Lutut Ara sudah melemas dan keseimbangan tubuhnya telah hilang.

Ara begitu kacau. Entah sejak kapan mereka mengganti posisi, saat ini Ara tengah duduk di atas paha keras Jungkook dengan posisi saling berhadapan. Kedua kaki Ara yang melingkar di pinggang Jungkook semakin kuat mengapit pinggang ramping itu.

Ara berada di atas, tetapi Jungkook yang bergerak. Dia hanya menerima. Ara merasa jika mereka telah terlalu lama, tetapi karena Jungkook terus mengganti posisi membuatnya penasaran bagaimana lagi posisi yang akan mereka coba, bagaimana lagi cara Jungkook memuaskannya.

Mulut Ara setengah terbuka ketika Jungkook bergerak sembari menghisap puncak dadanya. Kedua kakinya terasa pegal, tetapi untuk menyudahinya pun rasanya tak rela. Jungkook seenak itu.

"Sayang...," lirih Ara.

"Mau keluar lagi?" tebak Jungkook. Kedua mata mereka beradu.

Napas yang terengah dan tak beraturan saling bersahutan. Jungkook sungguh panas.

Yang Jungkook lakukan sekarang adalah mengamati tiap jengkal tubuh Ara. Dia merasakan bagian ujung rahim Ara yang menyempit dengan ujung inferior mengarah ke vagina berbentuk silinder.

Dia menyukai aku menyentuh mulut rahimnya? gumam Jungkook dalam benaknya.

"Lihatlah betapa kau menikmati penisku, Ara. Kau suka? Hm? Bagian mana lagi yang kau sukai jika ku sentuh?" Jungkook mengucapkan kalimat yang membuat Ara semakin menggila.

"Bisakah kau lebih cepat?"

Jungkook malah menghentikan hujamannya membuat Ara merasa begitu frustasi.

"Jawab dulu pertanyaanku. Kau suka bila kusentuh di bagian mana saja?"

"Jangan banyak bicara, brengsek!"

"Kau mengumpatiku?" kekeh Jungkook. Mendengar Ara berbicara kasar saat mereka sedang bercinta memantik napsu Jungkook semakin tinggi karenanya.

"Kau berhenti disaat aku hampir mendapatkan klimaks, sialan," ujar Ara. Nada suaranya rendah, tetapi terdengar jika dia marah sungguhan.

Dan lagi, Jungkook yang mengalah. Dia ingin mendapat jawaban dari Ara jika gadis itu suka disentuh dimana saja, tetapi karena gadis manis itu sedang marah, dia mengurungkan niatnya untuk mempelajari Ara lebih banyak.

Jungkook membaringkan tubuh Ara ke atas kursi panjang di balkon lalu menindih perempuan itu. Dia begitu puas ketika melihat Ara terhenyak lalu berteriak tertahan setelahnya karena dia menghentak seperti sedang kesetanan.

Setetes air mata Ara mengalir membasahi pipinya. Inti tubuhnya begitu menikmati penis besar dan panjang milik Jungkook, akan tetapi kedua pahanya yang terbuka lebar itu terasa amat pegal dan sakit terus di tekan oleh Jungkook.

Keduanya menegang sambil mendesah hebat ketika terus mendaki bersama hingga mencapai puncak. Untuk pertama kalinya mereka mendapatkan klimaks di saat yang sama yang sungguh luar biasa nikmatnya.

"Kau sangat kasar," lirih Ara. Rengkuhannya mengendur dan matanya terpejam.

"Kau tak suka?"

"Kalau aku bilang tak suka, apa kau mau berubah? Biasanya kau akan mengatakan, begitulah dirimu jadi aku harus terbiasa dengan itu. Kenapa kau tak pernah berpikir tentang keinginanku? Kenapa harus selalu aku yang mengikuti keinginanmu? Kenapa harus selalu aku yang mengerti dirimu? Lalu siapa yang mengerti aku? Apa karena aku Army jadi kau berpikir aku akan memaklumi semua hal yang ada padamu meskipun aku tak suka?"

Ara seperti sedang mencurahkan seluruh isi hatinya pada Jungkook. Dia merasa lega karena telah mengatakan semua yang mengganjal dalam hatinya. Tapi sialnya, Jungkook mengabaikan inderanya yang lain kecuali indera penglihatannya.

Telinganya seakan tengah berdengung. Matanya terus memindai sosok gadis cantik yang baru saja ia hancurkan dibawahnya tersebut. Aroma percintaan mereka memabukkan Jungkook dan membuatnya semakin menyukai Ara.

"Kau berkencan denganku hanya untuk menikmatiku? Kenapa kau tak menyewa pelacur saja, Jungkook-shi? Kau sungguh menakutkan dengan tatapanmu itu. Jika kau mengencaniku hanya karena penasaran bagaimana rasanya gadis perawan, kukira kita tak perlu meneruskan hubungan kita lagi karena aku bukan pelacur," ucap Ara dengan raut wajah serius.

Gadis itu benar-benar layaknya kotak pandora. Setelah memberi kepuasan pada Jungkook, kini dia malah meminta putus.

🌱🌱🌱

Blinded By Love