Holly Molly, 1

38
0
Deskripsi

Happy Reading!
 

Bebi selalu senang ketika kuku mungilnya dipakaikan kutek, itu membuat kukunya makin cantik dan Bebi suka kuku cantik, Bebi mau punya kuku cantik seperti gigi dan mamam. Bebi pengen cantik seperti mereka.

"Gigi, aku mau gambar ayam." Request bebi.

Warna polos membosankan, gambar hewan lebih lucu lebih cantik dan menarik, mungkin begitu pikir anak dari pasangan Jevan Oceana.

"Okey, gigi bisa gambar ayam." Ucap Giselle sambil menatap Bebi dengan senyuman, onti kesayangan bebi dengan senang hati mengikuti kemauan bocah bawel kesayangannya.

"Yeayy ayamm!"

"Diem dulu sayang jangan banyak gerak, gigi mau buat gambar ayam dulu."

Bebi diem sambil ngeliatin gigi melukis kukunya. Ketika bebi anteng bersama Giselle, ibunya alias Oceana sibuk siapin baju ganti sama mainan anaknya yang akan dibawa.

"Mikhaila, mainan mana yang mau kamu bawa  hari ini nak?"

"Pinkie pie, Applejack, Rarity, Rainbow Dash,—"

"Udah cuma empat, nggak banyak-banyak nanti hilang."

"Satu lagi mamam! Aku mah Ted."

"Oke sama Ted." Oceana masuk lagi ke ruang bermain anaknya dan ngambil little pony yang anaknya sebutin. Bebi lagi tergila-gila sama my little pony, koleksinya udah nggak bisa dihitung sangat banyak.

"Khai diem bentar sayang, ini dikit lagi selesai." Ucap Giselle menegur Mikhaila yang bersenandung sambil goyangin badannya.

"Oke gigi." Bebi diem, mematung.

Giselle ketawa kecil melihat tingkah Bebi, "Khai gigi hanya suruh diam, nggak suruh kamu jadi patung dan nggak bernafas, nafas sayang."

Bebi malah ketawa.

Giselle melanjutkan kegiatannya.

Oceana udah kembali bersama dua tas little pony milik bebi, yang satu tas dorong isinya mainan sama susu anaknya, satunya lagi pakaian ganti dan perlengkapan lainnya.

"Mikhaila ikut?" Tanya Giselle.

Oceana geleng.

Bebi yang baru sadar langsung ngoceh, "Mamam aku nggak mau tinggal di daycare!" Seolah tau dia mau di titip dimana. Daycare terlalu banyak anak kecil bebi kurang suka, apalagi ketika di suruh berbagi dan mengalah Bebi sangat enggak suka.

"Enggak ke daycare, kamu mama titip di rumah onti nona hari ini." Tempat paling sering Oceana nitipin anak kalo pagi sibuk dan biasanya bebi anteng main di sana.

Namun kali ini respon Bebi beda, anak itu menggeleng tegas sambil mukanya kesal, "Enggak mau rumah onti nona! Aku musuhan sama Zoe, aku nggak mau ketemu Zoe."

Oceana menghela nafas,  heran kenapa anaknya dan anak bungsu Winona sering sekali bertengkar.
"Yaudah kamu ikut mama kerja ya hari ini."

Hari ini Oceana dan Giselle ada jadwal ketemuan sama client habis itu lanjut cari bahan untuk koleksi terbaru.

"Nggak, itu bosan. Bebi nggak suka kerja." Anak yang sudah pandai mengutarakan perasaannya terus berceloteh.

"Mau gimana dong? Kerjaan mama nggak bisa ditinggal sayang, sama grandmami mau?"

"Aku mau sama papap, mamam."

"Papa kan juga sama kerja, katanya nggak suka kerja."

"Disana ada juju, ada gus, ada mbak kuku, aku main sama mereka."

"Dan kamu ganggu mereka kerja, Yaudah mama bilang papa dulu, kalo papa bolehin kamu sama papa kalo enggak ikut mama ya."

"Okay, mamam."



 

🍬🍬🍬


 

"Aku mau sama mamam." Ucap Bebi sambil memohon.

Oceana dan Jevan selalu tegas mengharuskan anak nya duduk di car seat, namun Bebi lebih suka di pangku, lebih suka duduk di depan karena dia bisa melihat banyak hal menarik di jalan.

"Hari ini aja ya? Besok-besok duduk di tempat mu."

Bebi ngangguk semangat terus pindah ke kursi depan untuk duduk di pangkuan mamanya, sementara Giselle kebagian nyetir hari ini.

Bebi dongak natap mamanya, "Duduk sama gigi boleh?"

Oceana yang lagi pake sabuk natap balik anaknya, "Oh boleh banget, sekalian Bebi yang nyetir biar nanti di tangkap polisi."

"Nanti papap bisa bebasin Bebi."

Giselle nggak kuat nahan tawa, emang anak Oceana paling bisa menjawab.

Oceana nguyel pipi anaknya, "Anak siapa sih ini, Hmm? Cerewet banget, anak siapa kamuu?"

Bebi pejamin matanya nambah lucu, "Anak papap Jevan tapi bawel kaya mamam."

"Hahahahaha betul itu, onti setuju."

Bebi mulai anteng duduk sambil nyanyi-nyanyi kecil. Oceana lagi sisir rambut Bebi, katanya Bebi pengen iket dua terus pake pita.

"Mamam itu apa? Kenapa tubuhnya berwarna seperti itu mamam?" Telunjuk itu mengarah ke manusia silver yang ada di jalan.

"Itu manusia silver, nak."

"Apa itu manusia silver? Dia bawa kotak juga mamam, itu pengemis? Tapi kenapa nggak bawa gitar." Bebi masih sulit bedain mana pengemis mana pengamen.
"Mamam aku masih kasih uang juga." Bebi pengen kaya pengendara mobil depan yang ngasih uang ke pengemis. Makin nggak sabar ketika manusia silver ngedeket.

"Nggak sayang, inget papa bilang nggak boleh kasih pengemis uang."

Bebi nempelin wajahnya di kaca mobil, "Tapi aku pengen liat, mamam, aku pengen pegang."

"Eh kok pengen pegang-pegang sembarangan? Nggak bisa dong kaya gitu. Mereka bukan benda yang kamu bisa pegang sembarangan.”

"Pengen pegang, mamam." kekeuhnya.

Oceana narik Bebi biar duduk kaya tadi, "Itu pakai cat yang suka pakai itu loh, cuma beda warna aja dan kakaknya pakai cat di seluruh tubuh."

Bebi dadah-dadah waktu di manusia silver lewat walau percuma karena kaca mobil ini gelap sehingga nggak bisa di lihat dari luar.

"Lo kenapa lewat sini sih ah, udah tau bawa anak gue."

Giselle haha hehe, "Gue salah belok, sorry sorry hehe."

Jalan yang Giselle pilih ini berpotensi membuat anaknya ngoceh sepanjang jalan karena memang terlalu banyak yang bisa dilihat.

Oceana mendesah ketika anaknya kembali menunjuk sesuatu.

"Mamam itu kerupuk di rumah oma bawel! Aku mau mamam!"

"Nanti kita beli tapi nggak sekarang."

"Nggak, mau sekarang!"

"Bebi—"

"Mamam! Aku mau beli, itu enak mamam!"

"Khai ada yang lebih enak itu nanti deket kantor papa, beli di sana aja ya." Ucap Giselle ikut membujuk sangat tau sahabatnya paling enggan ngasih makanan sembarangan ke Mikhaila.

"Mau itu, aku mau beli itu, cepet mamam nanti kakek pergi."

"Oke oke, beli satu dan jangan kamu makan semua." Oceana ngambil uang.

"Yeayy, makasih mamam, muah." Bebi langsung kecup pipi Oceana.

Bebi baru berani buka kaca mobil ketika Oceana memperbolehkan, "KAKEKKK KERUPUK ENAK, BEBI MAU BELIII." Teriaknya lantang.

"Anak lo toa banget, Oceana."

Si kakek nyamperin dengan semangat apalagi liat Bebi juga ikut menebar senyum lebar, suasana hati si kakek ikut bangkit melihat senyuman tulus dan ceria Bebi, "Eneng mau beli yang mana?"

Bebi natap heran, "Siapa eneng? Di sini nggak ada eneng kakek, Bebi yang mau beli."

"Namanya Bebi ya? Neng bebi mau beli berapa?" Ulang si kakek.

"Nggak pake neng, Bebi aja kakek." Bebi mulai gregetan.

"Neng itu panggilan untuk anak perempuan, sayang, jadi kakek bilang neng Bebi."
"Beli satu aja pak." Lanjut Oceana.

"Bebi mau kasihin uang." Ngambil uang dari tangan Oceana, "Berapa kakek?" Tanya Bebi.

Bebi ingin melakukan hal keren, ini pernah di lakuin sama miss dan menurut Bebi sangat keren.

"25 rb aja." Kata si kakek.

"Mamam ini uang berapa?" Tanya Bebi yang belum tau pecahan uang.

"Itu 100rb sayang."

"Nanti kembalian nggak?" Sering di ajak Julian jajan eskrim Bebi jadi tau apa itu kembalian.

"Iya nanti kembalian 75 rb."

"Jadi ini ada uang lebih? Uang kembalian?"

"Ada, cepet kasihin keburu jalan nih." Oceana nggak sabar.

Bebi ngangguk terus senyum ke arah kakek, "Ini kakek ambil aja kembaliannya."

"Eh.." Oceana Giselle saling tatap.

"Makasih neng."

"Ihhh bukan neng, ini Bebi kakek!"

"Makasih bebi."

"Sama-sama kakek🥰"

Kaca mobil ditutup lagi dan Oceana langsung sibuk semprot sana sini apalagi Bebi pegang uang barusan. Oceana lumayan ketat soal kebersihan.

"Biar mama bukain, sini tangan kamu bersihin dulu." Oceana lanjut lap tangan bebi pakai tisu basah.

"Bebi tau dari mana tadi." Tanya Giselle, "Ambil aja kembaliannya." Giselle niru bebi.

Bebi senyum sombong, "Dari miss, miss bilang kalau uang lebih kasih aja, itu namanya berbagi gigi, Bebi berbagi uang sama kakek. Bebi anak baik jadi Bebi bagi uang."

Giselle nggak kuat nahan senyum liat wajah songong anak Oceana.

Oceana cuma bisa senyum sambil ngusap kepala anaknya, siapa yang nggak senang ketika anaknya paham apa itu berbagi, "Tapi itu tadikan uang mama bukan uang bebi."

Bebi yang ngemil kerupuk angkat bahu, "Bebi bantu mama berbagi, Mamam jangan pelit itu nggak baik."

Oceana berdecak, emang pinter banget ngomong nih anaknya, "Selle buka jendela, gue lempar juga nih bocah." Candanya.

"MAMAM! Aku bilangin papap!"

Bebi manyun bercanda mamam keterlaluan! Aku aduin papap nanti!

"Gigi, mau?"

"Mau, aaa suapin gigi." Giselle membuka mulut. Bebi berdiri suapin onti kesayangannya.

"Mama nggak di kasih?"

"Mamam nggak suka kerupuk, nanti tenggorokan kering gatel-gatel."

Oceana terkekeh, anak memang peniru yang ulung, Bebi terlalu pandai meniru ucapnya.

Mikhaila nggak berhenti ngunyah dan ngoceh, terus komentarin apapun hal yang lewat dihadapannya. Lagi-lagi Oceana senang anaknya punya rasa ingin tau yang besar, bertanya ini itu dengan wajah dan perkataan polosnya yang kadang mengocok perut.

"Bebi nggak terlalu banyak sayang."

"Satu lagi mamam." Bebi nyomot satu kerupuk sebelum Oceana ambil.

"Minum dulu." Bebi nurut langsung minum.
Tangannya lagi-lagi nunjuk kedepan, "Mamam kenapa banyak kaya kakek? Jualan di jalan, kenapa nggak jualan di mall."

"Nggak semua orang bisa berjualan di mall sayang."

Mobil berhenti ketika lampu merah.
"Mamam kenapa kakak jualan? Kenapa anak kecil jualan, anak kecil harusnya tidur main, makan dan belajar." Celotehnya lagi.

"Hmm, karena nggak semua orang seberuntung kamu yang hanya main makan dan tidur, ada anak yang harus sedikit lebih keras berjuang mencari uang." Jawab Oceana seperti nggak menganggap Bebi anak kecil.

"Beli jualan kakaknya, boleh?" Bebi dongak.

Oceana ngangguk ngasihin uang, dia juga ingin tau celetukan apa lagi yang akan keluar dari mulut anaknya.

Bebi semangat buka kaca.
"Hii kakak!!! Aku mau beli."

Giselle Oceana cuma liatin Bebi aja, mereka selalu tertarik sama tingkah polos anak-anak yang kadang di luar dugaan.

"Kamu jualan apa?" Ucap Bebi sangat ceria.

"Tisu, kamu mau beli?"

"Mamam, kakak nggak jual makanan, kaka jual tisu, boleh beli?"

"Terserah bebi, itu mama udah kasih uang buat kamu."

"Aku mau beli☺️" Bebi ngelakuin yang kaya tadi, "Kembaliannya buat kakak."

Si anak perempuan yang umurnya kira-kira lebih tua 2-3 tahun dari bebi itu tersenyum cerah, "Makasih."

"Aku bebi." Bebi mengulurkan tangan dan si sambut baik oleh lawan bicaranya, "Makasih bebi, aku puput."

Terus mata si anak kecil penjual tisu melihat mainan bebi yang ada di dashboard, "Wahh itu applejack?!"

Bebi ikut melirik lalu ngangguk antusias, "Iyaa, ini applejack, kakak punya?" Dia senang kalau ada orang yang punya kesukaan yang sama dengannya.

"Enggak punya hehe aku nggak punya uang buat beli, aku boleh pegang." Minta si anak tiba-tiba.

Oceana nunggu respon anaknya, dia akui Bebi sangat sulit berbagi mainan mungkin karena Bebi anak tunggal yang nggak pernah berbagi apapun jadi membuat anaknya sulit berbagi, namun kali ini Oceana takjub, Bebi memperbolehkan.

Bebi ngangguk, "Boleh."

Bebi juga ngambil koleksinya lain yang ada di tas belakang, "Ini kesukaan Bebi, pinkie pie." Bebi nyodorin pinkie pie.

"Wahh bagus bangett." Mata puput melebar kagum, nggak sangka bisa pegang mainan yang pengen dia beli.

Giselle, "Bebi bentar lagi kita jalan."

"Inii, makasih udah bolehin pegang." Puput ngembaliin mainan Bebi.

Bebi geleng, "Kakak mau? Bebi punya banyak di rumah, itu buat kakak aja."

"Dua duanya?"

Bebi ngangguk ceria, "Pinkie pie sama Applejack temenin kaka jualan."

Lawan bicara Bebi keliatan happy banget sampe jingkrak, "Makasih bebi, Emm aku tambahin 3 tisu buat bebi ya. Makasih banyak, Bebi."

"Woahh banyakk, makasih kaka, semangat, dadah kakak, dadah pinkie pie, dadah applejack."

Dua orang dewasa tersenyum hangat melihat interaksi polos dan tulus Bebi dan anak tadi.

"Good job, sayang." Oceana kecup puncak kepala bebi.
 

”Mamam pulangnya nanti beli pinkie lie lagi ya.” Waduh ternyata ada terusannya, Oceana ketawa kecil, “Iya sayang nanti beli.”

 

🍬🍬🍬


 

"Jangan sembarangan naik turun tangga atau mainin lift, ngerti sayang?"

"Iya mamam aku ngerti."

Bebi mencium Oceana dan Giselle bergantian lalu keluar mobil langsung di sambut uluran tangan pak bagus, satpam yang udah jadi bestie Bebi.

Di kantor papanya Bebi langsung sapa karyawan yang sudah dia kenal.

"Gus, tunggu, Bebi ingat sesuatu." Bebi buka tas dorongnya, Bebi senyum lucu, "Ini buat gugus."

"Tisu?"

"Iya, tadi Bebi beli tisu dan di kasih banyak bonus jadi Bebi mau sharing tisu."

Pak Bagus satpam di kantor Jevan itu ngangguk, lalu lanjut jalan sambil nuntun Bebi dan sebelahnya lagi bawa tas little pony milik si centil.

"Gus, Bebi ingin kasih mbak kuku tisu."

"Siap kalo gitu kita ke meja mbak kuku dulu ya." Siapa mbak kuku? Mbak kuku itu salah satu staff di sana yang sesuai namanya mbak kuku sering menghias kuku-kuku cantiknya sama seperti Oceana, Bebi akrab sama mbak kuku kadang bebi juga di kutekin sama mbak kuku. Mbak kuku salah satu bestie Bebi.

Lalu Bebi keliling buat bagiin tisu yang dia beli sampi butuh waktu setengah jam untuk sampai di meja Jevan, sungguh waktu yang panjang.

"Papap!" Ucap Bebi ceria sambil lari ke meja kebesaran papanya. Jevan nyambut anaknya yang langsung naik dan peluk dia erat, lalu Bebi hujani Jevan sama ciuman.
"Aduh keringetan banget anak papa."

"Tadi Bebi lari-larian jadi keringetan." Ucap Bebi sambil ngos-ngosan.
"Gapapa asal hati-hati, Bebi tetap cantik walaupun keringetan."

Bebi nyender di dada Jevan, sementara Jevan ngipasin anaknya pakai kipas portable.

"Papap, mana juju?"

"Juju udah nggak kerja sayang tapi nanti kalo papa ada kerjaan di ruangan sebelah Bebi sama mbak kuku aja ya atau sama mbak Lula yang di depan."

"Sapa mbak Lula?"

"Yang tadi duduk di meja Juju, Bebi liat nggak?"

"Nggak, tapi nanti Bebi nyapa mbak Lula."

"Papap lepasin sepatu Bebi, gerah, Bebi mau pakai sandal Papap." Rengek Bebi yang sangat nggak suka gerah tapi hobi lari-larian sampe keringetan.

Jevan bantu bukain sepatu anaknya, lalu lanjut ngipasin anaknya yang masih kegerahan. Jevan senyum liat pipi tomat Bebi, anaknya sungguh cantik mewarisi kecantikan ibunya.

"Papap aku mau jalan-jalan."

"Tapi nggak turun tangga ya."

"Oke papap." Bebi pakai sendalnya dulu terus langsung ngacir keluar ruangan papanya. Bebi jalan-jalan ke meja yang biasa Julian tempatin.

Bebi diam bentar, jadi ini mbak Lula?

"Kamu kenapa duduk di tempat juju?"
Lula noleh mukanya bingung, "Hi adik manis, kamu siapa? Orang tuanya mana?"

"Aku bebi, kesayangan papap Jevan."

Lula ngangguk paham, oh ini toh anaknya si bos yang sering di omongin. Udah lama dia pengen ketemu langsung. Ternyata benar anak pak bos memang bibit unggul, sayang menggemaskan dan cantik secara bersamaan.

"Aku lula yang gantiin Julian." Lula ulurin tangan. Bebi cuma liatin tangan lula, "Mamam bilang aku nggak boleh pegang tangan orang asing."

Lula narik tangannya, asem bocah.

Bebi liatin meja lula, "Mana box permen juju?"
"Udah diberesin, aku punya yupi kamu suka nggak?"

Muka bebi langsung ramah, "Mau!!!" Selalu ramah kalau urusannya makanan.

Terus lula ngambil box permen dia yang ada gantungan lucunya dan itu menarik perhatian Bebi, "Beli dimana?" Celetuk Bebi.

"Permen? Aku beli di minimarket depan."

"Bukann, ini beli dimana bebi mau beli."

"Oh itu aku bikin sendiri nggak beli."

"Bikinnya gimana?" Bebi sambil mainin, terlihat tertarik.

"Bikinnya mudah, tinggal dimasukin rangkai manik-maniknya aja." Lula ngasihin empat yupi ke bebi.

Terus ambil box yang isinya manik-manik dengan berbagai macam warna dan bentuk, "Kebetulan aku bawa, nih mau pinjem."

Bebi menggeleng, dia belum pernah main ini sebelumnya, "Bebi nggak bisa."

"Mau aku ajarin?"

"Bilang dulu ke papa kamu kalo kamu mau main sama aku." Lula tersenyum penuh arti.

"Oke bebi bilang papap dulu!"

Lula senyum manis liat bebi yang udah lari, "Ngambil hati anaknya dulu kali ya." Ucapnya sambil cekikikan nggak jelas.

Nggak lama anak itu balik lagi sambil lari-larian.

"Mbakk yupi ayok bikin, papap bilang boleh main sama mbak yupi."

"Papanya nggak bilang apa-apa lagi?"

Bebi sambil buka box manik, "Bebi nggak boleh bikin mbak yupi susah." Hanya itu yang Bebi ucapkan.

Bebi narik tangan Lula, "Mbak ayo main di ruangan papap, di sini sempit." Bocah nggak sabaran.

Lula senyum lebar sambil bergegas bawa box manik dan handphonenya. Ini yang dia mau, bisa seruangan sama bos besar yang wangi dan tampan itu.

"Pak, maaf saya ditarik anak bapak buat main di sini." Ucapnya di bua-buat.

Jevan noleh, "Oh masuk aja, tolong temenin anak saya dulu ya sebentar." Ucap Jevan disertai senyuman ramah, membuat kali Luna melemah.

Lula tersenyum sembari menyibak rambut ke belakang telinga lalu berjalan ngikutin Mikhaila, "Siap pak, saya izin temenin anak bapak main ya, permisi."

Bebi udah duduk di sofa disusul Lula duduk di sana juga. Bebi lanjut berceloteh langsung minta diajarin.

Jevan yang keliatan kurang nyaman satu ruangan bersama wanita lain keluar sebentar untuk menelpon pak bagus satpam yang di bawah buat ikut main sama Bebi, lalu ketika masuk ruangan Jevan nggak tutup pintunya, pintu dibiarkan terbuka biar nggak ada yang salah paham.

Jevan juga langsung menghubungi Karina minta di beliin makanan. Masalah makan dan belanja itu udah ahlinya Oceana, di tinggal bilang aja pengen makan apa nanti di urus sama istri tersayang.

Cerita sedikit tentang Lula.

Lula ini anak magang yang Jevan minta buat gantiin Julian, Lula udah gantiin posisi Julian kurang lebih hampir satu bulanan. Dan selama itu  Lula merasa punya ada ketertarikan sama Jevan yang selalu baik sama dia padahal nggak cuma sama Lula sih sama semua Jevan juga baik.

Siapa  yang nggak tertarik sama Jevan? Usia makin matang makin ningkat juga ketampanannya, makin berwibawa dan ramah sama bawahan! Banyak yang memimpikan bisa menggantikan posisi Oceana.

Seperti sekarang nih Jevan beliin makanan siang juga buat Lula, gadis itu kesenengan luar biasa, hal sederhana yang biasa Jevan lakuin ke semua mendapat tanggapan lain di Lula, gadis itu malah kepedean mengira Jevan juga tertarik padanya.

Lula merasa percaya diri bisa menarik Jevan, dengan badan semampai dan wajah cantik Lula yakin mampu membuat Jevan meliriknya. Kalo kata orang sih dia udah mirip jang won young si idol Korea itu, ada kepercayaan diri lebih yang dimiliki Lula.

Lula juga suka merhatiin Jevan diam-diam.

"Eh lo jangan macem-macem, kalo lo gatau nih gue kasih tau, Karina Oceana istrinya si bos, masa lo nggak tau." Saut teman magang Lula sambil liatin profile Oceana yang terpampang nyata di laman web.

"Gue juga tau, gue juga udah baca-baca berita kok, nah gue tau mereka katanya nikah karena di jodohin, nikah kaya gitu biasanya cuma ngincer bisnis biar makin gede sama hasilin keturunan aja, bisa aja mas jevan nggak cinta, gue liat dia nggak pakai cincin nikah dan istrinya nggak pernah ke kantor selama gue kerja, gue makin yakin pernikahan mereka tuh rill bisnis doang."
"Bisa kali ya gue nyelip."

Dengan lancangnya Lula berkata seperti itu dan memanggil Jevan dengan panggilan mas di depannya.

"Lul, dia bukan pak Doni yang doyan selingkuh. Lo nggak liat pak Jevan tuh family man banget nggak mungkin dia mau nakal."

Lula memang lebih tertarik sama lelaki dewasa dan matang. Kabarnya sih Lula pun pernah menjadi simpanan atasan di kantor sebelumnya dan dia pun sedikit berharap Jevan jatuh bertekuk lutut padanya.


 

"Mbak yupi jangan liat papap terus, ini gimana? Bebi pengen pake yang itu juga."
Lula gelagapan denger celetukan Bebi. Bebi lagi fokus banget bikin gantungan buat nanti di gantung di tasnya.

Jevan pun ikut noleh.

Lula yang gugup ke gap merhatiin Jevan langsung bantuin bebi buat bikin gelang sama gantungan.
Bawel banget sih bocah.

Nggak lama dari itu makanan yang dipesan Oceana udah sampe.

Jevan keluarin juga bekal yang tadi di kasih sama Oceana.
"Mikhaila, udah dulu mainnya sayang, kita makan dulu. Ini udah jam istirahat, pak bagus sama mbak Lula harus makan juga."

"Oke papap."

"Beresin ya mainannya."

Bebi ngangguk, "Mbak yupi nanti kita main lagi ya, Bebi mau makan." ucap si anak yang selalu semangat kalo makan.

Jevan dateng simpen makanan di meja. Lula nahan senyum saat Jevan ngedeket, gila wanginya itu loh, jiwa jiwa jalangnya mulai aktif.

"Ini buat pak bagus, ini buat Lula, minumannya kalian ambil mau yang mana." Jevan sambil senyum ramah.

Pas Lula sama pak Bagus udah ambil minuman Jevan langsung ngucap sesuatu yang bikin Lula lesu.

"Kalian bisa makan di kantin ya, Mikhaila nggak akan fokus kalo makan bareng di kantin." Ucapan Jevan mematahkan harapan Lula yang pengen makan bareng sama Jevan.

”Aku mau call mamam, papap.”

”Papa izin ke mama dulu ya.”



 

"Papap aku punya banyak yupi." Celoteh bebi saat makan sambil disuapin Jevan.

"Dari siapa?"

"Mbak yupi, bebi juga punya tisu, tadi bebi beli tisu di kakak pinggir jalan."

Jevan ngusap bibir bebi yang belepotan, "Beli tisu pinggir jalan?"

"Iya papap, nggak pake sayur papap." Bebi buang muka liat sayuran di sendok.

"Sekali lagi pake sayur, habis ini enggak." Jevan yang tau diri nggak bisa sesabar Oceana bujuk anaknya untuk makan sayur.

"Aaa sayang, nanti boleh makan yupi."

"Makan dua?"

"Iya boleh makan dua."

Jevan nyuapin Bebi sambil nyuapin makanan untuk dirinya sendiri. Jevan nggak pernah keberatan untuk di tugaskan nemenin Bebi makan atau nyuapin sekalipun, bagi dia dan Oceana menyuruh anak itu tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab ibu saja.

Setelah makan dan nonton film Jevan menyempatkan menggantikan baju Mikhaila yang kotor karena sisa makanan, mengurus anaknya dengan telaten.

"Ditemenin mbak Lula lagi ya? Atau mau mbak kuku? Papa ada kerjaan."

"Mbak Lula, aku mau lanjutin bikin ini papap."

Lula kembali menemani Bebi, ditengah waktu bermain Bebi mulai ngantuk.
"Mbak yupi, Bebi ngantuk, ayo tidur."

"Eh, kemana?"

Bebi nyeret tangan Lula masuk ke kamar besar yang tersembunyi. Lula melongo melihat kemewahan yang ada lalu berdecak ketika melihat foto besar yang terpajang disana, foto pernikahan Pak bos nya.

"Mbak yupi, empok-empok Bebi." Bebi sambil nepuk pantatnya sendiri, empok-empok pantat ngebuat Bebi lebih cepat tidur.

Lula duduk dipinggir tempat tidur sambil nepok-nepok pantat anak bosnya yang montokk itu, Lula menatap wajah Bebi yang mulai memejamkan mata, terlihat jelas percampuran wajah Oceana dan Jevan.

Mata Lula berkeliling melihat ruangan, ada lemari yang menyimpan tas dan sepatu Oceana di pojok, Lula berdecak melihat tas mewah yang berjajar di sana. Sisi nakalnya juga ikut aktif, membayangkan hidupnya akan sangat enak jiga menikahi Jevan.

Lula kembali menatap Bebi yang sudah terlelap, Luna mengusap kening Bebi lalu mengecup kening Bebi.

Lula juga dengan sengaja merebahkan diri di sana, ikut tidur dengan anak dari bos nya. Berharap nanti di bangunkan Jevan.

Sayang seribu sayang, Jevan menyuruh Orang lain untuk membangunkan Lula, Jevan sangat berhati-hati dalam bertindak.


 

🍬🍬🍬



 

Mereka di jalan pulang, Bebi duduk di pangkuan Oceana, nemplok ngadep mamanya. Oceana minta di jemput tadi.
"Mamam, liat Bebi bikin ini."

"Wah lucu banget, bikin sama siapa? Sama mbak kuku?"

Bebi geleng, "Bikin sama mbak yupi mamam, mbak yupi kasih ini buat bebi, sama yang di tas juga."

Oceana noleh ke Jevan, "Mbak yupi siapa?"

"Yang gantiin Julian, yang pernah aku ceritain.”

"Mamam tadi mbak yupi liatin papap terus, liatinnya gini mamam." Bebi niru waktu Lula liatin Jevan sambil senyum mesem, duh si paling ngadu.

Oceana senyum tipis, mengusap rambut anaknya.

"Maaf bebi lupa marahin mbak yupi, tadi bebi sibuk bikin ini. Cuma mamam yang bisa liat papap kaya gitu 😠"

Oceana ngusap kepala anaknya, mengecup pelipis Bebi, ”Jadi tadi bebi main sama mbak yupi?"

"Iya mamam, terus mbak yupi bantu mpok-mpok bebi tidur."

"Oh ya? Mbak yupi temenin bebi tidur?"

"Iya mamam."

"Tidurnya dimana tuh?"

"Di kamar kantor papap, mamam."

Jevan yang nyetir udah resah, intonasi Oceana udah berubah banget, udah bisa dipastikan istrinya akan marah.

"Mamam, ngantuk." Udah puas cerita gemblong pun mengantuk. Oceana ngusap punggung anaknya.

"Jadi makanan yang aku beli tadi buat si anak magang?"

"Iya, dia jaga bebi nggak cuma dia aja tadi juga pak bagus aku suruh jaga Bebi juga." Jevan noleh bentar ke Oceana.

"Kenapa nggak bilang?"

"Lupa, aku lupa bilang."

"Lupa bilang atau emang sengaja nggak bilang?"

Jevan milih diem, biarlah nanti diselesaikan di rumah.

Sesampainya di rumah Jevan mau bantu gendong Bebi yang tidur di pangkuan Oceana, "Sini aku aja yang gendong."

Oceana geleng, "Aku aja, kamu bukain pintu aja, tolong."

Oceana berubah dingin. Setelah di bukain pintu dan di bantu keluar dari mobil, Oceana lansung melengos. Jevan nutup pintu mobil sambil membuang nafas lalu agak lari bukain pintu rumah buat Oceana.

"Sayang, jangan marah gini." Jevan nahan tangan Oceana.

"Jevan, minggir anak kamu berat." Ucap Oceana sambil gendong bebi yang lagi tidur.

"Sayang.."

"Aku beneran nggak marah, ralat belum. Aku mau liat cctv dulu baru mutusin mau marah apa enggak." Ketusnya, jika diingat-ingat banyak sekali momen pertengkaran yang berawal dari kantor Jevan.
"Sekarang minggir dulu aku mau tidurin bebi, kamu mandi sana."

Jevan nurut daripada istrinya makin marah. "Sayang, aku beneran nggak ngapa-ngapain, percaya sama aku." Ucap Jevan keras.

Jevan mandi di kamar bebi karena kamar mandi utama di pakai Oceana. Bebi sudah tidur nyenyak, sudah Ocean gantiin juga pake baju tidur.

Pasutri lanjut ngobrol di ruang tamu, raut Oceana ketara banget kesalnya, nggak enak di lihat.

Ditangannya ada handphone Jevan yang lagi muter cctv. Ucapan Oceana nggak bercanda dia pengen lihat cctv perusahaan Jevan, mantau langsung yang tadi terjadi.

"Hah? Enggak kok."

"Masa?

"Nih liat yang dibilang bebi bener, dia liatin kamu terus. Kalo nggak suka kenapa natap segininya?" Oceana ngeliatin rekaman cctv ke Jevan.

"Ya—mungkin dia liatin hal lain bukan aku. Janganlah kamu berburuk sangka gini sayang, nggak baik nuduh orang kaya gini."

"Bebi ngajak main Lula di ruangan aku sayang, terus kamu bisa liat aku langsung telpon pak bagus biar gabung ikut main. Aku juga bukain pintu, aku sendiri risih, makanya aku kaya gitu." Jevan coba jelasin setenang mungkin.

"Aku nggak ngambek tuh, biasa aja."

”Apa iya nggak ngambek? Oh nggak ngambek tapi cemburu yaa?" Jevan malah ceng-cengin Oceana.

"Jevan ih diem aku mau liat ini dulu."

Jevan nopang dagu sambil liat wajah masam Oceana, Udah lama nggak liat wajah cemburu kamu, masih lucu ternyata."

"Aku. Nggak. Cemburu. Aku kesel."

"Nih liat, dia kesenengan kamu kasih makanan." Ternyata Oceana cek cctv yang nyorot tempat Lula.

"Yang, udahlah kamu nggak usah segitunya, ngggak sopan cek semua cctv kaya gitu."

"Bodo."

"Sayang—"

"Bebi tidur jam berapa tadi?"

"Sekitar jam 2 lebih kayanya."

Oceana langsung geser ke waktu yang Jevan sebutin. Rautnya makin keruh setelah liat apa yang Lula lakuin ke anaknya. Oceana nggak suka Lula merhatiin Jevan tapi Oceana lebih nggak suka dan sangat marah melihat Lula yang lancang tidur di sebelah anaknya, bahkan berani mengecup kening Mikhaila anaknya.

"Berani banget dia tiduran sebelah Bebi kaya gini? Apa ini sampe cium-cium segala, mukanya bikin muak, Hah pasti sambil ngebayangin jadi ibunya bebi." Sinis Oceana,
"Kamu ngapain sih pake izinin dia masuk ke kamar?"

"Kemauan Bebi sayang, kamu bisa cek aku nggak di ruangan saat itu."

Oceana simpan handphone Jevan secara kasar di meja sampe ke denger suara kenceng, ugh nanti Jevan harus check takutnya pecah.

"Kamu juga kaya sengaja banget sering kasih makanan, pastes itu cewe makin besar kepala makin kegatelan, pasti dia nganggep kamu juga suka sama dia."

"Nggak dia doang sayang. Itukan saran dari kamu juga ngasih makan karyawan seminggu sekali.”

"Nyuruh orangkan bisa, nggak harus kamu yang repot-repot ngasihin atau emang kamunya juga gatel ya selama ini?"

Jevan mulai badmood.

Oceana lipet tangan di dada, "Pindahin dia.”

Jevan nggak suka kalau Oceana udah seenaknya kaya gini, cemburu sama karyawan pasti minta karyawan dipindahin atau di cut, “sayang, profesional lah, dia kerjanya lumayan buat gantiin Julian, aku belum nemu yang cocok. Kerjaan aku lagi banyak banyaknya."

Mata tajam Oceana natap Jevan, "Maksudnya? Dia cocok sama kamu?"

Jevan nyugar rambut, pusing juga salah ngomong terus. Kalo Oceana lagi gini apapun jadi salah.

Terus kaya Oceana nggak sengaja liat jari Jevan waktu jevan nyugar rambut kebelakang. Oceana raih kasar tangan suaminya.

"Mana cincin kamu? Dari kapan lepasin cincin?"

Jevan gelagapan, mengaduh dalam hati kenapa harus ketauan sekarang.

"Aku– aku lupa nyimpen hehe."

"Lupa? Lupa atau sengaja?"

"Sayang beneran lupa, sumpah yang lupa aku, udah ya jangan malah diperpanjang, beneran lupa. ini bukan sekalinya aku lupa simpenkan, sayang?”

Oceana nepis tangan Jevan, "Kenapa sih kamu dari tadi udahlah udahlah terus? Takut makin ke bongkar kelakuannya?"

"Ini lagi makin ngaco, ya udah udah lewat juga, kamu marah karena aku ngasihin makanan? Ya maaf aku nggak akan ulang lagi. Aku juga nggak pernah kegatelan kan? Udah yang waktunya istirahat nggak usahlah ribet kaya gini."

Oceana ketawa sinis, makin marahlah dia, "Oh ribet ya? Apa yang aku rasain ngeribetin kamu? Aku cemburu, aku marah itu ribet ya?"

Jevan ngusap wajah kasar, "Bukan, bukan gitu Oceana, Yaudah lanjut kamu mau bahas sampe mana aku ladenin."

"Kamu beneran nyepelein banget aku ya?"

"Serba salah banget ya Tuhan." Keluh Jevan, "... Sayang.. jangan nangis, eh kok nangis."

"Kesel banget aku sama kamu tuh." Geram Oceana.
"Udahlah sana istirahat nggak usah di lanjut, maaf bikin kamu ribet."

"Sayang, yang ayok lanjutin yuk jangan kaya gini—" Oceana nahan dada Jevan yang jalan ngikutin dia.

"Istri kamu yang ribet ini minta kamu tidur di sofa malam ini, jangan berani masuk ke kamar aku atau kamar lain."

"Sayang.."

"Anggap itu bayaran karena kamu sembarangan izinin orang lain tidur sama anakku." Ucap Oceana sambil nunjuk dada Jevan.

Oceana jalan ke kamar, Jevan mematung sambil garuk kepala, gimana lagi? Dia tidur di sofa malam ini.

"Selamat malam." ucap Oceana ketus.

Jevan noleh dan langsung mejamin mata waktu bantal sama selimut terbang kearahnya itu perbuatan Oceana yang lempar dan langsung kena kepalanya.

Jevan mendesah pasrah, ngikutin maunya Oceana, bobo di ruang tamu dan nggak berani tidur di ruang lain yang ada amukan nyonya makin besar, bisa-bisa nanti dia disuruh tidur di garasi.

”Papap.”

Jevan senyum cerah, ada kesempatan dia tidur sama Mikhaila kalau gini caranya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Perfect Couple
Selanjutnya HELLO BEBI
6
0
Cerita Jevan Oceana ketika Mikhaila Damina (Bebi) lahir.hello bebibaby bluesdaddy day carea little bit of dramadaddy's little girloh my bebi
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan