The Old Hospital

29
9
Deskripsi

Di saat kamu merasa kebahagian itu sepenuhnya milikmu, ternyata semua itu salah besar. Rani Azellya, ia berpikir hidupnya nyaris sempurna dikelilingi orang-orang yang ia cintai dan mencintainya juga. Pekerjaan sesuai passion, dan memang cita-citanya sejak kecil untuk menjadi seorang Dokter.

Apa jadinya jika kamu bekerja di rumah sakit tua yang ternyata tidak berpenghuni dan tidak ada aktivitas manusia? Namun hanya ada interaksi makhluk astral menyeramkan yang kita sebut sebagai hantu atau ghost.

Di...

CHAPTER 1 | Accident

 

“Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hal di luar nalar sekaligus sakit hati yang mendalam, terjadi di hidup Rani dalam satu waktu. Meskipun begitu aku harus kuat, bagaimanapun semua itu bagian dari kehidupan. -Rani Azellya”

 

Rani Azellya perlahan membuka mata, dan ia melihat suasana sekitar serba putih. Suasana yang tidak asing baginya. Kepalanya berdenyut terasa sangat sakit, refleks ia hendak memegang kepalanya dan melihat tangan kirinya terpasang infus. Rani mencoba mengingat lagi apa yang sudah terjadi padanya.

“Gue di rumah sakit?” gumamnya.

“Aauwwh” eluh Rani sembari memegang kepalanya yang dililit perban.

Rani baru saja bangun dari koma selama dua seminggu, akibat kecelakaan mobil yang ia alami. Dan tanpa ia sadari, itu awal dari semua mimpi buruknya.

Flashback on..

Tampak seorang Dokter muda tengah sibuk memeriksa pasien. Siang itu sedang banyak pasien, karena ada kecelakaan bus yang mengakibatkan 3 orang meninggal dan 15 orang lainnya luka-luka. Ruang UGD rumah sakit dipenuhi dengan hiruk-pikuk teriakan pasien yang kesakitan, isak tangis keluarga para pasien, dan tentunya para petugas medis yang begitu sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Rani sudah menyelesaikan tugasnya dan ia pergi beristirahat sebentar. Selesai melepas lelah, Rani mau mengecek pasien-pasien yang sudah ia tangani selesai itu baru pulang. 

Saat hendak balik ke UGD. Rani melihat pasien ibu-ibu paruh baya, kaki sebelah kiri terluka berjalan pincang kearah luar di lorong rumah sakit. Saat itupun hawa di sekitar lorong mendadak berubah, sepi, dan atmosfer terasa dingin yang tak biasa. Bulu kuduk Rani berdiri, ia berusaha menepis perasaan itu. Bagi Rani, tenaga medis sepertinya hal seperti itu sudah biasa. Satu lagi, Rani tipe orang yang berpikir logis. Hal mistis tidak terlalu dipikirkan olehnya.

Rani langsung menghampiri si ibu dan mengatakan untuk kembali ke ranjangnya, karena luka di kaki si ibu masih belum di obati. Tampak darah segar mengalir di kaki si ibu, belum lagi jejak kakinya yang tercetak jelas oleh noda darah disepanjang jalan yang ia lewati. Namun si ibu itu hanya diam tak bergeming, dan terus berjalan. Mukanya terlihat sangat pucat sambil memegang sebelah kakinya yang terluka, berjalan terseok-seok.

“Maaf bu, ibu harus kembali keruang UGD untuk di obati sekarang juga.”

Saat Rani hendak mengambil kursi roda, untuk membantu si ibu. Karena darahnya sudah banyak keluar dari bagian kaki yang terluka. Rani melangkah dan hendak berjalan, mengambil kursi roda. Terdengar suara seseorang yang memanggil kemudian memegang lengannya.

“Dokter Rani!” Panggil seorang Suster.

“Oh! kebetulan sekali Sus, kenapa ibuk ini belum di obati lukanya?” Tanya Rani pada suster yang memanggilnya.

“Maaf Dok, pasien ibu-ibu yang mana?” suster balik bertanya pada Rani.

“Ini ibu Ratih, umur 52 tahun korban kecelakaan Bus.” Saat menoleh menunjuk ke arah belakang, Rani terkejut ibu itu sudah tidak ada di tempat ia berdiri.

Logikanya, seharusnya si ibu masih ada di belakangnya. Selain itu lorong rumah sakit panjang, dan kaki ibu yang bernama Ratih itu dalam keadaan terluka. Jadi tidak mungkin bisa menghilang secepat itu.

“Lho? Kok ga ada?”

“Maaf Dok, dari tadi saya lihat Dokter sendirian tidak ada siapa-siapa,”

“Beneran?” Dengan raut muka kebingungan, memastikan lagi bertanya pada suster.

“Bener Dok, dari kejauhan saya lihat dokter di sini sendiri.”

“Oh ya?! kamu ada apa mencari saya?” dengan sigap Rani mengalihkan pembicaraan.

“Ada pasien yang harus segera di operasi dok.” Rani berlari ke ruang operasi, di ikuti suster tepat di belakangnya. 

***

Sore itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit. Rani berencana ingin pulang dan beristirahat. Maklum akhir-akhir ini Rani tidak bisa pulang dan harus stay di rumah sakit. Selain karena banyak pasien yang harus ditangani, rumah sakit juga sedang butuh tenaga medis exstra. So, seperti yang kalian tahu Dokter jarang punya waktu luang. Fine.

By the way, Rani seorang Dokter Magang yang kini bekerja di rumah sakit terbesar di Ibukota. Saat hendak pulang, dalam perjalanan ia memutuskan mampir ke sebuah kafe. Biasanya Rani suka membeli coffee sepulang kerja untuk menghangatkan tubuh, sekaligus membuat matanya melek agar nyaman mengendarai mobil. Saat memasuki kafe, Rani melihat kekasihnya Bram sedang bersama seorang wanita. Melihat hal itu Rani langsung mencoba menghubungi Bram via telfon.

“Bram lagi dimana?”

“Masih di kantor yang. Kerjaan aku belum beres, kayaknya bakalan lembur. Kenapa?”

Rani langsung menutup teleponnya dan cabut dari kafe. Sambil mengendarai mobil dengan sangat kencang, Rani menangis sejadi-jadinya. Tanpa sadar ada seseorang melitas di jalan. Rani kaget langsung membanting stir dan..

Bbraaakk!!!” 

Sosok yang melintas tadi pun perlahan menghilang seperti kepulan asap.

Flashback off..

Dua minggu kemudian, Rani sadarkan diri dari koma. Semenjak bangun dari koma itulah tingkat kesensitifannya akan makhluk halus semakin kuat. Rani sendiri pun belum menyadari sepenuhnya. Siangnya, mendengar kabar kalau Rani sudah siuman. Bram pergi menjenguk ke rumah sakit tempat kekasihnya dirawat. 

Ralat!! Mantan Kekasih. Karena itu yang akan terjadi ketika ia menemui Rani. Atau lebih tepatnya sejak Rani melihatnya di kafe bersama perempuan lain dan berbohong padanya.

Mama Rani siang itu lagi pulang ke rumah sebentar, untuk mengambil beberapa barang milik Rani putrinya. Saat itu dirinya tidak tahu, ibunya pergi pulang karena belum siuman. Dan sekarang Rani sendirian di kamar rawat inap.

Tiba-tiba saja pintu toilet terbuka, Rani sempat kaget, lalu memanggil-mangil Mamanya. Ia mengira mungkin mamanya sedang berada di toilet, namun setelah di pangil-pangil tak ada jawaban. 

“Ma.. Mama..” Lagi-lagi Rani mencoba memanggil Mamanya.

Dengan perasaan was-was Rani masih menatap ke arah toilet yang sedikit terbuka. Lampu toilet yang padam membuat celah pintu yang sedikit terbuka terlihat gelap dan menyeramkan. Tidak mungkin ibunya ada di dalam toilet, Rani juga tidak ada mendengar sama sekali suara flash atau apaun itu. Hening. Saat fokus ke arah toilet, tiba-tiba terdengar suara..

Tok..tok..tok..

Rani tersentak kaget oleh suara ketokan dari pintu ruangannya. Dan melihat Bram kekasihnya Ralat lagi MANTAN KEKASIH, yang muncul dari balik pintu. Sontak membuat mood Rani bertambah buruk.

“Hai Ran! Gimana keadaan kamu?” Sambil meletakkan buah-buahan yang ia bawa di meja.

“Ngapain lo kesini??” 

“Aku baru dengar kabar, kalo kamu masuk rumah sakit.”

“Kenapa ga lo ajak sekalian cewek baru lo itu!!” Cetus Rani pada Bram.

Raut wajah Bram seketika berubah pucat, dan keringat dingin. Ekspresi mukanya seperti orang ketakutan setengah mati.

“Lo kaget gue bisa tahu??” Rani berpikir, muka Bram pucat karena ketahuan selingkuh dan sedang memarahinya. Tetapi Bram terlihat seolah tak menghiraukan kemarahan Rani.

“Ran, aku balik dulu ya.” 

“Eh Bram! gue belum selesai ngomong!!”

Bram tidak menghiraukan panggilan Rani, buru-buru ia cabut dari ruangan. Terlalu terburu-buru Ia sempat terjatuh karena menubruk kursi. Secepat kilat ia berdiri lalu pergi begitu saja.

Rani yang melihat gelagat aneh Bram, menoleh ke arah belakangnya, sebab tadi ia memperhatikan Bram seperti melihat sesuatu di belakangnya. Entah apa. Saat menoleh ke belakang, Rani tidak melihat apapun.

***

Sekeliling gelap, sepi dan aura sekitar mencekam. Rani tengah berdiri di lorong rumah sakit. Tapi anehnya, rumah sakit ini bukanlah rumah sakit tempat ia dirawat.

Rani tahu betul, sebab rumah sakit tempat ia dirawat sekarang adalah rumah sakit tempat ia bekerja. Walaupun gelap, samar-samar Rani masih bisa melihat lantainya kotor, dinding rumah sakit terlihat kusam, dan bangunan terlihat sudah tua tidak terurus. Penerangan yang minim, menambah kesan horror di sekitar.

Tiba-tiba di tengah kebingungan dan rasa takut yang menjalar, terdengar suara tangisan perempuan yang sangat lirih. Membuat bulu kuduknya merinding. Rasa takutnya semakin besar, saat celingak-celinguk mencari sumber suara lewat sekelebat bayangan hitam.

Karena takut Rani berbalik arah, ingin berlari keluar dari tempat menyeramkan ini. Saat hendak berbalik, Rani terkejut muncul tepat di hadapannya seorang wanita berpakaian putih, rambut panjang acak-acakan, mukanya hancur sebelah mengucur mengeluarkan darah. Badan Rani seketika kaku tidak bisa digerakkan. kemudian sosok menyeramkan itu mencekik lehernya.

Suara ketawa cekikikan yang melengking membuat Rani membuka matanya. Posisinya kini Rani yang berbaring di kasur, sosok kuntilanak bermuka hancur itu berada diatas tubuh Rani sembari mencekiknya.

Benar, Rani mengalami mimpi awalnya tetapi ternyata sosok itu ada dan sedang melakukan hal yang sama seperti dalam mimpinya. Mencekik leher Rani.

“Akkhh.. Aakkh..”  

Suara Rani samar-sama terdengar oleh mamanya yang tertidur di sofa. Betapa terkejutnya sang mama melihat anaknya yang sedang mencekik dirinya sendiri. Sontak mamanya berusaha membangunkan Rani dan memangil-mangil namanya, sembari berusaha melepaskan tangan Rani dari lehernya sendiri.

“Rani sadar nak..”

“Rani! ini mama, bangun sayang.” beberapa saat kemudian Rani tersadar.

“Uuhuk.. uhuuk..” Rani terbatuk dan refleks memeluk sang mama. Rani menangis di pelukan mamanya, karena ini pertama kalinya seumur hidup Rani mengalami mimpi menyeramkan seperti ini.

Ia bermimpi seram kemudian seolah terbangun dari mimpi, lalu bertemu sosok menyeramkan. Rani mengira ia sudah sadar sepenuhnya dari mimpi buruk yang dialami, ternyata ia masih bermimpi dan berakibat fatal ke dunia nyata. Hampir merenggut nyawanya.

Keesokan paginya, Rani berjalan ke taman rumah sakit di temani mamanya untuk menghirup udara segar. Mereka duduk dibangku taman, mamanya mulai membuka pembicaraan. Karena kejadian semalam, mama Rani berusaha menasehati anaknya untuk mengambil cuti sepulang dari rumah sakit.

“Ma, Rani ga bisa cuti, sudah terlalu lama Rani off  kerja.”

“Kamukan baru mengalami kecelakaan sayang. Mama mau kamu lebih banyak istirahat.” timpal mamanya lagi.

Di tengah perbincangannya, fokus Rani teralihkan oleh seorang wanita yang berdiri di ujung lorong menatap tajam kearahnya. Penampilan perempuan itu sangat aneh dan creepy, rambut panjang terurai acak-acakkan, dan mukanya yang pucat. Membuat Rani mulai takut dan risih. Sosok itu tak berhenti menatap tajam kearahnya. 

“Ma, Rani mau balik ke kamar aja.”

“Kenapa sayang?” Saat Rani menoleh lagi ke arah wanita itu, sosok itu sudah tidak ada.

Seketika muka Rani pucat, Kenapa akhir-akhir ini dia sering melihat hal yang aneh-aneh. Sebelumnya Rani beberapa kali mengalami kejadian mistis selama kerja di rumah sakit, ia tidak takut malah biasa saja. Tapi baru kali ini Rani merasa dia diterror habis-habisan. 

 

TBC

 

 

안녕하세요 친구들..

Selamat malam teman-teman semua. Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih banyak buat teman-teman yang bersedia follow akun karyakarsaku dan support karyaku.

Sayang banget sama kalian semua 

사랑해용❤

Semoga teman-teman semua suka sama cerita aku, selalu baca, dan support THE OLD HOSPITAL. 

감사합니다 여러분들 그리고,

Sampai jumpa di next chapter,
Happy reading J❤

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Old Hospital - Chapter 2
7
0
“Ran! coba lihat GPS-nya pake hp lo, udah bener ga nih jalannya? hp gue mati.”“Bentar, gue liat. Udah bener kok jalannya,”“Oh oke, kalo gitu pakai hp lo aja dulu.”“Ok Dim.. sini sekalian biar gue bantu charger-in hp lo." Dimas menyerahkan handphone miliknya pada Rani.Rani yang tengah sibuk ngecas hp Dimas, tak menyadari muka sahabatnya yang bingung ketika melirik kesamping. Di pinggir jalan, Ia melihat seorang nenek-nenek yang memakai baju serba hitam menatap lurus kedepan. Tak bergerak sama sekali. Setelah mobil mereka melewati nenek misterius itu, Dimas mencoba melirik kembali dari kaca spion dan sosok nenek itu sudah tidak ada lagi disana.Seketika muka Dimas pucat. “Apa gue baru aja melihat hantu?” Batinnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan