
Satria, siswa SMA yang melampiaskan kekesalannya dengan memainkan game Mythical World RPG hingga mendapatkan julukan sang dewa game saking hebatnya. Dia bersama teman sekolah yang selalu membullynya selama dua tahun lebih ini tiba-tiba saja terdampar di dunia game Mythical RPG.
Baru saja dia terdampar, Satria kembali dikhianati oleh teman sekolahnya. Kini di dunia yang asing ini hanya satu hal saja keinginannya, yakni membalaskan dendamnya di dunia nyata, meski begitu dia tetap tidak gegabah sebab...
Chapter 01
Siswa Paling Dibenci
“Heh dekil! Belikan aku minuman dari kantin!” perintah siswa bernama Andre sambil menepuk punggung siswa berkacamata yang bernama Satria.
“Tapi aku kan sedang mengerjakan PR matematika kalian,” jawab Satria sambil menoleh ke samping, di mejanya terlihat banyak buku siswa lain.
“Heh sejak kapan kau berani menentang kami!” bentak siswa di samping kiri Satria sambil mendorong kepala Satria dengan jari tangannya, namanya adalah Leo.
“Maaf,” hanya itu yang terucap dari mulut Satria sambil berdiri tertunduk, tangannya langsung dia julurkan meminta uang.
“Hahaha.. dia mau ngemis lihat,” ledek Andre sambil tertawa lebar diikuti murid lainnya yang masih ada di kelas.
“Bang minta uang bang, saya sebulan belum makan. Saya orang miskin bang,” timpal Arga sambil menirukan gaya Satria disampingnya. Sontak semua siswa di kelas itu kembali tertawa.
“Minta apa hah?” tanya Andre dengan angkuhnya menatap Satria.
“Kan kalian tadi nyuruh aku beli minuman,” jawab Satria pelan.
“Hari uangnya pake uangmu saja, murid beasiswa pasti banyak uang kan,” jawab Andre.
“Tapi aku cuma bawa sepuluh ribu,” jawab Satria.
“Kita nggak mau tahu lah, pergi sono! Nanti istirahat keburu selesai, ingat kerjain juga PR matematikanya!” bentak Andre sambil mengusir dengan kakinya. Satria hanya menghela nafas dalam dan berbalik menuju keluar ruangan kelas.
“Heh tunggu! Kau ketinggalan ini!” teriak Leo sambil berlari menyusul Satria.
‘Beukh’
Tangan kanan Leo menghantam punggung Satria, dia menempelkan sebuah kertas yang diberi lakban di punggung Satria.
“Ada apa?” tanya Satria sambil menoleh ke belakang.
“Jangan lama!” teriak Leo di telinga kanan Satria. Tentu saja Satria langsung menjauh dan menutup telinganya karena teriakan Leo.
“Pergi sana!” bentak Leo lagi sambil mendorong tubuh Satria melewati pintu kelas. Setelah Satria keluar Andre dan siswa lainnya langsung tertawa puas sebab Satria sama sekali tidak menyadari kertas yang ditempelkan Leo di punggungnya.
Satria dengan perlahan berjalan menyusuri lorong sekolah melewati ruangan-ruangan kelas lainnya. Setiap dia melewati siswa lain mereka tertawa terbahak-bahak seakan melihat tontonan yang lucu, tapi ini adalah tahun ketiga Satria bersekolah di SMA Paling Elit. Dia sudah terbiasa ditertawakan, dihina, dikeroyok dan dicemooh selama ini.
“Awas banci lewat!” terdengar teriakan siswa lain setelah menuruni tangga melewati ruangan siswa kelas XI.
“Hai Cyin,” ledek yang lainnya. Padahal Satria adalah kakak kelas mereka, namun tanpa ragu mereka melayangkan ejekan kepada Satria setelah melihat tulisan ‘saya banci’ yang ditempelkan Leo di punggungnya.
“Beberapa bulan lagi ya,” batin Satria sambil menggosok kacamata yang dia pakai.
Satria terus berjalan seakan tidak terpengaruh oleh ocehan adik kelasnya. Dia hanya membayangkan bahwa dalam beberapa bulan lagi hidupnya akan terbebas dari siksaan berat ini, setelah lulus SMA dia berniat mengambil beasiswa kuliah di luar negeri. Saat dia melewati ruangan kelas X lagi-lagi berbagai ejekan dia terima dari adik kelasnya.
Namun Satria tidak bisa apa-apa, SMA Paling Elit memanglah SMA yang siswanya 90% orang-orang elit. Satria sendiri bisa bersekolah di sana karena mendapatkan beasiswa, awalnya dia memang senang namun setelah tahu keadaan sekolahnya di minggu pertama dia langsung berniat keluar. Namun niatnya dia urungkan karena beasiswanya juga akan dicabut, jadi ini adalah kesempatan satu-satunya dia bersekolah sebab kedua orang tuanya juga sudah tiada hingga tidak ada yang bisa membiayainya sekolah.
Selama dua tahun lebih ini Satria terus menerus mendapat bullyan dari teman-temannya baik lewat perkataan maupun fisik. Awalnya dia sering melaporkannya ke pihak sekolah, tapi pihak sekolah juga tidak berdaya. Malah bullyan teman-temannya semakin menjadi sejak saat itu, setelah itu Satria hanya bisa diam saja pasrah dan berharap waktu dengan cepat berlalu.
“Sodara-sodara ternyata sekarang di sekolah elit kita ada banci loh!” terdengar teriakan seorang wanita tepat saat Satria sampai di kantin sekolah. Wanita itu adalah teman sekelasnya yang bernama Maya, wajahnya memang cantik bahkan saat masuk sekolah ini jujur Satria langsung menyukainya. Tapi sikapnya ternyata jauh terbalik dari parasnya yang ayu.
“Banci, kenalan dong,” timpal Sicilia yang duduk di kursi sambil menikmati makanannya. Sontak saja semua orang di kantin itu langsung tertawa tidak terkecuali adik kelasnya.
Satria kembali menghiraukan mereka dan langsung membeli dua botol air mineral dengan uangnya. Setelah itu buru-buru dia kembali, di jam istirahat ini Satria sudah terbiasa untuk tidak makan siang, dia biasanya baru makan setelah pulang sekolah. Setelah selesai membeli air mineral dia akhirnya berjalan kembali menuju ke kelasnya.
Saat dia sedang menaiki tangga tiba-tiba saja terdengar langkah kaki di belakangnya, Satria sebenarnya mendengarnya namun dia sudah tidak peduli meski ada yang berniat mencelakainya. Sentuhan tangan terasa di punggungnya, terdengar juga suara lakban yang dilepas barulah Satria menoleh ke belakang. Ternyata di belakangnya sudah ada wanita cantik yang sudah melepaskan kertas di punggungnya.
“Reina,” ujar Satria. Gadis itu adalah siswi kelas X, jika dibandingkan yang lainnya selama ini dia sering bersikap baik kepada Satria. Namun bagi Satria saat ini dia sudah sulit untuk percaya kepada orang lain, sudah banyak peristiwa dimana kepercayaannya kepada orang lain malah berbuah jebakan memalukan untuknya.
Satria masih ingat dulu waktu kelas X Maya pernah bersikap baik padanya, bahkan dia bilang mencintai dirinya. Satria sudah sangat senang kala itu, tapi Maya meminta syarat agar dia menembaknya di saat orang-orang berkumpul sebelum upacara bendera pada hari senin. Satria yang dimabuk cinta langsung melakukannya karena percaya Maya akan menerimanya, namun kenyataannya dia malah dipermalukan dengan sangat tidak manusiawi. Bukan hanya menolaknya tapi Maya juga merendahkannya.
“Kenapa kak Satria tidak melepasnya sendiri? Bukankah kakak juga menyadarinya?” tanya Reina sambil melihat tulisan yang tadi dia lepas.
“Aku tidak peduli, tidak ada untungnya aku melepasnya. Aku tetap akan dihina bagaimanapun caranya,” kata Satria sambil kembali menaiki tangga.
“Akhir-akhir ini kak Satria kelihatan semakin murung, apa kakak baik-baik saja?” tanya Reina sambil berjalan mengikuti Satria.
“Aku hanya kurang tidur saja karena menunggu waktu berlalu. Kau sendiri seharusnya tidak usah terlibat denganku, meskipun ayahmu juga orang yang penting dan memiliki kedudukan tinggi. Tapi jika dikeroyok ayah mereka maka keluargamu tetap akan kesusahan, karena itu jangan susahkan ayahmu. Kasihanilah dia,” jawab Satria dengan dingin.
“Aku adalah siswa paling dibenci di sekolah ini baik oleh siswa maupun guru, aku tidak membutuhkan pertolongan siapapun. Aku tidak membutuhkan rasa peduli dari siapapun, aku akan selamanya hidup dengan kebencian ini. Aku bukanlah orang baik seperti yang kau pikirkan, karena itu aku akan mengingat siksaan ini seumur hidupku dan memberikan mereka semua balasannya suatu saat nanti!” sambung Satria, tersirat jelas dendam yang membara di dalam perkataannya.
Reina langsung terdiam dan tidak banyak bicara meski terus berjalan dibelakang Satria. Sedangkan Satria sendiri langsung menuju ke ruangan kelasnya di lantai lima. Sesampainya di kelas terlihat kalau Andre dan teman-temannya sedang makan makanan dengan menu mewah, kelihatannya mereka memang membawa bekal hari ini. Di samping makanan yang ada di meja, terlihat juga beberapa gelas berisi jus buah-buahan.
“Lama amat kau banci!” hardik Andre sambil terus mengunyah makanannya.
“Iya nih, kita sudah haus dari tadi. Jalanmu lambat amat kaya siput!” timpal Leo yang langsung berdiri mendekati Satria.
“Apaan nih beli dua doang?!” bentak Leo sembari melotot melihat dua botol air mineral di tangan Satria.
“Kan aku sudah bilang hari ini bawa uang sepuluh ribu doang,” jawab Satria.
“Eh, kau denger tidak kalau kami tadi tidak mau tahu? Dasar budek!” bentak Leo sambil mencekik leher Satria lalu berteriak di dekat telinga kirinya.
Bersambung…
Chapter 02
Pelampiasan
Satria hanya diam saja karena tahu sejak awal mereka memang hanya ingin mempermainkannya saja, buktinya mereka juga bawa tempat minum masing-masing. Lagipula biasanya mereka makan di kantin atau tempat lain, tapi kali ini mereka malah memilih makan di kelas. Sekilas saja sudah terlihat jelas niat buruk mereka.
“Maaf,” ucap Satria pelan.
“Maaf-maaf minum nih air! Kita nggak butuh air mineral murahan begini!” bentak Leo sambil membuka tutup botol air mineral dan mengguyurkannya ke kepala Satria.
Andre dan siswa lainnya langsung tertawa melihat baju Satria basah kuyup seperti itu, Leo dengan teganya kembali mengguyur tubuh Satria sampai dua botol air mineral itu kosong. Andre dan yang lainnya kembali tertawa dengan mulut penuh makanan, siswa siswi lainnya di kelas tersebut ikut tertawa, jika ada saja satu orang yang tidak tertawa maka dia juga akan dianggap musuh oleh kelompok anak-anak elit di kelas tersebut.
“Gimana sudah nggak haus lagi kan?” tanya Arga pura-pura peduli.
“Ga kasihan dia cuma minum doang kasih makan dong,” tukas Andre sambil memberikan botol cabai bubuk yang masih rapat tersegel. Itu artinya mereka memang sengaja membelinya untuk menyiksa Satria.
“Buka mulutnya dong adek, pesawat mau masuh nih. Ngiung-ngiung-ngiung,” kata Arga sambil menggerakan botol cabai bubuk yang sudah terbuka ke dekat mulut Satria. Tapi Satria langsung memalingkan kepalanya, sontak Andre langsung berdiri.
‘Beukh’
Dengan keras Andre melayangkan tinjunya menghantam perut Satria hingga dia sempoyongan dan meringis kesakitan. Leo dari belakang langsung melompat dan menghantamkan lututnya ke tubuh Satria sampai dia tumbang ke lantai yang basah, setelah itu Andre kembali mengangkat tubuh Satria dengan menjambak rambutnya.
“Buka nggak mulut kau! Atau kau ingin kami hajar lagi hah?!” bentak Andre sembari melotot.
Satria terpaksa membuka mulutnya, bukan karena takut dihajar lagi atau takut melawan Andre. Tapi dia tahu semua itu tidak akan ada gunanya dan hanya akan menambah masalah. Arga saat itu juga langsung menaburkan seluruh cabai bubuk dalam botol itu sekaligus ke mulut Satria sontak saja Satria langsung batuk dan wajahnya langsung memerah karena kepedasan.
“Hahaha..” Andre dan yang lainnya kembali tertawa puas. Di saat itulah bel masuk berbunyi, Satria terlihat mulai mengeluarkan airmata dari matanya karena pedas di mulut dan panas di tenggorokannya.
“Uhuk-uhuk,” Satria batuk kembali dan duduk di lantai yang basah sambil memegangi tenggorokannya, bubuk cabai itu sudah tertelan sekaligus dan tidak mungkin bisa dimuntahkan lagi. Saat itulah suara langkah seseorang terdengar dari balik pintu.
Andre dan semua siswa lainnya buru-buru membereskan bekas makanan mereka dan duduk rapi di kursinya masing-masing sementara Satria masih tersiksa dan berusaha bangkit. Seorang guru matematika pria tampak sudah berdiri di depan sambil memperhatikan Satria.
“Ada apa ini? Kenapa lantainya sampai basah begitu?” tanya guru matematika dengan galak.
“Ini pak, Satria kecebur katanya di kolam renang eh malah maksa masuk kelas pake baju basah kuyup begitu,” jawab Andre.
“Apa benar itu Satria?” tanya guru matematika seraya menatap Satria dengan tajam, tapi Satria tidak bisa menjawab karena dia kepedasan.
“Murid macam apa kau ini! pergi keringkan bajumu dahulu lalu kembali lagi!” usir guru matematika sambil menunjuk pintu keluar. Tanpa banyak bicara Satria langsung berlari keluar, tujuannya kali ini sudah jelas toilet. Di luar dia berpapasan dengan Maya dan teman-temannya, mereka langsung tertawa melihat Satria.
“Si banci nangis noh,” ejek Maya.
“Mungkin dia ditolak cowok gebetannya,” timpal yang lainnya sambil tertawa. Tapi Satria menghiraukan mereka dan terus berlari ke toilet.
Di dalam toilet dia langsung saja meneguk air keran sebanyak banyaknya. Akhirnya setelah muntah beberapa kali rasa pedas di mulutnya serta panas di perutnya langsung reda, Satria langsung membuka bajunya yang basah dan dia gantungkan di kastop agar cepat kering. Perlahan Satria kembali mengatur nafasnya sambil mengepalkan tangannya.
“Keparat!” gerutu Satria dengan penuh amarah.
“Semua orang di sekolah ini benar-benar brengsek!” sambung Satria. Dia tahu kalau guru matematika pasti bisa menebak apa yang terjadi, terlebih kenakalan Andre dan yang lainnya sudah pasti diketahui oleh mereka. Tapi karena orang tua mereka merupakan orang-orang elit membuat semua guru dan staf sekolah tidak berani berkutik sedikitpun.
Setelah bajunya kering Satria kembali ke kelasnya, di sana pelajaran terlihat sudah dimulai. Tapi pas Satria masuk guru matematika terlihat langsung memelototinya, semua murid lainnya juga langsung tertawa. Satria langsung menatap sekelilingnya seolah mencoba menebak apalagi yang sudah Andre lakukan selama dia pergi ke toilet.
“Itu orangnya pak!” ucap seorang murid pria berkacamata yang bernama Vanzard. Dia adalah siswa terpintar di kelasnya setelah Satria, namun sikap dan kelakuannya sama saja dengan Andre dan teman-temannya.
“Satria apa-apaan PR kamu ini! Semuanya salah! Malah ngaco!” bentak guru matematika sambil memperlihatkan buku Satria.
“Lihat dong punya Andre dan yang lainnya! Mereka benar semua!” hardik guru matematika lagi sambil melempar buku Satria.
Saat itu juga Satria menangkapnya dan melihat PR nya, ternyata benar jawabannya sangat ngaco. Padahal tadi dia mengerjakannya dengan benar sesuai dengan yang dia tulis di buku Andre dan yang lainnya. Setelah dilihat dengan teliti ternyata ada bekas sobekan di buku Satria tersebut, sontak saja Satria menatap Vanzard di kejauhan yang malah melotot.
“Maaf pak, semuanya memang ngaco,” ucap Satria.
“Hahaha.. murid beasiswa kok ngisi PR ngaco!” ejek Maya.
“Aduh malu-maluin pemegang beasiswa lainnya aja nih,” timpal Andre.
“Anehnya selama ini dia dapat rangking dua terus dibawahku, benar-benar malu-maluin,” imbuh Vanzard.
“Dia pasti curang tuh tiap ulangan!” kata Leo sambil tertawa.
“Duduk kau Sat! kerjakan PR-mu lagi!” perintah guru matematika. Satria hanya menunduk dan duduk lagi di mejanya. Tapi saat dia mau menulis ternyata semua alat tulisnya hilang.
“Pulpen saya hilang pak,” kata Satria. Saat itu juga semua murid kelas tersebut tertawa kembali.
“Itu urusan saya juga?” tanya guru matematika dengan wajah kesal.
Akhirnya dengan tertunduk Satria langsung izin membeli bolpoin dan kembali lagi ke kelasnya. Hari itu sampai sepulang sekolah dia terus mendapatkan hinaan dan caci maki dari teman-temannya, setiap hari sekolah bagi Satria bagaikan berlangsung satu tahun. Setiap hari selalu saja dia disiksa dan dihina oleh teman-temannya seolah tidak pernah bosan dan lelah.
Setelah sampai di kontrakannya Satria langsung mandi, makan dan beristirahat sejenak. Setelah itu dia langsung menyalakan komputer miliknya, komputer itu dia beli setelah tiga bulan kerja sampingan. Satria langsung menggunakan headphone miliknya dan masuk ke dalam game tipe MMORPG paling populer saat ini yaitu game Mythical World RPG.
“Kelihatannya hari ini aku akan menghancurkan semua bos dungeon yang ada lagi,” ucap Satria sambil tersenyum menatap layar monitornya.
Di dalam game inilah dia melampiaskan seluruh kekesalannya, hanya dalam satu malam saja Satria bisa menyelesaikan dungeon terberat yang ada di game Mythical World RPG seorang diri. Padahal biasanya satu squad full 10 orang saja baru bisa menyelesaikan dungeon dalam dua hari.
Akun game milik Satria kini bahkan sudah ada di level maksimal yaitu level 70. Dia sudah menamatkan semua event dari yang langka sampai yang biasa serta semua misi yang ada dalam game tanpa membutuhkan waktu yang lama. Nama akun miliknya adalah Loner King (Raja Penyendiri) itu sangat sesuai karena Satria selalu bermain game sendirian tanpa memiliki teman, lebih tepatnya dia tidak mau memiliki teman setelah semua yang terjadi kepadanya selama ini.
Satria lebih suka bermain solo apapun misi dan eventnya, jika memang ada event khusus yang membutuhkan orang lain biasanya dia memakai akun cadangannya yang lain untuk digunakan. Meski begitu nickname akun Loner King sudah terkenal di kalangan player game Mythical World RPG, bahkan player lain menjuluki akun tersebut sebagai akun Sang Dewa Game.
Bukan tanpa alasan, karena saking hebatnya Satria memainkan game, dia sendirian saja sudah cukup untuk menghadapi satu squad full party berjumlah 10 orang. Bahkan bisa lebih tergantung kemampuan lawannya, banyak guild-guild terkenal yang ingin merekrutnya namun dia tolak. Satria memang lebih suka bermain solo daripada harus bermain duo, trio, squad atau yang lainnya. Baginya sangat sulit untuk mempercayai orang lain lagi setelah semua yang terjadi.
Bersambung…
Chapter 03
Sang Dewa Game
Dari sore sampai malam Satria terus memainkan gamenya, baginya game adalah satu-satunya pelampiasan dari bullyan dan hinaan teman-temannya di sekolah. Dia membayangkan semua bos dungeon yang dia jelajahi sebagai teman-temannya, dengan begitu tanpa membutuhkan waktu lama Satria sudah menyelesaikan semua lantai dungeon dalam game Mythical World RPG malam ini.
“Jika saja kalian tidak memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan orang tua kalian maka sudah lama kalian babak belur!” gerutu Satria sambil menatap langit-langit kamarnya.
“Seumur hidup aku tidak akan pernah memaafkan kelakuan mereka selama tiga tahun di SMA ini, suatu saat nanti mereka akan menjadi budak-budaku di dunia ini!” sambung Satria sambil mengepalkan tangannya erat-erat. Dia sudah tidak sabar untuk segera lulu dari SMA dan memulai jalan kesuksesannya sendiri untuk membalas dendam kepada teman-temannya.
‘Tring’
Terdengar notifikasi di dalam email game Mythical World RPG yang masih menyala, Satria memang belum log out dari gamenya. Satria buru-buru membuka pesan in-game yang datang, ternyata ada beberapa hadiah penyelesaian dungeon yang masuk. Satria langsung mengklaim semuanya, entah ini keberapa kalinya dia menamatkan semua dungeon dalam waktu beberapa jam saja.
‘Tring’
“Pemberitahuan update?” batin Satria saat melihat ada notifikasi masuk lagi ke dalam pesan in-game miliknya.
“Dear player Mythical World RPG. Kami memberitahukan bahwa besok semua server game akan mengadakan maintenance untuk menambahkan update game besar-besaran. Map baru, kota baru, item baru, dungeon baru, penyesuaian job class, penyempurnaan NPC, level maksimal baru yaitu level 100, misi baru dan lain sebagainya,” ucap Satria membaca pesan yang tertera.
“Kami akan mengirimkan detail updatenya kedalam email semua player. Setelah ini akan muncul sebuah survey bagi para player game Mythical World RPG. Mohon sobat semua mengisinya, terima kasih,” sambung Satria membaca kelanjutan pesan tersebut.
“Keren nih kalau ada peningkatan level maksimal,” kata Satria dengan wajah berseri-seri, dia langsung menutup pop up notifikasi pesan tersebut. Munculah sebuah survey bagi para player, semua kolom dan pilihan dalam survey langsung Satria isi.
“Silahkan isi harapan apa yang anda inginkan untuk game Mythical World RPG ke depannya. Apakah fitur baru? Event langka baru? Atau job class baru?” gumam Satria membaca bagian terakhir dari survey yang harus diisi olehnya, Satria langsung tersenyum dan memilih ‘lainnya’ saat itu juga muncul kolom tulisan untuk diisi.
“Saya harap game Mythical World RPG semakin maju hingga bisa terasa lebih realistis lagi,” ketik Satria, lalu dia menekan tombol selesai setelah mengisi semua survey tersebut.
‘Klurung’
Terdengar notifikasi email dari ponselnya, saat dicek ternyata itu adalah email ucapan terima kasih dari developer game Mythical World RPG karena sudah mengisi survey dari mereka. Satria langsung menghela nafas dalam dan bangkit dari kursinya, sekilas dia melihat jam sudah menunjukan pukul dua pagi. Satria langsung mematikan komputernya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur untuk beristirahat, dia harap mulai besok setidaknya bullyan dari teman-temannya sedikit berkurang.
***
Esok harinya Satria terbangun saat alarm ponselnya berbunyi nyaring. Waktu sudah menunjukan pukul setengah lima pagi, Satria buru-buru membasuh wajahnya dan pergi keluar untuk mencari sarapan. Setelah dapat sarapan dia kembali pulang, lalu mandi, ganti baju dan makan. Setelah itu pukul setengah tujuh pagi dia langsung berangkat jalan kaki menuju sekolahnya.
Diperjalanan dia sudah tidak bisa merasakan semangat apapun, kalau bisa dia sangat ingin bolos sekolah. Tapi jika itu diketahui pihak sekolah maka beasiswa miliknya akan diberhentikan, akhirnya mau tidak mau Satria harus tetap sekolah meski menerima perlakuan buruk dari teman-temannya. Dari arah belakang tiba-tiba saja terdengar suara motor mendekat.
“Sat, Sat,” terdengar ada orang yang memanggil dari arah belakangnya, sontak saja Satria langsung menoleh ke belakang.
“Bangsat! Hahaha..” ucap pria yang membawa motor saat melewati Satria, ternyata itu hanyalah rombongan adik kelasnya.
“Bangsat, woi bangsat,” timpal yang lainnya sambil tertawa. Mereka tampak sengaja memelankan motor mereka di dekat Satria untuk meledeknya. Tapi Satria terus berjalan dan mengacuhkannya.
‘Bbuuukkh’
Tiba-tiba satu motor mendekatinya, adik kelasnya yang dibonceng langsung menendangnya dengan keras hingga terjatuh. Setelah itu mereka buru-buru pergi sambil tertawa puas. Satria hanya menghela nafas dalam lalu bangkit lagi dan berjalan hingga sekolah, Satria hanya bisa menghela nafas dalam dan merapikan kembali bajunya.
Akan tetapi setelah dia masuk ke area sekolah tiba-tiba saja rombongan Vanzard datang mereka langsung mencengkram tangan Satria dan memaksanya untuk ikut dengan mereka. Di taman sekolah teman-teman Vanzard langsung membanting Satria ke tanah.
“Ada apa ini?” tanya Satria sambil duduk di rumput sambil merasakan sakit.
“Kau kemarin menatapku dengan kesal bukan? Sekarang kita selesaikan di sini,” jawab Vanzard dengan angkuh sambil membetulkan letak kacamatanya.
“Hajar dia,” perintah Vanzard.
“Siap bos,” jawab teman-temannya.
‘Bbeuukh’
‘Bbbuukkh’
Terdengar beberapa kali suara hantaman tinju mengenai tubuh Satria yang hanya bisa memegangi kepalanya, dari hidung dan mulutnya mulai mengalir darah. Vanzard langsung menyuruh teman-temannya untuk mengambil uang jajan Satria, mereka secara paksa menggeledah pakaian Satria hingga ditemukan uang sepuluh ribu rupiah.
“Cuma sepuluh ribu doang bos,” kata teman-teman Vanzard.
“Cih dasar kucel, buat apaan uang segini. Nafas juga belum cukup,” kata Vanzard sambil menenteng uang Satria. Namun Satria hanya terdiam tidak menanggapinya.
‘Beukh’
Vanzard menghantamkan sepatunya ke perut Satria sampai dia meringis kesakitan. Setelah itu terdengar suara bel berbunyi pertanda semua siswa harus segera masuk. Vanzard langsung memasukan uang Satria ke dalam sakunya.
“Tapi lumayanlah uang segini juga buat top up di game Mythical World RPG,” kata Vanzard. Satria tampak terkejut mendengarnya dan menatap punggung Vanzard dari belakang.
“Lah segitu buat apa bos, top up juga minimal dua puluh lima ribu,” ucap teman Vanzard sambil tertawa.
“Nanti bantu lawan bos dungeon di lantai tiga puluh dong bos,” imbuh teman Vanzard yang lain.
“Kecil, kemarin aku baru menghabisi bos dungeon lantai lima puluh sama Andre dan yang lainnya,” kata Vanzard sambil berlalu.
“Jadi mereka juga main game MW RPG ya,” batin Satria sambil bangkit.
“Melawan bos dungeon lantai lima puluh keroyokan saja bangga,” pikir Satria. Dia malah bisa mengalahkan bos dungeon terakhir di lantai tujuh puluh seorang diri. Satria tersenyum sebentar, nanti malam dia berniat melacak akun game MW milik mereka dan melakukan player killing kepada mereka semuanya.
Satria langsung menuju ke kelasnya dengan senang karena akhirnya ada kesempatan baginya untuk membalas dendam meski hanya dalam game. Satria berjalan tepat di belakang Vanzard dan teman-temannya, ternyata di dalam sudah ada guru IPS yang sedang mengajar. Dia menanyakan kenapa Vanzard dan yang lainnya terlambat, mereka bilang kalau mereka ke toilet dulu. Mereka langsung di perbolehkan duduk di kursinya.
“Kau kenapa juga terlambat Satria?” tanya guru IPS.
“Saya tadi juga ke toilet pak,” jawab Satria.
“Toilet-toilet. Berdiri kau di kelas! Ke toilet saja sampe lama begitu!” bentak guru IPS. Satria hanya menghela nafas dalam dan berdiri di sudut ruangan kelasnya tepat di dekat pintu masuk.
“Siswa beasiswa kok terlambat,” ejek Vanzard. Semua orang di kelas langsung tertawa mendengarnya.
“Malu-maluin saja kau!” timpal Andre sambil melempari Satria dengan bola kertas.
Semua murid lainnya juga mengikuti Andre melempari Satria dengan bola kertas hingga di kelas berserakan, tapi guru yang mengajar tidak bertindak apapun seolah tidak melihatnya. Bagi Satria sendiri itu tidak aneh, dia yakin selepas ini dia juga yang harus membereskan ruangan kelasnya.
Bersambung…
Chapter 04
Masuk Kedalam Dunia Game
Pelajaran IPS sudah selesai, guru langsung menyuruh Satria untuk membereskan ruangan kelasnya dari bola-bola kertas yang berserakan. Satria akhirnya membereskan kelas diiringi oleh tertawaan teman-temannya.
“Cocok nih jadi pemulung,” celetuk Arga sambil tertawa.
“Hus, gitu-gitu juga dia itu siswa berprestasi, dalam memulung tentunya,” timpal Vanzard, lagi-lagi semua siswa di kelas tertawa riuh.
“Awas kalian nanti malam, aku akan mencari akun game kalian dan menghabisi kalian di dalam game!” batin Satria sambil terus mengambil bola-bola kertas.
Tiba-tiba saja suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar ruangan kelas tepat setelah Satria selesai membereskan ruangan, seorang pria paruh baya berkacamata hitam dan pakaian rapi masuk ke dalam kelas. Semua siswa termasuk Satria langsung keheranan karena baru kali ini mereka melihat pria tersebut.
“Guru baru?” gumam Satria.
“Duduk!” tegas pria paruh baya itu dengan keras hingga semua murid terkejut, baru kali ini mereka mendengar ada guru yang berani seperti itu di kelas mereka.
“Anda siapa?” tanya Andre yang tampak sedikit kesal.
“Aku adalah guru sains baru mulai hari ini, namaku Sanjaya. Cukup perkenalannya, sekarang buka catatan kalian,” jawab Sanjaya sambil mulutnya terus bergerak mengunyah permen karet.
“Cih, dia guru baru rupanya. Pantas saja songong,” gerutu Andre.
“Dia belum tahu siapa kita rupanya,” timpal Leo.
“Kali ini kita akan membahas banyak hal, teori relativitas, distorsi ruang dan waktu serta dimensi lain,” kata Sanjaya sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam kecil, di tengah-tengahnya ada sebuah tombol berwarna merah. Semua siswa tampak bingung karena tidak bisa menebak apa tujuan Sanjaya mengeluarkan benda aneh itu.
“Aku akan memberikan sebuah pertanyaan, jika ada yang mau menjawabnya silahkan maju ke depan dan tekan tombol ini. Jika dia tidak bisa menjawab pertanyaanku maka bisa aku pastikan dia akan dikeluarkan dari sekolah ini, tidak peduli siapa orangnya,” sambung Sanjaya dengan wajah serius.
“Jika dia bisa menjawab pertanyaanku maka aku akan memberikannya ucapan selamat. Silahkan siapa yang mau maju ke depan?” tanya Sanjaya, tentu saja semua siswa tidak mau maju ke depan karena resikonya lebih besar dari apa yang akan mereka dapatkan jika bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
“Satria saja pak! Dia murid paling berprestasi di sekolah ini,” usul Vanzard.
“Iya pak, dia malah mendapatkan beasiswa dari sekolah,” timpal Maya.
“Siapa saja boleh, tapi jika dalam hitungan kesepuluh tidak ada yang mau maju maka kalian semua dipastikan akan dikeluarkan dari sekolah ini,” ancam Sanjaya dengan serius. Tentu saja semua murid semakin khawatir.
“Satria maju cepat!” bentak Sicilia.
“Heh dekil! Maju kau cepat kalau masih mau selamat!” timpal Leo.
“Apa kau budek hah!” bentak Andre sambil melotot.
Satria termenung sejenak, mungkin akan seru jika semua siswa dikelasnya dikeluarkan. Tapi hidupnya pasti tidak akan tenang setelahnya, orang tua mereka pasti akan mengejarnya sampai ke ujung dunia sekalipun. Tapi jika dia saja yang dikeluarkan maka hidupnya juga akan bebas dan bisa menyusun rencana pembalasan dendamnya. Satria tersenyum sejenak, dia sudah tidak peduli dengan masa depannya. Yang dia pedulikan hanyalah membalas dendam.
“Saya pak,” jawab Satria sambil berdiri dan melangkah maju ke depan. Sanjaya terlihat tersenyum lalu menyodorkan kotak hitam kecil di mejanya. Tanpa ragu Satria langsung menekan tombol merah diatas kotak hitam tersebut.
“Selamat!” ucap Sanjaya seraya tersenyum.
‘Tring’
‘Krulung’
‘Tiiiit’
Terdengar suara notifikasi dari ponsel semua siswa di kelas secara bersamaan, semua siswa termasuk Satria langsung terkejut karena ponselnya bersuara. Namun belum lepas keterkejutan mereka tiba-tiba saja tatapan mereka mendadak gelap, tubuh mereka seakan melayang di udara yang hampa.
“Apa ini?” ujar Satria sambil mencoba mengucek-ngucek matanya, namun yang dia lihat hanyalah kegelapan. Tidak ada sedikitpun suara kecil terdengar, tubuhnya seakan mengambang di udara yang hampa. Detak jantungnya berdetak semakin kencang karena takut, gelisah dan bingung.
“Apa yang terjadi? Apa aku mati?” ucap Satria sambil mencoba mencubit tangannya. Tapi rasa sakit masih bisa dia rasakan, hanya saja tubuhnya seakan mengambang dan tidak menapak apa-apa.
‘Deg’
Detak jantung Satria terasa semakin kencang, tubuhnya seakan bergetar. Kepalanya seakan berputar hingga dia merasa pusing dan mual. Akhirnya Satria memejamkan kedua matanya karena pusing. Samar-samar terdengar suara burung-burung bersuara dan angin yang mendesir serta suara gemericik air sungai yang mengalir, perlahan Satria kembali membuka kedua matanya.
Kini samar-samar cahaya bisa dia lihat. Setelah dia membuka matanya dengan sempurna dia bisa melihat kalau di hadapannya terdapat pohon-pohon besar nan tinggi yang belum pernah dia lihat sebelumnya, rumput-rumput hijau terlihat ada di sekitar pohon tersebut. Suara burung yang merdu juga terdengar dari atas pepohonan. Di samping kiri Satria terlihat sebuah sungai besar yang jernih mengalir dengan deras.
Satria menatap kedua telapak tangannya, terlihat di atas tangan kirinya ada tulisan mengambang ‘Loner King’. Satria mencoba memejamkan matanya dan melihatnya lagi tapi tulisan itu tetap ada, kali ini Satria mencoba mengepalnya dengan tangan kanan tapi tulisan itu tetap terlihat dan tertembus tangan kanan miliknya.
“Loner King? Bukankah itu nickname akunku di game Mythical World RPG?” gumam Satria dengan pelan.
“Di mana kita,” terdengar suara Maya dari belakang Satria. Sontak saja Satria terkejut dan menoleh ke belakang, tampak semua teman-temannya berdiri sesuai dengan posisi mejanya tadi di kelas. Tapi di sini tidak ada satupun meja, kursi, tas dan alat tulis lainnya.
“Apa ini?” kata Andre sambil melihat ke sekelilingnya. Terlihat pakaian mereka juga bukan seragam sekolah SMA melainkan pakaian biasa nan sederhana. Melihat pakaian semua temannya berbeda Satria langsung melihat pakaiannya sendiri.
“Pakaian ini, tidak mungkin. Ini mustahil,” gumam Satria, dia sadar bahwa pakaiannya tidak asing lagi. Itu adalah pakaian sederhana yang biasanya dipakai oleh NPC warga pedesaan di dalam game Mythical World RPG yang sering dimainkan olehnya.
“Ada orang di sini!” tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan seorang pria yang menggema. Sontak Satria dan teman-temannya yang lain menengok ke arah belakang dimana suara berasal.
Dari kejauhan terlihat satu rombongan orang dengan senjata dan pakaian khas game Mythical World RPG yang menunjukan job class masing-masing. Guardian memakai armor perang dan tameng, swordman memakai armor ringan dan pedang, wizard membawa tongkat sihir, archer membawa panah dan yang lainnya. Sekilas saja Satria langsung tahu bahwa rombongan itu sudah full party alias memiliki anggota dengan setiap job class yang ada di game.
“Apa ini? kenapa armor dan senjata yang mereka bawa sangat mirip dengan yang ada di Mythical World?” gumam Satria, dia masih belum percaya jika memang itu semua adalah kenyataan atau hanyalah hayalannya saja.
“Siapa kalian?” tanya seorang pria yang membawa pedang di dalam rombongan. Dia terlihat sangat waspada dan menghunuskan pedangnya. Tapi tidak ada seorangpun yang menjawab.
“Kami datang kemari karena merasakan ada suatu gelombang energi yang aneh di sini,” ucap wanita yang membawa tongkat sihir.
“Tidak salah lagi, semuanya memang mirip dengan job class di game Mythical World RPG,” batin Satria sambil menggerakan tangannya untuk mencubit dirinya sendiri sekali lagi, dia masih ingin memastikan apakah itu kenyataan atau bukan.
“Tuan tolong kami,” ucap Vanzard tiba-tiba sambil mendekati rombongan yang datang. Nyatanya bukan hanya Satria saja yang menyadari bahwa dunia serta penampilan orang-orang saat ini sangat mirip dengan yang ada di game Mythical World RPG. Vanzard juga menyadarinya karena dia juga sering memainkan game pepuler tersebut.
“Orang itu, dia entah datang darimana tiba-tiba muncul dan mau menyerang kami,” sambung Vanzard sambil menunjuk ke arah Satria yang berdiri sendirian dibelakang.
“Apa mungkin dia yang menyebabkan gelombang energi aneh itu?” ujar wanita yang membawa tongkat sihir, kini semua orang di sana langsung menatap Satria yang berdiri sendirian di belakang.
“Iya tuan tolong kami, dia benar-benar mengerikan,” timpal Leo.
“Dia mengatakan ingin menghabisi kami dan semua orang di dunia ini,” imbuh Andre sambil mendekati rombongan dan pura-pura ketakutan.
“Iya tuan-tuan tolong kami,” kata Maya sambil membusungkan dadanya di depan pria yang menghunuskan pedang ke arah mereka.
“Ka-kalau begitu kita tidak boleh membiarkannya, kita serang dia,” ucap pria yang menghunuskan pedang tanpa mengalihkan pandangannya dari dada Maya.
“Tunggu! Itu bohong, justru mereka yang jahat kepada saya!” bantah Satria, dia tidak menyangka kalau mereka akan berbuat seperti itu.
“Tuan tolong habisi dia secepatnya, kami bersedia melakukan apapun jika kami selamat,” ucap Sicilia sambil memeluk tangan pria yang menghunuskan pedang. Semua itu dia lakukan setelah mendapat isyarat dari Vanzard.
“Cepat serang dia!” perintah pria yang membawa pedang kepada teman-temannya.
Seorang pria yang tidak membawa senjata langsung maju ke hadapan Satria dan melayangkan tinjunya, tapi Satria langsung mengelak ke samping. Pergerakannya jelas membuat semua orang terkejut terutama Andre dan teman-temannya, mereka tidak menyangka jika Satria bisa juga melakukan perlawanan seperti itu.
“Cih, kau gesit juga,” kata pria yang menyerang Satria sambil kembali melayangkan pukulannya. Tapi kali ini Satria menangkisnya, melihat temannya kesusahan seorang wanita yang membawa panah langsung mengambil satu anak panah dan membidikannya ke langit.
“Magic arrow: burning rain!” ucap wanita itu sambil melontarkan panahnya ke langit. Saat itu juga tiba-tiba saja puluhan panah muncul dari langit, di ujung panah-panah tersebut tampak api yang membara. Secara bersamaan puluhan panah berapi itu melesat ke bawah menuju Satria.
“Itu adalah salah satu tehnik yang ada di dalam game, kelihatannya ini memang bukan mimpi,” gumam Satria yang masih menahan pukulan pria di depannya.
Bersambung…
Chapter 05
Solo vs Squad
Pria di depan Satria langsung melompat mundur saat panah-panah berapi mulai melesat menuju Satria. Dengan lincah Satria melompat kesana kemari menghindari panah yang menghujaninya dari langit, tapi meski dia bergerak cepat menghindari panah sebanyak itu tetap saja susah, beberapa bagian tubuhnya bahkan terserempet panah sampai mengeluarkan darah.
Teman-temannya yang melihat dari kejauhan terlihat menyeringai puas, Satria terus berusaha menghindari panah meski di beberapa bagian tubuhnya kini sudah terluka. Tapi itu lebih baik daripada harus mati, pada akhirnya semua panah sudah menancap di tanah. Satria tampak terengah-engah kelelahan karena terus bergerak tanpa henti.
“Ini buruk, jika saja aku memiliki senjata atau bisa menggunakan sihir mungkin akan jauh lebih mudah,” gumam Satria seraya tangannya bergerak untuk membenarkan kacamatanya. Tapi dia baru sadar ternyata dia tidak memakai kacamata sama sekali. Setelah diingat-ingat memang tidak ada item kacamata di dalam game MW RPG.
“Dia lumayan juga, kelihatannya kita harus menghadapinya secara bersamaan,” kata pria yang membawa pedang yang langsung melesat ke depan menyerang Satria.
Satria berusaha menggerakan kakinya dan berhasil menghindar ke samping, tapi dari sisi lain tiga anak panah melesat. Satria mencoba menghindarinya tapi satu anak panah berhasil menancap di bahu kirinya hingga mengeluarkan darah, Satria tampak meringis kesakitan. Tapi dari belakangnya sebuah pukulan melayang.
‘Beugh’
Punggung Satria terkena hantaman dari belakang, tapi pria yang membawa pedang tidak tinggal diam dan langsung mengayunkan pedangnya. Satria mencoba bergerak di tengah rasa sakit yang dia rasakan, ujung pedang yang melesat ke arahnya berhasil menyayat tangan kanannya sampai mengeluarkan darah.
“Burning slash!” ucap pria yang membawa pedang sembari menebaskan pedangnya ke udara.
Tebasan pedang itu langsung mengeluarkan api yang melesat diagonal menuju Satria, tapi Satria langsung melompat ke samping dan berhasil selamat. Api yang melesat itu langsung menebas pohon sampai terpotong diagonal dan terbakar.
“Jika mengenaiku tentu aku sudah mati,” batin Satria.
“Ini benar-benar solo vs squad. Tapi jika memang ini dunia game seharusnya aku juga bisa melakukan sihir dan semacamnya yang sudah aku miliki,” gumam Satria. Dia terus memikirkan cara bagaimana menggunakan sihir atau tehnik yang biasa dia lakukan dengan akun Loner King miliknya.
‘Beukh’
“Akh,” Satria meringis kesakitan karena dari arah yang tidak terduga seorang pria menghantamkan kakinya mengenai perut, darah mulai keluar dari tepi bibir Satria sebelum tubuhnya terpental dan jatuh di tengah aliran sungai yang deras. Tapi tidak sampai di situ karena wanita yang membawa tongkat sihir sudah berdiri di atas permukaan air serta langsung menghantamkan tongkatnya ke permukaan air.
“Water waves!” ucap wanita itu, seketika itu juga gelombang air besar langsung bergulung di sungai dan mengalir deras menghantam tubuh Satria yang berusaha berenang.
Tubuh Satria langsung tenggelam terbawa arus air yang begitu besar, dia berusaha terus menahan nafasnya dan bergerak menuju permukaan untuk mengambil nafas. Jika saja dia bisa menggunakan sihir mungkin dia bisa meredam sihir milik lawannya tersebut, tapi dia tidak tahu caranya. Di dalam game biasanya sihir, tehnik dan skill bisa digunakan dengan menekan kombinasi tombol di keyboard atau tombol di joystick konsol.
Satria berusaha menggerakan tangannya dengan harapan dia bisa menggunakan sihir, tapi itu semua percuma saja karena tidak ada sihir yang muncul. Tubuhnya terus terbawa arus air menuju ke hilir sungai. Setelah tubuh Satria menjauh terbawa gelombang air, wanita yang membawa tongkat langsung mengangkat tongkatnya ke atas.
“Lightning strike!” ucap wanita itu. dari langit tiba-tiba saja terlihat sebuah sambaran petir melesat menuju air sungai yang membawa Satria.
“Sial, wizard sialan!” pikir Satria saat melihat kilatan petir yang menghantam permukaan air di kejauhan. Mendadak saja tubuhnya tiba-tiba terasa sejuk.
Petir yang menghantam permukaan air langsung merambat melalui air, ikan-ikan yang ada di dalamnya langsung mengambang karena listrik yang menyengat mereka di dalam air. Satria berusaha berbagai cara untuk menggunakan sihir, dari mulai menggerakan tangannya, membaca mantra sihir asal-asalan, hingga berkonsentrasi penuh membayangkan dari tangannya keluar sihir namun semua itu sia-sia.
“Sial, apa aku akan mati sebelum membalas dendam?” pikir Satria sambil memejamkan matanya seakan pasrah saat melihat petir mulai merambat mendekatinya. Saat itulah dia membayangkan kembali bagaimana serunya bermain game Mythical World, bagaimana dia membantai satu squad sendirian. Saat itulah dia sadar ada hal yang belum dia coba untuk menggunakan kekuatan sihirnya, yaitu menyebut nama sihirnya secara langsung.
“Whirlwind!” ucap Satria, saat itu juga air di sekitarnya seakan terdorong oleh tekanan udara yang berputar membentuk pusaran angin. Tepat saat itu juga petir yang merambat di air langsung menghantam pusaran angin yang terbentuk di sekitar Satria.
‘Bbbbhhaaammmrrrr’
Terdengar ledakan besar saat benturan terjadi, ombak air yang menyeret Satria langsung berhamburan ke udara bagaikan ombak yang menghantam karang. Si wanita yang membawa tongkat sihir tampak tersenyum lalu melompat kembali ke daratan menghampiri teman-teman Satria.
“Dia pasti sudah tersengat petir itu sampai hangus dan mati tenggelam,” kata pria yang membawa pedang sambil mendekati Maya.
“Terima kasih tuan, sekarang kami selamat,” ucap Maya sambil memeluk pria tersebut yang malah terlihat kegirangan.
“Meski dia tidak mati tersambar petir, tapi di ujung sungai ini ada air terjun yang tinggi. Dia pasti akan mati jatuh dari air terjun tersebut,” timpal wanita yang membawa tongkat sihir.
“Kita sudah membereskan misi gelombang energi di kota ini, sekarang kita hanya perlu mengambil bayarannya dan pergi mencari misi lain,” kata pria yang tadi menyerang Satria dengan tangan kosong.
“Ya, kalian sebaiknya ikut dengan kami untuk keselamatan kalian,” tambah pria yang membawa pedang.
***
Sementara itu Satria berhasil selamat dari sambaran petir karena terlindungi sihir whirlwind miliknya, tubuhnya kembali terseret oleh arus air menuju ke hilir. Di kejauhan tampak ujung sungai menukik turun ke bawah, Satria berusaha bergerak ke daratan tapi sungai terlalu luas dan tenaganya juga sudah melemah setelah sekian lama tadi terombang ambing ombak besar yang menyeretnya.
Tubuh Satria langsung terbawa air yang jatuh melewati tebing, bebatuan terjal tampak terlihat di bawahnya. Dengan sisa tenaganya Satria mengarahkan tangan kanannya ke bawah, dia mulai mengingat ingat lagi nama sihir yang mungkin bisa membuatnya tidak menghantam bebatuan terjal di bawah.
“Water fountain!” ucap Satria, saat itu juga tekanan udara melesat dari telapak tangannya menghantam permukaan air di bawahnya. Tak lama kemudian semburan air tiba-tiba melesat dari bawah seperti halnya air mancur.
Kini air terjun yang turun dari atas tebing langsung melebar karena beradu dengan air mancur yang menghambur ke atas. Tubuh Satria yang terbawa air terjun juga akhirnya tertahan oleh air mancur, perlahan air mancur itu kembali menyusut turun ke permukaan air.
‘Gggbuurr’
Tubuh Satria juga langsung tercebur ke permukaan air, jika saja tubuhnya tadi tidak menghantam air terjun pastilah saat ini tulang-tulangnya sudah remuk menghantam bebatuan terjal yang ada di dasar air terjun.
“Uhuk.. uhuk..” Satria batuk-batuk karena tadi dia beberapa kali menelan air saat terombang ambing gelombang besar, perlahan dia merangkak ke tepi genangan air di dasar air terjun.
“Hah, hah,” nafas Satria terdengar memburu karena kelelahan ditambah rasa sakit yang ada di sekujur tubuhnya. Luka-luka yang dia dapatkan dari pertarungan singkat tadi terasa begitu perih setelah terkena air. Satria menggerakan tangan kanannya ke arah dadanya sambil mengingat nama-nama sihir penyembuhan yang ada di dalam game Mythical World RPG.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria tapi tetap tidak terjadi apa-apa.
“Aku pikir akan berhasil,” batin Satria sambil bersandar di batang pohon besar sambil merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Satria mulai mengingat ingat kembali sistem dalam game Mythical World RPG, dia ingat bahwa sihir healing hanya bisa digunakan oleh player yang mengambil job class cleric, priest dan druid saja. player yang mengambil job wizard atau sorcerer tidak akan bisa menggunakannya meskipun jobnya sama-sama berkaitan dengan penggunaan sihir.
“Bagaimana caranya aku mengaktifkan skill khusus miliku?” pikir Satria sambil membuka bajunya dan menjadikannya perban untuk membalut luka di tangan kanannya yang masih mengeluarkan darah, tubuhnya kini seakan semakin lemas saja.
Setiap player di dalam game MW RPG memiliki dua skill utama yaitu skill khusus dan skill ultimate. Satria sendiri memiliki skill khusus yang memungkinkannya merubah job class dirinya menjadi yang dia inginkan di dalam game. Skill khusus tersebut dia dapatkan setelah menyelesaikan sebuah event langka yang bernama Dreamer, sebuah event yang hadiahnya berupa skill khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan para player player.
Karena itulah Satria selama bermain game MW RPG dia tidak memerlukan orang lain untuk menjelajahi dungeon sebab kemampuan skill khususnya tersebut, jika terluka dia bisa berganti job ke cleric atau priest, jika bertarung jarak dekat dia bisa menggunakan job fighter, swordman dan sebagainya, dalam pertarungan jarak jauh dia juga bisa menggunakan job archer, ranger, wizard, sorcerer dan sebagainya.
Untuk menggunakan skill khusus yang bernama Multiple Job itu dia hanya perlu menekan kombinasi tombol di keryboard atau joystick saja. Tapi kini dia tidak menggunakannya, lagi-lagi hal itu membuatnya memutar otak. Dia sangat memerlukan sihir healing sekarang sebab luka ditubuhnya akan bertambah parah jika tidak segera disembuhkan.
“Multiple Job!” ucap Satria. Dia mencoba kemungkinan bahwa untuk menggunakan skill khususnya itu dia hanya perlu menyebutkan namanya saja.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria sambil mengarahkan tangannya ke dada, tapi lagi-lagi tidak ada yang terjadi.
“Percuma,” ucap Satria sambil menengadahkan kepalanya ke atas melihat langit biru yang indah, sekilas seekor naga terlihat terbang tinggi di angkasa melewatinya. Satria hanya tersenyum senang, rasanya dia benar-benar dalam dunia fantasi yang dia impikan.
“Kelihatannya di saat seperti ini aku memang harus meminta bantuan orang lain,” gumam Satria. Dia sadar bermain solo dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan seperti itu sangat tidak menguntungkan.
“Tapi di tengah hutan begini mana ada player atau NPC dengan job priest tiba-tiba lewat,” kata Satria seraya tertawa kecil. Namun mendadak saja tubuhnya terasa sejuk, keadaan itu sama seperti saat dia tadi menggunakan sihir untuk pertama kalinya. Satria merenung sebentar lalu perlahan menggerakan tangannya ke dadanya.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria. Seketika itu juga cahaya gradasi berwarna kuning menyelimuti tubuhnya. Luka-luka ringan di tubuhnya perlahan mulai sembuh dan pulih tanpa bekas. Satria langsung senang bukan kepalang, akhirnya dia mengerti cara menggunakan skill khusus miliknya.
“Healing: recovery!” ucap Satria kembali. Kali ini luka parah di bahunya yang terkena tusukan panah dan luka sayatan pedang di tubuhnya juga langsung pulih tanpa bekas.
“Ini sembuh, benar-benar pulih kembali,” kata Satria mulai tertawa senang. Dia kini langsung bangkit tanpa merasakan sakit kembali, meski begitu rasa pegal dan lelahnya tetap tidak hilang.
Sekarang dia mengerti bahwa saat dia tiba di dunia ini mungkin dirinya sedang berada di dalam job class yang lemah. Jika saja dia berada dalam job class guardian mungkin luka di tubuhnya tidak akan parah, atau bahkan tidak terluka sama sekali sebab job class guardian memang spesialis pertahanan di tambah akun Loner King miliknya sudah maksimal di level 70.
“Tolong!” ditengah kegembiraannya tiba-tiba saja Satria mendengar permintaan tolong dari dalam hutan. Dari suaranya tampaknya yang meminta tolong adalah perempuan. Tampak Satria merenung sebentar seolah sedang memilih untuk pergi melihatnya atau tetap diam beristirahat di tempatnya saat ini.
Terbayang kembali kejadian beberapa bulan yang lalu saat dia bertemu dengan Reina untuk pertama kalinya saat acara orientasi siswa baru di hutan, kejadian itu jugalah yang tampaknya membuat Reina bersikap baik setelahnya. Satria menghela nafas dalam lalu berlari menuju ke arah sumber suara yang meminta tolong.
Bersambung…
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
