
Beberapa puisi karya Jajaka yang sudah terbit di google playbook.
Di Ujung Harapan
Pagi mulai beranjak ingin pergi.
Mentari mulai naik semakin tinggi.
Awan kian menggumpal menaungi.
Burung bernyanyi mengantar sang pagi.
Aku sejak pagi masih berdiri di ruang hampa.
Mencoba menata rasa yang telah lama sirna.
Mencari asa yang telah hilang entah kemana.
Mengumpulkan tenaga untuk keluar dari penjara duka.
Namun, semua itu sia-sia saja.
Kala harapan mulai membentang,
Kemalangan terlihat datang.
Saat impian akan terwujudkan,
Kegagalan datang menghancurkan.
Lalu untuk apa aku hidup?
Padahal hati ini kian meredup.
Untuk apa aku masih ada?
Padahal cinta tak lagi kurasa.
Ku duduk terdiam di batas kehidupan.
Merasakan hati yang diliputi penyesalan.
Merasakan jiwa habis terkikis kekecewaan.
Menantikan ajal datang mengakhiri kesedihan.
Rembulan Malam
Kala senja tiba mengundang malam.
Membuat sang mentari kian terbenam.
Lembayung kian membuat mata ini betah memandang.
Hingga tak sabar hatiku menunggu sang rembulan datang
Di balik bayang kerinduan aku memandang.
Di dalam ruang lamunan pikiranku melayang.
Menunggu kehadiranmu wahai sang rembulan.
Menghiasi langit malam yang selama ini kuimpikan.
Hatiku bergetar melihat pekatnya malam kian menyebar.
Aku tersadar lembayung senja sudah sepenuhnya pudar.
Mata terbelalak, hatiku koyak, kala kulihat kau tak nampak.
Rindu yang bergejolak lenyap oleh sendu yang memuncak.
Kutatap langit malam dalam keheningan.
Sang rembulan mungkin sudah bosan, sudah enggan, menemaniku yang kian kesepian.
Aku sadar, aku hanyalah manusia yang haus perhatian.
Aku tak mampu membuat keajaiban.
Untuk mengundang sang rembulan datang ke pangkuan.
Rembulan
Pekatnya malam terasa begitu mencekam.
Gelapnya sang malam terlihat begitu kelam.
Hari ini terasa begitu cepat sang malam datang,
Padahal rinduku pada senja belumlah hilang.
Ku duduk terdiam di alam hayalan.
Bersandar pada pohon lamunan.
Menikmati setiap detik kesendirian.
Menghibur diri yang kian kesepian.
Dalam keheningan kutatap sang rembulan.
Terbayang wajahnya yang sempat kudambakan.
Mengingatnya perasaanku kian berantakan.
Kenapa dirinya meninggalkanku tanpa ada alasan?
Rembulan.
ingin kucurahkan semua yang kurasakan.
Namun, aku malu untuk mengungkapkan.
Kini hanya kepadamu rindu ini kupercayakan.
Kini rasa cinta ini kepadamu aku titipkan.
Rembulan.
Ingin rasanya ku memelukmu dalam tidurku.
Menceritakan kisah sendu yang telah berlalu.
Melewati setiap malam yang kelam bersamamu.
Namun kutahu, dirimu bukan hanya untukku.
Senja Yang Tersisa
Kulihat sang mentari hanya tinggal separuh.
Seperti halnya cintaku yang tak lagi utuh.
Kutatap langit yang kian gelap gulita.
Bagaikan hatiku yang kini kian menderita.
Hati ini kian rapuh melepuh hingga akhirnya lumpuh.
Kasih ini kian keruh lusuh hingga akhirnya runtuh.
Rindu yang kurasa kini sirna membuatku merana.
Rasa yang pernah ada membuat luka ini tercipta.
Cinta yang kudamba kini tiada meninggalkan duka.
Entah berapa lama lagi kutatap nanar sang senja.
Senja yang mengingatkanku kepadanya.
Kepada wanita yang kini telah tiada.
Tiada lagi di dunia yang kini terasa hampa.
Ku harap waktu mampu menyembuhkan luka,
Ku harap masa bisa membuatku melupakannya,
Walau dalam hati, ingin selalu kuingat dirinya.
Selagi aku menikmati senja yang kini perlahan tiada,
Aku berdo'a semoga kau tenang di alam sana.
Tunanetra
Malam telah merentangkan sayapnya.
Rembulan sudah menampakan wajahnya.
Bintang bertaburan indah di sekitarnya.
Tapi, keindahannya tak mampu membawa,
bahagia pada hatiku yang tengah merana.
Duka nestapa sudah sering kualami.
Kesedihan terlalu sering kujumpai.
Kebahagiaan hanya dalam lamunan.
Kesenangan hanya sekedar impian.
Untuk apa sebenarnya kehidupan diciptakan?
Jika yang kurasakan hanya kesedihan.
Apakah benar di dunia ini ada kebahagiaan?
Karena yang selalu ku temukan hanyalah kegagalan.
Kenapa di dunia harus ada waktu malam?
Padahal siang hari kurasa sudah begitu kelam.
Kudengar bahwa mentari itu berpijar.
Hingga mampu membuat rembulan bersinar.
Apakah itu benar?
Kudengar bahwa pelangi itu berwarna.
Kudengar juga tentang indahnya purnama.
Apakah di dunia, hal seperti itu memang ada?
Selama ini yang kutatap hanya kegelapan.
Keindahan yang kulihat hanya sebatas hayalan.
Di malam yang sepi ini aku berdo'a kepada Ilahi.
Semoga suatu saat nanti aku dapat melihat pelangi
yang katanya berwarna-warni.
Jiwa Yang Kesepian
Kurelakan cinta yang kurasakan kini lenyap.
Bersama senja yang muncul hanya sekejap.
Rindu dalam relung hati kurelakan untuk pergi.
Bersama tenggelamnya sinar sang mentari.
Senandung sendu kulantunkan dalam hayalan.
Mengantar kepergian harapan menuju jurang kehancuran.
Sebait puisi pilu kubacakan di dalam angan.
Menggiring milyaran impian menuju lembah kesengsaraan.
Dengan rintih kesedihan aku terbaring di kesunyian.
Berselimutkan risau, beralaskan kegelisahan.
Hatiku meronta meminta tolong dan belas kasihan.
Jiwaku hampa tak berdaya menunggu uluran tangan.
Seseorang yang dengan dermawan menawarkan kebahagiaan, pada jiwaku yang kian kesepian.
Mengharapkanmu
Begitu ingin ku menyapamu.
Tapi entah kenapa diriku seakan bisu.
Begitu ingin ku menatapmu.
Tapi aku hanya mampu melirikmu.
Rasa bersalah yang membuatku resah,
Membuatku berpikir untuk menyerah.
Rasa berdosa yang membuatku tak berdaya,
Membuat harapanku seakan sirna.
Kau tahu..
Harapanku selama ini adalah memilikimu.
Tapi kini kurasa aku tak pantas untukmu.
Terlalu banyak kekuranganku.
Walau begitu, cintaku takan pernah layu.
Kau tahu..
Mulai saat ini ku akan terus berusaha.
Membuat impianku menjadi nyata.
Hingga pada masanya tiba.
Diri ini pantas untuk kau cinta.
Luka
Sesaat kulihat bayangmu dalam bias lembayung senja.
Sekejap siluetmu tergambar jelas di cakrawala.
Kenapa suasana ini selalu kurasa dikala senja sirna?
Apa hati ini belum lepas dari belenggu yang pernah kau cipta?
Dalam hening ku sambut datangnya malam.
Dalam diam kurasakan duka yang mendalam.
Ingin rasanya ku terbang menuju rembulan.
Mencari ketenangan yang selama ini kuimpikan.
Segores luka di hati yang kuderita kini kian menganga.
Setitik duka yang kau cipta membuat hidupku hampa.
Kususuri jalan takdir dalam bayang kelam menyakitkan.
Kutapaki kenyataan dengan iringan kesedihan.
Kabar Pembawa Gusar
Pagi ini aku mencarimu di ruang rindu.
Menelisik setiap titik yang ada di hatiku.
Namun, tak jua aku menemukanmu.
Dimanakah engkau pujaan hatiku?
Apa kau telah lelah menungguku?
Ku kirim beberapa pesan untuk dirimu.
Berisi sajak-sajak pengundang rindu.
Namun, tak jua kulihat bayanganmu.
Kemanakah engkau putri senjaku?
Apa kau bosan mendengar puisiku?
Ku coba titipkan kata pada sang surya.
Mungkin kau akan mendengarnya.
Namun, tak jua engkau menyapa.
Dimanakah engkau sekarang berada?
Apa kau tak percaya diriku masih setia?
Aku menyerah pada resah yang kian parah.
Aku mengalah pada salah yang membuatku pasrah.
Aku menyesal pada kesal yang membuatku bebal.
Aku semakin sebal pada kenal yang membawa sesal.
Wahai pujaan hati yang kini tengah bersembunyi.
Percayalah padaku, tak mungkin cintaku terbagi.
Jangan sampai kabar burung kau percayai.
Mungkin ku mengenalnya, tapi tidak untuk mencintai.
Pagi Yang Kelabu
Ku tertatih menapaki jalanan sunyi,
Meratapi pilu yang menimpa diri.
Ku merangkak melewati jalanan sepi,
Tanpamu aku tak sanggup berdiri lagi.
Gerimis datang, membuat sendu kian mengembang.
Semilir angin, menambah sedih kian bersarang.
Pilu di dalam hati, kini semakin menguasai.
Secercah sinar mentari, tak mampu menghangatkan lagi.
Pagi hari yang kelabu,
Membuat hati kian membeku.
Rindu yang selama ini ku tunggu,
Kini layu bersama kepergianmu.
Kini ku sendiri dalam ruang hampa tanpa adanya cinta.
Mencoba kembali merajut kasih yang telah lama sirna.
Meraih mimpi yang telah hilang ditelan awan.
Mendayung asa untuk mencapai tanjung harapan.
Akhir Segalanya
Awan kelabu menaungi sang pagi.
Mentari bagai tak bisa bersinar lagi.
Angin semilir menambah getir dalam hati.
Kicauan burung seolah tengah menakuti.
Apa yang tengah terjadi wahai gerangan,
Kenapa salamku pagi ini tak kau hiraukan.
Ku berdiri melangkah menuju kesunyian.
Ku menatap nanar gelapnya kesendirian.
Rindu yang memburu kini membeku.
Cinta yang kurasa kini kering tanpamu.
Pagi hari yang biasanya begitu syahdu,
Kini gelap dan kelabu diselimuti sendu.
Harapan tinggal hayalan.
Impian tinggal kenangan.
Dusta menimbulkan luka.
Cinta meninggalkan duka.
Mungkin ini akhir segalanya.
Sendu Bagiku Indah Bagimu
Pagi ini ku kunjungi ruang lamunan.
Menjenguk bayangmu dalam kenangan.
Aku tak tahu apa yang harus dilakukan.
Saat kau bersanding di kursi pelaminan.
Hari itu, undanganmu memanggilku.
Mengguar luka yang telah berlalu.
Saat kau pergi meninggalkanku.
Tak lama sebelum pernikahanmu.
Pagi ini kupandangi siluetmu yang tergambar.
Ku tatap nanar memori indah yang kian memudar.
Tak mampu diriku datang melihatmu bersamanya.
Yang kubisa hanya mengirim kata semoga bahagia.
Pagi ini mungkin cerah untukmu.
Tapi bagiku, ini pagi yang kelabu.
Hari ini mungkin indah bagimu.
Bagiku, ini hari yang begitu sendu.
Untukmu yang kini tengah gembira.
Semoga kau bahagia hidup bersamanya.
Itu isi pesanku yang mungkin kau terima.
Tapi apa kau tahu? hati ini berkata sebaliknya.
Pagi Merindu
Ketika pikirku melayang menerawang.
Ketika lamunan kian membentang.
Ku coba menerka sedang apa gerangan.
Pujaan hati yang selalu ku impikan.
Syahdunya nuansa sang pagi,
Membuatku nyaman merenungi.
Hangatnya cahaya sang surya,
Membuatku betah memikirkannya.
Setiap lembar kenangan indah tergambar.
Membuat rinduku padamu kian membesar.
Setiap detik memori nan syahdu terbersit.
Membuat rasa cintaku padamu kian melejit.
Entah sampai kapan ku berdiri di ruang lamunan.
Entah sampai kapan pikirku melayang dalam hayalan.
Mungkin, sampai tiba saatnya kita berjumpa,
Melepaskan rindu dalam dada yang tengah membara.
Untukmu seseorang yang jauh dariku.
Cobalah pejamkan mata indahmu.
Sebutlah namaku di dalam hatimu.
Maka rinduku akan datang menemanimu.
Putri Senjaku
Dalam hening sepi pagi ini terasa begitu sunyi.
Pagi indah kemarin kini telah berlalu pergi.
Meninggalkan jejak kenangan yang tak 'kan terlupakan.
Menambah koleksi memori indah yang selama ini kusimpan.
Mentari terlihat bangga memberikan kehangatannya.
Awan di langit terlihat begitu senang mendampinginya.
Iri hatiku ini melihat mereka bisa terus bersama.
Walau jarak antara keduanya begitu jauh nyatanya.
Kupejamkan mata.
Kutenangkan jiwa.
Kusebut namamu.
Wahai putri senjaku.
Kurasakan lelah ini telah musnah luluh oleh rindu.
Rasa sedih yang kurasa kini sudah berlalu.
Pilu yang menerpa hilang pula ditelan lupa.
Luka yang menganga kini terobati oleh cinta.
Bisik Angin Yang Mengusik
Kala sendu tiba membawa duka.
Kala pilu datang menambatkan luka.
Kala kekecewaan timbul dari rasa percaya.
Penjelasan dirimu hanyalah obatnya.
Aku tengah dilanda kekecewaan.
Tengah bimbang oleh kepastian.
Tengah meragukan kesetiaan.
Darimu yang jauh dari penglihatan.
Pagi ini kuharap apa yang kudengar tidaklah benar.
Aku ingin kabar tentangmu tidak seperti dugaanku.
Tahukah engkau? Cintaku padamu begitu besar.
Rasa sayangku padamu begitu menggebu.
Pagi ini ku tunggu penjelasanmu,
Tentang kabar yang sampai padaku.
Mungkin kekecewaan akan hilang.
Atau kesedihan yang akan datang.
Untukmu yang jauh dariku, Aku percaya kepadamu.
Namun, bisik angin yang kudengar begitu mengganggu.
Karena itu, kabar baik darimulah yang aku harapkan.
Agar ragu yang kurasakan hilang ditelan kerinduan.
Perjuanganku Untukmu
Pagi ini ku mengarungi lautan harapan.
Mendekap rindu dalam bahtera lamunan.
Badai sendu menghadang perjalanan.
Demi dirimu, semua itu tak kuhiraukan.
Pagi ini ku mendaki gunung impian.
Menapaki takdir dengan memikul kenangan.
Walau di jalan banyak rintangan.
Hanya untukmu, aku akan terus berjalan.
Pagi ini ku menyebrangi sungai tujuan.
Melangkah pelan dengan membawa keinginan.
Walau berbatu, licin dan arus menerjang.
Hanya untukmu aku terus maju berjuang.
Kau yang tengah menungguku disana.
Ku harap kau tetap percaya dan setia.
Kepadaku yang kini sedang berusaha,
Mewujudkan semua impian kita.
Kau yang tengah menanti kedatanganku.
Bantu aku dengan do'a dan kesabaranmu.
Jagalah rindu dan perasaan untuk diriku.
Agarku mampu menemuimu di batas waktu.
Cintaku Hanya Untukmu
Dalam keheningan sang pagi, aku berdiri dalam ambang kerinduan.
Menatap bayangmu yang tengah tersenyum dalam hayalan.
Pujaan hatiku, pagi ini kau terlihat begitu menawan.
Senyum manismu, membuat degup jantungku tak karuan.
Pesan darimu pagi ini membuatku gembira.
Selamat pagi cinta, mungkin hanya itu saja.
Namun, kalimat itu membuat rindu sesaki dada.
Membuat rasa cinta kian membara.
Sebait puisi kurangkai tuk menemanimu disana.
Walau kata yang tercipta tak seindah milik pujangga.
Tapi, rinduku yang membara kusematkan di dalamnya.
Percayalah, selama cinta masih kurasa, selama itu pula hanya untukmu saja.
Rindu Bersua Pertemuan
Kasih.
Biasanya kutatap wajahmu dalam bingkai lamunan.
Ku dekap tubuhmu dalam ruang hayalan.
Kurasakan rindu yang kian tak tertahankan.
Menggelora dalam tubuhku memanggil namamu.
Memandang bayangmu membuat nuansa kian syahdu.
Itu hanya kebiasaan pagi hariku yang lalu.
Kasih.
Pagi ini kebahagiaan kurasakan.
Kala kerinduan bersua pertemuan.
Saat sesak di dada hilang kerana kita berjumpa.
Bagaikan sukma bertemu dengan jasadnya.
Kasih.
Ingin rasanya kuhentikan sang waktu yang berjalan,
Agar perjumpaan kita berlangsung tanpa ada perpisahan.
Selama ini, saat seperti inilah yang aku impikan.
Kala jarak yang memisahkan dapat kita singkirkan.
Kasih.
Kini kudapat melihat senyumu didepanku.
Menatap wajahmu nan ayu dihadapanku.
Memegang tangan lembut milikmu.
Dan mengucapkan langsung kata yang kusimpan dalam hatiku.
"aku rindu kamu" "aku sayang kamu" "aku cinta kamu"
Embun
Embun.
Pagi ini kau menghilang begitu cepat.
Menyisakan kerinduan yang kian melekat.
Aku harap esok pagi waktu kan bergulir lambat.
Agar hubungan kita menjadi semakin erat.
Embun.
Setiap pagi kita berjumpa.
Setiap pagi bertatap muka.
Rasa cinta mungkin tumbuh diantara kita.
Atau mungkin hanya aku yang merasakannya.
Embun.
Kuingin selalu menatap wajahmu.
Menikmati setiap inci dari senyummu.
Andai kau menjadi milikku.
Mungkin seluruh dunia akan membenciku.
Embun.
Rasa yang kupendam inginku ungkapkan.
Kalimat-kalimat cinta ingin ku katakan.
Namun, keberanian ini seakan pergi.
Aku takut kau tak mau bertemu diriku lagi.
Embun.
Saat kita berjalan bersama.
Keindahan dunia ini begitu terasa.
Saat kita saling menyapa.
Rasa cinta ini kian membara.
Sayang, tujuan memisahkan kita.
Di persimpangan jalan dunia ini kembali hampa.
Untukmu embun yang menawan.
Kutitipkan salam kepada sang awan.
Semoga hari-harimu menyenangkan.
Esok, kuharap kita kembali berjalan beriringan.
Bayangmu
Pagi ini terlihat begitu indah.
Kala bayangmu muncul mengusir gundah.
Pagi ini embun terlihat mulai memudar.
Namun rindu ini terasa semakin besar.
Untukmu yang jauh di sana.
Kuharap engkau selalu ceria.
Untukmu yang entah milik siapa.
Kudo'akan semoga sehat dan bahagia.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
