
Belum di revisi dan belum ada yang di ubah. Bisa kalian baca secara gratis.
Next rombakan cerita dengan cover sama dan alur yang berbeda akan segera di update .
" Siapapun pelakunya, aku tidak akan memaafkannya." Ucap Sasuke sebagai penutup. Setelah itu ia kembali fokus pada pekerjaan nya.
( cerita ini sudah full di wattpad )
SELAMAT DATANG, GOMEN JIKA ADA TYPO
.
.
.
Pria berambut reven yang bersedia menjalankan rapat perdana dengan para kolega bersama rekan bisnis.
" Papa "
Pria reven tersebut melirik ke arah sang buah hati yang sudah berumur 4,5 Tahun yang memegangi salah satu kaki nya.
" Sasuke - san. Maaf Sarada tidak ingin bersama baby sister " Ujar Jugo sang assisten.
Pria reven bernama Uchiha Sasuke tersebut menyamakan tinggi puteri kecil, mengangkat tubuh Sarada lalu menggendongnya.
" Anak papa tidak boleh manja " Sasuke mengecup kening Sarada dengan sangat lembut. Sarada menggeleng, dia ingin bersama papahnya.
" Jugo, kirimkan mainan untuk Sarada ke ruangan ku " Pintah Sasuke kepada Jugo yang masih setia menunggu intruksi dari tuan nya.
" Ha'ik Sasuke - san."
.
.
.
.
Wanita bersurai merah muda melangkahkan kakinya menuju tempat untuk melakukan misi pertamanya.
" Sakura, kau sudah siap? " Tanya sang sahabat.
Sakura mengangguk mantap, memberikan acungan jempol bahwa moodnya sangat baik " Tentu saja siap Yamanaka Ino " Kekehnya kecil.
Ino membisik " Ku harap kau tidak mengacaukan misi mu."
Gadis di bibir Sakura melungkung ke atas dengan sempurna, lalu Sakura mengambil wine, membuka tutup wine untuk ia minum.
" Ekm. Tentu saja tidak " Ucap Sakura dengan nada serak. Meletakan Wine tersebut setelah meminum sedikit air alkohol untuk melangsungkan misinya.
Ino mengambil tas yang berada di belakang jok mobil, mengintrupsi Sakura untuk turun dari mobil. Sakura yang berada di tempat stir mobil langsung bergerak mengikuti Ino yang sudah turun dari mobil.
" Kita berpencar"
" Ya."
Sakura dan Ino mulai berpencar menggunakan pakaian formal yang di mana mereka akan melakukan misi sebagai mata - mata di perusahan Uchiha Corp.
" HUAAAAAAA " Suara anak kecil mengalihkan pandangan Sakura. Seorang anak kecil berlari sambiri melemparkan boneka beserta menjatuhkan poster yang berada di samping lift bahkan menangis setelah melakukan kekacauan.
Sakura dengan langkahan kaki berjalan cepat menuju anak kecil tersebut. Sesekali menghiraukan tatapan aneh dari penjuru karyawan di Uchiha Corp.
" Hiks "
Anak kecil tersebut meringkukan tubuhnya sambil memeluk kedua lutut yang sudah di tekukan. Sakura menyamakan dirinya setelah sampai di depan anak kecil tersebut.
Sakura merinci anak tersebut yang memiliki rambut hitam pekat, menggunakan dess mungil yang sesuai dengan ukuran tubuh, sepatu merah berpita pink, dan bandana berwarna merah sesuai dengan dress yang di kenakan bahkan kacamata merah non lensa menjadi paduan serasi dengan dress yang dikenakan.
" Hallo, anak kecil." Ujar Sakura sambil mengelus surai hitam pekat, menarik kecil dagu mungil milik anak kecil tersebut untuk berani menatap manik hijau milik Sakura.
" Tatap aku." Dengan takut - takut anak kecil tersebut menatapnya dengan takut tapi sedikit nyaman dengan keberadaan Sakura.
Sakura sendiri mendengar bisikan dari karyawan bahwa anak kecil yang berada di depan nya memiliki kekurangan.
" Ara - ara, kau takut? " Tanya Sakura gugup. Anak kecil tersebut mengangguk, Sakura mengambil kartu yang berada di tangan tangan mungil tersebut.
Sakura tersenyum saat membaca kartu tersebut dengan tulisan My Salad.
" Aku tebak nama mu Sarada? "
Sarada mengangguk dengan wajah menggemaskan.
" Kau takut dengan ku? "
Sarada menggeleng, memeluk Sakura dengan erat. Sakura yang menjadi pusat perhatian menjadi memerah seketika, wajahnya memerah.
" Sarada " Sakura mengelus surai hitam pekat dengan onyx kelap yang di miliki oleh Sarada. Entah anak siapa itu.
Seseorang datang dengan tergesah - gesah, pelukan Sakura terlepas oleh Sarada hanya karna pria berjas di belakang Sakura.
" Nee ada apa Sarada? " Sakura memutarkan sedikit tubuhnya yang masih menyamakan tinggi Sarada.
Sakura langsung berdiri tegap, menarik Sarada untuk menjauh dari pria berjas tersebut.
" Siapa kau? " Tanya Sakura.
" Saya asissten presdir dari anak itu "
Sakura mendekatkan tubuhnya kearah pria berjas " Siapa nama mu? "
" Jugo."
Sarada yang masih takut dengan Jugo, memegang tangan Sakura cukup erat " Ma-mmmm" Sarada bergumam sangat kecil, bibir beserta suaranya sangat tidak bisa di gerakan bahkan di keluarkan dengan jelas.
Dia takut.
.
.
.
Sasuke mencari Sarada kesetiap ruangan mencari sosok anak kecil yang terbilang sangat penting untuk hidupnya.
" Sarada kumohon jangan membuat papa mu ini khawatir " Ucap Sasuke sambiri mengigit kuku buku. Tangan kanan menggenggam ponsel untuk menghubungi Jugo.
Sasuke bergerak ke pintu ruangan yang terakhir saat membuka pintu tersebut seseorang menyerangnya dari belakang.
" Ughkk " Sasuke tergelunsur ke dalam ruangan dengan seseorang wanita berambut merah muda.
" KAU!!!! "
EPS 2
Happy Reading 📖
.
.
.
Di ruang rapat Uchiha Corp para karyawan mendudukan diri di bangku yang sudah disediakan oleh pemilik perusahaan. Sesekali gadis berambut merah muda tersebut menghela nafas, kedua tangan menarik rok mini yang ia gunakan untuk memasuki ruang rapat hanya untuk berkenalan.
Gadis tersebut berjinjit saat waktunya untuk mengenalkan diri setelah Yamanaka Ino sahabat pirang yang sudah lama ia kenali.
" Haruno Sakura, Salam kenal semua " Gadis tersebut tersenyum simpul menatap para karyawan yang sejenjang dengan dirinya.
Hanya Untuk misi.
.
.
.
Sasuke mengusap wajahnya cukup kasar, sesekali menghela nafas cukup panjang. Pertemuan singkat dengan mantan kekasih yang di mana ia bertemu dengan Sakura.
" Jugo, selidiki Haruno Sakura. Sekarang!! "
" Ha'ik Tuan."
Jugo langsung bergegas menu tempat penyelidikan biodata. Menutup pintu ruangan dengan sopan dan tak lupa membungkukan badan untuk mengakhiri pertemuan dengan snag presdir.
Sasuke mengingat kembali pertemuan Sakura.
" Kau?! " Sasuke memegangi tubuh Sakura yang terjatuh menenai dirinya.
' Sial! Dia mabuk ' Batin Sasuke.
Ingatan Sasuke buyar seketika. Tangan kanan memegang kertas asuransi, tak lupa meremas apapun itu yang ada di tangan nya.
" Aghhh!!! Wanita itu hadir kembali."
Suara pintu terbuka terdengar jelas oleh Sasuke. Ia pun langsung menjinjit kecil melihat sang puteri kecil hadir menemuinya.
" Anak papa " Sarada datang berlari kecil saat Sasuke menjulurkan tangan kedua tangan menuju Sarada. Sasuke menyamakan tinggi Sarada lalu memeluk puteri kecil.
" Sarada anak papa " Sarada mengangguk kecil mendengar ucapan Sasuke. Sesekali Sasuke mengecup kening Sarada " Apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkan papa okey? "
Sarada mengangguk. Gadis kecil tersebut belum berani mengeluarkan suaranya, dia rindu mamanya yang tidak pernah berkunjung ke kediaman Uchiha.
Baby sister datang membawakan pakain untuk Sarada. Sasuke mengalihkan pandangan ke baby sister tersebut.
" Ayame, tolong jaga Sarada."
" Baik tuan."
Sasuke meletakan Sarada di trolli " Sarada main bersama bibi ya."
Sarada mengangguk. Ayame langsung menggerakan troilli sambiri mendorong trolli tersebut dengan santai.
Saat Ayame sudah pergi bersama Sarada, pintu tersebut terkunci otomatis. Sasuke langsung mengambil dasi yang kemarin ia pakai saat bertemu dengan Sakura.
Perlahan Sasuke mengambil sehelai benang merah muda dengan pinset yang sudah di sediakan di ruangan.
" Ck. Dari dulu kau selalu menyusahkan ku " Ucap Sasuke terkekeh kecil. Surai merah muda tersebut Sasuke masukan ke dalam tempat rahasia yang di mana ia akan melakukan tes DNA.
***
Yamanaka Ino sahabat rival Haruno Sakura menggerekan kedua tangan di atas udara. Sambiri melirik ke arah Sakura yang masih melamun, memikirkan sesuatu.
" Hey! Jidat. Kau kenapa? " Tanya Ino. Sedikit menyenggol bahu jenjang Sakura.
Sakura menoleh " Ehm? "
" Kau melamun? "
" Sedikit."
Sakura mendudukan diri di tempat taman tak jauh dari Uchiha Corp. Sesekali menatap kuku jemari yang mulai panjang.
" Apa kita harus kesalon? " Tanya Sakura.
" Hey! Kita ini pembunuh bayaran, kenapa harus kesalon." Balas Ino ketus, bola matanya berputar ke arah Sakura dengan bosan.
Sakura menghela nafas, sejak tadi Ino terus memperhatikan sahabat merah mudanya itu selalu menghela nafas.
" Kau ini seakan sedang memikirkan anak mu saja." Sakura melirik ke arah Ino yang berbicara ngelantur tak tau arahan.
" Aku belum punya anak Ino!! Bahkan aku tidak memiliki suami, bagaimana bisa." Ketus Sakura emosi mengebu - ngebu.
Ino yang awalnya hanya becanda hanya bisa terdiam menatap Sakura " Aku becanda,Jidat."
" Hm. Becanda mu keterlaluan!" Sakura mendirikan bokongnya yang tidak lama berada di taman, langsung bergegas memasuki ruangan kantor Uchiha Corp kembali.
Tidak sengaja saat di perjalanan melewati taman untuk menuju kantor Uchiha Corp melihat anak kecil itu lagi.
" Sarada? " Entah sejak kapan kedua kaki Sakura berjalan menuju Sarada.
Sarada tersenyum, kedua tangan mungil Sarada bergerak untuk meminta Sakura menggendongnya. Sakura langsung meminta izin kepada perempuan yang membawa Sarada.
" Apa kau ibunya? " Tanya Sakura yang merasa Sarada memiliki warna rambut yang sama dengan Sarada.
Perempuan tersebut menggeleng yang ikut merasa tatapan Sakura seakan menanyakan dirinya " Bukan, saya hanya baby sister Sarada."
" Siapa nama mu? " Tanya Sakura sambil mengambil alih Sarada untuk mamasuki pelukan hangat. Sarada membalas pelukan tersebut setelah menggendong dan mengangkat dari trolli.
" Ayame, nona."
" Hm. Nama yang bagus."
Setelah mengucapkan hal tersebut kepada Ayame. Sakura merasakan tangan mungil Sarada mencakup pipi kanan nya.
" Sarada? Ada apa Sayang." Sarada memegang tangan Sarada yang berada di pipinya. Jujur saja, Sakura tidak suka siapapun yang memegang pipinya tanpa seizin darinya. Tapi kali ini Sakura tidak bisa berkutip untuk marah kepada bocah tersebut.
Semenjak onyx kelap Sarada bertemu dengan Emerald Sakura membuat jantung Sakura berdetak kencang menandakan ada ikan lebih dari bocah tersebut.
" Mama " Ucap Sarada pelan.
Sakura menggeleng panik. Sarada semakin kencar memanggil dirinya sebutan Mama, bagaimana jika mama aslinya datang dan memarahinya? Oh astaga Sakura.
" Bu- bukan, aku bukan mama mu nee " Sakura mengecup kening Sarada yang di mana Sasuke sering mengecup kening tersebut.
Sarada tersenyum lembut, memegangi kening yang masih terasa kecupan dari Sakura. Onyx kelap yang berawal hitam menjadi hitam terang benerang.
" Maaf nona, Sarada tidak bisa bicara."
Deg!
Sakura bungkam, mata hijau milik Sakura masih terpacu pada onyx kelap milik Sarada yang ingin memints lebih dari sebuah kecupan.
" Ingin bermain dengan ku? " Tanya Sakura. Sarada langsung mengangguk setuju.
" Yosh! Bibi aku pinjam Sarada nee "
Ayame lansung mengambil trolli yang berada di depan Sakura. Membiarkan Sakura menggendong Sarada untuk bermain sebentar.
Ternyata Sakura membawa Sarada berada di pangkuan nya yang di mana Ino masih menatap Sakura dengan kebingungan melihat intraksi Sakura yang seakan benar - benar ibu kandung dari anak tersebut.
Suara telfon berdering, pandangan Ino teralih dengan panggilan tersebut. Setelah selesai menjawab saluran telfon tersebut, bergegas menuju Sakura.
" Jidat." Panggil Ino.
Sakura menoleh " Apa, pig? "
" Bos bilang. Misi kita di ubah."
Ayame mengeritkan dahi saat wanita pirang tersebut mengatakan Miisi?! Bukankah misi hanya di gunakan orang penting? Seperti sesuatu yang butuh proses untuk di laksanakan.
Sakura yang menggendong Sarada, tangan kanan menyentuh sesuatu yang membuat Ayame beserta Ino membelalakan mata.
" Oh astaga, Sarada" Sakura menyinggirkan tangan mungil Sarada " Aku bukan mamah mu okey? Minta sama papa mu jika ingin menyusu." Sakura menatap onyx Sarada yang mulai berkaca - kaca.
Baby sister Sarada mulai merasa aneh tentang sikap Sarada seakan mengetahui siapa orang tuanya, kerna di usia Sarada kebanyakan anak memiliki insting lebih kuat dari orang dewasa.
Ino mengusap wajahnya cukup kasar yang di takuti semakin menjelajar di lubuk hatinya. Ino tidak yakin jika Sakura akan melakukan misi dengan benar jika mendekatkan bayi Uchiha tersebut.
Sakura langsung memberikan Sarada ke Ayame, sang baby sister. Tangan mungil Sarada tak ingin lepas dari pelukan wanita merah muda itu.
" Mama.."
T B C
Happy Reading 📖
.
.
.
Sasuke yang sudah membawa Sarada ke ruang yang dimana sang dokter mengatakan Sarada harus melakukan terapi. Jujur saja hati Sasuke sangat tersakiti di sini terutama melihat buah hatinya yang masih sangat kecil sudah melakukan terapi seperti itu.
Sesekali Sasuke mengusap lembut pipi Sarada dengan gemas.
" Sasuke - san. Apa Sarada sudah pernah mengonsumsi asi? " Tanya sang dokter.
Sasuke menggeleng " Dari kecil kami tidak memberikan Sarada sembarangan asi."
" Kalau begitu, saya harus memaksakan tuan untuk mensetujui Sarada untuk mengonsumsi Asi demi kebaikan Sarada." Ucap Sang dokter.
Sasuke yang menatap dokter tersebut dengan rasa tak rela bahkan berat hati jikalau Sarada mengonsumsi dari wanita lain selain ibunya sendiri.
Dokter tersebut bernama Shizune sudah mengetahui bahwa Sarada di besarkan tanpa seorang ibu. Meski sedikit iba kepada buah hati Uchiha tersebut dirinya harus memaksa tuan Uchiha untuk menandatangani surat persetujuan penyusuan asi.
" Baik. Ini demi Sarada puteri kecilku." Ucap Sasuke tegas.
Shizune tersenyum simpul " Surat akan saya cetak sebentar tuan mohon bersabar sebentar."
" Hn."
Sasuke tersenyum kepada Sarada yang sudah tenang, mungkin karna dokter memberikan suntikan penenang untuk buah hatinya. Sasuke mengelus punggung Sarada yang tertidur sambiri memegang dasi sang ayah.
" Gomenasai papa belum bisa berperan menjadi ibu sekaligus ayah untuk mu." Sasuke bergumam kecil. Shizune bisa mendengar di ujung sana yang di mana Shizune sedang melakukan percetakan dokumen untuk di tandatangani.
.
.
.
Jujur saja Sakura sangat gugup sekaligus menahan rasa sakit di bagian dadanya. Ino berperan sebagai sahabat beserta kakak berusaha untuk menenangkan Sakura yang terus mendesah lelah.
" Sudahlah Sakura tenang saja."
Sakura yang berusaha menetralkan nafasnya beserta jantung yang tiba - tiba bertegup kencang bagaikan wahana permainan " Tapi Ino, ini baru pertamakali aku akan menyusui seorang anak."
Ino menepuk pundak Sakura. Sang dokter datang membawa dokumen yang sudah di setujui oleh Sakura.
" Nona Sakura segara duduk di sana, saya akan memeriksa kandungan Asi anda terlebih dahulu."
Sakura mengangguk, Ino menuntun Sakura menuju ranjang rumah sakit yang berukuran cukup satu orang. Dokter Tsunade mulai memerintahkan Sakura untuk membuka kancing baju yang di kenakan, sang sahabat yaitu Yamanaka Ino membantu Sakura .
" Kandungan asi anda cukup bagus, Sakura - san. Hanya saja besok - besok harus mengonsumsi makanan sehat, kurangi alkohol."
Emerald Sakura beserta Ino saling berpandangan satu sama lain. Mengingat misi mereka saat pagi kemarin yang dimana Sakura meminum wine untuk melancarkan misinya.
" Hai'ik " Ucap Sakura gugup, menahan untuk tidak mengumpat dokter yang seakan menyindir dirinya.
Seseorang membuka pintu. Tsunade bertemu dengan Shizune memberikan dokumen yang sudah di tandatangi oleh seseorang yang meminta Sakura untuk mengusui anak dari sipenandatangan.
Beberapa menit, Sakura menghela nafas sejenak saat seorang pria datang membawa anaknya yang sudah tenang di pelukan pria tersebut.
Ino melirik ke arah Sakura " Anak itu.."
**
Sasuke membuka pintu ruangan yang di mana dirinya sempat mengekori Shizune saat membuka pintu onyx Sasuke membulat melihat wanita yang sedang si periksa oleh dokter Shizune beserta dokter yang tidak di kenal oleh Sasuke.
" Sasuke - san, berikan Sarada kepada wanita ini untuk menyusui Sarada " Ucap Shizune kepada Sasuke.
Perasaan Sasuke lega saat mengetahui siapa yang menyusui buah hatinya meski di hati lain Sasuke sangat membenci wanita yang berada di depan nya saat ini. Sasuke memberikan Sarada yang tenang kepada Shizune, sedikit sulit karna Sarada masih memegangi dahi Sasuke.
" Sarada, tidak apa sayang. Papa ada di sini." Sasuke mengecup kening Sarada pelan seakan memberikan kekuatan untuk puteri kecilnya itu.
Ino menutup mulutnya secara rapat takut menganggu situasi yang cukup menegangkan itu. Shizune dan Tsunade menyarankan Sasuke sang ayah dari Sarada untuk keluar dari ruangan.
Sarada yang sudah berada di pangkuan Sakura menatapnya penuh intens " Mama." Hanya itu yang Sakura dengar dari mulut Sarada.
Ino tidak bisa berkutip apa - apa lagi, dirinya tidak tau apa yang sudah terjadi dengan sahabat merah mudanya itu, Haruno Sakura.
" Kau berutang penjelasan kepada ku, Sakura" Bisik Ino pelan sebelum Ino meninggalkan Sakura di ruangan bersama para dokter. Terutama Ino tak sengaja melihat wajah pria reven yang seakan tenang siapa yang menyusui anaknya itu.
" Terserah kau saja." Balas Sakura saat Ino mulai berjalan menuju pintu. Sakura hanya memikirkan bahkan fokus kepada anak yang sedang memberikan asi.
Sarada menatap lucu kepada Sakura, mata lentik Sarada membuat Sakura tersenyum hangat terutama saat Sarada menyusu dengan santai dan sangat lembut seakan sedang menikmati masa kehangatan bersama sang ibu.
" Gomenasai " Ucap Sakura tanpa sadar. Tangan kanan Sakura mengusap lembut surai hitam milik Sarada. Entah kenapa Sakura bisa mengatakan kalimat tersebut kepada anak kecil yang baru saja ketemu kemarin. Bahkan tangan kanan Sakura menyentuh batang hidung Sarada dengan lembut menggunakan jari telunjuk, emerald manik hijau Sakura membulat saat jari telunjuknya di sentuh oleh Sarada.
Sakura mengeluarkan liquid kecil di ujung matanya, dia sangat tersentuh dengan genggaman kecil dari tangan Sarada. Siapapun tolong Sakura dia sama sekali tidak mengingat hal apapun sekarang.
" M-mmmam " Gumam Sarada pelan di sela - sela menegukan air asi. Sakura merintis sakit saat Sarada semakin kuat menyusu di sana.
" Pelan - pelan Sarada sayang, mama di sini." Balas Sakura dengan kekehan kecil. Sakura rasa dia akan menggantikan posisi ibu Sarada untuk saat ini.
Sasuke yang berada di kursi tunggu hanya bisa menghela nafas cukup panjang saat merasakan wanita pirang tersebut menatapnya secara terang - terangan.
" Berhenti menatapku, nona."
T B C
Happy Reading 📖
.
.
.
FLASHBACK
" Jadilah pacar ku " Ucap Sasuke datar nan dingin, langsung membetulkan tiga kancing Sakura yang terbuka.
Bola mata Sakura membulat seketika, rona merah di kedua pipi nya merona. Meski Sasuke yakin hubungannya ini adalah sebuah takdir.
" Baiklah " Jawab Sakura tegas tanpa gugup.
Sasuke langsung menggandeng nya menuju suatu tempat, hentakan kaki sang gadis terdengar membuat Sasuke menghentikan langkah nya.
" Ada apa? " Tanya nya.
" Mau kemana? " Tanya kembali Sakura sinis.
" Tenang saja, aku tidak mengajak mu ke dalam kamar hotel. Ikuti saja " Jawab Sasuke datar.
Seketika Sakura menghela nafas nya, kembali membalas genggaman tangan Sasuke.
.
.
Jika Ceria ini menarik jangan lupa untuk memberikan dukungan dalam cerita ini
.
.
2015 Desember.
Gadis SMA tingkat jurusan tingkat 2 kedokteran sedang berjalan menuju rumahnya sambil mengunyah cilok isi kimchi. Angin yang tertiup sepoy - sepoy terkadang sedikit mengangkat ujung rok pendeknya yang sering membuatnya keluar dari ruang BP. Makannya pun belepotan,banyak tersisa saus kimchi yang menempel di wajah putih pucat akibat minta cream malam ibunya.
" Haish... Kenapa abang es doger tidak pernah mangkal lagi di sekolah, padahal cilok paling enak di duetin es doger." Gerutu Haruno Sakura yang mulutnya penuh dengan cilok. Sesekali ia mengkipas - ngipas poninya yang mulai basah oleh keringat.
Namun, saat sedang asik- asiknya makan, Haruno Sakura seperti mendengar suara derap langkah seseorang di belakangnya. Dasar Sakura yang cuek, ia tidak mempedulikan suara tersebut dan masih asik menghabiskan sisa ciloknya.
" NONA! " Tiba - tiba terdengar suara laki - laki dibarengii dengan tepukan keras di bahu Sakura.
" Yaa!! " Teriak Sakura kaget, bahkan ia hampir tersedak tusukan cilok.
" Benar kamu yang bernama Cerry?" Tanya laki - laki tersebut.
" Duh Mas! Ngaggetin aja deh. Hampir aja ni tusukan ku telen." Ujarnya sambil menunjuk tusukan bambu.
" Maaf,sebelumnya perkenalkan, saya Kim Seok Jin, saya kurir Burung Dara Pos yang membawa paket kamu." Katanya sambil menunjukan sebuah kotak besar berlambang Uchiha.
" What!? Mas sepertinya salah alamat, saya bukan Cerry."
" Tapi paket ini buat kamu. Saya sudah tiga hari tiga malam nyari rumah Cerry, sampai lupa rumah saya sendiri di mana!"
" Duh mas, nama saya Sakura, HARUNO SAKURA, bukan Cerry." Sakura menggeleng.
" Ya udah anggap aja kamu Cerry ya' " Balasnya tak mau kalah.
" Ihh masnya nyolot banget sih, saya Haruno Sakura bukan Cerry. Mungkin itu buat mamanya si Anya yang ada di anime itu."
" Udah lah terima aja,nih! " Ujar Seokjin sambil menyerahkan secara paksa kotak besar berlambang Uchiha kepada Sakura.
Kemudian pergi begitu saja, Sakura bengong. Sedetik kemudian dia langsung berteriak - teriak kaya tarsan.
" EH MAS! Jangan main pergi aja, woi mas!!" Teriak Sakira sambil mengacungkan sepatunya. Kalau ia tidak ingat sepatu yang ia pakai adalah sepatu endorse dari online shop yang masih dalam masa promo, ia pasti sudah melemparkan sepatunya ke kurir tersebut.
" Ih,dasar mas - mas aneh, tapi.. emang paket ini buat ku ya? Ya sudahlah bawa pulang aja." Ucap Sakura pasrah.
***
Setelah tiba di kamarnya Sakura segera duduk di kursi meja belajar sambil mengamati dengan seksama kotak besar berlambang Uchiha yang tadi ia dapatkan dari Mamang paket. Kalau dilihat dari bentuknya yang sebesar kardus mie instan, sudah pasti isinya bukan mesin cuci ataupun kulkas dua pintu. Cukup lama menebak - nebak isi di kotak tersebut. Akhirnya ia putuskan untuk membukanya.
.
.
Setelah membuka dan membaca kertas alamat yang menempel di bawah kotak. Sakura menghela nafas panjang, hatinya luar biasa jengkel melihat tulisan yang tertera di kertas tersebut.
" JELAS AJA TIDAK KETEMU!!! " Teriak Sakura frustasi.
" Gimana sih Uchiha Sasuke tuh, ngajak pdkt pakai nama palsu seperti ini udah gitu nama aslinya di pojokan,mana kelihatan coba, malah alamat rumahnya cuma ' Rumah Cerry ' Terus kalau aku tinggal di kolong jembatan dia tulis ' Kolong Jembatan Cerry' gitu? Jelas aja tuh Mamang kurir gak ketemu alamat rumah ku.Arrrghhhhh..." Sakura ngoceh secepat rapper. Ia mulai naik darah dengan tingkah Uchiha Sasuke yang mengajak pdkt dengan mengirimkan sebuah barang yang cukup mengejutkan.
Setelah menenangkan hatinya, Sakura langsung membuka kotak tersebut. Ia sungguh terkejut apa yang di lihat sekarang yaitu Official membership kit BTS. Boyband yang kini tengah Sakura sukai selain Uchiha Sasuke, ia benar - benar tergila - gila dengan BTS. Ia mengoleksi semua merchandise yang berhubungan dengan BTS, mulai dari album, lightstick, poster,pohoto card,baju, bendo kelap - kelip, dan membership ini juga yang akan menambah koleksi tentang BTS.
Sakura juga sering datang ke konser dan dan meeting hingga ke acara musik saat BTS melakukan comeback album terbaru. Walau kadang Sakura sering dibilang penonton alay karna sepanjang acara musik ia berteriak lalalaalala yeyeyeyeyey lalallala. Terakhir ia bahkan sempat diusir satpam karna saat acara berlangsung ia berteriak " WOIII KIM TAEHYUNG NIKAHIN HARUNO SAKURA CEPATANN!!! NANTI YANG NANGGUNG SESERAHANNYA UCHIHA SASUKE!!" Begitulah Sakura. Dia sedang menghalu sekarang.
AUTHOR POV
- OFF FLASHBACK
Sasuke tersenyum simpul menatap layar ponsel yang dimana Sasuke membuka galery mengecek sesuatu di google drive, kenangan yang indah.
" Apa dia masih tergila - gila dengan 7 orang yang menyebalkan itu." Gerutu Sasuke pelan. Ino yang melihat tingkah aneh dari Uchiha Sasuke melirik tajam dengan ekspresi geli.
Sakura yang berada di dalam masih menatap Sarada yang mulai tertidur dengan tenang dan tentram.
" Apa papa mu tidak mau menikah lagi? " Kekeh Sakura pelan, mengecup kecil pipi Sarada yang sudah tertidur di pelukan Sakura.
Sakura bisa merasakan kehangatan disini, terutama saat melihat wajah Sarada yang sangat tenang sama seperti dirinya. Sakura tidak tau kenapa dirinya sangat takut jika Sarada akan jauh darinya.
" Sarada, aku masih bingung siapa ibu mu sebenarnya? Tega sekali mengelantarkan mu seperti ini."
T B C
[ Sarada 4,5 Tahun ]
Happy Reading 📖
.
.
.
" SUSTERR DOKTERRR!!! " Teriak Sakura di dalam ruangan. Sasuke dan Ino langsung membuka pintu, tak lupa Ino memanggil dokter untuk menuju ruangan.
" Ada apaa?! " Tanya Sasuke tegas, raut wajah nya berubah menjadi kemerahan. Sakura menatap sayu kepada Sasuke, puteri kecil Uchiha tersebut mengalami kejang - kejang.
Tsunade datang memerintahkan Sakura untuk meletakan Sarada di ranjang, Sasuke sedikit gagap saat melihat sesuatu yang baru saja keluar dari mulut Sarada. Sesekali Sasuke menegukan salivanya, pandangan Sasuke semakin tidak fokus antara dua hal.
Sarada yang kejang - kejang atau sesuatu yang keluar dari mulut Sarada yang menggantung.
Iman Sasuke dipertaruhkan sekarang.
Sasuke langsung menepis hal negatif tersebut, langsung menyadarkan dirinya. Dia panik sekarang melihat puteri kecilnya kejang - kejang yang sudah berada di ranjang.
" SUSTER BAWAKAN ALAT! "
" Baik Tsunade - Sama "
Suster bergegas mengambil alat untuk menenangkan Sarada yang kejang - kejang. Bahkan suhu tubuhnya meningkat, Sakura panik dirinya tidak bisa berpikir jernih.
' Apa ini karna air asi ku? ' Tanya Sakura di dalam hati yang mulai merasa bersalah kepada Uchiha kecil yang masih kejang - kejang. Sakura mengingat dirinya kemarin minum alkohol ' apa mungkin Sarada mabuk hanya karna asi nya tercampur alkohol? ' Timbal Sakura di dalam hati.
" Sakura masukin payudaramu sialan! Kau terlihat seperti jalang di depan Uchiha " Bisik Yamanaka Ino, sang sahabat. Sakura melirik memastikan ucapan Ino benar atau tidak. Emerald manuk hijau membulat langsung menutupnya langsung dengan kedua tangan, Sasuke melirik patah - patah saat Sakura menutup itu nya dengan cepat.
Tsunade sudah memberikan infus kepada Sarada, menyuntikkan cairan untuk menenangkan Sarada yang masih berusia 4,5 tahun. Sebentar lagi Sarada akan ulang tahun, Sasuke ingat itu.
" Sasuke - san, bisa ikut saya." Tsunade memimpin jalan. Sasuke sedikit melirik ke arah Sakura.
" Aku ikut." Pintah Sakura tegas, ini salahnya jadi dia harus tau apa yang sudah terjadi dengan Uchiha Sarada.
" Hn." Balas Sasuke datar. Meski jantungnya ingin pindah ke dimensi lain. Payah! Sasuke sama sekali belum bisa move on dari Haruno Sakura.
***
Sampai di ruangan Tsunade. Sasuke dan Sakura mendudukan diri di kursi yang sudah di sediakan.
" Uchiha Sarada puteri dari Tuan Uchiha Sasuke mengalami kejang - kejang karna faktor demam tinggi beserta stres kepanjangan. Apa yang membuat Sarada stres? " Tsunade dan Sakura melirik kearah Sasuke.
" T-tidak ada, dia hanya menyebutkan mama terus menerus." Balas Sasuke gugup, dia tak yakin jika Sarada tidak stres.
Jantung Sakura seketika teriris, ia tak mengerti kenapa dengan tubuhnya ini saat mendengar penjelasan dari ayah dari Uchiha Sarada.
" Sarada rewel karna dia memiliki kasus yang cukup serius, kejang pada anak bisa disebabkan oleh meningitis atau peradangan pada selaput otak. Meningitis pada anak tidak hanya ditandai dengan gejala kejang, tapi juga dengan gejala lain, seperti demam, rewel, sakit kepala, hingga ruam kulit. "
Deg!!
Sasuke mengepalkan kedua tangan di pangkuan nya, Sasuke merasa dirinya gagal menjaga dan merawat Sarada. Sesekali melirik kearah Sakura yang semakin kacau, Sasuke yakin setelah ini Sakura akan memarahinya.
" Apa Sarada bisa sembuh, dokter?" Tanya Sakura cukup serius. Sasuke ikut berpartisipasi atas pertanyaan Sakura.
" Bisa,Nona. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya, tapi tenang aja kami akan memberikan antibiotik untuk Sarada." Jawab Tsunade cukup intens.
" Hn."
Sasuke melirik kearah tangan Sakura yang gemetar, kedua tangan mencangkup saling bertautan seakan wanita tersebut sedang menahan panik,khawatir secara bersamaan. Sasuke rasanya ingin memegang tangan Sakura saat ini.
Suara pintu ruangan terbuka, Sasuke melirik kearah pintu tersebut beserta Sakura mengikuti pandangan Sasuke.
" Sasuke - san, saya ingin menjelaskan hasil ronsen dan tes darah dari puteri mu Uchiha Sarada."
" Hn." Balas Sasuke tenang, meski jantungnya yang tidak tenang sama sekali.
" Dari hasil laporan Uchiha Sarada mengalami gejala Speech Delay, salah satu jenis gangguan komunikasi yang menyebabkan anak terlambat bicara. Secara umum, arti Speech Delay pada anak merupakan keterlambatan perkembangan dalam berbicara jika dibandingkan dengan kebanyakan anak-anak lain " Ucap Shizune sang dokter yang menangani Sarada setiap Sarada sakit.
Sasuke dan Sakura mengangguk. Mereka berdua benar - benar tidak bisa berkutip dengan penjelasan Shizune antara mengerti dan tidak mengerti.
Shizune menghela nafas, melirik ke arah Tsunade yang menyarankan lebih detail lagi menjelaskan kepada dua orang yang berada di depan nya " Di usia 2 bulan Sarada sering mengoceh? " Tanya Shizune kepada Sasuke.
" Tidak, baru kali ini dia mengoceh."
" Baik. Apa Sasuke - san pernah mengajaknya berbicara atau keluarga anda mengajaknya bermain? "
" Tidak."
Sasuke menghela nafas, jujur sana di mana Sarada lahir ia sama sekali tidak ingin buah hati kecilnya bergerak kesana kemari di sentuh maupun mengajak ngobrol selain dirinya.
Egois? Tentu, dia tak ingin kehilangan Sarada setelah Sakura saat itu.
Sakura yang mendengarnya secara langsung, menatap tajam ke arah Sasuke untuk memaki pria tersebut yang sama sekali tidak pandai mengurus seorang anak meski Sakura pikir Sarada bukan anaknya.
Jika Sakura mengingat siapa Sarada dan siapa Sasuke mungkin buah hatinya yaktu Uchiha Sarada tidak akan seperti ini.
Shizune menghela nafas lagi tapi kali ini cukup panjang " Baik,Sasuke - san. Di hasil laporan Sarada baik - baik saja tidak memiliki gangguan mulut seperti sumbing, infeksi di bagian telinga, oral- motorik..." Ucapan Shizune terhenti oleh Sasuke.
" Oral - motorik apa itu dok?"
" Oral - Motorik itu gangguan yang ada pada otak, seperti lidah dan rahang tidak bisa berkompromi. Sarada tidak memiliki gejala seperti ini karna saya yakin putri anda sangat cerdas "Balas Shizune dengan nada lembut, mengingat Sarada sangat aktif menggambar, melukis bahkan belajar menulis.
Sasuke mengangguk, ia paham sekarang. Sakura melirik kearah Sasuke, Sakura sangat senang jika dokter Shizune mengatakan Sarada sangat cerdas seakan dirinya adalah seorang ibu yang sangat bangga kepada puteri kecilnya itu.
' Ada apa denganku? ' Tanya Sakura di dalam hati, merasakan jantungnya yang awalnya tercubit setelah mendengar penjelasan Tsunade dan Shizune tentang penyakit Sarada, sekarang jantungnya berdetak lebih kencang saat Shizune mengatakan Sarada sangat cerdas.
" Sarada hanya kurang Stimulus yang di mana mereka tidak terlibat dalam pembicaraan maupun percakapan di dalam lingkungan. Khusus nya untuk orang tua yang akan memerankan peran yang cukup penting untuk pertumbuhan bicara anak beserta bahasa " Ucap terakhir Shizune kesekian kalinya.
Sakura menggeserkan bangku untuk mendekat kearah Sasuke " Makanya jadi ayah jangan irit bicara!" bisik Sakura. Bisikan Sakura membuat Sasuke merinding, tanpa sadar tangan kanan Sasuke mencangkup kedua tangan yang berada di pangkuan Sakura.
Emerald manik hijau Sakura membulat, matanya tertuju pada onyx hitam pekat. Wajah mereka berdua saling berdekatan, Sakura tidak yakin jika Sasuke akan menciumnya di depan dokter.
" Maka dari itu, kau yang harus merawat Sarada. Puteri kecil kita " Ucap Sasuke di depan wajah Sakura. Wanita merah muda tersebut mengangguk patuh, ia sangat takut jika presdir tersebut mencangkup bibirnya. Rona merah di pipi Sakura terlihat sangat jelas oleh Sasuke.
Sasuke kembali seperti semua, seakan tidak terjadi sesuatu tapi tangan nya masih bertaut dengan milik Sakura.
" Apa Sarada bisa di sembuhkan? " Tanya Sasuke.
" Bisa dengan terapi anak, Sasuke - san sebagai orang tua juga bisa membantu Sarada meluangkan waktu untuk mengajaknya bicara."
"Hn." Sasuke melirik kearah Sakura, Emerald manik hijau milik Sakura mengerit menandakan dirinya bingung " Lalu bagaimana dengan mu? " Tanya Sasuke.
" Aku? "
" Hn."
Sakura berpikir sejenak, kenapa dirinya bersangkut paut dengan pengobatan Sarada?
Sakura rasanya ingin menolak tapi kenapa sulit sekali seakan Sarada adalah penting untuk dirinya.
" Baiklah. Aku akan ikut dengan mu." Balas Sakura tanpa ragu.
Demi kebaikan Sarada.
Sasuke membisik " Bagaimana jika kita menikah? "
T B C
Happy Reading kawan 📖
.
.
" Bagaimana jika kita menikah? " Emerald Sakura membulat seketika, sesekali melirik kearah Tsunade dan Shizune.
Sakura membisik " Kau melamarku?! "
" Hn." Angguknya pelan.
" Bakka!! Kau melamarku di sini? Tidak mau." Balas Sakura, ia langsung bangkit berdiri. Memberikan hormat kepada Tsunade dan Shizune " Terimakasih atas penjelasan nya, saya akan ke ruangan Sarada dulu."
Sakura dengan kikuk berjalan menuju pintu meninggalkan Sasuke. Saat Sasuke berjinjit ingin mengikuti Sakura, tangan nya di cekal oeh Tsunade.
" Ada yang ingin ku omongi."
***
Sakura menatap malang kepada gadis kecil yang sangat lucu di hadapan nya. Ino yang merasa kantuknya meradang membuka mata perlahan kearah Sakura.
" Kau kembali? " Tanya Ino.
Sakura mengangguk " Kau benar, aku kembali."
" Bagaimana dengan misi kita? "
Sakura mendudukan bokongnya di kursi panjang di sebelah Ino " Danzo-san mengubah misinya kan?"
" Iya." Balas Ino pelan.
" Aku akan menikah dengan Sasuke dengan cara ini, kita bisa masuk kedalam keluarganya. Ayah Sasuke sudah kita bunuh tinggal anak nya." Ucap Sakura sambiri menatap Sarada.
" Apa kau yakin? " Ino melirik kearah Sarada " Sasuke miliki anak, bahkan kau tau sendiri anaknya sangat membutuhkan sosok ayah."
" Kau benar, tapi ini misi kita." Balas Sakura, dirinya sedikit rapuh.
" Kita akan membunuh kakaknya terlebih dahulu baru Sasuke, setelah Sarada sembuh." Ujar Sakura kembali.
Ino melirik kearah Sakura " Kakaknya ada dimana? "
" Aku mendapat info bahwa kakak Sasuke ada di desa konoha, dia seorang dokter dan memiliki rumah sakit di sana." Balas Sakura.
Ino menghela nafas, jujur saja dirinya sangat tak tega setelah melihat Sarada kejang - kejang seperti itu. Apa lagi jika dirinya bersama Sakura mulai menjalankan misinya akan mempersulit kehidupan Uchiha Sarada.
" Apa kau yakin? " Tanya Ino untuk meyakinkan.
" Aku ya-.." Ucapan Sakura terhenti saat tangan mungil Sarada memegang tangan Sakura yang berada di atas ranjang, samping Sarada.
" Mama.." Sakura melirik patah - patah kearah Ino, sang sahabatpun tersenyum mengangguk untuk meyakinkan Sakura untuk tetap bersama gadis kecil itu. Sarada terbangun dari tidurnya.
" A- yah, mama di sini sayang " Balas Sakura dengan lembut, dirinya sedikit menjijit dari tempat duduk untuk memeluk tubuh Sarada.
Pembunuh bayaran tetaplah manusia yang memiliki perasaan tentang seorang anak.
***
Sasuke keluar dari ruangan Tsunade. Pikiran nya menjadi sangat kacau antara Sarada dan Sakura.
Dia mengingat tentang percakapan dengan Tsunade sang dokter.
" Sasuke - san, Ibu dari Sarada adalah Haruno Sakurakan? "
Sasuke terdiam sejenak " Kau.." Onyx kelap berubah menjadi sangat tajam.
" Saya tau dari assisten mu."
" Jugo maksud mu? " Tanya Sasuke.
" Ya. Saya tidak sengaja mendapatkan lampiran untuk mengerjakan tes DNA yang kau berikan kepada leb kami. "
" Hn."
" Maka dari itu saya anjurkan Sakura untuk memberikan asi kepada Sarada. " Ucap Tsunade.
" Tapi kenapa saat saya bertanya kepada Sakura mengenai asi yang keluar, Sakura tidak mengetahui apapun tentang dia melahirkan. Padahal sudah jelas secara fisik dan biologis Sakura adalah seorang ibu." Timbal Tsunade balik.
" Kau yakin? " Tanya Sasuke semakin penasaran. Sakura tidak mengetahui tentang dirinya melahirkan? Bahkan memiliki anakpun dia tidak tau? Selama ini Sarada di anggap apa? Balas kasihan atau hanya untuk mempermainkan perasaan seorang Uchiha.
" Sasuke - san, saya sarankan lebih baik kau menyelidiki langsung apa yang sudah Sakura - san alami selama ini. Saya sangat yakin dari raut wajah Sakura - san sangat berbeda tidak ada tanda - tanda berbohong."
" ...."
Sasuke tidak bisa berkutip. Pikiran nya berjalae menjadi negatif tentang Sakura yang tiba- tiba menyusui anaknya. Sasuke pikir Sakura melakukan itu demi buah hati mereka, melainkan hanya sebuah tandatangan untuk menangani asi yang keluar.
Saat Sasuke membuka pintu ruangan,Sasuke di kejutkan saat Sakura menggendong Sarada. Sang ayah bingung harus bagaimana, di satu sisi puteri kecilnya sangat membutuhkan sosok sang ibu, tidak mungkin dirinya memisahkan mereka berdua. Disisi lain Sasuke sangat takut jika Sakura mengambil Sarada untuk pertamakalinya.
Sarada mencangkup dada Sakura kembali, onyx kelap milik Sarada membuat Ino merasa iba dan simpati, Sakura melirik kearah Ino sesekali.
" Lakukan saja, Sakura " Bisik Ino. Sakura tersenyum gugup, Sarada terus menerus mengkode Sakura untuk membukakan kancingnya.
Sakura mendekatkan wajah, mengangkat Sarada tinggi - tinggi dari gendongannya " Katakan kepada Mama, Sarada ingin susukan?."
Sarada mengangguk. Sakura menggeleng " No, Mama tidak mau anggukan. Katakan Mama mau susu " Ucap Sakura lembut.
Sasuke dan Ino menatap instraksi mereka berdua. Ino sangat yakin, Sakura baru pertama kali memegang anak kecil bahkan berintraksi dengan anak kecil jarang sekali tapi kali ini Sakura seakan ibu yang sesungguhnya di mata Yamanaka Ino. Sasuke sendiri, dia sangat dilema.
Sarada menggerakan mulutnya, Sakura menyadari bibir mungil Sarada bergetar. Sesekali Sakura mengecup bibir Sarada yang bergetar " Ayo sayang, katakan. Mama akan menunggu mu." Sahut Sakura.
"M..Ma.." Sakura tersenyum menunggu sang anak mengucapkan kalimat sederhana, Sarada mulai membuka suaranya " Ma..mama mauusu C..cusu "
Sakura tertawa kecil, ini sangat lucu dan menggemaskan. Sasuke yang berada tak jauh dari ranjang hanya bisa tersenyum bangat meski tetap datar tak ada reaksi apapun di wajahnya. Ino sesekali mengelus surai hitam pekat Sarada di gendongan Sakura.
" Ara - ara, baik. Mama akan memberikan mu lebih banyak " Sakura mengecup kening Sarada.
Sakura membukakan kancing baju, menghiraukan tatapan panas dari wajah Uchiha Sasuke. Ino menggeserkan kursi saat Sasuke mulai bertindak konyol, Ino menutupi tubuh Sakura dengan tubuhnya untuk tidak di lihat oleh Uchiha Sasuke.
Setelah membuka kancing,Sakura memberikannya kepada Sarada buah hati Uchiha Sasuke. Rasanya terasa sangat menyenangkan, tidak ada rasa iba maupun apapun disini. Sakura rasa dirinya melakukan ini sangat sukarela bahkan tubuhnya merespon sendiri saat bersama puteri kecil milik Uchiha tersebut.
Sarada mencangkup apapun untuk ia pegang, Sakura menyentuh tangan mungilnya dengan ibu jari. Sesekali Sakura tersenyum " Tangan Sarada sangat kecil, padahal seusianya Sarada sudah mulai besar " Ujar Sakura, mendetail tangan kiri Sarada.
" Mungkin ayahnya tidak memberikan susu formula ataupun semacamnya " Bisik Ino,takut sang pemilik anak kecil mendengarnya.
" Kau benar."
Ino menatap sayu kepada Sarada " Berapa umur Sarada? "
" 4,5 Tahun " Balas Sakura yang dimana dirinya sempat membaca dokumen rumah sakt saat penandatangan.
" Memang seusianya masih bisa mengonsumsi asi? " Tanya Ino.
" Masih, dokter bilang Anak masih bisa mengonsumsi asi sekitar 3-6 tahun. Bahkan ada yang sampai 7 tahun, tergantung kebutuhan." Ucap jelas Sakura.
" Lalu apa kebutuhan Sarada? "
Sakura mendeligak risih dengan pertanyaan sahabat pirangnya itu " Banyak! Sangat banyak." Balas Sakura tanpa menjelaskan.
Sasuke yang merasa dirinya tidak di butuhkan, bahkan para wanita di sana hanya berbisik - bisik tidak ingin membagi suaranya kepada dirinya.
" Jangan lama - lama menyusunya."
T B C
[ UCHIHA SASUKE & UCHIHA SARADA 2,3TH ]
[ UCHIHA SARADA & UCHIHA SASUKE ]
Hari ini, Sasuke bisa kekantor dengan tenang. Pernikahan Sakura dengan dirinya sebentar lagi akan terwujud, meski dirinya sangat bimbang.
Apa yang di rencanakan oleh Haruno Sakura?
Pikirannya hanya sampai di situ saja,tapi tidak dengan buah hatinya. Dia tidak ingin egois lebih dalam untuk Sarada yang masih kecil, dia sangat takut jika Sarada tidak bebas seperti anak zaman sekarang. Bebas belum tentu seperti liar, tapi bebas berkreatif apapun itu.
Sakura sering sekali mengajak Sarada mengobrol meski di balas dengan anggukan, Sakura juga tidak ingin dibalas anggukan, dia mulai belajar cara berkomunikasi dengan anak dengan baik tanpa menyakiti buah hatinya.
" Jugo, bawakan dokumen untuk ku." Pintah Sasuke tegas,sang presdir.
" Ha'ik tuan." Balas Jugo yang dari tadi berada di ruang Sasuke untuk membantu Sasuke membaca laporan.
Sasuke mulai mengetik di leptopnya, perlahan ia menggeserkan kursor kearah lain untuk menghitung jumlah dari laba rugi mereka. Sesekali menghela nafas, pekerjaan yang di lakukan oleh Sasuke saat ini adalah pekerjaan untuk Haruno Sakura.
Tapi dirinya tidak ada di sini, Sakura pergi ke apartemen milik Uchiha Sasuke yang dimana Sakura mengurus Sarada hanya berdua.
Ponsel Sasuke berbunyi, pandangan Sasuke beralih kepada benda pipih tersebut yang menambilkan Aniki.
Sasuke menghela nafas sejenak, masalah baru kembali lagi. Sasuke mengangkat telfon tanpa memegang benda pipih tersebut melainkan memencet tombol yang berada di telinganya yaitu earphones.
" Hallo, ada apa? "
" Sasuke, paman Obito sudah melacak siapa pembunuh ayah." Ucap Itachi di sebrang sana yang masih berada di saluran panggilan.
" Lalu hasilnya bagaimana?"
" Hasilnya belum sepenuhnya sempurna, kemungkinan sasaran berikutnya kau ataupun aku nanti."
" Maksud mu apa?!! " Sasuke langsung berjinjit dari kursi kebesarannya, mematap kearah luar jendela.
" Obito - san bilang pelaku akan melakukan penyerangan lagi. Ku harap kau jaga dirimu baik -baik terutama Sarada."
" AGRRRHHHHH SIALAN!! " Umpat Sasuke tak kuasa menahan amarah.
Panggilan di akhiri oleh Sasuke, dia sangat membenci siapapun yang mengganggu ketenangannya.
***
Sakura yang berada di apertemen Sasuke, mulai bergerak setelah menidurkan Sarada. Sakura yang sudah menggunakan pakaian lengkap untuk melakukan misi untuk membunuh salah satu kediaman cafe milik shznky, Ino di sana sudah memantau dengan snapper milik perusahaan rahasia.
" Kita harus melacaknya! Segera." Suara beritone yang berada di luar membuat Sakura terkejut.
" Sial!! Sasuke ngapain datang kemari." Sakura dengan cepat meletakan alat - alatnya ke dalam tas kembali, Sasuke membuka knop pintu apartemen. Sakura mengambil asal pakaian Sasuke yang dimana di akan berganti pakaian.
" Tadaima."
" Okaeri,Sasuke " Balas Sakura dengan sopan. Sasuke bergerak menuju Sakura, Sasuke ingin mengecup kening Sakura yang sudah menjaga Sarada dengan baik.
" Ada apa? " Tanya Sakura sata merasakan Sasuke mendengat tapi tidak melakukan apapun.
" Tidak ada." Balas Sasuke cepat, kedua kaki melangkah menuju kamar yang dimana Sarada tidur disana.
Sakura mentap bingung saat Sasuke meninggalkan begitu saja. Apa dia tidak bertanya tentang pakaiannya yang di pakai? Kenapa dia terlihat sangat kacau saat pulang ke apartemen. Pikir Sakura.
Saat membuka lintu,Sasuke tersenyum simpul melihat Sarada sudah tidur nyenyak seperti itu. Jarang sekali Sasuke melihat Sarada tertidur nyaman, mungkin keputusan Sasuke sangat tepat membawa Sakura yaitu ibu kandung Sarada untuk merawat buah hati mereka.
Sasuke berjalan, lalu mengecup singkat kening Sarada. Sakura yang berada di ambang pintu merasa hangat di hatinya, dia tidak tau perasaan apa yang timbul di hatinya.
Akhir - akhir ini Sakura sering merasakan pusing yang sering muncul, Sasuke langsung melirik ke arah Sakura yang sedang memegang kepalanya.
" Sakura.." Teriak pelan Sasuke saat menyadari Sarada sedang tertidur nyenyak.
" Agrrhkkk, jangan mendepat." Desis Sakura, mendorong tubuh Sasuke cukup jauh.
" Ada apa?!! Apa yang terjadi." Tanya Sasuke yang semekin kentir mendekatkan dirinya. Sakura tidak bisa menahan isakan saat otaknya memutar kembali ingatan nya.
" ARRGKKK SAKIT " Teriak Sakura di sela melahirkan.
" Dorong terus Sakura - san, kepala bayinya sudah terlihat." Ucap Sang dokter pelan.
" Aahhhh sakittt sekali, aku tidak kuatt!!! Dokter bisa kau hentikan ini?!! " Tanya Sakura di sela pendorongan bayi yang akan keluar dari dalam rahimnya.
" Tidak bisa!! Cepat dorong!! " Pintah sang dokter mulai emosi.
Sakura sekuat tenaga mendorong kuat - kuat bayi yang akan keluar dari rahim tanpa seorangpun tau, termasuk ayah dari bayi yang akan keluar tersebut.
Sakura tersenyum saat mendengar suara tangisan bayi yang baru lahir, hasil pembuahan dari rahim nya. Sakura mendekatkan diri kepada sang buah hati " Rambutmu sama seperti ayah mu " Isak Sakura disela pemberian asi pertamanya.
" Ssss, dokter kenapa perih sekali? " Tanya Sakura terus menerus, membuat sang dokter menghela nafas panjang.
" Itu hal biasa Sakura - san, selain melahirkan sang ibu harus siap menahan rasa sakit jika sang anak ingin menyusu kepada sang ibu. Jadi Sakura - san tidak perlu khawatir."
Sakura menerjapkan mata langsung, melirik kearah ruangan yang dimana dia sebelumnya berada di ambang pintu.
" Kau tadi pingsan." Ucap Sasuke yang senantiasa menunggu Sakura sadarkan diri.
Sakura memujit pelipisnya sangat terasa pening dan menyakitkan " A— yaa, terimakasih Sasuke - san."
Emerald Sakura melirik kearah Sasuke yang dimana wajah Sasuke terlihat sangat familliar di otaknya. Sasuke yang di lihat seperti itu sedikit risih dengan tatapan yang sangat tak ada artinya.
Sakura yang baru ingat langsung menerjap kedua mata ke arah selangkangan nya yang dimana otaknya mencerna baik - baik saat dirinya melahirkan.
' Apa aku pernah melahirkan?! ' Teriak Sakura histeris.
Sasuke membelalakan matanya saat Sakura menutup selangkangan, tegukan seliva terdengar jelas di telinga Sakura dia menghiruakan tegukan tersebut yang ada di pikiran nya kenapa bayi bisa lahir di dalam perutnya bahkan dari selangkangan nya.
" AW SAKIT! " Sasuke langsung menutup matanya saat Sakura mengeceknya langsung,bahkan menyentuh area sentif di depan Sasuke terus terang.
" APA YANG KAU LAKUKAN HARUNO SAKURA!!!!! " Teriak Sasuke geram dengan kekonyolan calon istrinya itu.
Sakura melepaskan tangan nya dari area sensitif " Aku hanya memastikan sialan! Kau ini berpikir mesum terus! "
" Me- memastikan apa?!! " Ucap Sasuke gugup yang masih menutup matanya tak ingin melihat hal senonoh itu.
" Siapa tau kau sudah membobolnya saat aku pingsan!!! " Sakura bergerak, menuju kamar mandi " Aku mau mandi, jangan mengintip! "
Sasuke menarik nafas lega, Sakura masuk ke dalam kamar mandi tak lupa membuka mata " Jangan bilang kau ingin melakukan hal yang konyol di dalam sana " Teriak Sasuke pelan, Sakura yang berada di dalam sana langsung berjerit tak suka.
" JAGA UCAPAN MU YA UCHIHA SASUKE!! SAYA BISA MENDENGARNYAA "
T B C
Happy Reading 📖
.
.
.
Suara ponsel bergetar di atas nakkas, Sasuke menghela nafas saat ponsel tersebut nada deringnya sama persis seperti miliknya.
" Ck. Ternyata ponsel kita berjodoh." Kekeh Sasuke kecil saat mendengar ponsel milik Sakura bergetar.
Tangan kanan Sasuke mengambil ponsel tersebut yang dimana mereka berdua ada di kamar Sasuke bukan kamar milik Sarada.
Terlihat jelas nama Yamanaka Ino memanggilnya, Sasuke menggerakan tubuh untuk menuju kamar mandi.
" Sakura, Ino menelfon mu.." Ucap Sasuke di depan pintu. Suara air terhenti, Sakura langsung bergegas menuju pintu kamar mandi.
" Mana sini" Sakura menjulurkan tangan di sela pintu yang masih terbuka sedikt untuk menampilkan salah satu tangan, Sakura yang berusaha mengambil ponsel yang di sadari Sasuke hanya terdiam.
" Pakai handuk mu, kau bisa mengambil ponsel di sini. Jangan hanya tangan mu saja, tidak sopan! " Gerutu Sasuke tanpa sadar.
Sakura menghela nafas " Aku sedang berkeramas! belum membilasnya."
" Kalau begitu ku angkat ya? " Ucapan Sasuke nyaris membuat emerald manik hijau tersebut tersentak.
" Jangan! "
" Kenapa? Hanya Ino, bukan kekasihmu."
" Ku bilang jangan." Sakura langsung keluar dengan melilitkan handuk di seluruh tubuh.
Sasuke menerjap - nerjap kedua matanya secara bersama - sama menatap rambut Sakura yang masih bersabun, tubuh Sakura yang masih basah.
" Mana sini, ponsel ku." Sasuke langsung memberikan ponsel milik Sakura kepada si pemilik " Sudah sana, keluar aku ingin menelfon." Ucap Sakura ketus. Mendorong Sasuke keluar yang masih terdiam membeku.
Pintu tertutup rapat oleh Sakura. Sasuke menggendus kesal, semenjak ada Sakura pikiran nya kembali seperti dulu lagi.
" Apa aku perlu membuat adik untuk Sarada?"
Tanpa berpikir panjang, Sasuke menuju ke kamar Sarada untuk tidur di samping sang anak yang sangat ia rindukan itu.
****
Sakura yang sudah berada di samping Ino. Sesekali melirik ke arah Ino yang seakan meminta penjelasan kenapa dirinya lama sekali.
" Nanti ku jelaskan." Ujar Sakura yang sudah tau dari tatapan sahabat pirang nya itu.
Sakura menutup setengah wajahnya dengan masker hitam beserta topi tak lupa menggunakan lensa kontak berwarna biru gelap. Terumasuk Ino pun.
" Aku akan memancing pria itu, kau harus membidiknya dengan benar." Pintah Sakura tegas kepada Ino.
" Ya. Itu pasti " Balas Ino.
Sakura mulai melompat dari ketinggian yang sekitar 8 meter, kedua kaki tertumpuh dengan cepat ke tanah yang cukup terbilang sangat keren.
Perlahan salah satu kakinya melangkah di ekori dengan kaki satunya. Sakura menerjap dan memukul petugas yang berjaga di balkon mansion mereka.
Petugas berjas tersebut pingsan. Ino yang berusaha membidik dengan benar, sesekali ia berdoa untuk menenangkan kedua tangan yang cukup bergetar.
Sakura tersenyum simpul saat pria di hadapan nya pingan yang dimana Sakura sudah memukul 10 orang dengan tangan kosong. Salah satu kaki nya bergerak untuk menendang petugas yang semakin banyak menyincar dirinya.
Salah satu petugas menggunakan senjata tajam seperti pisau untuk melumpuhkan Sakura dengan cepat Sakura mengalihkan pisau tersebut ke arah petugas.
" Katakan dimana bosmu! "
Petugas tersebut menjawab " Se-sedang berenang." Ucapnya gugup.
Sakura langsung menikap petugas tanpa balas kasihan, tujuan nya untuk membunuh siapapun yang bekerja dengan orang yang ingin ia bunuh.
Sakura memasuki vantilasi udara, mengambil boom. Ino memberitahu bahwa Ino sudah membunuh bos mafia tersebut, sekarang gilirannya untuk menghancurkan mansion besar beserta cafe yang menyatu di lantai bawah.
" Sakura kau sudah siap? " Ucapan Ino terdengar jelas di telinga Sakura yang dimana mereka berhubungan dengan earphones yang sudah di sediakan.
" Hm. Siap! "
Sakura yang sudah menyetel 5 menit, ia langsung keluar dari vantilasi. Ino yang sadari menunggu Sakura yang tidak kunjung datang, waktu sudah 3 menit.
Pistol peredam menuju ke arah petugas yang hendak menghentikan langkahan Sakura. Butuh waktu untuk melarikan diri, Sakura menunggu waktu yang tepat untuk kabur dari mansion ini untuk tidak bisa di lacak oleh pemerintah maupun kepolisian.
***
Sasuke memupuk pundak Sarada yang menangis, pikiran Sasuke sangat kacau saat Sakura belum kunjung datang.
" Mama huaa mama " Sasuke menghela nafas, teriakan Sadara membuat otaknya sangat pening beserta rasa khawatir.
Sasuke mengambil ponsel di atas nakka, menelfon Sakura yang tadi berizin bertemu dengan Ino.
" Ck. Ponselnya mati." Sasuke membanting ponsel ke sembarangan arah. Sasuke lebih mementingkan puteri kecilnya yang menangis terus menerus " Cup cup sayang, jangan menangis okey? Papah ada disini."
Sasuke memupuk pundak Sarada untuk menyuruhnya tidur, Sarada menggeleng dia membutuhkan sang mama.
" Mama "
" Papa tau sayang, mama sedang keluar sebentar." Ucap Sasuke, sesekali mengecup kening Sarada.
Sasuke terus menerus menghubungi Sakura dengan ponselnya. Panggilan tetap sama seperti sebelumnya, Sasuke sangat khawatir saat Sarada terus menyebutkan Mama di sela tangisan.
Sasuke terus memutar otak seakan dirinya the javu.
" Ada apa Sarada kenapa kenapa menangis? " Ucap Sasuke di ruang tengah mansion Uchiha.
Sarada menunjuk ke arah foto sang kakek yang dimana foto tersebut langsung terjatuh tepat di depan penglihatan Sang papah yaitu Uchiha Sasuke.
Ponsel beserta telfon rumah berdering secara bersamaan. Itachi sang kakak beranjak menuju telfon rumah untuk mengangkat telfon tersebut. Sasuke mengambil ponsel yang berada di saku lalu mengangkatnya.
" APAA?!!!! " Sasuke dan Itachi berteriak secara bersamaan. Kedua putera Uchiha tersebut terdiam seribu bahasa, melirik satu sama lain.
" Tousan sudah meninggal."
Sasuke membuyarkan ingatan yang cukup menyakitkan hati beserta kepalanya saat ini. Sasuke yakin Sarada memiliki sesuatu yang cukup istimewa yang sudah Tuhan ciptakan di diri Sarada.
" Apa kau mencemaskan Mama mu, sayang?" Tany Sasuke lembut kepada sang anak. Sarada mengangguk mengusap air mata sang Papa yang berjatuh, mungkin Sasuke sangat cemas semenjak mengingat kepergian Tousan, sang ayah.
" Mama mu akan baik - baik saja okei?" Ucap Sasuke untuk menenangkan Sarada beserta hatinya yang cukup gelisah.
Suara ketokan pintu kamar terdengar oleh Sasuke, dia langsung menggendong Sarada di peluknnya. Sasuke berjalan setelah menggendong Sarada menuju pintu lalu membukanya.
" Jugo, ada apa? "
" Dia tewas."
T B C
" Dia tewas."
Sasuke memijit pelipis saat Jugo memberikan tablet yang berukuran sedang di telapak tangannya yang dimana berita cafe yang berinventasi dengannya sudah tewas.
" Siapa pelakunya?" Tanya Sasuke, Sarada yang ingin lihat layar tablet tersebut langsung di matikan oleh Sasuke. Dia tak ingin mata puteri kecilnya ternodai dengan gambar mengerikan di sosmed seperti luka bakar yang dialami oleh pria di berita tersebut.
" Kami belum mengetahuinya, tuan. Di berita menggatakan mansion meledak karna bahan gas dari kompor tuan."
" Tidak masuk akal, meskipun cafe memerlukan gas kompor tidak mungkin separah itu hingga meruntuhkan mansion yang berdiri kokoh."
" Kami akan menyelidikinya lebih luas lagi, tuan. Saya permisi " Sasuke langsung memberikan tablet kepada Jugo dan Jugo pergi menuju penyelidikan kasus.
Sasuke memijit pelipisnya, Sarada menatap bingung dengan ekspresi sang ayah yang cukup aneh.
" Pa-..pa "
Onyx kelap Sasuke yang berawal terutup dengan kelopak mata, langsung menatap onyx kelap milik puteri kecilnya. Sasuke tersenyum bahagia bisa mendengar Sarada memanggil dirinya.
" Ya, sayang ada apa? " Tanya Sasuke antusias, dirinya kembali bersinar.
" Papa "
Sasuke mengangguk, mencium seluruh wajah Sarada yang sangat menggemaskan terutama dengan kacamatanya non lens min. Sasuke ingin anaknya sangat menggemaskan ketika di lihat oleh orang lain maupun dirinya.
****
Ino memeluk Sakura yang cukup berantakan, tubuh yang kotor beserta pelipis di ujung sana berdarah.
" Sakura no bakka!!! Kau membuatku khawatir!! " Ucap Ino menahan tangisan di sela pelukannya.
" Gomenasai, pig." Kekeh Sakura saat mengucapkan kalimat sakral kepada sang sahabat yang masih khawatir tentang dirinya.
Ino menatap tajam kearah Sakura saat selesai berpelukan. Bisa - bisanya, wanita merah muda ini masih sempat meledeknya di sela khawatirannya.
" Kau tau, berita sudah kesebar luas. Kira harus pergi "
" Hm. Ayo."
Sakura beserta Ino langsung memasuki mobil mereka, sesekali Sakura merindis dengan luka di jidat. Ino terkekeh kecil, jidat sang sahabat semakin lebar.
" Ini karna pria brengsek itu!! Dia memukul jidatku dengan pistol " Sakura merintis sata mengaca dirinya di cermin kecil di dalam mobil.
" Makanya jidatmu besok- besok harus di kasih pelindung biar ga bonyok." Kekeh Ino di sela menyedirnya.
.
.
.
" Awh! Sakit sekali " Sasuke memegang luka kecil di pelipis Sakura yang sudah di tangani oleh Sasuke sendiri.
Ino membawa Sakura setelah melaporkan misi kepada sang bos mafia bayaran. Sakura akan menghujat sahabat pirangnya yang tidak memberitahu lukanya belum di tutup oleh perban.
" Kenapa kau ceroboh sekali! "
Sakura tersenyum hangat saat Sasuke mengkhawatirkan dirinya. Sakura menyentuh pipi Sasuke tanpa ia sadari langsung memeluk Sasuke dia butuh tubuh untuk ia peluk.
" Gomenasai.."
Runtuh sudah perkokohan Uchiha Sasuke yang sudah ia bangun sejak lama untuk tidak bersentuhan dengan wanita lain bahkan tak ingin melihat Sakura lagi dan lagi.
Jantung Sasuke berdetak sangat kencang. Sakura terkekeh kecil, tangan kiri menyentuh dada Sasuke yang berdetak sangat kencang di sana.
" Apa kau sedang penyakit jantung? Disini sangat cepat berdetak " Ucap Sakura.
Sasuke langsung melepaskan pelukan Sakura, rona merah muncul di wajah Sasuke. Menipis jauh - jauh rona merah tersebut dari wajahnya berubah menjadi wajah datar kembali.
" Tidak." Balas Sasuke datar.
" Hih! Kau ini kenapa si?" Tanya Sakura. Padahal pria yang di depannya tadi sangat lembut, perhatian, seakan bukan Uchiha Sasuke yang dingin tapi sekarang kembali seperti Uchiha Sasuke.
" Kau Annoying." Sasuke bergerak menjauh dari Sakura.
Sakura menatap Sasuke yang gerak berdiri " Mau kemana? "
" Kekamar Sarada, disini PANAS! " Seru Sasuke sedikit ada penekanan di akhir kalimat.
" Oh."
Sakura menidurkan dirinya di ranjang milik Uchiha Sasuke tersebut yang terpenting misinya sudah selesai. Tinggal mengatur misi tentang membunuh keluarga Uchiha Sasuke secara perlahan.
Sasuke yang berada di kamar Sarada, menggendong puteri kecil membawa Sarada ke dalam kamar.
Sakura yang baru saja memeramkan matanya, menapatkan hujanan tubuh Sarada ulah Sasuke yang membawanya untuk memeluk Sakura.
" Aa, Sasuke jangan seperti ini Sarada nanti terjatuh" Sakura sedikit menggerakan tubuhnya sata Sarada memeluk tubuhnya dari samping yang di mana Sasuke meletakan Sarada di situ. Sasuke mengambil Sarada kembali, membiarkan Sakura mengubah posisi tidurnya.
" Kemari anak Mama." Ucap Sakura tanpa ia sadari Sasuke terdiam membeku dengan ucapan Sakura.
Sakura mencangkup pucuk surai hitam milik Sarada mengecupnya singkat " Apa kau habis nangis? " Tanya Sakura langsung menatap mata pandang Sarada yang sedikt bengkak.
" Dia menangis karna menunggu mu." Sakura tertekun dengan ucapan penjelasan dari sang ayah. Sesekali Sakura mengecup kembali Sarada.
Sakura melirik ke arah Sasuke " Lain kali, jika aku bertanya kepada Sarada biarkan Sarada yang menjawab. "
" Hn."
Sasuke mengerti tentang ucapan Sakura yang bermaksud untuk melatih buah hati mereka untuk berani berkomunikasi dengan baik dan lancar.
Sakura memeluk erat Sarada sekaan dirinya sangat merindukan buah hati yang sudah lama tak bertemu. Mengelus pundak Sarada dengan lembut.
" Kita bobo ya? "
Sarada mengangguk " Bobo bobo " Kekeh Sarada dengan girang, kedua tangan bertepuk. Sasuke yang mendengarnya ikut senang melihat dan mendangar Sarada mulai terbuka lagi.
" Gomenasai, mama membuat mu khawatir." Ucap Sakura mencium kening Sarada sebagai penutup. Sarada memegang kening yang sudah di kecup oleh sang mama.
" Mama.."
Sarada sekarang mulai aktif semenjak bersama Sakura. Sasuke semakin sangat yakin tentang keputusan untuk menikahi Sakura ibu kandung Sarada meski dirinya tidak tau apa yang terjadi dengan Haruno Sakura.
T B C
Sudah 2 minggu berakhir. Sasuke memutuskan untuk menikahi Sakura. Mereka sudah melakukan pemberkatan beserta sudah sah sebagai Suami Istri.
Sesekali Sakura menghela nafas cukup panjang saat mengingat perkataan Ino.
Pembunuh bayaran sepertimu akan menikmati malam berrrrgairahhhhh huhahahahaah
Membayangkan perkataan Ini yang semalam,membuat bulu kuduk Sakura merinding. Sesekali melirik kearah Sasuke yang sedang menggendong di pangkuan nya Sarada yang mengenakan gaun mini di rancang elegan sama seperti dirinya.
" Sarada sayang, sini sama mama " Ucap Sakura membuyarkan pikiran Sasuke yang menatap keluar jendela mobil. Pandangan nya teralih kepada gaun Sakura yang sedikit mengekspos sesuatu sumber suci untuk buah hatinya.
" Biarkan seperti ini." Sarada menatap papahnya dengan ekspresi bingung, sang mama sedikit membungkuk untuk mengambil tubuh Sarada.
" Papa." Bibir sang buah hati cemburut seketika, pandangan Sasuke kembali ke Sarada. Sesekali Sasuke mengendus kesal kepada dirinya sendiri yang sulit sekali membiarkan rasa luluh melihat ekspresi Sarada seperti itu.
" Baiklah, ku izinkan kau bersama mama mu." Balas Sasuke sedikit ketus. Sarada mencangkup leher Sakura dengan tangan mungil untuk mempermudah Sakura mengambil alih.
Sakura memupuk pelan pundak Sarada yang mulai mengambil pacifier, Sakura sudah tidak ingin Sarada menggunakan itu lagi. Usianya sudah mulai tumbuh dewasa, pertumbuhan gigi akan menghambat jika menggunakan itu.
" Sasuke, kau masih mengizikan Sarada mengempeng? "
Sasuke mengangguk " Dari pada dia mengigit kukunya, itu lebih buruk." Balas Sasuke.
Lipatan bibir di mulut Sakura terlihat sangat jelas dia kecewa melihat puteri kecil Uchiha tidak pernah di sentuh oleh ibu kandungnya membuat Sarada bertumbuh semakin acak - acakan hanya karna di asuh oleh seorang ayah.
" Semua tentang Sarada sekarang akan ku urus." Ucapan Sakura membuat Sasuke melirik tajam ke arah Sakura.
Apa dia akan mengambil anaknya ?!
" Apa maksud mu, Sakura!? " Tanya Sasuke panik, onyx kelap berubah menjadi tajam mengkilat kearah emerald manik hijau milik Sakura.
" Sarada mulai besok tidak boleh mengempeng, itu akan memperhambat pertumbuhan giginya!!! " Bentak Sakura berbisik kepada Sasuke.
" Itu tidak masalah, selagi Sarada menikmatinya." Sasuke memajukan wajahnya, membalas bisikan tersebut " Benarkan?." Lanjutnya.
" Itu tidak benar Sasuke! Kalau kau mengikuti Sarada yang tidak tau apa - apa berarti kau bodoh!."
" Apa maksudmu? " Sasuke mengeritkan dahi, jujur saja dia tak suka mengatakan apapun jika bersangkut kebodohan.
Sakura menghela nafas, dia tidak mau berdebat cukup panjang bersama Uchiha Sasuke suami sahnya sekarang. Sakura tidak ingin berdebat di depan anak kecil meski anak kecil tersebut bukan anaknya.
" Terserah! Itu anak mu, jadi kau bebas melakukan apapun kepada Sarada." Ucap Sasuke lantang. Hari ini Sasuke merajuk langsung menatap langit - langit di luar sana.
***
Sasuke duduk di daerah balkon mansion, menerima semua hasil rapat beserta dukomen yang sudah di berikan menuju pusat.
" Tanda tangan surat lampiran" Sasuke membaca surat yang berada di depannya yang ingin di tanda tangani " Surat mengenai hasil pangan pengekspor biji kedelai "
Tangan kanan mengambil pulpen, mencoretnya dengan berbentuk S melingkar yang dimana Sasuke mulai menandatangai surat tersebut di atas kertas.
Malam ini Sasuke akan mengerjakan tugas, dia tak ingin membuat adik untuk Sarada. Pikirannya hanya tertuju kepada pertumbuhan Sarada terlebih dahulu, terutama besok harus membimbing Sarada untuk terapi anak meski terapinya seperti taman bermain kanak -kanak tetap saja harus di pantau.
" Sarada, Sakura." Kedua tangan Sasuke mengepal setelah mengucapkan hal tersebut di depan leptop.
" Sakura tidak mengingat sama sekali tentang siapa Sarada,bahkan dirinya tidak tau kalau pernah melahirkan Sarada." Sasuke bergumam sendiri sambiri memijit pelipisnya.
Terutama memikirkan kasus sang ayah yang dimana pelaku sampai sekarang belum ketemu.
" Siapapun pelakunya, aku tidak akan memaafkannya." Ucap Sasuke sebagai penutup. Setelah itu ia kembali fokus pada pekerjaan nya.
.
.
.
Sakura yang sudah selesai memandikan Sarada, Sang mama mandi bersama dengan Uchiha kecil setelah Sakura sudah memakai semua pakaiannya.
" Mama dingin rrrrrr " Sakura tersenyum, mulai mengeringkan rambut hitam pekat Sarada dengan handuk, sesekali melihat bibir Sarada yang bergetak terutama seluruh badan.
" Bentar mama matikan ac nya dulu ya." Sakura mengecup kening Sarada, sebelum benar - benar pergi Sakura membalut Sarada dengan handuk.
Sarada mengangguk, menunggu kedatangan sang mama untuk kembali menjemput dirinya. Kedua kaki Sarada mengeplakkan dengan lucu di lantai sehingga membasahi hantuk yang berada berada di handuk kebesarannya.
Rasa dingin semakin menggelegar keseluruh tubuh mungilnya, Sarada tidak tahan berlama - lama di sini. Sarada membuka pintu kamar mandi. Melihat Sakura yang asik menelfon dengan seseorang sambil tertawa.
" Mama..."
Sakura yang mendengarnya langsung bangkit " Oh astaga, aku lupa. Maafkan Mama." Sakura bergegas mengambil pakaian di lemari Sarada, menutup sambungan telfon.
Sarada yang sudah membiru kedinginan, membuat Sakura merasa sakit di ujang sana.. Di hatinya saat melihat anak Uchiha kecil tersebut membiru pucat, Sakura dengan cepat memberikan minyak hangat keseluruh tubuh mungil milik Sarada.
' Sial! Kau bodoh sekali Sakura, apa kau ingin membunuh anak Uchiha!! Ingat misimu membunuh ayahnya bukan anaknya.' Gerutu Sakura di dalam hati sambiri memasakan pakaian untuk Sarada.
" Gomenasai Mama nee, Sarada mama janji tidak akan lupa lagi." Kecupan manis di kening Sarada. Sakura bisa merasakan tangan Sarada yang masih dingin pusat, ia gosokan dengan telapak tangan nya untuk menghangatkan gadis kecil Uchiha tersebut.
Sakura memeluk Sarada untuk memberikan rasa hangat disuruh tubuhnya. Sakura merasa tidak pantas untuk menjadi sosok seorang ibu angkat untuk Sarada,jika kasih sayangnya hanya selembar misi untuk menaklukan seorang Uchiha, membunuh tanpa seorangpun tau.
Entah kenapa saat emerald manik hijau menyatu dengan onyx kelap milik Sarada dengan bibir membiru pucat seperti itu membuat hatinya sangat teriris padahal Sarada bukan anaknya, dirinya tidak mengingat apapun tentang siapa anak yang ia lahirkan saat otaknya memberitahu di kala itu.
" Sarada mau bobo? "
Sarada mengangguk riang " Bobo, salada mau bobo."
" Anak pintar." Sakura melepaskan pelukannya, mengecup pucuk rambut Sarada. Anak Uchiha tersebut sudah mulai mendapatkan perkembangan dalam berbicara, meski terbilang telat.
Sakura memopong tubuh Sarada dengan lembut dan berhati - hati, dirinya ingin menebus dosa - dosanya yang sudah membiarkan Sarada kedinginan di sana. Salahkan sahabat pirangnya menelfon secara mendadak.
" Gomenasai Mama nee" Hanya itu yang Sakura katakan kepada Sarada, puteri kecil Uchiha yang tidak mengerti apapun disini.
T B C
Happy Reading 📖
.
VOTE 🗳
.
.
Paginya,Sarada kembali mengalami kejang - kejang. Demi Tuhan,Sakura bingung harus menghadapi Uchiha Sasuke seperti apa nanti jika mengetahui puterinya memar membiru bahkan suhu badannya kembali panas.
" Sarada ku mohon tenang." Tanpa berpikir panjang, Sakura bergegas menuju kamar Sasuke, mengetuk pintu cukup kuat.
" SASUKE!! HIKSS KU MOHON BUKAN PINTUNYA." Sakura berusaha membuka pintu kamar dengan gesah - gesah, Sakura menyuruh para maid untuk memanggil dokter beserta menemui Sarada untuk menangani puteri Uchiha Sasuke.
Sasuke yang berada di kamar, mengeluh mendengar teriakan di pagi hari. Sasuke lupa pintunya terkunci, padahal dirinya sudah menikah. Kebiasaan yang sering dia lakukan selama menjadi Dady berondong satu anak yang suka mengunci pintu kamar.
Sasuke terpaksa terbangun dari tidur, bergegas membuka pintu. Saat membuka pintu dirinya di hujani dengan pelukan secara tiba - tiba.
" Gomenasai Sasuke, hikss gomenasai." Hanya itu yang Sakura katakan, Sasuke semakin memijit pelipisnya yang cukup membuat dirinya sangat pusing.
" Ada apa? "
" Hiks Sarada, penyakitnya kumat lagi." Sasuke yang baru saja mendengar penjelasan Sakura langsung melepaskan paksa pelukan Sakura bahkan mendorongnya.
Sampai di kamar Sarada, sang ayah menatap para maid yang sangat ahli menangani anak seusia Sarada yang mengalami kejang - kejang dengan cara menidurkannya di lantai dan menyampingkan tubuh Sarada untuk tetap menyadarkan bocah kecil tersebut dari alam kejangnya.
Sasuke mengusap air matanya, dirinya tak tega melihat sang buah hati mengalami hal tersebut. Para maid mengetahui ekspresi Sasuke yang nampak tak acuh memiliki arti tersirat di balik ekspresi wajahnya.
" Tuan, Sarada harus di asikan biar imunnya bertambah kuat." Ucap salah satu Maid yang seusia dengan Mikoto.
" Hn. Akan ku panggil Sakura kembali." Sasuke bergerak menuju kamarnya, setelah sampai di kamar melangkahkan kaki menatap Sakura yang meringkuk memeluk lutut nya.
" Sakura.. kau.."
Sasuke berjalan menuju ranjang, menyamakan tinggi ranjang yang dimana Sakura menyenderkan tubuhnya di sana. Sesekali Sasuke mengusap surai rambut merah muda milik sang istri.
" Ini salah ku" Isak Sakura memeluk Sasuke secara terang - terangan.
Sasuke membalas pelukan nya " Ini bukan Salah mu.." mengelus pangkal rambut Sakura, mengecup kening Sakura dengan singkat " Ini salah ku yang gagal merewat puteri kita selama kau tidak ada.."
" M-maks..sss" Sasuke menutup bibir Sakura dengan jemari telunjuknya saat Sakura mendongkrakan kepala untuk menatap wajah Sasuke.
" Jangan bicara lebih panjang,Sarada membutuhkan payudara mu." Demi neptunus wajah Sakura memerah seketika dengan ucapan vulgar dari Uchiha Sasuke. Bahkan tangan Sasuke sudah menempel di kediaman milik Sarada.
" BRENGSEK, DASAR MESUM! " Sakura mendorong kuat - kuat tubuh Sasuke sehingga tergelunsur ke lantai yang dimana Sasuke tidak bisa menyimbangin tubuhnya saat Sakura mendorong secara tiba - tiba.
Sasuke memijit pelis kembali menatap kepergian Sakura yang menutup pintu sangat kencang " Sial! " Umpat Sasuke, sang adik Uchiha Sasuke terbangun.
****
Sakura sang ibu memopong tubuh Sarada dengan hati - hati. Menjadi sosok ibu ternyata cukup sulit, sesekali menghela nafas.
" Gomenasai mama ya sayang " Sakura mengecup kembali kening Sarada yang enggan untuk berbicara. Memberikan asi kepada Sarada, kelopak Sakura menerjap - nerja saat Sarada melepaskan miliknya.
" Ada apa sayang? " Tanya Sakura lembut, Sarada menyentuh miliknya dengan tangan mungilnya.
" Ma..ma.."
Para maid mengetahui ekspresi Sarada langsung menghampiri Sakura. Salah satu maid bersedia memberitahu kepada nyonya barunya itu.
" Maaf nyonya, sepertinya asi nya tidak keluar." Ucap maid.
Sakura langsung menatap miliknya itu " Astaga kenapa bisa begini? " Tanya Sakura yang sama sekali belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya.
Para maid yang sudah berpengalaman berunding setelah mendengar ucapan Sakura.
" Maaf Nyonya, lebih baik Sarada kita berikan susu formula terlebih dahulu saja bagaimana? Biar kami menghubungi dokter Shizune terlebih dahulu."
Sakura menggeleng " Tidak. Aku akan berusaha mengeluarkan asinya lagi. Panggil dokter segera! " Pintah Sakura tegas, para maid langsung memanggil dokter Shizune dan menyiapkan buah - buahan untuk Sakura yang dimana dokter akan memintanya.
****
Kecerobohan Sakura kembali lagi, Sasuke sangat ingin memarahi Sakura. Bisa - bisanya membiarkan Sarada tidak memberikan asi maupun susu formula untuk menambah imun Sarada meski hanya setetes.
Sasuke dan Sakura menunggu di ruang UGD. Kedua dari mereka diam seribu bahasa, setiap Sakura melakukan kecerobohan kepada Sarada membuat hatinya sakit teriris di lubuk hatinya. Sesekali Sasuke melirik kearah Sakura yang sempat memegang ponsel untuk menghubungi seseorang.
" Bentar aku akan menghubungi Ino dulu." Ucap Sakura dengan cepat saat Sasuke hampir menghadangnya untuk tidak pergi dari ruang tunggu UGD.
" Hn."
Dua orang yang berpapasan dengan Uchiha Sakura, mengalihkan pandangan yang dimana Sakura menelfon seseorang sambiri tertawa terbahak - bahak. Sasuke menatap dua orang tersebut.
" Kaa'san, Aniki? " Sasuke langsung berdiri saat kedua orang pentingnya bergerak menuju Sasuke.
" Bagaimana kabar keponakanku? " Tanya Itachi sang kakak. Onyx kelap Sasuke berair menandakan keponakan nya tidak baik - baik Saja.
Mikoto yang menatap onyx kelap tersebut langsung memeluk putera bungsunya, Itachi menepuk pundak Sasuke memberikan kekuatan kepada sang adik.
" Tuhan akan melindungi puteri kecil mu, Sasuke." Hanya itu yang Itachi katakan. Dia tidak bisa berkata apa lagi selain hal tersebut.
Sampai lampu UGD berganti warna, Sakura tidak kembali. Sasuke menarik nafas cukup panjang " Bagaimana kabar anak saya dokter?" Tanya Sasuke.
Sang dokter berjas putih menghampiri mereka secara dekat " Sarada bisa di katakan tidak baik -baik saja, imun nya semakin menurun. Apa Sarada sering mandi air dingin? Sudah kami katakan kepada tuan Uchiha Sasuke, Sarada memiliki penyakit yang suka kejang - kejang jangan membiarkan Sarada mandi air dingin."
" ...."
Pandangan Itachi dan Mikoto beralih kepada Sasuke, menandakan dari suara dokter tersebut yang sengat jengkel kepada Uchiha Sasuke.
" Sarada sangat gampang terkena kejang - kejang jika membiarkan tubuhnya merasakan dingin. " Lanjut sang dokter.
Ucapan sang dokter membuat Sasuke mengepal kedua tangan, ini salahnya tidak memberitahu Sakura untuk memandikan nya dengan air hangat.
" Maaf dokter, saya teledor." Balas Sasuke sang ayah. Mikoto dan Itachi tidak bisa berkutip, Sang dokterpun hanya bisa menghela nafas cukup panjang.
" Sekali lagi Sarada seperti itu, saya tidak akan mengobatinya lagi. Cukup sampai disini, jika anda tidak berniat menjadi seorang ayah maupun orang tua Sarada lebih baik kau lepaskan saja kepada ibunya." Lanjut Shizune yang sudah muak dengan perilaku Uchiha Sasuke, merasa kasihan kepada Sarada yang dari kecil selalu menjadi pelanggan rumah sakit.
Itachi yang sebagai dokter bahkan profesor sedikit kecewa dan malu melihat Sasuke sang adik seperti itu.
" Maaf." Hanya itu yang Sasuke katakan sambiri menundukan diri. Ucapan Shziune benar, dirinya tidak pantas untuk Sarada bahkan menjadi orang tua Sarada.
Sakura yang sudah berada di ruangan Tsunade, meminta menyuntikan cairan penyubur asi.
"Sssss, sakitt pelan - pelan! " Bentak Sakura pelan.
" Bertahan, kau ini menjadi ibu tidak becus sekali."
Sakura memutar bola matanya dengan malas " Itu karna aku baru pertama kali menjadi seorang ibu angkat! "
Jarum suntik yang berada di payudara Sakura semakin dalam, membuat sang punya mencerit kecil. Tsunade menggeram setelah mendengar ucapan Sakura.
" Lalu bagaimana dengan kabar Sarada,puteri kecilmu? "
" Tidak baik. Dia masuk UGD."
" Lalu kau kenapa kemari?"
" Melancarkan asiku." Balas Sakura santai. Tsunade yang mendengarnya sedikit geram, ibu macam apa dia?! Bisa - bisanya bersantai saat puteri kandungnya berada di UGD.
T B C
[ SARADA, SAKURA, SASUKE UCHIHA ]
Happy Reading
.
.
.
Setelah sepulang dari rumah sakit, Sakura mengunjungi rumah Yamanaka Ino. Sesekali merintis merasakan sakit di kedua payudaranya.
Sakura mengetuk pelan pintu sang sahabat. Suara teriakan kecil menyuruhnya masuk, tanpa segan Sakura membuka pintu menampakan sang sahabat sedang memasak.
" Ohayo." Ucap Sakura.
" Ohayooo juga Sakura, tumben sekali kau datang kemari? " Tanya sang sahabat.
Sakura mendudukan diri setelah memasukan diirnya ke dalam rumah sang sahabat tepatnya di dalam ruangan memasak yaitu dapur.
" Aku bosan di rumah, mengurus anak orang lain. " Balas Sakura, tangan kanan mengambil teko untuk ia tuangkan ke gelas lalu menegukan nya sambiri menatap Ino.
" Kau bosan mengurus anak? Bagaimana jika anak mu di perlakukan seperti itu." Ino merangkul Sakura, menatap wajah sayu sang sahabat.
" Ck. Tentu saja marah! Kau ini bertanya tidak jelas. " Sakura mencubit pipi sang sahabat cukup keras " Bagaimana tidak marah, anaknya masuk UGD ibu angkatnya bermain disini " Kekehnya kecil.
" Hm.. Kau benar, tapi kau keterlaluan bukan? Sarada membutuhkan mu."
Sakura meletakan gelas di depan wajah Ino " Kau ini mementingkan anak itu atau misi kita?"
" Tentu saja, tapi misi kita hanya membunuh mereka bukan anaknya, Sakura."
Sakura menggeleng " Kau tau prinsip ku apa? Jika kita mendapatkan misi bersangkut paut dengan orang itu, kita harus membunuhnya termasuk Sarada."
" Kau yakin? "
Sakura mengangguk, tersenyum pahit entah apa yang di rasakan setelah mengatakan hal tersebut. Sesekali memukul wajahnya yang mulai kacau.
" Hey! Sakura kau tak apa? "
Raut wajah Ino berubah sangat khawatir tentang sahabatnya yang sempat memukuli wajahnya.
" Ino, katakan kepada ku.. Apa aku salah mengatakan hal itu? "
Emerald manik hijau sebelumnya yang terlihat menajam berubah sedikit memerah dan berair " Ada apa dengan diriku? " Tanya Sakura lagi.
" Di sini sakit.." Tunjuknya di dalam dadanya yang di mana hatinya teriris " Apa aku salah?"
" Kau sudah gila,Sakura. Kurangi obsesimu dengan misi." Ujar Ino sang sahabat tanpa mempedulikan dramatis Sakura yang nampak annoying.
Ino membasuh wajahnya yang nampak lelah di wastafel terdekat, setelah membasuh mengambil handuk kecil yang menggantung.
" Setelah ini Garra, akan datang melancarkan misi kita untuk membunuh tuan yamet."
" Apa aku ikut? "
" Tentu saja."
****
Sudah pukul 2 siang Uchiha Sakura belum kunjung datang ke mansion. Sasuke mendudukan diri di dekat Sarada, menatap malang ke arah buah hatinya yang dimana kantong mata Sarada membengkak antara menangis dan demam.
" Sabar ya sayang, mama pasti akan pulang." Sasuke mengecup kening Sarada yang mulai terbiasa tidur tanpa Sakura.
Hela nafas cukup untuk Uchiha Sasuke di sisi lain dirinya ingin mengerjakan proposal kantor yang akan ia kerjakan untuk rapat perdana nanti.
Dirinya merasa percuma setelah menikahi Sakura, jika terus begini. Anak kesayangannya Uchiha Sarada di lantaran, kemungkinan dia akan memutuskan perceraian mungkin dan memisahkan Sakura dengan Sarada? Mungkin itu akan terjadi.
" Sarada.." Sura beritone tersebut membuyarkan pikiran Sasuke.
" Ngapain kau kemari? " Tanya Sasuke langsung bergegas menghalangi wanita tersebut.
" Tentu saja menemui Sarada" Ucap wanita tersebut.
Sasuke bergerak cepat menghadang wanita tersebut untuk mendekat ke arah Sarada " Ck! Jangan menggangu, Sarada tidak membutuhkan mu."
" Kenapa? Ada apa? Bukannya aku calon istrimu beserta ibu untuk Sarada"
" Sarada sudah memiliki ibu kandung."
.
.
.
" GERSSSH! BERLARI!! " Teriakan Samaran dari wanita pirang untuk pria bertato di dahi.
" SABAR!! " Pria bertaro tersebut menendang pria berjas yang akan menjadi mangsa.
Sakura yang berada di atas gedung merintis sakit di setujur payudaranya, rasanya seperti berdegung, nyeri bahkan terasa sakit.
" Bertahan ya Sarada, mama sedang berjuang menghabisi manusia jahat." Ucap Sakura sebagai penguat, snapper yang sudah siap untuk membidik peluru berjalan menuju orang yang siap untuk di tembak.
DUAR!!
Suara tembakan yang sudah di peredamkan, sedikit terdengar oleh Garra dan Ino sebagai pancingan. Sesekali memberikan jempol untuk yang di atas Uchiha Sakura, di balas dengan senyuman simpul.
"Nice baby! "
Jika ada typo tolong di koreksi di komen yah kawan
.
Happy Reading
.
💜
.
FLASHBACK
- Kelahiran Sarada.
Sakura menyusui bayi yang baru lahir, sesekali merintis merasakan sakit di seluruh tubuh terutama di bagian yang dimana sang anak menyusu di pelukannya.
Suara dobrakan pintu mengalihkan pandangan Sakura yang menatap sang anak berubah ke arah pintu.
" SERET DIA! " Teriak pria laki - laki tersebut. Sesekali Sakura menggeleng.
" SIAPA KAU!!?? " Teriak Sakura histeris saat bayi kecilnya di cabut paksa. Bayi tersebut menangis, Sakura langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Pria tersebut mencangkup wajah Sakura dengan paksa " Ck! Berani sekali kau wanita murahan menatap ku setelah melahirkan anak putera ku."
Wajah Sakura terhampas saat pria tersebut mendorongnya cukup kasar. Sakura merintis dagunya terasa sakit.
" Seret dia, kita sudah menjualnya." Pintah pria tersebut menyuruh para bodyguards nya.
Meyeret Sakura dengan paksa.
Sakura merintis " SAKIT!!! UHH!! PELAN - PELANNN NANTI JAITAN NYA LEPAS! " Teriak Sakura di sela seretan mereka.
Pria tersebut memijit pelipis, melirik kearah jam tangan di sebelah kiri. Sakura termeronta merasakan sakit disana.
" Kabarin Sasuke, anaknya telah lahir didunia."
AUHOR POV
- FLASHBACK OFF
Sakura menatap suaminya bersama dengan orang yang tidak dikenal di ruangan tamu. Sesekali ia menghela nafas.
" Tadaima."
" Hn."
Sasuke nampak serius dengan wanita yang berada di hadapanya, kedua tangan ia lipat di depan dada memberikan kesan angkuh.
" Di mana Sarada? " Tanya Sakura kepada Sasuke pandangannya tak luput dengan wanita di hadapan sang suami.
" Kamar." Balas Sasuke singkat. Sakura tersenyum kecut, melirik kembali kearah wanita tersebut.
' Apa dia kekasihnya Sasuke atau ibu dari Sarada? ' Tanya Sakura di dalam hati sebelum ia benar - benar menuju kamar Sarada.
Langkahan kecil Sakura terhenti saat Sasuke menyuruhnya. Sakura membalikan tubuhnya kembali kearah mereka.
" Sakura kemari." Pintah Sasuke, tangan kanan Sasuke menjulurkan untuk menarik Sakura lebih dekat "Kau tau, wanita di depan ini tidak percaya kalau kau istriku dan ibu dari Sarada anak kita. " Ucap Sasuke memberikan kesan seperti menyindir wanita tersebut.
Sakura dengan kikuk mengangguk, dia rasa suaminya terlalu percaya diri mengatakan bahwa Sarada anak hasil cinta mereka berdua.
" Ya, aku istri dan ibu dari Sarada anak ku." Balas Sakura dengan ekspresi sulit dijelaskan.
Wanita tersebut mengeritkan dahi " Aku tidak percaya! Sebelum kalian berciuman di depanku." Titih sang wanita terus terang.
Deg!
Emerald Sakura membulat sempurna, melirik ke arah Sasuke bahkan pandangannya beralih ke bibir suaminya itu.
Senyuman licik tertarik oleh garis bibir Uchiha Sasuke, perlahan wajah mereka berdua mendekat satu sama lain. Menyatukan bibir mereka berdua, jantung Sakura meredup tak henti terutama Sasuke yang sejak kemarin menantikan hal tersebut.
Perlahan Sasuke menarik telungku leher Sakura, melumat bibir manis milik Sakura secara lembut tidak ada hawa napsu yang di lontarkan oleh Sasuke. Mengigit pelan bibir tersebut, membuat sang pemilik membuka akses jalan untuk lidah Uchiha Sasuke bermain di dalam sana.
Itachi melepaskan wig yang ia kenakan, sesekali menghela nafas saat menatap sang adik yang sedang melumat bibir adik ipar. Sesekali memijit pelipis yang cukup pening di kepalanya saat ini.
Mengingat kejadian yang dimana Sasuke meminta Itachi untuk mengganti peran sebagai plakor rumah tangga.
" Bukankah aku calon istri dan ibu dari anakmu? "
Suara beritone di kamar Sarada membuat Itachi sang kakak bergerak menuju tempat tersebut.
" Sasuke ada apa ini? " Tanya Itachi yang sudah sampai di kamar Sarada. Sesekali melirik kearah Sasuke yang menarik tangan wanita tersebut.
" Aku sudah menikah dan Sarada sudah memiliki ibu kandung, the real dari rahimnya. " Ucap Sasuke jelas, mendetail bahkan merinci setiap ucapannya yang akan di lontarkan.
Wanita tersebut menatap sedih " Lalu bagaimana dengan pertunangan kita? Pernikahan kita yang akan segera di laksanakan? "
" Batal." bukan Sasuke yang menjawab tapi Itachi " Perjodohan batal! Tousan ayah dari kami sudah tiada, jadi pernikahan mu dengan Sasuke di batalkan!! "
Senyuman manis menjelegar di bibir Sasuke, perlahan wanita tersebut mundur menangis tersandu - sandu meninggalkan kediaman Uchiha.
" Plakor he? " Kekeh Sasuke, mulai mendapatkan ide.
Itachi yang mendapatkan tatapan yang cukup membuat hati ya luluh " Apa? "
" Jadilah plakor sementara untuk mewujudkan rencanaku."
***
Sasuke memijit pelipis merasakan ketidak berdayaan disini, melihat Sarada yang dimana pertumbuhan tulang Sarada masih sangat mungil dan kecil, padahal anak dari sahabat rivalnya sudah sepantaran dengan anak - anak seusia Sarada.
" Salad, kaltu yang boluto kasih masih adhakan?" Tanya anak laki - laki yang seusia dengan Sarada.
Sasuke menatap Sarada yang tengah bermain dengan anak Uzumaki Naruto, bahkan ayahnya ada di sampingnya saat ini.
" Boruto sangat cocok dengan Sarada,ne.."
" Hn."
Sarada mengangguk lucu menatap Boruto yang sedang menatap onyx hitam kelapnya " Ada."
" SALAD BISA BILBICALA??? " Teriak Boruto antusias, emerald biru manik berkaca - kaca. Mencangkup kedua pipi Sarada, wajah mereka mendekat.
Sasuke dengan ekspresi mengejutkan langsung berjinjit mendekat dengan Sarada. Menarik puteri kecilnya kepangkuannya.
" No. Sarada dan Boruto masih kecil tidak boleh."
Boruto yang mengerti maksud sang paman,bapak dari Sarada. Sedikit mengangguk " Kaluh begitu nanthi suda besal Boluto bisa dapat pissh kishhh Salada? "
" Siapa yang mengajarkan mu seperti itu? " Tanya Naruto yang melirik Sasuke menatapnya dengan sedikit takut - takut ketika di hadiahi dengan tatapan sinis dan tajam dari onyx kelap sahabatnya itu.
Boruto berdiri, berjalan kecil menuju sang ayah. Naruto sendiri menatap putera sulungnya dengan ekspresi sulit di artikan.
" Kakek Jirayah "
T B C
BORUSAARA UWU…
SEE YOU NEXT CHAPTER
Chapter sampai 20an lebih, bahkan hampir 30.
HINGGA AKHIR.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
