
Halo kalian, kita ketemu lagi disini yaww😃
Untuk Part 1 diisi pemanasan dulu ya 18+
Happy reading^^
"Ra, buruan turun! Sarapan!"
Clara dengan segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas sekolahnya mendengar suara Ray yang terdengar kesal di lantai bawah.
"Iya, iya sabar." Clara dengan cepat menuruni tangga dari lantai dua.
"Kelamaan! Gue duluan. Lo minta Om Al aja buat anterin lo." Ray menandaskan susunya dengan segera dan langsung melenggang pergi.
"Ray!" Clara berteriak pada Ray yang sudah lenyap di balik pintu utama rumah.
Clara menghembuskan napasnya kesal, ia pun dengan lemas berjalan ke meja makan yang terdapat Alex.
"Pagi, Om." Clara menyapa ramah seperti kebiasaannya.
"Pagi, Clara."
Clara langsung membeku saat ia baru saja bergabung duduk di sebrang kursi Alex.
Selama ini Alex selalu diam dan terkesan mengabaikan sapaan membosankan Clara. Jadi Clara tidak berekspektasi jika pria itu membalas bahkan menatapnya.
Clara tersenyum canggung dan mulai memakan sarapannya.
"Saya tunggu diluar," ucap Alex berlalu begitu saja.
Clara langsung terdiam. Benarkah jika Alex akan mengantarnya ke sekolah?
Karena selama ini Alex tidak pernah merepotkan diri mengantar Clara ke sekolah jika Ray meninggalkan Clara seperti hari ini.
Alex biasanya akan memerintah supirnya sendiri untuk mengantar Clara dan pria itu akan berangkat seorang diri walaupun arah sekolahnya dan kantor Alex searah.
Clara pun menyelesaikan sarapan nya dengan cepat. Ia tidak ingin membuat Alex menunggu lama. Bagaimana pun ini pertama kalinya pria itu mau mengantar dirinya.
"Ayo, masuk." Alex membukakan pintu mobil bagian penumpang.
Clara yang disambut begitu langsung tersenyum senang. Rasanya sudah lama ia tidak diperlukan dengan sopan seperti ini.
"Makasih, Om." Clara tersenyum ceria pada Alex yang baru saja duduk dikemudi.
Alex mulai melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumah mewah pria itu.
Sepanjang perjalanan Clara ikut membisu mengikuti Alex. Clara hanya takut ia salah bicara jika memulai obrolan.
"Kamu udah semester dua kan sekarang?" Tanya Alex saat sudah sampai di depan gerbang sekolah Clara.
Clara langsung menatap Alex dan mengangguk, "Iya."
Alex tersenyum yang sangat jarang Clara lihat, "Rasanya baru kemarin kamu semester satu dan mulai tinggal sama saya."
"Hehe, iya."
"Yasudah, cepat masuk. Belajar yang benar buat bekal ujian nanti."
Clara kembali mengangguk dengan senyum senang. Hari ini Alex terasa beda, lebih menganggap Clara manusia mungkin.
Karena sudah beberapa bulan sejak Clara ikut menumpang, Alex jarang sekali bahkan terlampau tidak pernah mengajak Clara mengobrol seperti sekarang.
Merasa terlalu senang atau entah keberanian darimana Clara dengan cepat mencium pipi kiri Alex.
"Makasih udah nganter Clara ke sekolah, Om."
Clara langsung bergegas cepat meninggalkan Alex yang masih terpaku.
Butuh beberapa detik untuk Alex sadar. Ia pun tersenyum karena perilaku lugu Clara.
***
Clara keluar dari pintu kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe. Ia baru saja membasuh tubuh namun air tiba-tiba mati.
Sepertinya ada yang salah dari saluran air dan Clara tidak bisa berbuat banyak.
Dengan dilema Clara keluar kamar untuk bisa menggunakan kamar mandi di lantai bawah mumpung tidak ada orang dirumah selain dirinya.
Saat Clara baru berbelok dari lorong kamarnya, tiba-tiba dari arah tangga tanpa ia duga muncul Alex yang sepertinya baru pulang kerja.
Clara langsung membeku ditempat dengan jantungnya yang berdetak dengan cepat.
Entah dari kapan jantungnya selalu seperti ini jika berhadapan dengan Alex apalagi disaat kondisi Clara sekarang.
Alex juga tampak terkejut sesaat ketika melihat Clara namun dengan cepat menormalkan kembali ekspresi wajahnya.
Alex berdeham serak sambil memerhatikan Clara dari ujung rambut sampai ujung kaki yang sukses membuat Clara lumpuh karena tatapannya.
"Clara, ngapain?" Tanya Alex dengan suara seraknya.
Clara mengernyit mendengar suara Alex yang sedikit berbeda, "Air dikamar aku kayaknya mati, Om."
Alex kembali berdeham, "Terus?"
"Rencananya aku mau pindah mandi ke bawah karena belum selesai tadi," jelas Clara sambil menunduk karena tidak tahan dengan tatapan Alex yang terus tertuju padanya.
"Gak bisa."
Clara langsung mendongak menatap Alex, "Kenapa?"
"Ada temen-temen saya di bawah, jadi kamu gak bisa pergi kesana."
Clara langsung diam dan mulai berpikir. Jika bukan di bawah ia harus mandi dimana?
"Kamu bisa pake kamar mandi saya aja, Clara."
"Maksud, Om?" Clara menatap Alex bingung.
"Untuk sementara waktu kamu mandi di kamar mandi didalam kamar saya aja," jelas Alex lebih detail.
"Eh?" Clara terjingkat kaget begitu paham, "Emang boleh?"
"Boleh." Alex mengangguk yakin, "Besok saya suruh orang buat benerin air dikamar mandi kamu."
Clara terdiam untuk berpikir sejenak. Sepertinya tidak apa-apa untuk Clara menumpang mandi di kamar Alex karena kamar Ray tidak ada pemiliknya dan Clara tidak berani masuk sembarangan.
Dan juga kamar tamu yang tersisa di lantai atas rumah ini sepertinya tidak ada kamar mandi di dalam kamar seperti kamar yang Clara gunakan.
"Gimana, Clara?" Tanya Alex menatap Clara sedikit tidak sabar karena keterdiaman gadis itu.
"Boleh deh kalo Om izinin." Clara menatap Alex tulus, "Makasih ya, Om."
Alex hanya mengangguk dan berjalan diikuti Clara dibelakang.
Clara sedikit ragu saat Alex mempersilahkannya masuk ketika sudah sampai di kamar pria yang kamarnya bersebrangan dengan kamar Clara.
Saat sudah berada di dalam Clara bisa melihat kamar Alex begitu rapi dan wangi. Namun Clara tidak berani untuk melihat-lihat lebih jauh karena takut dianggap lancang.
"Itu kamar mandinya." Alex menunjuk ke pintu kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari tempat Clara dan Alex berdiri.
Clara mengangguk paham, "Kalo gitu aku mandi dulu, Om."
Clara hanya butuh waktu mandi sepuluh menit. Ia sengaja mandi dengan cepat karena was-was menumpang di kamar orang lain.
Clara keluar dengan tetesan air yang berjatuhan dari rambut ke wajahnya karena Clara lupa tidak membawa handuk untuk kepala.
Sebenarnya di dalam ada tiga handuk bersih namun Clara tidak berani memakai salah satu handuk milik Alex.
"Sudah?"
Clara sedikit terkejut mendapati Alex masih berada di dalam kamar karena Clara pikir Alex mungkin sedang bersama tamunya di lantai bawah.
Dengan malu-malu Clara mengangguk sebagai jawaban. Lagi-lagi Alex menatapnya begitu intens yang membuat Clara salah tingkah.
Apalagi saat melihat Alex yang sejak tadi duduk di sofa kamar mulai menghampiri tempat Clara berdiri.
"Rambut kamu basah, kamu bisa masuk angin nanti." Alex menyentuh helaian rambutnya begitu saja.
"Nanti dikamar aku keringin." Clara dengan canggung memilih menunduk menghindari tatapan Alex yang tertuju padanya.
"Duduk disana, saya ambil handuk di dalam." Alex menunjuk sofa yang tadi ia tempati.
"Eh, nggak us--"
"Duduk."
Clara akhirnya menurut karena sepertinya Alex tidak ingin dibantah.
Tidak berapa lama Alex menghampiri Clara setelah mengambil handuk dari dalam kamar mandi.
"Em, saya aja, Om." Clara dengan segan mencoba merebut handuk yang Alex dekatkan pada rambutnya.
Alex menggeleng tegas, "Balik badan."
"Tapi, Om...." Clara ragu namun melihat sorotan mata Alex yang tidak suka Clara membantah akhirnya membuat Clara menurut.
Alex tersenyum melihat Clara menurut untuk duduk membelakanginya. Ia pun mulai menggosok pelan rambut basah Clara dengan handuk miliknya.
Harum shampo dan sabun mandi dari tubuh Clara semakin tercium jelas oleh Alex karena posisi mereka yang berdekatan.
"Teman-teman Om...?"
"Sudah pulang saat kamu mandi," jelas Alex.
Clara mengangguk pelan walau tidak mengerti kenapa teman-teman Alex berkunjung sebentar dan pergi dengan begitu cepat.
Gerakan tangan Alex kian melambat dalam mengeringkan rambut Clara.
Alex sudah hilang fokus melihat tengkuk dan leher mulus Clara. Rasanya ia ingin menghiasi dengan tanda kepemilikannya disana sampai penuh.
Belum lagi dari posisinya di belakang tubuh Clara, ia bisa melihat dengan jelas belahan payudara Clara yang menggoda hasratnya.
Clara masih 17 tahun, namun lekuk tubuhnya sudah tumbuh begitu menakjubkan membuat Alex tertarik.
"Om, kenapa?" Tanya Clara ragu saat Alex berhenti menggosok rambutnya dan malah bernapas ditengkuknya.
"Kamu wangi," bisik Alex serak.
Clara baru akan membuka mulut namun terhenti saat kedua tangan Alex memeluknya dari belakang begitu saja lalu menariknya dan menyandarkan tubuh Clara pada tubuh pria itu.
"Om...." Clara seketika tidak bisa berpikir jernih karena pelukan Alex. Ia bahkan dapat merasakan otot dada pria itu yang menekan punggungnya.
"Ada apa?" Clara bertanya ragu dalam kebingungannya akan sikap Alex yang terasa tiba-tiba bagi Clara.
"Maksud kamu mencium saya tadi pagi apa, Clara?"
Clara menggeleng kecil, "Nggak ada maksud apa-apa, Om. Aku cuma terbawa suasana aja karena Papa dulu selalu nganterin aku sekolah. Maaf kalo Om gak suka."
"Papa?" Alex memastikan pendengarannya, "Tapi saya bukan Papa kamu."
"Iya, Om. Maaf."
"Sepertinya kamu emang senang ya mancing hasrat pria?"
Clara mengerutkan keningnya mendengar ucapan Alex, "Maksud Om?"
"Seperti sekarang, kamu seharusnya jangan setuju saat saya nawarin kamu mandi disini," bisik Alex serak.
"Ehm, maaf juga kalo gitu, Om." Clara merasa tidak enak hati karena berpikir sudah mengganggu Alex.
"Saya gak butuh maaf kamu, Clara." Alex semakin memeluk tubuh Clara erat, memanfaatkan situasi jika gadis dalam pelukannya sama sekali tidak menolak.
"Selama ini saya sudah menahan diri karena kehadiran kamu disini, tapi sekarang rasanya semakin sulit karena penampilan kamu yang selalu mengundang."
"Ngh, Clara minta maaf," bisik Clara, ia tidak tahu harus bagaimana selain meminta maaf.
Alex tersenyum miring di balik tubuh Clara, "Sudah saya bilang, saya tidak butuh maaf kamu."
Clara diam, tidak tahu harus berkata ataupun melakukan apa.
Tengkuk Clara terasa merinding karena hembusan napas Alex.
"Nghh, Om." Clara kembali bersuara, seperti bisikan.
"Om." Clara menggenggam erat tangan Alex yang berada di perutnya saat merasakan bibir Alex mulai menciumi tengkuknya.
"Kamu harus membayar semua itu, Clara," bisik Alex serak.
"Membayar?" Clara membeo dengan pikirkannya yang kini buntu.
Alex mulai mengusap-usap perut rata Clara yang masih terhalang bathrobe sambil terus menciumi tengkuknya.
"Om, mau apa?" Clara terjingkat saat kedua tangan Alex bergerak naik dan menyentuh masing-masing payudaranya.
"Saya penasaran dengan ini." Alex mengusap dengan gerakan pelan kedua payudara Clara yang terhalang bathrobe.
"Om, udah." Clara mencoba menjauhkan tangan Alex dari payudaranya namun tidak berhasil.
"Santai, Clara." Alex berganti dari usapan menjadi remasan lembut di daging kenyal Clara yang terasa pas di tangannya.
"Om, Clara mau ke kamar." Clara mencoba bangkit namun Alex tidak membiarkannya.
"Kita main dulu baru Om biarin kamu keluar."
Clara menggeleng-geleng tidak nyaman karena remasan Alex yang terus-menerus dipayudaranya.
"Kamu punya pacar?" Tanya Alex saat melonggarkan simpul tali bathrobe yang Clara kenakan.
"Nggak, Om." Clara menjawab dengan susah payah karena sentuhan Alex di payudaranya namun bodohnya ia tidak berusaha melawan.
"Kalo mantan pacar?" Tanya Alex lagi di tengah kegiatannya meremas payudara Clara.
"Papa gak izinin aku pacaran." Clara tersentak saat remasan Alex berubah kasar.
"Nghhh sakit, Om." Clara meringis dengan dahi mengkerut menahan sakit.
Alex berhenti sesaat. Clara berpikir Alex sudah akan melepaskannya namun ternyata dugaan Clara salah.
Dengan bathrobe yang sudah longgar, Alex menurunkan bagian atasnya hingga merosot membuat tubuh atas Clara tampil polos sekarang.
Clara menunduk melihat payudaranya yang jatuh begitu saja karena tidak ada penghalang. Dengan segera Clara ingin menutupinya namun kalah cepat oleh Alex.
Alex menangkup masing-masing payudara Clara yang telanjang dengan tangannya.
"Om, lepasin!" Clara berusaha menyingkirkan tangan Alex namun begitu sulit.
"Tenang, Clara." Alex berbisik lembut dan mulai meremas-remas payudara Clara kembali.
Sensasi nya tentu sangat berbeda dengan tadi. Sekarang Alex bisa dengan jelas merasakan betapa lembut dan kenyalnya payudara Clara yang ia remas tanpa penghalang apapun.
"Ahhh Om Alex." Clara mendesah untuk pertama kalinya dan yang berhasil membuatnya begitu adalah Alex.
Alex tersenyum senang penuh kebanggaan mendengar desahan Clara yang merdu di telinganya.
"Ray udah pulang ke rumah orangtuanya?" Tanya Alex mencoba mengalihkan ketegangan Clara.
"Ahh iya, Ray langsung pulang tadi nghh pas keluar kelas ouh," jelas Clara susah payah.
"Berarti Ray gak pulang kemari, ya? Lalu kamu pulang sama siapa?"
"Ehm, iya, aku pulang naik ojek tadi."
"Lain kali kalo Ray gak bisa pulang bareng kamu, kamu bisa minta jemput saya, Clara."
"Apa iya?" Clara menoleh untuk pertama kalinya kesamping, menatap Alex yang berhenti meremas payudaranya.
"Tentu aja, Clara." Alex menatap Clara serius, "Orangtua kamu udah nitipin kamu ke saya, karena saya pengganti wali kamu. Jadi, sudah seharusnya kamu dalam tanggungjawab saya."
Clara mengangguk kecil dan tersenyum tulus pada Alex, "Makasih, Om."
Clara kembali menatap ke depan. Ia merasa malu jika harus bersitatap lama dengan Alex.
Hatinya menghangat hanya karena bentuk perhatian Alex padanya. Ia senang masih ada orang yang peduli padanya setelah semua orang terdekatnya menjauh karena keadaan Clara sekarang.
"Manis," bisik Alex mulai menciumi leher Clara sambil tangannya kembali meremas bukit kembar Clara, "Kamu juga sangat lembut, Clara."
"Nghh ahh... Om." Clara memejamkan mata merasakan remasan-remasan tangan Alex di payudaranya.
Clara menunduk dan merasa sangat malu melihat bagaimana kedua tangan Alex yang begitu bersemangat tanpa henti meremas bukit kenyalnya.
Alex berganti mencium dan menggigit tengkuk Clara lalu meninggalkan bekasnya disana.
"Sstt sakit, Om." Clara meringis saat remasan Alex di payudaranya kembali kuat.
"Kamu cuma belum terbiasa." Alex menjawab enteng.
"Tapi pelan-pelan aja kayak tadi." Clara memejamkan matanya merasakan ketidakberdayaan untuk menolak.
Tidak dipungkiri sentuhan asing ini terasa nikmat dan memabukkan diri Clara.
Alex tersenyum puas melihat Clara yang pasrah dan tidak melawan. Ia tahu gadis yang masih bersandar di tubuhnya begitu menikmati jamahannya.
"Ahhh Om Alex." Clara mendesah semakin keras seiring Alex yang memainkan payudaranya.
Alex yang jarak usianya begitu jauh dengan Clara sepertinya belum ingin berhenti dari kegiatannya.
"Om nghh ahh." Clara menggeleng-geleng saat kedua putingnya dijepit kuat oleh jari-jari panjang Alex.
Alex merasa bangga bisa membuat puting payudara Clara menegak seperti sekarang. Ia menekan-nekan puting itu lalu memilinnya sesuka hatinya.
"Ahh Om nghh...." Clara meremas paha Alex sebagai bentuk pelampiasan.
Posisi Clara yang seperti itu malah membuat payudaranya semakin membusung dan memudahkan Alex.
"Mendesah lebih keras, Clara." Alex mengintip dari balik punggung Clara, ia terpaku melihat kedua tangannya yang bergerak aktif memainkan daging kenyal yang begitu menggiurkan.
Alex jadi membayangkan seperti apa jika payudara itu berada dalam kuluman bibirnya.
"Ahh, Om." Clara membuka mata lalu menoleh pada Alex.
Tatapan sayu Clara membuat Alex terpaku sesaat. Clara terlihat berkali-kali lipat cantiknya dimata Alex sekarang.
Tidak ingin menunggu lama, Alex langsung menempelkan bibirnya pada bibir ranum Clara yang seolah mengundangnya.
Clara yang bibirnya dicium untuk pertama kalinya seketika kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa.
Clara hanya pasrah saat Alex menciumi permukaan bibirnya yang tertutup.
Alex yang mengerti Clara tidak berpengalaman terus melayangkan ciumannya.
Digigitnya dengan pelan bibir bawah Clara agar terbuka dan Alex langsung mengulurkan lidahnya memasuki mulut Clara ketika gadis itu mempersilahkan.
Shit. Alex mengumpat dalam hati, ternyata setiap bagian tubuh Clara begitu candu untuknya.
Ketika menyadari Clara membutuhkan oksigen Alex melepas ciuman mereka. Ia tersenyum puas melihat air liurnya yang tersisa di sekitar mulut Clara.
Clara semakin lemas sekarang. Ia sudah pasrah akan apa yang Alex lakukan padanya.
Seperti tidak bertenaga Clara lunglai di dada Alex. Matanya tidak henti melihat tangan Alex yang masih betah di dadanya.
Clara bisa melihat kulit payudaranya memerah karena remasan Alex yang tiada henti.
Selain tidak nyaman dengan tubuh atasnya, Clara juga merasa tidak betah akan pangkal pahanya yang seperti lembab.
Ditengah-tengah Clara yang pasrah, Alex mulai menghentikan sentuhannya di tubuh Clara.
Clara mulai bernapas lega walau tidak tahu alasan Alex berhenti, "Om."
Dengan diam Alex mulai memperbaiki bathrobe Clara seperti semula.
"Sekarang kamu keluar, saya ingin mandi."
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
