
Usia Gemini kelewat matang untuk seorang wanita yang masih melajang. Hampir tiga puluh lima tahun, dan dia masih sendiri. Gemini sudah mati rasa ketika sepuluh tahun lalu gagal menikah. Dia tidak percaya dengan yang namanya cinta, paling tidak dia tidak merasa dicintai kecuali oleh keluarganya sendiri.
Gemini tidak memiliki niatan untuk melepas masa lajangnya meskipun kakaknya sudah mewanti-wanti Gemini untuk segera menikah. Dia sudah nyaman dengan kehidupannya yang serba sendiri sampai ketika seorang...

Hal pertama yang menyambut Reska setiap pagi saat ini adalah Zion yang berdiri di depan akuarium, bisa tertawa sendiri, atau malah seolah dia memang sedang main dengan makhluk yang menghuni akuarium tersebut.
Saat pertama Smiley datang, nama yang diberikan Gemini karena hewan itu selalu tersenyum, yang paling antusias tentu Zion. Reska jangan ditanya, melihat saja dia malas. Ini terakhir kalinya Gemini membawa makhluk aneh ke rumah mereka, tidak akan ada lagi yang lain besok-besok.
Reska berjalan mendekati Zion, berdiri di belakang putranya yang belum sadar dengan kehadirannya. Masih sumringah melihat Smiley, menggerakkan jari-jarinya supaya Smiley mengikuti kemana jari Zion bergerak. Pintar sih, dia bisa tahu dan mengikuti. Wajahnya yang selalu tersenyum itu kata Gemini menggemaskan, tapi Reska tidak melihat sisi menggemaskannya. Menyeramkan yang ada.
“Mau berapa lama lagi kamu di situ? Belum sarapan? Katanya mau ikut Mama ke kafe. Mama jalan pagi hari ini.” kata Reska. Hari ini hari terakhir Zion diskors. Besok anak itu sudah masuk sekolah, dan semalam dia mulai merajuk karena bosan, minta ikut Gemini ke kafe. Kasihan juga, jadi Reska mengizinkan.
Zion menoleh kebelakang, menatap Reska. “Ini sarapan.” katanya beranjak dari sana dan duduk di meja makan yang sudah ada Gemini sejak tadi. Ditemani segelas kopi yang dia buat sendiri. Jadi tentu bukan kopi biasa.
Satu lagi yang tidak biasa belakangan ini adalah, kulkas rumah mereka sudah seperti kulkas di kafe. Penuh dengan bahan-bahan makanan dan masakan yang tidak biasa ada di rumah. Reska bisa menemukan barisan sirup dan saus berjejer di dapur, khusus hanya untuk membuat minuman versi Gemini yang berbagai macam rupanya.
Belum lagi yang ada di dalam kulkas. Beberapa jenis keju bisa ditemukan di dalam kulkas rumah yang entah untuk apa kegunaannya. Di mulut Reska semuanya sama saja, asin. Lain bagi Gemini yang bisa membedakan tiap-tiap rasanya.
“Kamu bikin kopi apa pagi-pagi begini?” tanya Reska saat melongok pada gelas Gemini yang berisi kopi tidak lazim. Ada whip cream di atasnya, ini bahkan belum pukul setengah tujuh pagi.
“Kopi biasa, pakai saus caramel sama mocha, mau?” tawar Gemini yang langsung dijawab dengan gelengan oleh Reska. Dia lebih memilih kopi biasa saja, tidak perlu yang aneh-aneh.
“Smiley kasih teman Ma, kasihan sendirian. Akuarium nya kan masih besar.” kata Zion. Badannya memang ada di meja makan, menyantap sarapannya tapi matanya terus-terusan tertuju pada akuarium.
Axolotl, sejenis salamander yang punya wajah selalu tersenyum. Pikiran Gemini memang tidak bisa ditebak dengan mudah. Mana Reska sangka kalau Gemini mau memelihara hewan tersebut. Hewan mengerikan yang setiap kali ada orang lewat akan mengikuti sambil tersenyum. Creepy. Reska jadi merasa dimata-matai di rumahnya sendiri. Belum lagi kalau Reska tidak salah hewan itu bisa menumbuhkan sendiri anggota tubuhnya yang tidak sempurna.
Catat, menumbuhkan, bukan menyembuhkan. Jadi kalau sewaktu-waktu kakinya putus karena kecelakaan entah kecelakaan apapun itu, dia bisa membuat kakinya tumbuh lagi. Membayangkannya saja membuat Reska jadi tambah takut.
“Nanti kita beli satu lagi. Tapi nggak sekarang.” Gemini merasakan kalau Reska sedang memperhatikannya dengan lirikan tidak setuju tentu saja. Tapi dia tidak mau mengindahkan, biarkan saja.
Kalau mau beli satu lagi juga tidak akan ada pengaruhnya. Gemini tidak perlu beli akuarium lagi, dia memang sengaja kemarin memesan yang sedikit lebih besar karena sudah pasti dia akan memberikan teman bagi Smiley, hanya saja tidak sekarang.
Merawat axolotl ternyata susah juga, tidak semudah yang Gemini baca. Dia harus menjaga suhu air agar tetap dingin, tapi tidak terlalu dingin. Belum lagi makanannya yang memang makan makanan basah dan hidup. Bisa kebayang kan sekesal apa Reska.
“Kamu beneran hari ini mau ikut ke kafe? Nggak mau di rumah aja?” tawar Gemini lagi. Zion langsung menggeleng.
“Nggak Ma, bosan.” padahal dia di kafe juga tidak melakukan apa-apa. Tidak ada mainan, cuma duduk diam dengan mainan dan peralatan yang dia bawa dari rumah. Sama saja sebenarnya cume beda tempat. Dasar anak-anak. Semoga saja Zion tidak membuat Gemini naik darah nanti.
“Oke, tapi Mama kerja disana, jangan ganggu loh ya. Kamu main sendiri. Bawa buku PR nya sekalian bikin PR disana. Nanti siang Pak Damang antar ke tempat les dari kafe.” Zion mengangguk.
Jadwal les Zion memang sedang padat mengingat sebentar lagi ujian tengah semester, lalu akan disusul dengan libur. Reska sudah berencana akan pulang ke Surabaya saat Zion libur sekolah. Dia juga sudah mendapatkan izin untuk cuti, Gemini pun sudah tahu. Tinggal bagaimana caranya dia memberitahu Zion.
“Zion, liburan nanti kita pulang ke Surabaya ya. Papa sudah dapat izin, sekalian kita jalan-jalan ke sana.” kata Reska hati-hati. Zion hanya diam, tapi dia menatap Reska dengan tatapan yang enggan. Kemudian beralih pada Gemini dengan tatapan yang sama.
“Nggak usah deh Pa, ke tempat lain aja liburannya. Oma aja yang disuruh ke sini.” ujar Zion memelas. Anak ini sepertinya punya bakat akting tersembunyi. Gemini melirik Reska, menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Reska. Sementara Reska hanya menghembuskan nafasnya sedikit kasar.
“Papa sudah janji sama Oma, kita mau ke tempat Mama Eleanor…, dan Om Rasya.” jawab Reska. Lagi-lagi Zion hanya diam. Kali ini dia menunduk namun menggeleng, masih tetap menolak ide Reska untuk pulang ke Surabaya walaupun hanya sekedar untuk berlibur.
“Kamu nggak kangen sama Mama El? Kita sudah lama nggak pernah kesana loh. Masa nggak mau ke sana?” Zion kembali menggeleng lemah.
“Nggak usah ke sana Pa, disini aja…” pintanya sungguh-sungguh. Dari matanya Gemini sudah tahu kalau Zion tidak ingin ke sana. Reska menghela nafas.
“Nanti kita bicarakan lagi ya. Papa harus berangkat kerja sekarang,” Reska menatap Gemini sebentar sebelum pamit dan meninggalkan istri dan anaknya. Dia ada jadwal operasi pagi ini, jadi harus jalan lebih awal daripada biasanya. “Papa pergi dulu, jangan bikin Mama repot nanti.” Reska mengacak rambut Zion, kemudian sempat-sempatnya mencuri ciuman singkat dari Gemini sebelum pergi. Tentu saja dia mendapatkan pelototan gratis dari Gemini.
Setelah Reska berlalu, tinggal Gemini berdua dengan Zion yang masih murung. Namun perlahan Zion mulai menghabiskan sarapannya meskipun masih sambil menunduk dan tidak bersemangat.
Gemini bangkit berdiri, meninggalkan Zion sendiri. Dia beranjak pada Smiley dan membuka kotak makanan Smiley, memberi makan hewan itu menggunakan tangan langsung di permukaan akuarium.
Setelah dirasa cukup, Gemini beralih kepada Chicken, memastikan kalau Chicken juga sudah diberi makan. Untung saja Chicken sudah kembali normal, warnanya sudah tidak luntur lagi. Chicken sudah kembali ke mood yang baik. Sekarang gantian anaknya yang mood nya hancur-hancuran.
Gemini kembali ke meja makan. Zion sedikit lagi menghabiskan sarapannya. Dia tidak bertanya, diam saja membiarkan Zion menghabiskan sarapannya. Setelah semuanya habis baru Gemini mulai bertanya.
Ratih langsung membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja makan. Kini tinggal Gemini dan Zion. Anak itu menatap Gemini takut-takut. Mau bangung dan pergi dari sana tapi Gemini belum beranjak, masih menatap Zion dalam diam.
“Jadi, ada yang mau kamu bilang ke Mama sebelum kita pergi? Mama dengerin disini. Mumpung Papa nggak ada.” tanya Gemini.
Ragu-ragu namun Zion bukan anak yang tertutup dan sulit dimengerti. “Kita nggak usah ke Surabaya Ma, disini saja. Zion nggak mau pulang ke sana. Nggak mau ke tempat Mama El sama…, Om…” kata-kata Zion semakin pelan dan kecil hingga menggantung begitu saja.
“Kenapa dengan Om Rasya?” Zion langsung terbelalak saat Gemini menyebutkan nama Rasya. “Kenapa Zion nggak mau kesana? Boleh Mama tahu kenapa Zion nggak mau kesana?” tanya Gemini dengan semua kesabaran dan kelemahlembutan yang dia punya. Tahu sendiri kan Gemini tidak bisa disuruh lemah lembut begini, tapi kalau keadaannya seperti ini dia tidak mungkin juga bertanya seperti biasa, yang ada Zion malah makin ciut nyalinya.
Sebenarnya Gemini ingin mendengar alasan Zion lebih dahulu, apa yang membuatnya tidak ingin ke Surabaya. Namun sepertinya ini tidak akan berhasil karena Zion tetap diam, mengunci mulutnya rapat-rapat. Mau tidak mau akhirnya Gemini yang harus mengalah lebih dulu.
Dia menatap Zion, kemudian menghembuskan nafasnya. Semoga saja ini bukan keputusan yang salah. “Mama sudah tahu semuanya dari Papa,” satu kalimat sederhana namun mampu membuat Zion mendongakkan kepalanya menatap Gemini. “Semuanya, Papa sudah cerita semuanya. Sekarang gantian Mama yang tanya ke kamu, kenapa Zion nggak mau ke Surabaya? Apa yang bikin Zion nggak nyaman?”
“Zion mau disini aja, sama Papa, sama Mama. Sudah ada Mama, Zion nggak mau ke tempat Mama El. Zion mau jadi anaknya Papa sama Mama Gem aja, nggak mau jadi anak yang lain.” pelan sekali Zion bicara, tapi mampu membuat Gemini tercekat.
Jangan salahkan Gemini kalau dia malah tambah membenci Eleanor karena hal ini, apalagi melihat Zion sampai seperti ini. Anak ini bahkan tidak tahu apa yang pernah dilakukan Eleanor padanya dulu, kalau tahu mungkin Zion bisa tambah membencinya.
“Zion kan memang anaknya Papa dan Mama, bukan anaknya orang lain,” kata Gemini menenangkan, mata Zion sudah mulai berair. Beberapa kali anak itu menyeka hidungnya yang meler akibat menahan tangis.
Tidak mudah menerima kenyataan, Gemini yang setua ini saja masih terguncang, apalagi Zion. jadi dia tahu persis seperti apa rasanya. Zion mungkin tidak banyak bercerita, anak ini terlalu pendiam dan cengeng menurut Gemini. Sepertinya dia harus mulai mengajarkan Zion untuk bisa sedikit lebih terbuka tentang apa yang dia rasakan.
“Kita tetap pergi ke Surabaya ya? Papa sudah pesan tiket, Oma juga sudah tahu kita mau kesana. Nanti kalau Zion nggak mau ke kuburan nggak apa-apa. Biar Papa sama Oma saja yang kesana, kita jalan-jalan aja di sana. Nanti Mama yang bilang sama Papa.” ujar Gemini meyakinkan.
Padahal aslinya Gemini juga tidak mau berkunjung ke tempat peristirahatan Eleanor. Biar saja orang bilang dia pendendam, tidak pemaaf atau apalah itu. Gemini tidak pernah mau jadi orang baik. Jahat saja dia masih ditindas, apalagi baik.
Jadi kalau Zion belum bisa menerima semuanya, dia tidak akan memaksa. Bagaimanapun juga semua sudah berlalu, tidak ada lagi Eleanor dan Rasya, yang ada hanya mereka bertiga. Reska, Gemini, dan Zion. Biarkan semuanya berjalan apa adanya.
Setiap perbuatan yang kita lakukan tentu ada konsekuensinya. Kalau belum memaafkan maka tidak perlu dipaksa. Ada waktunya semua akan termaafkan dengan sendirinya. Reska perlu tahu tentang ini semua.
Zion pernah kehilangan arti sebuah keluarga, jadi wajar ketika dia sudah merasa mendapatkannya dia jadi takut kehilangan lagi. Padahal tidak akan ada yang diambil lagi darinya.
“Beneran Ma? Papa nanti nggak apa-apa?” tanya Zion ragu.
“Nggak apa-apa. Kenapa memangnya Papa? Biar Papa sama Oma saja yang ke sana. Kita berdua nanti cari makan saja di sana. Lagian Mama juga mager kesana, panas.” nada suara Gemini langsung berubah rendah saat mengucapkan panas. Surabaya adalah PR sendiri untuk Gemini. Cuaca di sana sudah seperti neraka.
Senyum Zion terbit ketika melihat Gemini mengibas-ngibaskan tangannya seolah sedang kepanasan. “Mama is The Best! Kita makan apa nanti disana ya? Zion mau makan rawon deh Ma.” kata Zion antusias.
Gemini mengerutkan dahi nya, kemudian menatap Zion dengan ekspresi tidak percaya. “Yah Zion, masa ke Surabaya makan rawon. Di Jakarta mah juga banyak itu! Yang lain dong. Nanti tanya Papa deh ya.” jawab Gemini.
“Papa mana tau Ma, Papa mah nggak asik kalau soal makanan. Semua juga dimakan.”
Gemini tersenyum mendengarnya. Sekarang iya begitu, kalau anak ini tahu bagaimana Papa nya dulu pasti tidak percaya. Reska itu termasuk picky eater menurut Gemini. Bukan hanya soal apa yang harus dimakan, tapi juga Reska tidak bisa makan hanya dengan satu macam lauk. Bisa-bisa dia tidak jadi makan karena tidak berselera.
Dan yang Gemini perhatikan belakangan ini Reska sudah mulai kembali pada kebiasaan picky eater nya. Mungkin kalau begini terus Gemini akan benar-benar mempertimbangkan untuk menambah satu asisten rumah tangga lagi. Kasihan juga Ratih.
Jangan minta Gemini untuk masak karena dia tidak pandai memasak makanan yang sesuai dengan selera Reska. Bisa sih sedikit-sedikit, tapi Gemini memang tidak suka ada di dapur. Lagipula selama ini dia selalu memasak makanan yang simple dan tidak membutuhkan banyak bahan.
Sementara Reska kalau makan menunya bisa ayam goreng lengkuas, sop ayam, pokoknya semua yang membutuhkan bahan, tenaga, dan waktu yang tidak sedikit. Mana betah Gemini segitu lama ada di dapur.
Untungnya Reska juga mengerti, dia tidak pernah menyuruh Gemini masak, sampai saat ini. Tapi sepertinya sampai beberapa puluh tahun kedepan pun Reska tidak akan menyuruh Gemini masak makanan yang seperti itu. Reska jauh lebih sayang perut dan lidahnya.
Kalau Zion, anak itu adalah doppelganger nya Gemini dalam hal selera makan karena selera mereka adalah makanan kekinian. Bukan kekinian sih, Reska saja yang memang sudah terlalu tua. Batin Gemini sambil senyum-senyum sendiri.
“Kamu jadi mau ikut ke kafe nggak?”
“Jadi dong Ma!” kesal Zion karena ini entah sudah pertanyaan yang keberapa kali dilayangkan Gemini padanya.
“Siap-siap sana, Mama mau berangkat nih. Lama Mama tinggal pokoknya!” Zion langsung bangkit berdiri. Dia berlari menuju ke lantai dua.
“Sebentar! Janji nggak lama! Jangan ditinggal Maaaa!!!” jeritnya dari lantai dua sebelum akhirnya menghilang ke dalam kamar.
***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
