
Kalau ada nominasi wanita tersial dalam urusan percintaan, Renjana mungkin bisa jadi salah satunya. Setiap kali berurusan dengan yang namanya cinta, Renjana seolah sudah dikutuk lebih dahulu kalau percintaannya dengan lelaki manapun akan berakhir menyedihkan. Apalagi kalau bukan kandas begitu saja dengan berbagai macam alasan.
Dari sekian banyaknya mantan Renjana, hanya Joel yang mampu membuat wanita itu uring-uringan dengan semua drama percintaan mereka. Joel satu-satunya lelaki yang menjalani hubungan...
Hubungan Adipati dan Renjana benar-benar kandas. Yang lebih gilanya lagi, lelaki itu langsung balikan dengan Selina tidak lama setelahnya. Kembalinya Adipati dan Selina bersama membuat satu sekolah menjadi gempar, dan tentu saja tatapan kasihan mengiringi setiap langkah Renjana, kemanapun dia pergi. Lalu dua orang tersebut yang sudah balikan? Tentu saja tidak ada yang berani mengusik mereka. Siapa yang berani mengusik Adipati.
Selina sendiri sebenarnya masih seperti biasa. Tidak ada perasaan menyesal dari Selina setiap kali dia bertemu dengan Renjana. Sementara Renjana juga cuek. Hanya saja Selina sedikit banyak jadi lebih ketus dan tidak jarang menyindir Renjana di depan anak-anak lain. Sejauh ini Renjana masih diam karena ada Adipati yang mengingatkan Selina untuk tidak kelewat batas.
Renjana menjalani hari-harinya dengan biasa saja sambil menunggu Ujian Nasional dan kelulusan. Setiap ada Selina dan Adipati, dia tidak menghiraukan keduanya. Meskipun Selina kadang bertingkah. Target Renjana adalah lulus dari sekolah tanpa drama apa-apa. Namun sayang sepertinya impiannya itu tidak bisa terwujud. Selina benar-benar menguji kesabaran Renjana hingga diujung batas. Apalagi melihat Adipati yang seolah hanya menegur seadanya saja, tidak menghentikan aksi Selina sama sekali.
”Kasihan cuma dijadiin mainan doang sama lelaki.” Celetuk Selina di kantin, yang otomatis membuat semua mata tertuju pada Renjana yang sedang menikmati siomay nya. Renjana memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam karena dadanya bergemuruh. Sudah cukup, jangan berani-berani kurang ajar lagi. Kata Renjana dalam hati. Renjana menatap Selina dengan nyalang dan menantang.
”Sok kasihan sama orang lain padahal sendirinya lebih kasihan…” celetuk Renjana dengan mata yang masih menatap Selina. Adipati langsung menahan Selina saat perempuan itu mau berdiri. Namun tangan Adipati langsung ditepis oleh Selina. Dia berjalan menghampiri Renjana yang sedang menyuapkan potongan terakhir siomay nya.
”Maksud lo apa? Nyindir gue?” Adipati langsung sedikit menarik Selina menjauh dari Renjana, membisikkan sesuatu yang tidak terdengar di telinga Renjana. “Harus dikasih pelajaran nih mantan sialan lo!” Kata Selina pada Adipati, namun kata-kata itu begitu menggelitik di telinga Renjana.
”Kalau gue mantan sialan, lo apaan? Mantan tapi balikan? Apa namanya kalau bukan lebih parah dari sialan? Balikan nya juga ngemis-ngemis sama Adipati dulu kan? Jangan kira gue nggak tahu kalau kalian sering berdua di lorong belakang sekolah. Lo nangis-nangis sama Adipati itu namanya apa?” Kata Renjana santai, tapi begitu menusuk.
Seketika sekeliling mereka langsung berisik. Menggoreng gosip memang terkadang menyenangkan. Renjana sedang patah hati, jadi dia tidak mau berpikir tentang perasaan orang lain lagi, apalagi perasaan Selina. Orang perasaannya saja sedang tidak baik-baik saja dan tidak ada yang peduli dengannya.
”Brengsek ya mulut lo!”
“Lebih brengsek mulut lo!” Jawab Renjana tidak mau kalah. Adipati yang mendengarnya langsung terkejut. Renjana tidak pernah berkata kasar. Ini kali pertama dia mendengar Renjana mengatakan kata brengsek. Selina sendiri sudah ingin menyerbu Renjana kalau tidak ditahan oleh Adipati.
”Jan, udah Jan. Jangan diteruskan. Mending lo balik ke kelas Jan, please…” mohon Adipati. Kini gantian Renjana yang menatap sengit pada lelaki itu.
”Ini tempat umum, kalau cewek lo problematik kenapa orang lain yang harus disuruh pergi. Yang bikin masalah yang pergi. Gue masih mau minum es jeruk gue!” Kata Renjana lancang sambil menunjuk segelas es jeruknya yang masih penuh.
”Lama-lama kurang ajar ya lo! Berani lo kurang ajar sama gue? Nggak takut lo sama gue?! Gue bisa bikin lo mati kalau gue mau!” Pekik Selina kencang. Renjana geleng-geleng kepala sendiri tidak habis pikir. Selina adalah definisi perempuan sakit jiwa rupanya.
Renjana masih diam. Dia hanya memperhatikan Adipati yang berusaha membawa Selina keluar dari sana karena Renjana tidak akan mau beranjak dari kantin sekalipun sekarang mereka sudah menjadi tontonan banyak orang. Selina seperti orang gila, memaki Renjana dengan tidak pantas. Kuping siapa yang lama-lama tidak panas kalau dikata-katai seperti itu.
“Brengsek! Cewek sialan! Lo nggak ada apa-apanya dibandingkan gue! Jangan kepedean lo sialan!” Maki Selina. Perempuan paling asik yang pernah Renjana kenal itu sekarang sudah berubah jadi perempuan tidak jelas yang memancing emosi Renjana sampai ke ubun-ubun.
“Lo yang nggak ada apa-apanya dibandingkan gue!!!” Renjana berteriak sambil menggebrak meja. Membuat semua orang yang ada di kantin terdiam. Termasuk Selina dan Adipati yang juga terdiam karena kaget.
“Lo cuma cewek problematik yang nggak dapat kasih sayang! Jangan bandingkan diri lo sama gue! Nggak ada pantas-pantasnya! Gue di sayang sama orang tua gue! Sama seluruh keluarga gue! Gue nggak butuh bikin sensasi cuma untuk diperhatikan kaya lo! Kalau nggak Adipati, nggak ada lagi orang yang mau stay di samping lo!!!” Jerit Renjana. Nafasnya sedikit terengah ketika selesai mengatakan semuanya.
Renjana mengambil es jeruknya dan menegukknya hingga habis. Dia kembali menatap Selina yang kali ini wajahnya lebih mengerikan dibandingkan dengan yang tadi. Selina seperti ingin memakan Renjana hidup-hidup.
“Ayo balik ke kelas Sel…” bujuk Adipati. Namun Selina tidak bergerak sama sekali. Tatapannya mengunci pada Renjana.
“Tarik kata-kata lo nggak?” Desis Selina mengerikan. Renjana hanya diam. Tidak mengindahkan kata-kata Selina. “Tarik kata-kata lo sialan! Minta maaf sama gue sekarang juga!” Pekik Selina. Tapi kali ini Renjana tidak gentar. Dia tidak mau ditindas lagi oleh manusia seperti Adipati dan Selina. Kata orang, masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan meskipun Renjana tidak tahu letak menyenangkannya dimana. Kalau begitu kali ini dia akan membuat masa sekolah nya menyenangkan dan berkesan dengan caranya sendiri.
“Lo yang harusnya minta maaf sama gue, lo duluan yang cari gara-gara sama gue.” Kata Renjana santai.
“Jan, tolong jangan begini…” Adipati menatap Renjana dengan memohon, tapi Renjana tidak peduli.
“Anak sialan!!!” Lagi-lagi Selina menjerit.
“Biarin aja sialan yang penting gue bukan anak pungut kayak lo!!!” Jerit Renjana menggelegar.
“RENJANA!!!” Adipati membentak Renjana. Raut wajah lelaki itu mengeras, apalagi ketika menyadari Selina langsung membeku dengan tatapan kosong. Bagaimana tidak, semua orang jadi tahu tentang asal-usul Selina.
“Jangan berani-berani lo bentak gue Di! Gue nggak suka! Gak sudi nama gue disebut sama mulut sialan orang-orang kayak kalian! Manusia-manusia problematik yang hidupnya nggak berguna selain bikin susah orang lain. Udah cari masalah juga masih aja nggak dapat perhatian. Kasihan.” Renjana menatap Selina dengan mengejek. Setelah itu dia berlalu dari sana. Melewati Adipati sambil menabrak kencang tubuh lelaki itu hingga Adipati bergeser beberapa langkah. Namun lelaki itu masih tetap memegangi Selina yang terdiam kaku.
Menjadi orang jahat ternyata tidak seburuk yang Renjana kira. Dia merasa lega setelah mengucapkan semuanya. Apalagi ketika melihat Selina terdiam seperti patung tadi. Renjana memang diam, tapi bukan berarti dia tidak bisa menggigit balik. Dan saat Renjana melakukannya, akan dia pastikan kalau gigitannya seratus kali lebih menyakitkan daripada yang orang lain berikan padanya.
***
Lulus dari sekolah menengah atas, Renjana melanjutkan pendidikannya ke salah satu perguruan tinggi jurusan Teknik Pangan. Pada waktu itu jurusan yang Renjana ambil termasuk jurusan yang tidak familiar bagi banyak orang. Sementara Adipati dan Selina, entahlah. Kedua orang itu menghindar setiap kali berpapasan dengan Renjana setelah kejadian Renjana yang benar-benar mempermalukan Selina.
Kemana mereka pergi setelah lulus dari sekolah juga Renjana tidak ingin tahu. Dia lebih memilih fokus dengan kehidupannya sendiri dan masa depannya nanti. Di perguruan tinggi inilah Renjana bertemu dengan Pasha, lelaki yang luar biasa menurutnya. Bukan hanya orangnya, tapi sifat dan karakternya juga luar biasa di mata Renjana.
Pasha orang yang rajin, bukan hanya kuliah tapi lelaki itu juga punya pekerjaan sampingan untuk menambah uang jajannya. Makanya jangan ditanya seberapa sibuknya Pasha. Sejak pertama kali berkenalan Renjana sudah menaruh hati pada Pasha, hanya saja Renjana tidak berani mengatakannya. Sementara Pasha sendiri, Renjana tidak tahu apa yang lelaki itu rasakan. Tapi dari cara Pasha memperlakukannya jelas Renjana merasa berbeda.
Pendekatan mereka bisa dibilang sangat amat lama, sepanjang kuliah. Nyaris empat tahun lamanya. Sampai akhirnya sebelum lulus Pasha berani menyatakan perasaannya pada Renjana. Lelaki itu tidak berani mengutarakan perasaannya karena takut tidak mampu menjalin sebuah hubungan. Pasha hanya takut mengecewakan Renjana.
Pasha, anak lelaki paling besar dari tiga bersaudara yang ekonomi keluarganya biasa saja. Jangankan untuk memikirkan kekasih, untuk dirinya sendiri juga Pasha masih harus banyak berpikir. Tanggung jawabnya sebagai anak paling besar tentu saja bukan main-main. Jadi sebelum Pasha benar-benar yakin dirinya bisa menjalani sebuah hubungan, dia tidak mau terburu-buru mengambil hati wanita lain. Paling tidak Pasha butuh tahu terlebih dahulu apakah Renjana bisa menjalani hubungan dengan lelaki biasa sepertinya. Dan ternyata Renjana memang wanita yang baik.
Tidak ada konflik besar dalam hubungan keduanya. Renjana selalu paham kalau mereka punya kesibukan masing-masing, terlebih Pasha yang meskipun sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan, dia masih mempertahankan pekerjaan sampingannya. Tapi Pasha benar-benar bertanggung jawab dengan perannya sebagai kekasih, setidaknya itu yang Renjana rasakan.
Lelaki itu selalu menyisihkan beberapa uang gajinya untuk Renjana. Meskipun tidak banyak tapi alasannya bisa membuat Renjana terharu. Pasha takut Renjana kekurangan uang jajan. Padahal waktu itu Renjana tahu berapa besarnya gaji Pasha. Lelaki itu juga selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Renjana paling tidak satu minggu sekali. Pernah suatu waktu Pasha benar-benar sibuk hingga tidak sempat menghabiskan waktu bersama dengan Renjana.
Tapi tiba-tiba disaat pekerjaan lelaki itu sudah selesai, Pasha muncul tanpa memberi kabar dan mengajak Renjana kencan. Bukan tempat yang mahal, hanya rumah makan tendaan, tapi entah mengapa Renjana menyukainya. Renjana sadar kalau dia tidak membutuhkan hal yang luar biasa dari pasangannya, cukup apa adanya dan ketulusannya.
Hubungan Renjana dan Pasha hanya bertahan satu tahun lebih. Lelaki itu memutuskan menyudahi hubungan mereka karena Pasha punya prioritas yang lain selain Renjana. Bukan perempuan lain, hanya saja Pasha tidak ingin menahan Renjana bersamanya karena dia tidak bisa memberi kepastian apa-apa untuk hubungan mereka selanjutnya.
”Aku masih punya dua adik lagi Jan. Yang satu masih kuliah semester empat, dan yang satu lagi akan segera masuk kuliah. Sedikit banyak tanggung jawabku akan bertambah lagi, apalagi Ester sudah bilang kalau dia ingin kuliah Kedokteran. Aku sudah janji kalau dia bisa dapat beasiswa, maka selebihnya akan aku usahakan untuk dia. Aku gak mau menahan kamu untuk masa depan yang gak bisa aku pastikan akan seperti apa kedepannya. Jadi…,” Pasha menghela nafas. “Kita sudahi saja ya?” Lanjut Pasha lagi.
Kata-kata Pasha lembut, tidak ada kemarahan di dalamnya. Tapi bagi Renjana, kata-kata Pasha seperti pisau yang menghunus tepat di jantungnya. Dari sekian banyak masalah dan beban yang Pasha harus hadapi, ternyata Renjana termasuk salah satunya. Dari sekian banyaknya yang bisa Pasha lalui, ternyata hanya Renjana yang harus dilepasnya. Pasha bahkan tidak ingin memperjuangkan Renjana sedikitpun padahal Renjana tidak meminta apa-apa.
Renjana tidak pernah membahas hubungan mereka ke tahap yang lebih serius karena menurut Renjana mereka berdua memang belum siap untuk semuanya. Tapi ternyata Pasha sudah memikirkannya lebih jauh dibandingkan Renjana, tanpa melibatkan Renjana sama sekali. Lalu kalau Pasha sudah punya keputusannya, Renjana bisa apa selain mengangguk. Tidak ada air mata lagi. Renjana tidak ingin menangis. Rasanya air matanya terlalu mahal hanya untuk hal seperti ini. Dia jelas-jelas di buang oleh Pasha.
”Maaf Jan…” lirih Pasha. Renjana mengangguk.
”Nggak apa-apa, aku mengerti. Semoga Ester bisa meraih cita-citanya. Uang yang kamu kasih setiap bulan untuk aku masih ada, nanti aku transfer balik…” kata Renjana. Pasha tertegun mendengarnya, namun lelaki itu langsung menggeleng.
”Jangan, itu untuk kamu. Tidak perlu dikembalikan.” Untuk yang satu ini Renjana bisa melihat kalau Pasha benar-benar tulus, namun Renjana juga tidak gila untuk mengambilnya.
”Untuk Ester. Nominalnya lumayan, kalau di total sekitar dua puluh lima juta. Bisa untuk bantu-bantu biaya sekolah Ester. Kalau kamu nggak mau nanti aku langsung transfer ke Ester nya loh!” Ancam Renjana. Tidak ada jawaban dari Pasha. Untuk beberapa saat mereka sama-sama terdiam. Renjana juga diam, menunggu Pasha bicara.
”Aku kasih itu untuk kamu, dan aku gak ada niat minta dikembalikan. Kenapa gak kamu pakai? Memang nominalnya gak besar, tapi aku hanya mampunya segitu…” Pasha tersenyum getir menatap Renjana. Dia sedikit kecewa saat tahu kalau Renjana sama sekali tidak menyentuh uang pemberiannya.
”Lelaki yang baik tahu harus bersikap seperti apa dengan wanitanya. Kamu baik banget, nominal itu kalau dibandingkan sama pendapatan kamu sudah sangat besar kok Sha. Aku nggak pernah mempermasalahkan apapun, aku juga nggak pernah minta sama kamu. Tapi karena kamu udah ngasih ya aku terima. Tapi wanita yang baik juga bijaksana dalam menggunakan pemberian dari lelakinya. Aku tahu kamu kerja keras banget untuk semuanya, nggak mungkin aku pakai untuk sesuatu yang nggak berguna,” Renjana tersenyum, senyum terbaik yang dia miliki karena setelah ini mungkin Pasha tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi.
”Sebenarnya aku sedikit kecewa dengan alasan kamu. Seolah-olah aku bebannya kamu. Kalau boleh jujur, dan kalau aku punya pilihan aku nggak mau semua uang kamu, aku bisa cari uang sendiri. Aku cuma mau kamu. Tapi karena ini sudah jadi keputusan kamu, bahkan tanpa diskusi dengan aku dulu. Yaudah aku terima. Aku menghargai keputusanmu. Dan aku rasa aku nggak perlu berdebat atau mempertahankan lelaki yang udah nggak mau sama aku. Good luck Pasha…” Renjana berbalik dan meninggalkan Pasha begitu saja.
Dia bahkan tidak ingin menunggu Pasha berkata-kata lagi. Lelaki itu juga tidak mengejar Renjana sama sekali. Pasha masih mematung. Cinta Renjana kandas lagi untuk kedua kalinya. Poor Renjana.
***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
