
Kalau ada nominasi wanita tersial dalam urusan percintaan, Renjana mungkin bisa jadi salah satunya. Setiap kali berurusan dengan yang namanya cinta, Renjana seolah sudah dikutuk lebih dahulu kalau percintaannya dengan lelaki manapun akan berakhir menyedihkan. Apalagi kalau bukan kandas begitu saja dengan berbagai macam alasan.
Dari sekian banyaknya mantan Renjana, hanya Joel yang mampu membuat wanita itu uring-uringan dengan semua drama percintaan mereka. Joel satu-satunya lelaki yang menjalani hubungan...

”Kita mau makan dimana jadinya Jan?” Tanya Joel setelah cukup lama mereka sama-sama terdiam di dalam mobil.
”Terserah kamu saja, aku ikut saja…”
“Restoran Jepang langganan kita dulu mau?” Tawaran Joel langsung diangguki oleh Renjana. Senyum Joel terbit setelahnya. Dia sudah hafal dengan sifat Renjana yang satu ini. Ketika Renjana bilang terserah, itu berarti Renjana memang tidak ada ide dan membiarkan Joel yang memikirkan semuanya. Bukan berarti Renjana marah. Seingat Joel, Renjana memang jarang marah dan merajuk. Makanya sekalinya Renjana marah, mereka langsung bubar jalan.
”Aku gak pernah datang ke sana lagi semenjak kamu pergi Jan. Ini pertama kalinya aku makan di sana lagi setelah satu tahun lebih gak ke sana…”
Tidak ada jawaban dari Renjana. Wanita itu hanya diam dan sibuk memandang ke luar jendela. Dari ekor matanya Joel bisa melihat kalau Renjana memang sengaja tidak mau menanggapinya. Mungkin Renjana lelah dengan semuanya, jadi jawabannya barusan untuk kembali bersama Joel lagi hanya sebagai cara untuk menghindari perdebatan mereka yang tidak akan pernah usai. Kalau benar begitu, Joel tidak keberatan. Dia tetap akan berusaha membawa Renjana kembali ke dalam pelukannya. Dia akan berusaha mengukir senyuman Renjana lagi karenanya. Kali ini Joel tidak main-main, dia tidak akan mengecewakan Renjana untuk yang kedua kalinya.
Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai ke restoran yang dimaksud. Renjana keluar dari mobil masih dengan diamnya. Di sampingnya Joel berjalan dengan pelan mengikuti langkah kaki Renjana yang memang terlalu santai menurutnya. Tapi Joel tidak mau protes dan merusak suasana. Padahal dia sudah ingin menggamit tangan Renjana dan menggandeng wanita itu. Namun Joel tidak mau membuat mood Renjana rusak dan berakhir dengan mereka yang tidak jadi makan.
Untungnya restoran ini tidak sedang ramai sekali. Padahal sekarang sudah masuk jam makan malam. Jadi mereka tidak perlu menunggu untuk masuk. Renjana memilih meja yang berada di pojok. Meski tidak terlalu pojok sekali karena sudah pada ditempati oleh pengunjung lain. Memesan makanan dengan tidak banyak bicara, Joel juga tidak banyak bertanya lagi.
”Kamu jangan bete gitu dong Jan. Kesannya kayak dipaksa balikan sama aku..”
Renjana menghentikan gerakannya yang baru saja ingin mengambil ponselnya di dalam tas. Dengan bingung Renjana menatap Joel. Dia heran Joel ini sejenis apa karena bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti tadi padahal tidak perlu diberitahu pun seharusnya Joel sudah tahu kalau dia terpaksa menerima permintaan lelaki itu untuk kembali bersama kan.
”Jo, kamu nggak buta kan? Atau nggak tolol kan? Kamu tahu persis kalau aku nggak mau balik lagi sama kamu. This is the only way to end everything. Cuma supaya kamu puas, setidaknya kamu udah berusaha untuk mendapatkan aku lagi meskipun kita berdua tahu ending nya akan seperti apa.”
Renjana tidak gila dengan mau-maunya kembali pada Joel dengan percuma. Renjana mungkin diam, tapi dia tidak bodoh. Renjana mungkin tidak pintar, tapi Renjana pastikan kalau dia belajar dari setiap kesalahan dan keputusan yang dia buat. Dan kembali kepada Joel adalah satu langkah mundur yang Renjana ambil demi mendapatkan sepuluh langkah ke depan lainnya.
”Kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan nanti kan Jan. Gak ada yang pernah tahu masa depan akan seperti apa…”
“Nggak, tapi kita bisa memilih mau seperti apa kedepannya nanti.”
Joel dan Renjana menikmati makan malam mereka dalam hening. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan lebih dahulu. Mereka tidak terlihat seperti sepasang kekasih. Hanya basa-basi sekedarnya dari Joel yang juga dijawab seadanya oleh Renjana. Suasana canggung lebih menghantui mereka dari pada sebelumnya. Kalau begini Joel lebih memilih membuat Renjana kesal dan marah-marah dari pada melihat Renjana diam saja dan menganggap Joel tidak ada sama sekali.
”Besok aku antar ke kantor ya Jan.”
”Aku berangkat kerja bareng Winda setiap hari, kecuali kamu juga mau nganterin Winda sekalian.”
”Gak mau! Ngapain nganterin Winda juga. Dia suruh berangkat sendiri aja Jan…”
”Ya sudah, kalau begitu nggak usah repot-repot jemput aku di apartemen terus nganterin lagi ke kantor.”
”Gak repot kok, kamu gak pernah ngerepotin…”
“Aku selalu merepotkan buat kamu. Aku ngomong aja udah bikin kamu kesal kan? Makanya aku heran kenapa sekarang kamu betah banget dengar aku marah-marah.” Joel menghela nafas. Dia menatap Renjana dengan sedikit kesal. Hanya sedikit karena dia tidak mungkin kesal banyak-banyak pada Renjana.
”Bisa gak kita gak usah bahas yang dulu-dulu lagi Jan? Kalau yang dulu-dulu selalu diungkit terus kapan kita mau jalan majunya? Sedikit-sedikit melihat ke hubungan yang dulu.”
”Aku memang nggak pernah punya niat jalan maju dengan kamu Jo. Dan ini konsekuensinya kalau memulai dengan orang yang sama lagi. Kamu yang mau kan? Kamu yang maksa kan? Kalau kamu udah capek ya udah mundur aja. Nggak ada masalah. Aku nggak akan jadi orang yang menyedihkan kayak dulu lagi waktu hubungan kita berakhir.”
”Kamu nggak, tapi aku yang menyedihkan Jan…”
“Aku bingung sama kamu, kenapa kamu selalu saja bilang hidup kamu nggak pernah bahagia, kamu nggak pernah diinginkan sama siapapun, kamu kasihan sama Yuri dan Aal dengan alasan kamu merasa Aal seperti kamu waktu kecil dulu, kamu menderita waktu pisah sama aku padahal semua itu karena kelakuan kamu sendiri. Kamu pakai semua alasan orang-orang memperlakukanmu dengan nggak baik cuma untuk membenarkan kelakuan kamu yang menyakiti aku. Cuma karena kamu disakiti terus menerus bukan berarti kamu jadi bebas menyakiti orang lain Jo…”
”Jan, berapa banyak sih kita bahas ini terus? Aku minta maaf…”
“Cuma karena kamu udah minta maaf bukan berarti aku harus maafin. Kalaupun aku sudah maafin, bukan berarti kamu bisa bebas berkeliaran dalam kehidupan aku. Kenapa konsep sederhana begini aja kamu nggak ngerti sih Jo? Oh, bukan nggak ngerti, tapi memang nggak mau ngerti kan? Kamu sengaja kan? Bikin aku pusing sendiri sampai akhirnya aku menyerah sama kamu. Sayangnya kali ini nggak berhasil kan Jo? Makanya kamu jadi frustasi sendiri kan?”
“Berhenti Jan… Habiskan saja makanan kamu. Aku tahu kamu capek. Kita pulang setelah ini…” ujar Joel datar.
***
Joel benar-benar melaksanakan apa yang dia perintahkan pada Renjana tadi. Setelah makan dalam hening, dia mengantarkan Renjana pulang sampai apartemennya. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Joel juga diam, dia sedang tidak ingin bicara dengan Renjana setelah mereka sedikit bertengkar tadi.
”Terima kasih untuk makan malamnya, dan terima kasih juga karena sudah diantar pulang…” Renjana melepas sabuk pengamannya. Ini salah satu hal yang Joel suka dari Renjana. Tidak peduli mau semarah apapun Renjana, dia tetap akan mengucapkan maaf, terima kasih, dan tolong, mengesampingkan perasaan marah dan kesalnya.
”Sama-sama, jangan kapok jalan sama aku lagi ya Jan. Kita baru memulai semuanya lagi, kalau kamu gak kasih aku kesempatan untuk membuktikan, ya aku gak akan bisa Jan. Jangan marah-marah lagi. Istirahat yang cukup. Jangan lupa buka blokiran nomor aku Jan…”
Renjana tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Dia sempat menatap Joel sesaat sebelum akhirnya dia keluar dari mobil. Tanpa berbalik lagi Renjana langsung berjalan masuk ke dalam lobby apartemen. Ada perasaan bersalah di hati Renjana. Dia tahu kalau Joel bersalah, lelaki itu pantas mendapatkan semua sikap dingin Renjana. Tapi Renjana adalah seorang wanita yang dididik untuk menjadi manusia yang baik oleh kedua orang tuanya.
Dia mungkin marah, wajar kalau Renjana marah, dia juga manusia. Tapi dia bukan orang yang bisa membenci orang lain berlarut-larut, apalagi sampai dendam. Begitu juga dengan Joel. Kemarahan Renjana pada Joel sebenarnya sudah selesai sejak kapan tahun, tinggal menyisakan rasa kecewa nya saja yang masih membekas. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Renjana juga tidak ingin memperlakukan Joel seperti ini. Ini seperti bukan dirinya.
Tapi kalau dia tidak sekeras ini pada Joel, lelaki itu malah tambah semena-mena dan seenaknya saja. Buktinya Joel sama sekali tidak menyerah untuk mendapatkan Renjana kembali. Renjana takut kalau pada akhirnya dia malah kembali jatuh cinta pada Joel. Dia bukan wanita luar biasa, dia punya banyak kelemahan dan salah satu kelemahan Renjana adalah Joel. Kalau dia tidak lemah terhadap Joel, dia tidak mungkin masih bertahan dengan hubungan mereka yang dulu padahal jelas-jelas dia tahu kalau dia sudah dibohongi oleh Joel. Lelaki itu membangun hubungan dengan Renjana di atas fondasi ketidakjujuran, dan Renjana paling benci kebohongan. Tapi hanya untuk seorang Joel dia bisa mengecualikannya. Jadi tidak heran kalau ujung-ujungnya hanya Renjana yang harus menelan pil pahitnya sendiri.
Ketika Renjana membuka pintu apartemen, ada Winda yang sudah siap dengan piyama tidurnya sedang makan sate padang ditemani segelas es teh. Winda langsung menatap Renjana dengan menyelidik. Menghentikan semua kegiatannya dari menikmati makanannya.
”Gue kira lo pulang duluan tadi…” kata Winda.
Renjana melepas sepatunya, memasukkannya ke dalam rak sepatu. Dia meletakkan tasnya di kursi meja makan yang ada di seberang Winda. Renjana berjalan ke tempat cuci piring dan mencuci tangannya dengan bersih.
”Iya, pulang duluan, tapi pergi dulu…”
”Sama Joel?” Gerakan tangan Renjana yang ingin mengambil gelas terhenti di udara saat mendengar pertanyaan Winda. Tidak perlu bertanya balik Winda tahu dari mana. Winda itu banyak mata-matanya di perusahaan.
”Tadi dia jemput gue di kantor.” Renjana mengambil gelas dan mengisinya dengan es batu. Lalu dia mengambil satu minuman kaleng dan membukanya, menuangkannya ke dalam gelas tadi dan duduk di hadapan Winda sambil mencomot satu tusuk sate padang milik Winda.
”Udah balikan lo berdua?” Renjana memicingkan matanya pada Winda. Sahabatnya ini kadang memang memiliki indera keenam sepertinya. Bisa-bisanya hampir semua yang Winda tebak benar.
“Benar udah balikan?!” ekspresi Winda terkejut bukan main. Semakin Renjana diam berarti semakin benar yang Winda katakan. “Ih, sumpah lo??? Gua nggak nyangka, Jana luluh juga sama Joel. Tapi bukan luluh sih kayaknya Jan. Gue tahu apa yang ada di dalam otak lo. Nggak semua, tapi sedikit banyak gue tahu.”
”Gue lagi nggak mood cerita Win. Nanti ya kalau gue lagi mood. Gue mau istirahat dulu. Lagi banyak kerjaan, capek…”
“Take your time Jan…”
Renjana langsung menghabiskan minumannya, lalu mencuci gelasnya. Setelahnya dia langsung masuk ke dalam kamar dan duduk di kursi kerjanya. Menyalakan pendingin ruangan dan termenung begitu saja. Membuat dirinya sedikit tenang sebelum mandi dan beristirahat. Entah mengapa semua yang berhubungan dengan Joel seakan menguras energi dan tenaga Renjana menjadi nol tidak bersisa. Renjana jadi sangat amat lelah.
Sepertinya hari ini adalah titik terendah dari lelahnya Renjana. Dia tidak sanggup lagi menghadapi Joel, jadi dia akan membiarkan lelaki itu melakukan semua yang dia mau. Termasuk mengajak Renjana kembali menjadi kekasihnya lagi sekalipun sebenarnya Renjana tidak benar-benar mengiyakannya. Joel tentu tahu kalau hanya dia yang semangat dengan hubungan ini, tidak dengan Renjana. Dan kesempatan yang Renjana berikan sebenarnya bukan untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi hanya untuk membuat Joel puas dengan semuanya.
Joel selalu bilang dia ingin mencoba lagi dengan Renjana, dia akan berusaha, jadi kalau Renjana sudah memberikan Joel kesempatan untuk berusaha, lelaki itu sudah puas bukan? Setidaknya begitu yang Renjana tangkap. Kalaupun Joel tidak puas, Renjana tetap tidak masalah. Dia tahu apa yang akan dia lakukan pada Joel nantinya.
Renjana mengambil ponselnya, membuka blokiran nomor Joel yang sudah lama tidak dia simpan. Sekalipun tidak dia simpan, Renjana tetap hafal nomor lelaki itu. Ironis sekali bukan. Dia menyimpan nomor Joel lagi. Kalau dulu Renjana menyimpannya dengan nama ’Sayangku’, sekarang Renjana hanya menyimpannya dengan nama saja. Buru-buru Renjana mengirimkan satu pesan pada Joel.
To : Joel
Jo, ini Jana. Sudah aku buka blokirnya. Tapi jangan kebanyakan ganggu ya kalau nggak mau aku blokir lagi…
***
Jangan lupa love/vote nya…
Jangan lupa comment nya. Terima kasih…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
