MADU UNTUK SUAMIKU BAB 1-5
By, Isna Putri Tarimakase
- Bab 1 PROLOG
- Bab 2 PERTEMUAN
- Bab 3 IJAB KABUL
- Bab 4 MALAM PERTAMA #chapter1
- Bab 5 MALAM PERTAMA #chapter2
PROLOG
Sepasang suami istri yang berasal dari keluarga kaya raya, namanya Fransiska Damayanti (33 tahun) dan suaminya bernama Arya Praptama (35 tahun), diumur mereka yang sudah menginjak kepala tiga, seharusnya mereka sudah memiliki beberapa momongan, tapi nyatanya Tuhan belum menghendakinya,
10 tahun Siska menjalani bahtera rumah tangga bersama suaminua Arya, suami yang selalu setia mendampinginya dikala suka maupun duka, tapi sampai saat ini Ia belum bisa menyempurnakan hidup Arya, berbagai cara mereka Ikhtiar dari yang pengobatan tradisional sampai pengobatan medis pun mereka jalani tapi hasilnya nihil.
Siska duduk dimeja rias miliknya, hatinya penuh kegusaran karena Ia harus menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya,
"Rupanya diriku tak muda lagi, tapi sampai saat ini aku belum bisa memberikan anak kepada mas Arya," gumam siska didalam hati sambil mentap wajahnya di cermin.
Siska menatap wajah Arya dibalik cermin, yang selalu tersenyum menatapnya, menunggu pujaan hatinya selesai berdandan, karena Arya sudah tahu kebiasaan istrinya yang suka berdandan sebelum tidur, sedang Siska hanya bisa membalas senyuman Arya, meski didalam hatinya sedang berkecamuk, tekanan batin yang Ia rasakan membuatnya sakit, saking sakit yang Ia rasakan, Ia berusaha menenangkan dirinya dengan meremas kuat dadanya.
Namun semua itu tidak menghalangi rencana Siska yang akan menikahkan Arya dengan seorang gadis yang Ia temui satu tahun belakangan ini.
Siska mencoba mengumpulkan seluruh tenaganya, Ia menghela nafas panjang lalu menghampiri Arya yang sedari tadi menunggunya diranjang asmara milik mereka, dimana ranjang itulah yang menjadi saksi bisu awal pernikahan mereka hingga saat ini.
"Mass" Siska mendekapkan kepalanya di dada Arya yang bidang nan berotot.
"Iya sayang" sahut Arya membelai rambut siska.
"Kamu sayang gak sama aku?"
"Yah sayang dong"
"kamu cinta gak sama aku?"
"Ya cinta lah, sayang"
"*Kamu akan melakukan apapun yang aku mau kan mas?"
"hmm selagi aku mampu, akan aku lakukan apapun untukmu sayang*"
"Mas" panggil Siska mendongakkan kepalanya menatap wajah Arya.
"Iya sayang" sahut Arya menatap wajah siska.
"Aku ingin kenalin kamu dengan seseorang Mas!!"
Mendengar ucapan Siska membuat Arya terkejut ,
"Apaa? maksud kamu apa sayang?" Tanya Arya yang langsung menggeserkan tubuhnya dari Siska.
Siska langsung duduk disamping Arya lalu memegang lembut tangan Arya, Ia menghela nafasnya sejenak lalu mencoba menjelaskan maksudnya kepada Arya.
"Mas, aku mau kamu menikah dengan wanita pilihanku Mas dan besok kamu harus bertemu dengannya Mas" jelas siska serius
Mendengar penjelasan Siska, seketika Arya menarik tangannya dari ganggaman Siska, Ia tak percaya Siska akan melakukan hal sekonyol itu.
"Apa kamu sudah gila Siska! Aku gak mau, kamu boleh menyuruhku apapun, tapi jangan menyuruhku menikahi wanita lain" ucap Arya yang mulai emosi.
"Tapi Mas kita tidak punya cara lain, hanya itu satu satunya jalan agar kamu bisa mempunyai anak Mas" ucap Siska matanya mulai berkaca.
"Tapi kita kan masih bisa berusaha dengan cara lain Siska, dengan bayi tabung aku siap"
"Tidak bisa Mas, aku tidak mau karena itu terlalu beresiko, aku mohon Mas turutin permintaanku hiks hiks*" ucap Siska terisak bermohon disamping Arya.
Seketika Arya langsung menoleh ke hadapan Siska, lalu memegang bahu Siska dengan kuat, Arya menatap wajah Siska dengan tajam
"Aku katakan padamu Siska, Aku tidak bisa" ucap Arya dengan nada tegas menghempaskan Siska diatas tempat tidur, lalu perlahan berjalan meninggalkan Siska.
"Kalau kamu tidak mau mengikuti kemauanku, lebih baik kamu tinggalkan saja aku Mas hiks hiks" teriak Siska sambil menangis.
Mendengar teriakan Siska, membuat Arya menghentikan langkahnya, Ia langsung membalikkan tubuhnya lalu kembali menghampiri Siska.
"Siska, apa kamu yakin akan melakukan ini semua? "
"Aku sudah yakin Mas"
"Atau jangan jangan kamu sudah gak cinta sama aku Siska?"
"Justru karena aku cinta kepadamu Mas, aku melakukan semua ini, karena aku ingin melihat kamu bahagia, aku juga ingin melihat mama bahagia melihat cucunya"
Arya langsung memeluk erat tubuh Siska yang terguncang karena menangis, hingga akhirnya Arya pun ikut menangis.
"Kamu tahu siska, hampir 11 tahun kita bersama, tak sedikitpun aku mempunyai pikiran untuk menghianatimu Siska, dan sekarang kamu tega menyuruhku untuk menduakanmu" bisik Arya ditelinga Siska.
"Maafkan aku, Mas" ucap Siska memeluk erat Arya.
Kemudian Arya melepaskan pelukannya lalu menatap Istrinya yang sesenggukan menangis.
"Baiklah Siska kalau itu memang kemauanmu, akan aku turuti, tapi ingat aku tidak akan memperlakukan dia sepertimu"
"Makasih yah Mas" ucap Siska seraya memeluk Arya.
Mendengar ucapan Arya seketika membuat Siska merasa sedikit lega, meskipun Ia tahu pasti suatu saat ini akan menjadi cobaan terberatnya tapi Ia tidak perduli, yang terpenting baginya adalah kebahagiaan Arya bersama keluarganya.
****
Hari ini Siska sudah bersiap siap untuk menemui gadis yang akan Ia kenalkan kepada Arya, Siska tampak semangat memilihkan baju untuk Arya, Ia tak mau sang gadis kecewa melihat tampang suaminya itu kurang rapih. Sedang Arya duduk ditepi ranjang nampak lesu tidak bersemangat.
"*Mas kamu mau pakai yang mana?" tanya Siska tersenyum.
"Aku gak tahu sayang, kamu aja yang pilih*" jawab Arya datar.
"Hmm kalau menurut aku kemeja ini bagus, hmm tapi yang warna merah hati lebih keren kayaknya" ucap Siska bingung memilih pakaian yang akan dikenakan Arya.
"Hmm yang ini ajalah mas" ucap Siska sambil memberikan kemeja biru langit polos kepada Arya.
Arya pun menuruti semua perintah Siska, meskipun dalam hatinya kesal dan emosi, tapi Ia berusaha menahannya demi menjaga hati istri yang dicintainya itu.
"Ya udah mas, cepetan ganti baju, entar kita terlambat loh"
Arya hanya menatap tingkah istrinya, lalu berlalu pergi untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai Arya keluar dengan pakaian yang dipilihkan Siska dengan sepatu spokat hitamnya hingga membuat Arya terlihat tampan, seketika Siska langsung terpukau melihat ketampanan suaminya itu.
"Nah kalau gitu kan kelihatan cakep, pasti calon istri mas suka nanti"
"Siska cukup, stop bicarakan itu" ucap Arya yang mulai emosi.
"Aku mohon sama kamu Siska, tolong urungkan Niat gila mu ini" lanjut Arya memegang lengan Siska lalu mengguncangkannya.
Seketika Siska langsung terdiam sejenak lalu menarik napasnya kembali.
"Tidak Mas, aku sudah tekad untuk menikahkanmu, dan aku tidak mau semuanya gagal" ucap Siska menatap Arya tajam.
mendengar ucapan Siska, membuat Arya kembali menitihkan air mata, Ia langsung memeluk Siska.
"Siska, Aku tak sanggup menyakitimu, apa kamu rela membagi aku dengan wanita lain? hiks hiks" bisik Arya.
"Mas, aku sudah memikirkan ini dari jauh hari dan aku sudah siap menerima konsekuensinya" ucap Siska melepas pelukan Arya.
"Oke Oke kalau itu maumu, sekarang kita pergi kesana temui gadis itu" ucap Arya dengan nada keras, lalu menarik tangan Siska sampai ke mobil.
Sampai dimobil Arya membuka pintu mobil lalu menyuruh Siska masuk mobil, diikuti Arya masuk ke mobil untuk menyetir.
"Dimana alamat rumah gadis itu?"
"Dijalan kembang desa xxx "
Arya pun mulai melajukan mobilnya menuju alamat rumah gadis yang Istrinya berikan, didalam perjalanan, Arya hanya diam membisu begitu pula dengan Siska yang hanya diam sesenggukan menyeka air matanya.
Setelah menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya Arya dan Siska sampai disebuah desa terpencil, mereka memarkirkan mobilnya tepat didepan sebuah rumah kayu yang sudah tua.
Siska pun langsung turun dari mobil bersama Arya lalu menghampiri rumah tersebut,
Perlahan Siska mulai mengetok pintu rumah itu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum" ucap Siska memberi salam sambil mengetok pintu.
Hingga akhirnya, pintu itu terbuka dan terdengar suara jawaban salam dari balik pintu rumah.
"Wa'alaikumussalam" jawab seorang wanita tua yang sudah renta lalu keluar dari pintu.
"Siapa yah?" tanya nenek tua itu memicingkan matanya berusaha melihat siapa yang datang.
"Mbah ini saya Siska" ucap Siska berusaha mendekat agar terlihat oleh mbah Tarmin.
Namanya Mbah Tarmin usianya sudah 75 tahun, matanya rabun karena ada katarak yang sudah menahun dimata hingga Ia sulit melihat sesuatu.
"Oh Nak Siska, Mari masuk nak" ajak Mbah Tarmin mempersilahkan masuk.
Siska langsung mengikuti Mbah Tarmin masuk kedalam rumah itu, tapi tiba tiba Arya memegang tangan Siska untuk berhenti.
Siska menatap Arya, sedang Arya memberikan Isyarat menggelengkan kepalanya agar Siska mau mengurungkan niatnya, lagi lagi Siska keras kepala dan tidak mengindahkan permintaan Arya, Ia meyakinkan Arya untuk masuk kedalam, bahwa semua akan baik baik saja.
Setelah masuk mata Siska tertuju dibalik ruangan dalam rumah itu lalu menanyakan cucu dari mbah Tarmin.
"Mbah, Dinda mana?" tanya Siska.
"Dinda ada didalam nak, bentar yah saya panggilkan"
"Iya Mbah"
"Dindaaa" panggil mbah Tarmin
"Iya Mbah" terdengar suara sahutan seorang gadis dari dalam ruangan tengah ,tiba tiba Dinda muncul dengan wajah yang penuh ketakutan. Dinda sudah tahu bahwa Siska sudah datang bersama suaminya, karena Ia sempat mengintip dari balik jendela kamar depan, Sejujurnya Dinda merasa gugup melihat Siska dan Arya,
Ternyata Siska telah menepati janjinya untuk membawa suaminya ke rumah Dinda, karena seminggu yang lalu Siska sudah berjanji akan datang menikahkan suaminya bersama Dinda.
PERTEMUAN DINDA
***
"Dindaa kenapa kamu disitu, sini dong keluar, Mas Arya ingin berkenalan denganmu" panggil Siska.
Perlahan dinda keluar dari balik pintu ruang tengah itu, Dinda hanya menundukkan wajahnya tak berani menatap Arya dan Siska, tangannya dingin, dahinya berkeringat, bibirnya mengatup dengan kuat menahan rasa gugup yang ada pada dirinya.
Namanya Dinda Kinara, usianya 17 tahun, kulitnya putih tubuhnya mungil rambutnya ikal panjang setengah punggung.
Ia langsung mencium punggung tangan Siska dan Arya, lalu Dinda kembali duduk bersama Mbah Tarmin.
"Itu Mas gadis yang akan kamu nikahi nanti, namanya Dinda" ucap Siska sambil menunjuk ke arah Dinda.
"Dinda Ini namanya Mas Arya" ucap Siska memperkenalkan Arya kepada Dinda.
Dinda hanya tersenyum menatap Arya, meskipun ia merasa kaku, tapi Ia berusaha untuk santai.
Sedang Arya hanya menatap sebentar Dinda lalu memalingkan wajahnya.
Entah mengapa hati Arya berkecamuk, Ia menggerutuk giginya karena merasa geram dengan permintaan Istrinya itu, karena tak sanggup menahan emosinya, seketika Arya langsung menarik tangan Siska lalu mengajaknya keluar.
"Siska kamu yakin akan menikahkan aku dengan gadis itu? Dia itu kan masih kecil?" tanya Arya serius
Mendengar pertanyaan Arya, Siska hanya tersenyum lalu Ia menjelaskan tentang Dinda.
"Sayang, Dinda itu sudah berumur 17 tahun, cuma badannya aja yang kecil dan kurasa usia segitu sudah cukup untuk menikah" jelas Siska sambil memegang tangan Arya.
"Tapi aku tidak mencintainya Siska"
"Itu cuma awalnya sayang, lama lama juga kamu akan bisa mencintainya juga mas"
Mendengar kata kata Siska, Arya langsung emosi dan memegang kedua lengan Siska.
"Tatap aku Siska, sampai kapanpun cintaku hanya untukmu, dan aku tidak bisa menikahinya" ucap Arya dengan nada emosi menatap tajam Siska.
"Kalau begitu kamu tinggal pilih Mas, kamu akan menikahi Dinda atau kamu ceraikan aku Mas!" ucap Siska melawan Arya.
Seketika Arya langsung melepas genggamannya terhadap Siska. Ia terdiam sejenak ,menyapu wajahnya yang berkeringat sampai rambut dengan kedua tangannya.
"Pikirkanlah itu Mas, waktumu tidak banyak" ucap Siska berlalu masuk kedalam rumah Mbah Tarmin.
Sedangkan Dinda dan Mbah Tarmin menunggu didalam ruang tamu, Dinda merasa gugup yang luar biasa, berulang kali Ia mengeluhkan keresahannya kepada Mbah Tarmin.
"Mbah, Dinda takut" keluh Dinda memegang tangan Mbah Tarmin.
"Sabar Nduk, mereka orang baik, pasti mereka tidak akan menyakitimu" ucap Mbah Tarmin menenangkan Dinda.
Tiba tiba Siska masuk kedalam rumah lalu kembali duduk di tempat yang ia duduki tadi, sejenak Siska menghela nafas panjang. lalu melanjutkan pembicaraannya bersama Dinda dan Mbah Tarmin.
Lalu menyusul Arya Masuk kedalam rumah dan duduk di samping Siska.
"Jadi bagaimana Dinda apa kamu sudah siap?" Tanya Siska meyakinkan Dinda.
Seketika Dinda langsung menatap Siska, dirinya tak kuasa menjawabnya tapi apa boleh buat, Ia sudah terlanjur membuat perjanjian denga Siska.
"Ii.. Iya Bu, Dinda Siap" jawab Dinda terbata bata.
"Mbah Tarmin setuju kan kalau Dinda menikah dengan suamiku?" tanya Siska menatap Mbah Tarmin.
"Kalau Mbah sih setuju aja, tapi bagaimana denganmu Nak Siska, apa kamu rela membagi suamimu?" ucap Mbah Tarmin sembari meyakinkan Siska.
Mendengar pertanyaan Mbah Tarmin, membuat Siska terkejut, Siska dan Arya saling menatap satu sama lain.
"Iya Mbah saya sudah siap, bahkan mas Arya juga sudah siap menikahi Dinda, ya kan Mas?" ucap Dinda tersenyum sembari memegang tangan Arya.
"Iya Mbah saya siap" ucap Arya terpaksa.
"Baiklah kalau semua sudah setuju, Mbah tinggal mengikuti saja, jadi kapan kira kira pernikahannya akan dilangsungkan?" Tanya Mbah Tarmin.
"Secepatnya Mbah, kalau bisa besok Mas Arya akan menikahi Dinda" Jawab Siska dengan cepat.
Sedang Arya hanya tercengang mendengar pernyataan Siska.
"Apa? besok ? bagaimana bisa aku melakukannya secepat itu" gumam Arya bertanya tanya dalam hati.
"Kenapa secepat itu Siska? kenapa kamu tak memberi kita waktu untuk menyiapkan semuanya?" Protes Arya.
"Tidak bisa Mas, kita tidak punya waktu, kamu hanya akan menikah Siri dengan Dinda jadi kita lakukan ini secara Privasi"
"Tapi aku kan besok harus masuk kantor, dan aku pun belum sempat minta cuti" ucap Arya mencari alasan.
"Kamu tenang aja Mas, tadi aku sudah menyuruh pak Joko untuk mengantarkan surat permohonan cuti mu selama 3 hari, dan kita akan tetap berada disini sampai pernikahanmu dengan Dinda selesai"
"Apa? kenapa kamu tidak bilang dulu kepadaku?"
"Kelamaan Mas, pokoknya ikuti saja perintahku"
"Terus kita selama tinggal disini mau pakai apa sayang? kita kan gak bawa baju"
"Baju ada dimobil, saya sudah siapkan dari tadi pagi sebelum kamu bangun mas"
"Jadi kita akan tinggal disini sampai menunggu besok"
"Tidak sayang, aku sudah memesan kamar penginapan dekat sini kok, jadi kamu tak perlu khawatir mas"
Arya hanya menghela nafasnya menatap Siska, ia tak tau harus berbicara apa lagi, ia bingung dan hanya bisa menuruti semua keinginan Siska,
Setelah mengobrol yang cukup lama, Siska dan Arya pun pamit pergi ke penginapan kepada Mbah Tarmin dan Dinda, karena perjalanan yang cukup jauh membuat Siska merasa letih, belum lagi harus menguras emosi ketika beradu dengan Arya, membuat Tenaganya benar benar terkuras.
****
Semilir angin sejuk menghempas wajah Arya dari balik jendela kamar penginapan, Ia berdiri melihat hijaunya pemandangan desa tempat Dinda tinggal, pikiran kacau, hatinya remuk mengingat perlakuan Siska kepadanya, bagaimana bisa, Siska sekuat itu rela membagikan cintanya dengan wanita lain, Arya benar benar tak mengerti dengan semua ini, bagaimana bisa Siska bisa merencanakan ini semua dengan baik.
"Mas" Panggil Siska menghampiri Arya.
Arya yang sedang melamun, tiba tiba terkejut mendengar panggilan Istrinya,
"Iya sayang" sahut Arya menatap istrinya yang berada dihadapannya.
Siska langsung mengambil tangan Arya, ditengadahkan telapak tangan Arya, lalu Ia menaruh sebuah kotak berwarna merah yang berisikan cincin emas ditangan Arya.
"Apa ini?"
"Ini cincin aku belikan untuk Mas kawin Dinda"
Melihat kotak itu, Arya bertambah kesal, tapi Ia tak bisa meluapkan emosinya kepada Siska, Arya langsung meremas kotak itu, lalu ia menarik bahu Siska dan dihempaskan ke dadanya agar Siska jatuh dipelukannya.
Arya memeluk erat Siska lalu membisikkan sesuatu di telinga Siska.
"Berjanjilah kepadaku Siska, bahwa setelah pernikahan ini selesai, cintamu tak akan berubah kepadaku" ucap Arya.
"Iya Mas, aku janji" ucap Siska lirih, Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya dibalik dada Arya, sebenarnya Siska juga tak rela cintanya dibagi, tapi mau bagaimana lagi, Ia tak punya pilihan lain selain harus menikahkan Arya dengan Dinda demi mendapatkan seorang anak.
***
Dinda hanya duduk termangu diteras depan rumahnya, Ia melihat teman teman sebayanya yang baru pulang sekolah, andai Ia orang yang mampu, mungkin Ia sudah memakai seragam putih abu abu, Namun Impiannya harus Ia kubur dalam dalam semenjak Ia lulus SD, karena keterbatasan ekonomi, Ia tak bisa meneruskan pendidikannya karena harus menjadi tulang punggung keluarga.
Mulai besok Ia akan melepas masa lajangnya, menikah dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya, yang tidak Ia cintai, pikiran Dinda benar benar kacau, bulir bulir bening jatuh membasahi pipinya.
Ia tak memiliki pilihan lain, karena Ia harus membantu nenek yang Ia sayangi yang sudah membesarkannya hingga saat ini, mungkin dengan cara ini Ia bisa membalas budi Mbah Tarmin.
"Nduk, ngapain duduk melamun disitu?" sapa Mbah Tarmin membuyarkan lamunan Dinda, Mbah langsung menghampiri lalu duduk di samping Dinda.
"Eh Mbah, Dinda takut"
"Sabar Nduk, tenangkan pikiranmu, Mbah yakin kamu bisa melewati ini semua" ujar Mbah Tarmin menguatkan Dinda.
"Tapi Mbah, Dinda takut tinggalin Mbah sama Dandi disini? Nanti yang akan merawat Mbah sama Dandi siapa?" Tanya Dinda merasa risau.
"Kamu gak perlu khawatir Nduk, Dandi kan sudah besar, pasti dia bisa jagain Mbah" ucap mbah Tarmin.
"Tapi Mbah, kalau dilihat lihat Pak Arya itu tampan juga sih, tapi keliatannya galak"
"hehehe, itu hanya perasaan mu Nduk, Mbah yakin Nak Arya itu orang yang baik" ucap Mbah Tarmin merasa lucu mendengar ucapan Dinda.
"Hmm gitu yah Mbah, ya udah deh Dinda percaya aja sama kata Mbah, mudah mudahan Pak Arya bisa menerima Dinda apa adanya"
"Aamiin, Insya Allah nduk" ucap Mbah Tarmin mengaminkan doa Dinda.
tiba tiba Dinda langsung beranjak dari tempat duduk lalu meninggalkan Mbah Tarmin.
"Loh Nduk, mau kemana?"Spontan Mbah Tarmin langsung memanggil Dinda
"Dinda mau mandi dulu Mbah, soalnya sudah sore, bentar lagi kan sholat Magrib Mbah"
"O Nggeh Nduk, Jangan lupa ngaji yah Nduk, biar hatimu tenang"
"Iya Mbah" ucap Dinda yang berlalu masuk kedalam rumah.
IJAB KABUL
***
Arya sudah siap dengan mengenakan kemeja putih ,celana hitam ,bersama dasinya yang bergaris horizontal berwarna hitam biru .
Arya kembali menatap dirinya dibalik cermin kamar penginapan, Ia tampak begitu cemas menghadapi semua ini ,Karena untuk kedua kalinya Ia akan mengikrarkan janji suci didepan penghulu, bersama wanita yang tidak Ia cintai,dan tentu saja paksaan dari istri tercintanya itu. Berulang kali Arya meyakinkan dirinya, menghilangkan segala kecemasannya yang ada pada dirinya, tapi tetap saja tak bisa.
"Arrrghh, ini benar benar konyol, bagaimana bisa aku akan menikah dengan seorang anak kecil" gerutu Arya dalam hati.
Sedangkan Siska tampak sibuk dari tadi pagi menyiapkan seseraha untuk pernikahan Arya dan Dinda, Ia hanya kesana kemari menelfon seseorang.
"Siska" panggil Arya.
"Iya Mas" sahut Siska menghentikan langkahnya.
"Hmm, Itu siapa namanya yang anak kecil itu?" tanya Arya.
"Oh Dinda"
"Hmm Iya iya, nama lengkapnya siapa? soalnya aku harus menghapal namanya jika Ijab kabul nanti"
"Oh iya aku lupa mas, seharusnya aku sudah memberitahukan ini kepadamu dari semalam" ucap Siska menepuk jidatnya.
"Namanya Dinda Kinara Binti Sudarsono Mas" lanjut Siska menyebut nama lengkap Dinda.
"*Apa? Dinda Kirana?"
"Bukan Mas, Dinda Kinara"
"Oh ya ya"
"Macam nama artis saja, hah" gumam
Arya dalam hati merasa heran.
"Mas kamu sudah Siap?"
"Hmmm"
Arya hanya menganggukan kepalanya lalu membalikan badannya kembali ke arah cermin. Tiba tiba Siska memeluk Arya dari arah belakang, Ia merasakan betul kesedihan yang mendalam, Sehingga butiran kristal dimatanya jatuh membasahi pipinya.
Arya juga turut merasakan kesedihan istrinya, seketika Ia mengerjapkan matanya lalu berbalik arah menatap Istrinya yang sudah 11 tahun Ia kenal itu.
"Sayang kenapa kamu sedih? bukankah ini kemauanmu?" tanya Arya membelai kepala Siska yang dibalut hijab pashmina berwarna kuning keemasan itu.
Siska langsung mengusap Air matanya, lalu mendongakkan kepalanya menatap wajah Arya.
"Aku, tidak sedih Mas, Aku hanya merasakan terharu bahagia karena kamu akan menikah" ucap Siska berusaha menutupi kesedihannya, walau ada rasa sakit menggerogoti lehernya.
"Sudahlah Siska, kamu tak perlu berbohong, aku tahu kamu sedang sedih, aku sudah lama mengenalmu ,jadi aku tahu betul sifat kamu yang sebenarnya"
Mendengar ucapan Arya, Siska langsung menundukkan wajahnya, Ia langsung melepaskan pelukannya kepada Arya.
"Sudahlah Mas, nanti kita bicarakan itu, bersiaplah karena penghulu akan segera datang di rumah Dinda" ucap Siska berusaha mengalihkan suasana dengan beranjak pergi dari Arya, namun tiba tiba Arya menahan tangan Siska,
"Apa kamu sudah yakin Siska, ?" tanya Arya memegang tangan Siska.
"kalau kamu tidak yakin kamu bisa membatalkannya pernikahan ini sekarang" lanjut Arya berbicara.
Tiba tiba Siska terdiam sejenak, Ia berusaha menahan Air matanya agar tidak tumpah, Ia menarik nafasnya lalu berbalik arah menatap Arya.
"Mas kamu tahu kan aku orangnya keras kepala, jadi sekali aku memutuskan, aku tak akan merubahnya" ucap Siska melepaskan tangannya dari genggaman Arya, dan berlalu meninggalkan Arya.
Sedang Arya hanya mengepalkan jari jemarinya, menahan emosinya, saat Siska meninggalkannya,
Siska mulai keluar dari Penginapan dengan membawakan sebuah seserahan kecil untuk dihadiahkan kepada Dinda, sedang Arya menyusul Siska keluar dari penginapan, Segera Arya memencet tombol yang berada di kunci mobil, agar Siska bisa segera masuk mobil, tampa harus menunggunya,
Arya pun ikut masuk ke mobil, lalu mulai menyetir, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Mbah Tarmin.
Sampai dirumah Mbah Tarmin, Siska mulai menuruni mobil dengan membawa seserahan , disana sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu, termasuk pak penghulu, perlahan Siska dan Arya masuk ke dalam rumah, lalu memberikan seserahan itu kepada Mbah Tarmin.
Arya mulai duduk dilantai kayu beralaskan tikar yang mulai usang menghadap pak penghulu, sedang Siska sibuk mencari keberadaan Dinda.
"Mbah, Dinda mana?" tanya Siska.
"Dinda ada di dalam kamarnya nak"
"Boleh saya masuk Mbah?"
"Boleh sekali nak, Silahkan"
Setelah Mbah Tarmin mengizinkan, Siska langsung beranjak lalu masuk kedalam menuju kamar Dinda yang berada didepan.
"Dindaa" Panggil Siska dari arah pintu kamarnya
"Iya Bu Siska" sahut Dinda yang sedang duduk ditepi ranjang, ia segera menghampus air matanya agar Siska tak curiga bahwa ia sedang sedih.
Dinda sudah siap dengan busana kebaya putih bersama hijab yang terbalut menutupi kepalanya, wajahnya memancarkan cahaya, karena Riasan wajah yang sangat natural hingga terlihat cantik, dan ini semua karena Siska yang telah mengundang MUA (Make Up Artist) terbaik dikotanya.
Perlahan Siska masuk ke kamar lalu menghampiri Dinda.
"Dinda kamu cantik banget" ucap Siska pangling melihat wajah Dinda.
Dinda hanya tersenyum menatap Siska, meski didalam hatinya dirundung rasa gugup karena akan menikah dengan Arya.
"Bu Siska, Dinda deg-degan banget" kata Dinda sambil meremas jari-jemarinya
"Kamu tenang saja Dinda, Memang begitu kalau baru pertama menikah ,pasti akan merasakan yang namanya deg-degan Sih, sama seperti Mbak juga begitu waktu awal menikah dengan Mas Arya" ucap Siska Tersenyum.
Dinda langsung menarik napasnya, berusaha manahan rasa gugupnya.
"Nak Siska, Dinda, acaranya sudah mau mulai, ayo keluar" panggil Mbah Tarmin dari balik pintu kamar Dinda.
"Oh iya Mbah, kami akan segera keluar" sahut Siska.
"Ayo Dinda kita segera keluar, acaranya akan dimulai"
"Iya Bu Siska" sahut Dinda bersnjak dari duduknya.
"Eh iya, mulai sekarang kamu gak usah panggil saya Ibu, tapi panggil saya mbak atau kakak saja yah, begitu juga dengan Mas Arya"
"Hmm Iya, jadi saya panggil Mbak Siska saja yah, biar enak" jawab Dinda.
"Nah gitu donk, Ayo kita keluar," ajak Siska seraya memegang tangan Dinda.
Sampai diruang tamu, semua mata tertuju melihat kecantikan Dinda,
Sedang Arya hanya menatap Dinda sebentar lalu menundukkan wajahnya, meskipun Dinda terlihat lebih cantik dan muda dari Istrinya, tapi itu semua tidak akan memudarkan cinta Arya kepada Siska.
Perlahan Siska mengantarkan Dinda duduk disamping Arya, jantungnya mulai berdegub kencang karena rasa cemburu mulai membakar hatinya, namun Ia berusaha tegar, seakan akan semuanya baik baik saja.
Sementara Arya hanya diam membisu, menahan emosi sambil menghafal nama Dinda, Ia berusaha menjaga sikapnya sebaik mungkin agar Istri tercintanya itu tidak kecewa dengan ucapannya saat ijab kabul.
"Baik semuanya sudah kumpul, jadi acaranya kita mulai saja yah?" tanya pak penghulu ditengah ruang tamu Mbah Tarmin.
"Iya Pak segera dimulai saja" jawab Siska.
Seluruh saksi dan Mbah Tarmin hanya menganggukan kepala sebagai tanda setuju.
Pak penghulu pun mulai membacakan doa doa yang sakral itu, hingga saat yang ditunggu tunggu itu tiba, Pak penghulu mulai memegang tangan Arya lalu menuntun Arya untuk membacakan Ijab kabul.
Mata Siska hanya terbelalak saat menyaksikan semuanya, Dinda hanya meremas jemarinya saat melihat Arya mulai memegang tangan pak penghulu, rasanya ia benar-benar tak percaya bahwa secepat ini ia akan menikah. Hingga pada akhirnya terdengarlah suara itu,
"Saya terima nikahnya Dinda Kinara binti Sudarsono dengan mas kawin cincin seberat dua gram dibayar Tunai" ucap Arya dengan lugas tanpa celah.
"Bagaimana saksi , sah?" tanya Pak penghulu.
"SAH !" Seru semua saksi dan orang-orang yang berada didalam ruangan itu
"Alhamdulillahirobbill'alaamiin" ucap pak penghulu sambil membacakan doa selamat untuk pengantin baru.
Setelah selesai penghulu membacakan doa, Arya memasangkan cincin mas kawin dijari manis Dinda, kemudian Dinda mencium punggung tangan Arya yang telah menjadi suami sah nya itu.
Kini semuanya telah terjadi, hari ini Siska harus memulai hidup baru bersama madunya Dinda, dan mulai hari ini juga suami yang mendampinginya selama 10 tahun pernikahan, harus membagi hati untuk kedua Istrinya.
Dinda menangis, langsung memeluk Siska, seketika tangisan Siska pecah membalas pelukan dari Dinda, beberapa kali ia mengucapkan selamat kepada Dinda, memberikan doa yang terbaik untuk suaminya dan Dinda.
Sementara Arya hanya menundukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya,
ia berusaha menahan kekecewaannya terhadap Siska, sejujurnya ia tak sanggup melakukan ini semua, namun apa daya rasa cintanya terlalu besar terhadap Siska ,hingga dengan terpaksa Arya harus menikahi Dinda.
Kemudian Dinda menghampiri dan memeluk Mbah Tarmin, untuk meminta restu karena Mbah Tarmin adalah satu satu orang tua yang tersisa dikeluarganya.
"Selamat yah Nduk, semoga kamu bahagia bersama suamimu dan Mbakmu" ucap Mbah Tarmin terisak.
"Iya Mbah, Makasih hiks hiks" ucap Dinda terisak.
***
Setelah usai melangsungkan acara pernikahan, Siska menyuruh Dinda untuk mengemasi barang-barangnya ,karena sore ini mereka akan segera kembali ke Jakarta.
"Mbah, hati hati yah disini, jaga kesehatan" ucap Dinda terisak mengucap pamit kepada Mbah Tarmin.
"Iya Nduk, kamu juga hati-hati dijalan, selalu jaga kesehatan yah Nduk"
"Iya Mbah" jawab Dinda seraya mencium punggung tangan Mbah Tarmin.
Kemudian Dinda berlalu pindah kepada adiknya untuk berpamitan, Ia memeluk Dandi , lalu memberi pesan kepada Dandi adik semata Wayangnya.
"Dandi, jaga mbah baik baik yah, kamu sekolah yang betul-betul, jangan suka kelayapan"
"Iya Mbak, mbak juga jangan lupa ngabarin kami disini yah kalau sudah sampai disana" ucap Dandi.
"Iya dek, Pasti Mbak kabarin"
"Dinda ayo cepetan kita sudah mau jalan" panggil Siska yang sudah siap didalam mobil.
"Iya Mbak," sahut Dinda menoleh ke belakang. kemudian Dinda mengangkat Tas yang berisikan pakaiannya, lalu berjalan menuju Mobil Arya, lalu ikut masuk ke mobil.
Dari dalam mobil Siska pamit kepada Mbah Tarmin dan Dandi, dan ketika mereka mulai jalan, Dinda dan Siska masih sempat melambaikan tangan kepada Mbah dan Adiknya sampai akhirnya mereka tak terlihat. didalam perjalanan Dinda masih menoleh ke belakang melihat Mbah Tarmin dan Dandi untuk terakhir kalinya.
Dinda hanya bisa menangis sesenggukan harus meninggalkan keluarga yang ia sayangi itu,
"Dinda, kamu kenapa?" tanya Siska.
"Hmm, nggak Mbak, Dinda cuma sedih aja ninggalin mbah sama Dandi, karena selama ini Dinda gak pernah pisah sama mereka Mbak, hiks hiks" ucap Dinda terisak.
"Kamu gak usah khawatir, Mbah Tarmin dan Dandi pasti akan baik baik saja disana" Siska mengusap bahu Dinda, berusaha menenangkan Dinda.
"Nggih Mbak Siska"
"Siska" Panggil Arya dari depan memotong pembicaraan Siska dan Dinda.
"Iya Mas" sahut Siska.
"Jadi bagaimana nanti jika Dinda dirumah? nanti apa yang akan kita katakan kepada orang tua kita, jika mereka tanya tentang Dinda?" tanya Arya sambil menyetir mobilnya.
"Hmm Iya juga Mas, aku juga belum memikirkan soal itu"
Sejenak Arya menghela napasnya lalu mengatakan sesuatu kepada Siska.
"Bagaimana kalau dia berpura-pura sebagai pembantu kita disana? hanya untuk sementara waktu saja"
"Bener juga idemu mas"
"Bagaimana Dinda, kamu mau kan pura pura jadi pembantu kita"
"Hmm iya Mbak, saya mau" ucap Dinda mengiyakan pendapat Arya dan Siska.
Mendengar Dinda yang setuju membuat Siska merasa lega dan senang.
"Makasih yah Din" ucap Siska tersenyum.
Didalam perjalanan Dinda hanya melihat pemandangan lewat jendela mobil, sesekali ia berhitung mobil dijalan agar bisa menghilangkan kebosanannya, hingga akhirnya Ia tertidur pulas.
Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga,
Siska menatap Dinda yang tertidur pulas,
"kasihan Dinda, pasti dia kelelahan" gumam siska dalam hati.
"Dinda, bangun! kita sudah sampai" panggil Siska mengguncangkan tubuh Dinda.
Karena terkejut Dinda langsung terbangun dari tidurnya.
"kenapa Mbak? kita sudah sampai mana?" tanya Dinda kebingungan.
"kita sudah sampai Dinda" ucap Siska.
"Hah, masak Mbak, Alhamdulillah kalau begitu" ucap Dinda merasa lega lalu bersiap turun dari mobil. dan setelah turun dari mobil betapa terkejutnya Dinda melihat rumah mewah yang ada dihadapannya.
"Waah, besar banget rumahnya Mbak? Kayak Istana" ucap Dinda dengan mulut menganga terkesima sambil memegang Tas bututnya
Melihat tingkah Dinda, membuat Siska merasa lucu dan tertawa.
"Mari Dinda kita masuk" ajak Siska.
"Iya Mbak"
Merekapun masuk bersama sama kedalam Rumah, namun sampai didepan pintu rumah, tiba-tiba Dinda membuka sendalnya,
"Eh kenapa itu sendalnya dilepas?" tanya Siska merasa aneh dengan kelakuan Dinda.
"Gak papa Mbak, sendal saya kotor Mbak, takut lantainya kotor" ucap Dinda polos.
"hahaha, gak papa kok Dinda, dipakai aja"
"Tapi Mbak"
"Sudahlah pakai saja" bujuk Siska.
Mendengar celotehan Siska dan Dinda didepan rumah membuat Arya kesal,
"Dasar Gadis Kampungaaan"
Teriakan Arya sontak membuat Dinda dan Siska terkejut. Selesai mengucap kata itu, Arya langsung pergi meninggalkan Siska dan Dinda didepan rumah.
MALAM PERTAMA #chapter1
***
Mendengar ucapan Arya membuat Dinda merasa ketakutan, ia tahu ini akan menjadi awal yang buruk baginya, tapi Ia selalu meyakinkan dirinya, bahwa Ia harus kuat menjalani ini semua demi keluarga di kampung.
"Maafkan Mas Arya yah Dinda?"
"Iya Mbak, gak papa" Sahut Dinda menahan rasa ngilu didadanya.
Perlahan Dinda dan Siska mulai masuk kedalam rumah, tak henti hentinya Dinda terpukau melihat seluruh isi rumah Arya dan Siska yang begitu wah,
"Bi Ijah" teriak siska memanggil seorang,
Tak lama kemudian muncul seorang wanita paruh baya berusia 50 tahunan dari dalam ,menghampiri mereka.
"Iya Nyonya ada yang bisa saya bantu" tanya Bi Ijah
"Iya Bi , nanti bawa barang barangku ke atas yah, terus nanti antar Dinda ke kamar yang sudah saya suruh Bibi siapkan" perintah Siska.
"Baik Nyonya" Sahut Bi Ijah.
"Dinda" panggil Siska sambil menoleh ke arah Dinda.
"Iya Mbak" sahut Dinda.
"Saya ke atas dulu yah, nanti Bi Ijah yang akan menunjukan kamarmu"
"Iya Mbak, makasih" Sahut Dinda tersenyum
Siska hanya membalas senyuman Dinda sambil berlalu pergi menuju kamarnya yang berada dilantai atas.
"Non" sapa bi Ijah.
"Eh Iya Bi" sahut Dinda terkejut.
"Mari sini Bi Ijah antarkan ke kamarnya Non" ajak Bi ijah.
"Hmm Iya Bi " sahut Dinda mengikuti Bi Ijah yang sudah duluan berjalan.
Setelah sampai dikamar, Bi ijah menunjukan posisi kamar mandi sekaligus memberitahu cara memakai alat alat yang didalamnya, karena maklum Dinda hanya seorang gadis desa, pastinya Ia tidak tahu cara memakainnya.
"Gimana Non? sudah paham kan cara pakainya?" tanya Bi Ijah.
"Hmm Iya Bi saya sudah paham" jawab Dinda mengganggukkan kepala.
Kemudian Bi Ijah pamit kepada Dinda untuk keluar kamar lalu menutup kamar Dinda.
setelah Bi Ijah pergi, Dinda bersiap siap untuk Membersihkan dirinya di kamar mandi
***
Setelah Selesai Mandi Arya menghempaskan tubuhnya di ranjang, sejenak Ia merebahkan tubuhnya karena letih.
"Mas kok kamu tidur disini sih?" tanya Siska menatap Arya yang terbaring diatas ranjangnya.
Seketika Arya langsung menoleh ke arah istrinya yang sedang bersandar di atas Springbed milik mereka.
"Loh ini kan kamarku, kenapa kamu tanya begitu Siska!" ucapnya sambil menghembuskan nafas.
"Hmm, kamu lupa yah Mas, sekarang sudah punya Istri lagi" ucap Siska berusaha fokus pada gawai yang ia gunakan.
Mendengar kata Siska membuat Arya sedikit emosi Ia tak percaya dengan maksud Siska yang ingin menyuruhnya tidur bersama Dinda.
"Jadi Maksud kamu, aku tidur dengan anak kecil itu?" tanya Arya berdengus kesal
"Iya betul, pergilah mas, pasti Dinda sudah menunggumu disana" perintah Siska dengan santai.
"Tidak ,tidak, Aku tidak mau tidur dengan gadis kampung itu, mending kamu suruh aku tidur diluar dari pada..."
"Pergilah sekarang Mas, apa kamu tidak ingin. mempunyai seorang anak?" tanya Siska tiba-tiba memotong pembicaraan Arya.
Seketika Arya langsung bangkit dari tidurnya, lalu duduk ditepi ranjang sambil mengusap rambutnya.
"Benar Aku ingin punya anak, tapi bukan dengan gadis kampung itu Siska !" seru Arya.
"Lagi pula akupun tak mencintainya, jadi aku tak bisa melakukannya" lanjut arya
"Bukan tidak bisa, Kamu hanya belum mencobanya Mas, kalau kamu sudah mendekati Dinda pasti akan bisa"
"Arrrrgggh.. Lalu mau kamu apa sekarang siska?" tanya Arya dengan nada gusar..
"Mau aku, kamu sekarang pergi ke kamar Dinda"
Sejenak Arya mendenguskan nafasnya, berusaha memikirkan permintaan Siska yang menurutnya tidak masuk akal.
"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu"
"Beneran mas?" tanya Siska meyakinkan.
"Iya, tapi ingatlah Siska ,sampai kapanpun aku tidak akan menyentuhnya"
"Hmm..Ya sudahlah, terserah kamu Mas, yang penting kamu pergi dulu sana di kamar Dinda" ucap Siska tersenyum paksa, lalu mengerjapkan matanya menatap Arya.
Sejenak Arya menarik nafasnya kemudian ia beranjak dari ranjang lalu berjalan keluar kamar.
"Oh Iya mas tunggu" panggil Siska,
menghentikan langkah Arya,
"Kenapa lagi?" tanya Arya datar, menoleh ke arah Siska.
"Tolong bilang sama Dinda kalau dia ingin ganti baju, katakan saja ada baju untuknya didalam lemari, terus kalau dia mau dandan ada perlengkapan make up di atas meja rias kamar kalian sudah aku siapkan"
Setelah mendengar ucapan Siska, Ia hanya bisa mengepalkan jemarinya karena merasa kesal dengan kata kata istrinya itu, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Siska.
"Aku yakin, suatu saat, kamu pasti akan menyentuh Dinda juga, maafkan aku mas" gumam Siska sambil meneteskan air matanya.
***
"Akhirnya selesai juga mandi, rasanya seger banget deh" gumam Dinda berjalan keluar dari kamar mandi sambil membungkus Rambutnya dengan handuk.
kemudian Ia duduk di tepi tempat tidur, menghempaskan setengah tubuhnya diatas ranjang lalu memejamkan sejenak matanya.
Setelah Arya sampai didepan kamar Dinda, Ia mengetok pintu kamar Dinda, namun tak ada sahutan dari dalam, Ia mencoba membuka pintu kamar Dinda yang ternyata tidak terkunci.
Perlahan Arya mendorong pintu kamar Dinda lalu berjalan masuk kedalam.
"Pantesan tidak ada yang nyahut, sudah tidur rupanya dia, mana masih pakai handuk lagi dikepala, dasar kampungan hah" gumam Arya menghampiri Dinda.
Sejenak Arya duduk ditepi ranjang yang ditiduri oleh Dinda, sambil sesekali Ia menatap wajah Dinda yang polos.
"Bagaimana bisa aku tidur dengan gadis kecil ini, gayanya saja sudah tidak menggairahkanku, Aaaarrggh" teriak Arya kesal lalu memukul kasur.
Mendengar suara teriakan Arya membuat Dinda terbangun, dan saat Dinda membuka matanya tiba tiba Ia terkejut melihat Arya yang sudah berada disampingnya.
"Astagfirullah,, " Dinda terjengkit kaget sambil bangkit dari tidurnya.
"Mmm..mas Arya ngapain kesini?" tanya Dinda terbata-bata.
"Aku kesini mau nagih"
"Nagih apa mas? emang Dinda punya utang?" tanya Dinda kebingungan.
"Bukan, aku kesini ingin menagih janjimu sebagai Istri" ucap Arya mulai emosi.
"Janji apa mas? perasaan Dinda gak pernah janji apa apa sama Mas Arya" Dinda semakin kebingungan.
"Astaga Dinda, kamu ini bodoh atau gak ngerti sih maksud aku" dengus arya merasa kesal dengan Dinda.
"Gak ngerti Mas" jawab Dinda spontan
"ya Tuhan kenapa Siska bisa mempertemukan aku dan kamu sih!!" teriak Arya kesal.
"Karena Mbak Siska mau kita punya Anak mas" jawab Dinda polos lagi membuat Arya semakin naik emosi.
"Aku tidak sedang bertanya padamu Dinda" bentak Arya mendenguskan nafasnya
"Tapi.. tapi tadi kan Mas sendiri yang bertanya!"
"Arrrgghh.. Diamlah, atau aku akan marah besar padamu" teriak Arya
Mendengar ucapan Arya membuat Dinda ketakutan, jantungnya mulai berdegub kencang, bibirnya mengatup dengan kuat lalu Ia meremas jari jemarinya.
"Ya ampun, ganteng ganteng kok galak amat hiiiyy" gumam Dinda bergidik.
.
"Bajumu itu jelek sekali, apa kamu tidak punya baju lain hah?" tanya Arya. Namun Dinda tak menjawab pertanyaan Arya karena takut.
"Hey kalau aku tanya, dijawab"
"Tadi kan Mas suruh aku Diam, makanya aku tidak jawab pertanyaan mas" jawab Dinda
"Astaga...lama lama aku bisa jadi gila dekat denganmu, arrrrggghhh" teriak Arya langsung emosi, lalu menatap Dinda karena geram.
"hmmm aku tidak punya baju yang bagus mas, ini saja baju pemberian tetanggaku dikampung" ucap Dinda gugup sambil menundukkan wajahnya.
Sejenak Arya menghembuskan napasnya, mencoba mengendalikan emosinya.
"Pergilah sana ganti bajumu, didalam lemari itu ada baju baru untukmu" ucap Arya yang mulai mereda.
"Yang bener Mas?"
"Iya"
"Yes, Makasih yah Mas" ucap Dinda spontan langsung memeluk lengan Arya karena kegirangan. Dan entah kenapa tiba tiba perasaan Arya menjadi aneh saat berada didekat Dinda.
"Kenapa kamu masih didekatku, pergi sana cepat ganti baju mu"perintah Arya.
"Hmm Iya Iya Mas" ucap Dinda melepas lengan Arya. kemudian Ia beranjak pergi menuju lemari yang dimaksud Arya untuk mengambil baju baru.
Saat Dinda membuka lemari itu Ia mencoba memilih baju baju yang Ia sukai, tapi ternyata tidak ada satupun yang Ia rasa cocok.
"Astaga ini baju apa ?kok begini semua, apa mas Arya tidak salah membelikan aku baju" gumam Dinda sembari membongkar bongkar isi lemari.
"kenapa lama sekali kamu pilih bajunya hah" teriak Arya yang mulai emosi lagi karena menunggu Dinda yang lama.
"Hmmm.. Maaf mas bajunya gak ada yang cocok buat aku"
"kok bisa?"
"Hmm Aku gak suka modelnya" ucap Dinda dari balik pintu Almari.
Karena merasa heran, Arya beranjak dari tempat tidur lalu berjalan menghampiri Dinda, Ia penasaran baju seperti apa yang ada didalam lemari itu sampai Dinda tak bisa menemukan satupun baju yang cocok untuknya. karena setahu Arya setiap Siska membeli baju pasti bagus dan selalu cocok ketika dipakai.
"Mana sini saya lihat, memang didalam sini baju apa sih, sampe gak cocok sama kamu" ucap Arya langsung menggeser Dinda dan memerika isi lemari itu.
Setelah arya memeriksa, ternyata di dalam lemari itu hanya berisi lingeri lingeri seksi,
"Baju sebagus ini dia gak suka, dasar gadis kampungan, pasti Siska juga sengaja membelikan ini biar aku tertarik sama anak bodoh ini hhh, tapi bagus juga sih, aku akan mengerjainya" gumam Arya dalam hati sambil tertawa jahat.
kemudian Arya menarik salah satu lingeri berwarna Pink, lalu melemparkannya ke wajah Dinda.
"Pakai itu saja" ucap Arya kesal.
"Astagfirullah, ini baju apa mas, aku gak suka, kata Mbah gak baik pakai baju seksi, apalagi didepan laki laki yang bukan mahromnya" celetuk Dinda sambil melebarkan baju dihadapannya.
Mendengar ucapan Dinda membuat Arya semakin kesal, Ia pun menutup pintu Almari itu dengan kuat hingga Dinda terjengkit kaget.
"eh copot eh copot" kata Dinda terkejut.
"Aku ini suamimu bukan?" tanya Arya.
"Iya Suamiku"
"Sekarang pergi ganti baju itu atau aku akan berteriak dihadapanmu"
"Tapi Mas" ucap Dinda lalu menatap Arya yang sedang memelototinya,
"Hihihi.. Baiklah Mas aku akan memakainya" kata Dinda sambil cekikikan dan berlalu pergi ke kamar mandi.
MALAM PERTAMA #chapter2
***
Setelah Dinda pergi Arya kembali ke tempat tidurnya, Ia sedikit tersenyum melihat kekonyolan Dinda, Ia juga penarasan dengan ekspresi wajah Dinda yang ketakutan saat memakai lingeri yang begitu seksi.
------
Sampai didalam kamar Mandi, Dinda menatap baju lingeri yang akan Ia gunakan itu, berulang kali ia membolak balikan lingeri itu sambil tertawa cekikikan, membayangkan saat memakai Lingeri itu dihadapan Arya.
"Yang benar saja mas Arya, masa aku harus memakai baju ini, yang ada malah aku diperkosa sama mas Arya hiiiyy" gumam Dinda sambil bergidik geli.
Setelah memakainya, Dinda masih saja berdiri di dalam kamar mandi, Ia menatap dirinya dibalik cermin besar.
"Dindaaa"
tiba tiba terdengar suara Arya dari luar, sedang Dinda hanya terjengkit kaget ketika mendengar Suara Arya.
"Duh gimana ini? aku malu jika keluar dengan baju seperti ini, Ya Allah tolong Dinda agar keluar dari masalah ini" gumam Dinda ketakutan
"Dindaaa, kenapa lama sekali ganti baju" teriak Arya untuk kedua kalinya.
"Iya Mas bentar" sahut dinda bergegas keluar dari kamar mandi.
Sejenak Dinda mengatur nafasnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, perlahan Ia berjalan dengan kaki bergetar, sambil menutup bagian dadanya, lalu menurunkan sedikit bawahan Lingerinya.
Sementara Arya melihat Dinda keluar kamar mandi, Ia menatap Dinda begitu lekat,
Gadis berusia 17 tahun dengan Tinggi 155cm, kulitnya putih,rambutnya panjang setengah punggung, wajahnya imut bagai artis shireen sungkar itu langsung membuat Arya menelan air liurnya.
Setelah sampai diranjang, Dinda menundukkan wajahnya tak berani menatap ataupun berbicara dengan Arya,
sedang Arya mulai mengatur nafasnya akibat deguban kencang didadanya, Ia berusaha menahan rasa gugupnya agar Dinda tak curiga.
Perlahan Arya melirik Dinda, dan entah mengapa walau Dinda sudah sangat cantik, Ia tetap merasa ada yang kurang didalam diri Dinda, mungkin karena rasa kesal terhadap Dinda sudah tertanam didalam dirinya.
"Muka mu itu sedikit pucat! aku tak suka melihatnya, apa kamu tidak bisa berdandan hah?" Tanya Arya dengan nada tegas.
"Dandan itu apa Mas?" tanya Dinda balik , karena tidak mengerti.
sekejap mata Arya langsung melotot ketika mengetahui Dinda tak mengerti arti Dandan.
"Dasar, gadis ini benar benar bodoh, arti dandan saja dia tidak tau, benar benar menguji kesabaranku hhhh" gumam Arya mendenguskan nafasnya.
"Masak kamu gak tahu arti Dandan?"
"hmm" Dinda hanya menggelengkan kepalanya.
"Astaga, apa aku harus jelasin juga soal itu Dinda?" teriak Arya yang mulai emosi.
Perlahan Arya menghembuskan nafasnya lalu mengusap dadanya.
Dinda hanya menatap Arya dengan polos, walau dalam dirinya ada rasa takut luar biasa saat menghadapi Arya, tapi berusaha untuk kuat, saat harus mengingat keluarganya Dikampung.
"ingat Dinda kata Mbah, selama Dia gak gigit kamu, tak perlu takut, jangan cengeng, Dinda pasti kuat" gumam Dinda dalam hati sambil menahan Air matanya agar tidak tumpah.
Dengan Tiba tiba Arya langsung memegang tangan Dinda lalu menariknya sampai ke meja rias.
"Ini yang namanya dandan" ucap Arya Sambil menunjuki meja rias.
"Oh kalau ini aku tahu mas, kata orang dikampung aku, namanya bersolek" jawab Dinda agak gugup.
"arrrgghh.. sama saja bodoh" Arya menepuk jidatnya lalu melanjutkan pertanyaannya.
"Tapi kamu tahu kan pakai semua ini?" tanya Arya menatap tajam Dinda.
"Tahu mas, walau sedikit sedikit sih" jawab Dinda mencoba tersenyum tapi tak dibalas oleh Arya.
"Ya sudah cepatlah berdandan, malam sudah semakin larut ,jangan membuat waktuku terbuang sia sia" perintah Arya sambil mengecak pinggangnya.
"Ba..ik Mas" sahut Dinda terbata bata.
Ia langsung duduk di depan meja Rias, sambil memilih milih Alat yang akan dipakainya.
sedangkan Arya kembali lagi kekasur untuk menunggu Dinda sampai selesai berdandan.
Dinda duduk didepan meja Rias, Ia menatap dirinya didepan cermin, meratapi nasibnya yang begitu malang, karena harus menikahi laki laki yang tidak Ia cintai, ditambah lagi Ia harus menjalani malam pertama yang menyedihkan, bulir bulir bening itu hampir terjatuh, tapi sekali lagi Ia mengingatkan dirinya bahwa ini hanyalah cobaan sementara.
Sebenarnya Ia tidak tahu harus mulai merias wajahnya dari mana, Ia langsung memoles wajahnya, semampu yang ia tahu, hingga akhirnya selesai.
Setelah selesai ,Dinda langsung menghampiri Arya yang sedang berbaring diatas ranjang, yang ternyata sudah ketiduran.
Sebenarnya mudah bagi Dinda untuk tidak membangunkan Arya agar Ia lolos dari malam pertama nya yang buruk bersama Arya, namun setelah dipikir lagi ,pasti besok Ia akan mengalami hal yang sama.
Sejenak Ia mengatur nafasnya lalu membangunkan Arya.
"Mas Arya" panggil Dinda dengan ragu
Mendengar panggilan Dinda membuat Arya terbangun, perlahan Arya membuka matanya lalu melihat wajah Dinda dengan jelas.
"Astaga Eh haaaaaa.. he.. hee" Arya terjengkit kaget setelah melihat wajah Dinda.
Dinda pun ikut terjengkit kaget saat melihat Arya melotot terkejut melihatnya padahal Ia sudah berusaha Imut dihadapan Arya
"Kenapa wajahmu seperti itu?" teriak Arya.
"Hmmn Tadi kan Mas suruh aku bersolek, jadi aku sudah melakukan sesuai yang mas Arya perintahkan" jawab Dinda tersenyum seakan merasa tidak bersalah.
"Astaga Dindaa, tapi bukan dandanan seperti itu juga kali" teriak Arya yang mulai geram.
Ia langsung bangkit dari tidur lalu duduk di tepi ranjang menatap wajah Dinda yang aneh
"ehmmm maaf Mas" kata Dinda meminta maaf lalu menundukkan wajahnya.
"Kamu bisa dandan gak sih sebenarnya?" tanya Arya menatap Dinda
"Hmmm Sedikit saja Mas" sahut Dinda terjengkit kaget
"Tapi kenapa wajahmu malah tambah jelek seperti badut"
"Arrrrrgghhhh" Arya berdengus menahan teriakannya sambil memijit kepalanya yang berdenyut karena pusing menghadapi Dinda.
"Pergi sana cuci mukamu! Aku tak suka melihat dandananmu seperti itu" perintah Arya.
"Hmmm baik lah mas" Sahut Dinda berlalu menuju kamar Mandi.
"Heh, aku tak mengerti dengan Mas Arya, tadi dia suruh aku bersolek, giliran aku sudah bersolek dia suruh cuci muka, dasar laki laki aneh" gerutu Dinda sambil berjalan menuju kamar mandi.
Sampai didalam kamar mandi ,Dinda melihat wajahnya di cermin, seketika Ia terjengkit kaget melihat wajahnya sendiri.
"Eh Pantesan Mas Arya terkejut melihatku, ternyata wajahku mirip nyai ronggeng rupanya hihihi" gumam Dinda sambil terkekeh sendiri.
Kemudian Dinda mencuci mukanya sampai bersih, namun karena Ia merasa jengkel dengan Arya yang suka memarahinya, Ia sengaja berlama lama didalam kamar Mandi agar Arya memanggilnya.
Tiba tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu Kamar mandi sehingga membuat Dinda terjengkit kaget.
Tok tok tok
"Dinda" panggil Arya
"Iya Mas" sahut Dinda.
"kenapa kamu lama sekali didalam, cepatlah keluar aku ingin berbicara denganmu" perintah Arya.
"Iya Mas, aku akan segera keluar" sahut Dinda lagi.
Dinda pun segera bergegas keluar kamar mandi, sejenak Ia mengatur nafasnya lalu membuka pintu kamar mandi.
Perlahan Dinda keluar dengan rasa gugup,tiba tiba Arya langsung menarik tangannya
"Sini ikutlah denganku" ajak Arya ke tempat tidur.
Dinda hanya diam mengerjapkan matanya saat melihat Arya memegang tangannya, perasaannya jadi tak menentu, seperti ada sengatan listrik yang membuatnya sedikit terkejut melihat sikap Arya yang tiba-tiba lembut.
"Tumben jadi baik, perasaan tadi dia seperti monster kok sekarang jadi malaikat, hmm jangan jangan?" gumam Dinda dalam hati bertanya tanya.
Arya menyuruh Dinda duduk ditepi ranjang, sedang Arya mengambil air minum lalu meneguknya, selesai minum Arya membuka bajunya didepan Dinda, lalu menghampirinya.
Dinda langsung mebelalakan mata saat melihat Arya membuka bajunya, perasaannya mulai tak enak, debaran jantungnya mulai tak berirama, tangannya mulai bergemetar.dan tubuhnya seperti menciut saat Arya sudah berdiri dihadapannya.
"Berbaringlah.." perintah Arya sambil mengecakan pinggangnya.
"Hmm tapi" ucap Dinda terhenti saat Arya membungkuk, lalu mendongakkan wajahnya tepat didepan wajah Dinda.
"Berbaringlah atau aku akan semakin mendekati diwajahmu"
"Hmm Baiklah Mas" sahut Dinda memundurkan kepalanya hingga terjatuh di atas ranjang.
"Ya Tuhan apa yang akan Mas Arya lakukan padaku?, apakah dia akan memperkosaku malam ini? kenapa wajahnya begitu lain menatapku? ya Tuhan semoga ini cuma mimpi buruk dan tiba tiba aku terbangun sudah berada dirumah eMbah, hmm tapi aku cubit sakit, berarti ini nyata dong hadeuh" gumam Dinda dalam hati sambil mencubit tangannya, lalu menghembuskan nafasnya.
Perlahan Arya naik ke atas ranjang lalu membungkukkan badannya diatas tubuh Dinda.
Deru jantung Dinda semakin kuat, keringat dingin di wajahnya mulai keluar, sesekali Ia menutup matanya karena tak tahan melihat tatapan Arya.
"Kenapa? apa kamu takut?" tanya Arya sambil mengangkat alisnya.
"hmmm iya" sahut Dinda menganggukkan kepalanya.
Melihat Arya yang ada dihadapannya membuatnya tak nyaman, sekujur tubuhnya seperti kaku, ia tak bisa bergerak kemana-mana karena disampingnya terhalang oleh kedua tangan Arya . apalagi saat wajah Arya yang berada dekat wajahnya, membuat dirinya menciut.
"Kamu tahu Dinda sebanarnya dirimu itu cantik, tapi sayang aku tidak mencintaimu, aku hanya mencintai Siska istriku, dan kamu tahu sendiri kan kalau aku terpaksa menikah denganmu, aku juga sudah terlanjur mengatakan pada siska bahwa aku tak akan menyentuhmu, tapi selama aku bersamamu disini, kamu selalu membuatku kesal dan emosi, sehingga membuatku berpikir untuk menarik kembali kata kataku tadi, dan sepertinya aku akan melakukannya padamu malam ini!" jelas Arya dengan tatapan seperti ingin menerkam seseorang.
Saat mendengar penjelasan Arya, Dinda langsung ketakutan, beberapa kali Ia menelan ludahnya ,karena rasa gugup yang luar biasa, Hingga akhirnya mulutnya terasa kering.
"Mas.. bisakah aku minum? soalnya aku haus" Pinta Dinda
Mendengar permintaan Dinda, Arya langsung mengernyitkan dahinya.
"Hmm boleh, tapi kamu harus kembali kesini jangan lari" kata Arya memerintah.
"Hmm Iya Mas" sahut Dinda menganggukkan kepalanya
Arya langsung menyingkir dari Dinda, kemudian Dinda beranjak dengan cepat mengambil Air minum di meja, lalu meneguknya,
Sementara Dinda meneguk minumnya, sesekali Ia melirik Arya yang sedang menatapnya, hingga membuatnya sangat gugup, andai Ia bisa menghilang seperti jinni oh jinni mungkin Ia sudah melakukannya sejak tadi, sayangnya Ia hanya seorang gadis kecil polos yang tak mempunyai kekuatan super.
Setelah minum Dinda kembali ke atas ranjang seperti semula, Ia mulai mengatur nafasnya lalu menatap Arya yang sudah dihadapannya, dan sepertinya Ia sudah pasrah bila memang Arya akan menyentuhnya malam Ini.
"Apa kamu sudah Siap?" tanya Arya dengan tatapan yang nakal.
"Hmm Iya mas" sahut Dinda pasrah, menahan rasa gugupnya.
Arya mulai menatap Dinda, perlahan wajah Arya mulai mendekati wajah Dinda, namun saat wajah Arya mulai mendekati wajah Dinda, entah kenapa tiba tiba muncul perasaan ingin buang Air kecil pada diri Dinda,
"Eh tunggu dulu Mas" dengan Sigap Dinda langsung menahan wajah Arya dengan telapak tangannya.
"Kenapa lagi?" tanya Arya mulai berdengus kesal
"Ehhmm Aku pengen kencing mas, bisa kan hihihi" ucap Dinda mulai cekikikan.
Arya langsung menghembuskan nafasnya lalu menyingkir dari Dinda.
"Pergilah cepat, jangan lama lama" dengus Arya kesal.
"Iya iya Siap hihi" sahut Dinda Cekikikan
Dinda langsung beranjak dari ranjangnya, lalu berlari ke kamar mandi.
Setelah selesai kencing, Dinda keluar lagi dari kamar mandi, Ia melihat Arya menatapnya dari ranjang, setiap melihat Arya, Dinda selalu merasakan mules diperutnya,
Sedang Arya merasa mulai naik emosi ketika melihat Dinda yang berjalan pelan menghampirinya.
"Hey, kenapa kamu lama sekali jalan? cepat kesini" perintah Arya.
"Tapi mas hmm" ucap Dinda ragu.
"Cepat Kesini?" bentak Arya mulai emosi lalu memelototi Dinda.
Mendengar bentakan Arya, membuat Dinda terjengkit kaget hingga membuat rasa mules diperutnya hilang, Dinda pun bergegas kembali ke ranjang lalu berbaring seperti semula.
"Kenapa kamu hah?" tanya Arya mengangkat alisnya menatap Dinda dengan tajam.
"Hmmm Tidak" jamab Dinda menggelengkan kepalanya.
"Kamu sengaja kan dari tadi mencari Alasan agar bisa menghindar dariku?" tanya Arya.
"Tidak Mas, tidak, tadi itu memang kebetulan Dinda pengen kencing" jawab Dinda menggelengkan kepala berusaha meyakinkan Arya.
"Hmm kalau begitu Diamlah, aku sudah capek, aku ingin segera menyelesaikannya malam ini" kata Arya menatap Dinda.
"Ehm iya Mas" Dinda mengganggukkan kepalanya.
Arya menatap wajah Dinda dengan lekat
"Sepertinya Anak ini memang polos, tapi sayangnya dia bodoh dan selalu membuatku kesal hhh" gumam Arya dalam hati.Perlahan Arya mulai mendekati wajah Dinda,
Sementara Dinda merasakan kembali gugup yang luar biasa,dan saat wajah Arya mulai mendekatinya, Rasa mules diperutnya datang lagi, seketika Ia membelalakan matanya, Ia ingin menghentikan Arya tapi tak bisa. Tiba tiba ada sesuatu yang keluar dari perutnya.
Tiba tiba wajah Arya terhenti, ia kembali mengangkat kepalanya karena merasa mencium sesuatu.
"Bau Apa ini?" Tanya Arya mendenguskan Hidungnya.
Mendengar pertanyaan Arya, Dinda langsung tersenyum menatap Arya,
"Ehmmm, maaf mas kelepasan" ucap Dinda langsung menutup mulutnya karena menahan tawa.
"Apaa jadi kamu kentut? Arrrgggh" Arya langsung berteriak lalu menyingkir dari Dinda.
"Maaf Mas, aku ke kamar mandi dulu, sudah mules dari tadi sebenarnya, tapi aku takut mengatakannya hihihi" ucap Dinda yang beranjak dari ranjang sambil terkekeh berlari menuju kamar Mandi.
Melihat kelakuan Dinda membuat Arya kehilangan nafsunya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk tidur karena letih.
"Dasar gadis kampungan, lama lama aku bisa mati konyol jika terus bersamanya" gumam Arya penuh emosi.
Setelah selesai buang air Dinda keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega, karena rasa mulesnya telah hilang, Ia pun kembali ke ranjangnya, namun setelah sampai ranjang Dinda merasa heran ketika melihat posisi Arya seperti orang yang sudah bersiap untuk tidur.
"Tidurlah Dinda sudah malam, aku sudah mengantuk" ucap Arya.
"Ehhmm berati tidak jadi yah mas?" tanya Dinda.
"hmmm" sahut Arya.
Mendengar sahutan Arya membuat dinda merasa kegirangan ,karena malam ini Arya tidak jadi menyentuhnya.
"Yes, Alhamdulillah aku selamat malam ini" gumam Dinda dalam hati, .Ia pun naik keatas ranjang lalu tidur berdampingan dengan Arya.
"Ingat yah kalau tidur jangan mendengkur, kalau sampai aku mendengarnya, akan ku buang kau di kolam renang" ucap Arya.
"Ehm iya Mas" sahut Dinda tersenyum.
"Hmm masak aku mau dibuang dikolam, emang aku ikan yang hidup di air, ada ada saja Mas Arya" gumam Dinda dalam hati sambil terkekeh sendiri.
Setelah melewati malam yang melelahkan dan penuh emosi, Akhirnya merekapun terlelap bersama.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰