When The Heart Speaks (PROLOG)

1
0
Deskripsi

Lana Riversong, memutuskan pergi meninggalkan kampung halamannya, Santa Monica, demi melupakan masa lalunya dan memulai hidup yang baru di New York.

Tiga tahun berlalu, Lana yang seorang mantan cheerleader NFL ini harus rela menjalani hidup barunya sebagai seorang waitress di salah satu restauran ternama di kawasan Madison Ave.

Suatu hari, rekan kerja sekaligus sahabatnya yang bernama Amber mengajaknya untuk menonton konser band-band besar dunia di festival musik musim panas tahunan terbesar di New...

WHEN THE HEART SPEAKS

Orginal story by Irma Rose/ @irmarosewrites

Disclaimer:
Copyright © Irma Rose | 2018

Ini semua fiktif. Jalan cerita, waktu, karakterisasi dan sebagian besar yg terkandung di dalam cerita ini adalah murni fiksi dari hasil imajinasiku sendiri.


※※※

Sebelum baca mohon diperhatikan ini dulu ya 😉:

Cerita ini tidak boleh ditiru, di copy-paste, diplagiat, atau di translate. Karena cerita ini sudah dilindungi hak cipta.
So, penulis bakal tahu kalau cerita ini dicontek.

If my book appears somewhere by name other than me, it is plagiarism.

No part of my story can be used and reproduced in ANY WAY WITHOUT THE AUTHOR'S PERMISSION which is myself.

So please...if you want to start writing novel, be different and don't copy anything from my work.

Thanks 💋

※※※

Jangan lupa dukungannya ya. 💖

Love❤

Irma Rose


 

 

PROLOG

Ada dua kata yang bertengger di dalam kepalaku; bagaimana jika. Dua kata itu sering muncul di segala situasi di dalam hidupku. Seperti, pada saat aku sedang memilah-milih pakaian di Nordstrom bersama Mom, saat aku sedang berjemur di pantai, atau saat aku sedang merasa bosan di dalam kelas ketika guru sedang menerangkan—aku akan mengalihkan perhatianku ke luar jendela, bahkan di saat aku sedang melakukan perenggangan otot di kelas pemandu sorak sekalipun. Aku akan melontarkan pertanyaan pada diriku sendiri. Bagaimana jika.

Bagaimana jika semua aturan Mom kulanggar. Bagaimana jika aku sudah belajar semalam suntuk tapi masih mendapatkan nilai jeblok untuk semua mata pelajaran di akhir semester. Bagaimana jika ternyata gerakan routine-ku tadi itu buruk sekali. Bagaimana jika Candice memakai rok pendek yang sama denganku. Bagaimana jika si kapten football itu nyatanya tidak begitu brengsek. Bagaimana jika kuterima saja ajakan kencan dari Morgan. Bagaimana jika aku, bagaimana jika dia, bagaimana jika ternyata, bagaimana jika…. Dan terkadang pertanyaan-pertanyaan itu membuatku gelisah.

Tapi tak ada yang lebih membuatku resah daripada setelah aku bertemu dengannya. Duniaku tiba-tiba saja terpusat padanya. Darahku selalu berdesir setiap kali aku ada di dekatnya. Tidak pernah ada yang membuat duniaku jungkir balik dengan hanya satu tatapan mata melainkan darinya. Permainan ‘bagaimana jika' yang kumainkan di dalam kepalaku semakin intens semenjak dirinya masuk ke dalam kehidupanku.

Bagaimana jika dia…

Dari banyak sekali pertanyaan, ada satu yang selalu menganggu pikiranku, yaitu;

Bagaimana jika suatu hari nanti dia pergi meninggalkanku?

Mike selalu membuatku khawatir, dari sejak pertama aku mengenalnya sampai kami berpacaran. Kau mungkin mengerti bagaimana rasanya jatuh cinta untuk yang pertama kali. Merasakan cinta yang garang dan memabukkan sehingga rasa waswas dan takut kehilangan sering sekali mengusik ketenangan.

Aku tidak menyangka pertanyaan itu menjadi kenyataan setelah kukira semua mimpiku telah terwujud; cita-cita, sebuah hubungan yang kuinginkan bersamanya, setelah kami tinggal bersama. Nyatanya semua pencapaian itu hanya sebagai titik awal menuju ke kehidupan lain yang tak pernah kubayangkan sama sekali sebelumnya.

Pertanyaan ‘bagaimana jika’ di dalam kepalaku akhirnya menghantamku tepat di depan wajah. Mike benar-benar pergi meninggalkanku.

Hidupku hancur dan kehilangan makna. Setelah kepergiannya, dengan susah payah aku berusaha keluar dari kehancuran dan penderitaan. Aku terbang ribuan miles dari rumah, mencoba untuk berpaling dari masa lalu dan memulai kembali sebuah kehidupan yang baru.

Tapi semua usaha yang telah kulakukan selama ini rasanya seperti sia-sia saja saat kulihat kembali sosoknya di hadapanku. Tiga tahun kemudian.

Dua kata itu kembali menyelinap masuk; bagaimana jika. Dan kali ini, saat kedua mata cokelat itu menatapku dengan tatapan rindu, saat senyuman yang menghantui hari-hariku selama ini terpampang kembali di wajahnya, pertanyaan itu pun muncul;

Bagaimana jika aku tidak mampu lagi menatap hari esok setelah melihatnya malam ini?

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya When The Heart Speaks (1)
1
0
Lana diajak oleh sahabatnya pergi ke festival musik musim panas tahunan di New York. Tapi mengapa Lana sepertinya tidak begitu antusias dengan acara tersebut?Let's find out 😉
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan