
Besok lusa Sean akan kembali ke Negaranya dan bertemu dengan istrinya untuk merayakan anniversary mereka berdua. Saat ini Sean tengah mengurus tempat tinggal untuk Mia.
Saat ini Sean tengah duduk berhadapan bersama dengan Mia. Saat ini mereka tak lagi beradai di hotel melainkan sebuah Villa mewah yang berada di pinggiran kota dan jauh dari keramaian kota.
“Bagaimana Villa ini menurutmu, Mia?” tanya Sean.
Mia melihat sekeliling ruangan itu, terlihat mewah...
Bab 6
Besok lusa Sean akan kembali ke Negaranya dan bertemu dengan istrinya untuk merayakan anniversary mereka berdua. Saat ini Sean tengah mengurus tempat tinggal untuk Mia.
Saat ini Sean tengah duduk berhadapan bersama dengan Mia. Saat ini mereka tak lagi beradai di hotel melainkan sebuah Villa mewah yang berada di pinggiran kota dan jauh dari keramaian kota.
“Bagaimana Villa ini menurutmu, Mia?” tanya Sean.
Mia melihat sekeliling ruangan itu, terlihat mewah dan nyaman.
“Kalau kamu suka, kedepannya kamu bisa tinggal di sini. Kamu juga mengelola perkebunan strawberry yang ada di belakang Villa. Ini jauh dari keramaian juga kota. Margamu juga sudah di ganti. Kamu aman tinggal di sini. Aku juga menempatkan seorang bodyguard untuk menjagamu,” jelas Sean.
“Tuan, saya sangat berterima kasih juga sangat bersyukur untuk semua yang sudah tuan berikan pada saya. Saya ucapkan terima kasih. Tapi Tuan Sean, saya tidak ingin tinggal di sini. Tolong, tolong ijinkan saya ikut dengan anda,” seru Mia dengan wajah memelasnya.
“Ikut denganku? Bagaimana bisa begitu?” tanya Sean.
“Saya tidak ingin berada di Negara ini lagi. Saya terlalu takut dan trauma tinggal seorang diri. Saya mohon bawa saya pergi. Saya akan bekerja dengan anda,” seru Mia membuat Sean kembali berpikir dan cukup bingung.
“Saya tidak akan mengganggu kehidupan anda. Saya hanya butuh pekerjaan dan tempat tinggal yang sederhana, itu saja sudah cukup,” seru Mia terus saja berusaha memelas sudah tiga hari ini ia berusaha memohon pada Sean.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan pikirkan nanti pekerjaan apa yang cocok untukmu. Sekarang kita kembali dan mengurus paspormu,” seru Sean.
Dan mereka pun memutuskan untuk kembali ke tempat mereka menginap.
***
Mine sudah berbelanja dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk merayakan anniversary pernikahannya. Tak lupa juga ia membeli hadiah special untuk suaminya.
Mine membuka kotak persegi berukuran kecil, ia melihat isinya yang merupakan jepitan dasi yang begitu mewah dan indah. Mine yakin ini akan cocok kalau di pakai suaminya. Apalagi saat memakai seragam pilotnya yang membuatnya begitu gagah.
Mine tersenyum membayangkan sosok suaminya yang begitu tampan dan akan terlihat mempesona saat memakai jepitan ini.
“Aku udah gak sabar ingin segera ketemu dengannya, memeluknya, menciumnya. Ya Tuhan Mine, kau benar-benar sudah jadi gila karena terlalu lama berjauhan dengan Sean,” serunya diiringi senyuman lebar.
Dering telpon menyadarkan Mine, ia pun segera mengambil handphonenya dan langsung menerima panggilan kala melihat nama suaminya yang tampak di layar handphone.
“Ya,” seru Mine.
“Kamu sedang apa?”
“Hanya duduk saja. Kamu sedang apa?”
“Aku baru kembali ke kamar hotel.”
“Kamu sudah mengantarkan wanita itu ke Villa yang sudah di siapkan?” tanya Mine.
“Ya, tapi dia menolaknya.”
“Apa? Wanita macam apa dia. Sebenarnya apa sih maunya,” seru Mine mulai kesal.
“Dengarkan dulu. Dia tidak ingin tinggal di Negara ini. Dia takut akan di temukan lagi oleh para penjahat itu. Dia memintaku membawanya ke Negara kita. Di sana dia hanya meminta pekerjaan.”
“Benar-benar merepotkan. Banyak sekali maunya,” gerutu Mine.
“Jangan begitu. Kalau niat membantu orang ya jangan tanggung-tanggung,” seru Sean.
“Kamu itu terlalu baik hati. Semua wanita saja kamu bantu dan jangan memikirkan aku!” seru Mine kembali merajuk.
“Aku tidak bisa diam saja saat ada kekerasan di hadapanku,” seru Sean. “Aku menjelaskan semuanya padamu karena aku memikirkanmu, Mine.”
“Ya ya ya. Selalu saja ada alasan.”
“Besok pagi mungkin aku akan melakukan penerbangan kembali ke sana,” seru Sean dan itu berhasil membuat senyuman Mine kembali.
“Beneran? Sama wanita itu?” tanya Mine.
“Ya. Kamu sudah tau jawabannya.”
“Jangan duduk berdekatan, kalian harus pisah jok. Awas lho,” ancam Mine.
“Baiklah.”
“Besok mau aku jemput?”
“Tidak perlu. Aku mungkin akan mengantarkan Mia dulu ke apartement lamaku, setelahnya aku akan pulang ke rumah. Kamu tunggu saja di rumah,” seru Sean.
“Aku tidak mau!”
Sean hanya bisa menghela nafas kala Mine mulai sewot.
“Aku akan menjemputmu ke bandara. Dan jangan tempatkan wanita itu di apartement lamamu. Aku akan belikan dia apartement baru, dan juga aku akan beri dia pekerjaan di kantorku. Pokoknya saat kamu kembali, kamu tidak boleh ada urusan apapun dengan wanita itu!”
“Baiklah,” jawab Sean akhirnya mengalah.
Mine merasa senang dan puas mendengarnya.
“Baiklah, besok setelah pulang dari kantor. Aku akan menjemputmu di bandara.”
“Oke.”
***
“Apa? Kenapa tidak bisa?” tanya Sean pada salah satu kenalannya yang ada di bandara. Saat ini Sean dan Mia sudah berada di bandara untuk kembali ke Negara Sean. Sebelumnya Sean meminta temannya untuk mengurus paspor juga visa untuk Mia.
“Nama wanita itu masuk daftar blacklist dan tidak boleh keluar dari Negara ini,” jelas temannya yang bernama Andrew.
Saat ini Sean berada di sebuah ruangan dan hanya berdua dengan Andrew, Mia menunggu di luar.
Sean hanya bisa menghela nafasnya seraya mengusap wajahnya gusar.
“Sebenarnya siapa wanita itu Sean? Kenapa kamu menolong orang yang bermasalah,” seru Andrew. “Sudah tinggalkan saja dia di sini. Nanti aku yang urus dia, kamu segera naiklah ke pesawat. Pesawat akan segera landing.”
“Aku sudah menolongnya, dan bagaimana mungkin sekarang aku meninggalkannya begitu saja,” seru Sean.
“Aku akan menjaganya di sini,” seru Andrew.
“Lalu bagaimana dengan istrimu. Bukankah istrimu baru saja memberimu kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan. Kalau ketahuan menyembunyikan seorang wanita lagi, bisa-bisa rumah tanggamu hancur,” seru Sean membuat Andrew tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ya memang sebelumnya Andrew ketahuan berselingkuh oleh istrinya.
“Apa tidak ada cara lain?” tanya Sean.
“Ada. Aku punya kenalan yang biasa membuat paspor palsu. Dia juga sering menyeludupkan seseorang. Aku bisa meminta bantuannya,” seru Andrew.
“Kalau begitu tunggu apalagi.”
“Sayangnya sekarang dia sedang pergi liburan. Katanya dia akan kembali minggu depan,” jelas Andrew.
“Minggu depan?”
“Ya. Kamu mau menunggunya?” tanya Andrew.
“Entahlah. Tapi Mine pasti sudah menungguku,” seru Sean menjadi bingung dan dilemma.
“Kamu tinggal memilih saja mana yang mau di korbankan,” kekeh Andrew dan dia langsung meminta maaf kala Sean memberikan tatapan tajamnya.
“Hubungi aku saat kau sudah mendapat kabar kepulangannya,” seru Sean.
“Oke baiklah.”
Sean beranjak keluar ruangan, ia pun langsung menghubungi Mine.
“Ya Sean? Kamu sudah naik pesawat?” tanya Mine terdengar bersemangat di sebrang sana membuat Sean merasa bersalah.
“Mine, aku tidak jadi kembali hari ini.”
“A-apa? Kenapa?”
“Ada masalah dengan paspor Mia. Aku harus mengurusnya kembali, mungkin aku akan kembali minggu depan.”
“Apa Mia sangat penting?”
“Apa maksud kamu?”
“Hari ini adalah hari anniversary kita. Sejak pagi bahkan tak ada ucapan apapun darimu. Aku pikir kamu akan mengatakannya nanti langsung di hadapanku. Aku bahkan menyiapkan untuk dinner romantic. Aku sudah menantikan hari ini, aku terus saja menunggumu. Dan sekarang demi wanita itu kamu batal pulang? Kamu jahat Sean!”
“Mine, dengarkan aku dulu.”
“Aku benci kamu!”
Tuuut
Mendengar kekecewaan dari Mine. Sean tidak bisa tinggal diam saja. Ia pun bergegas menuju pintu dimana pesawat berada. Mungkin kali ini ia harus egois. Selama ini Sean sudah cukup membantu Mia.
Sean sedikit berlari menuju pintu itu dan matanya melebar kala pesawatnya sudah bergerak dan pintunya tertutup rapat. Ia bahkan tak mendengar pemberitahuan keberangkatan pesawatnya itu. Sudah tak bisa di kejar lagi. Sean kembali termenung dan menjatuhkan tas yang ia bawa. Mungkin Tuhan ingin ia menyelesaikan misi menolong seseorangnya. Sean berharap Mine baik-baik saja dan akan memaafkannya nanti.
***
Bab 7
Sepulang dari kantor, Mine pergi ke sebuah club malam. Ia butuh menenangkan dirinya. Ia pun memesan minuman beralkohol. Malam ini ia ingin mabuk semabuk-mabuknya sampai ia lupa malam ini malam apa.
Salah satu temannya datang karena tadi Mine menelponnya. Dia bernama Michel, teman Mine dari sejak kecil. Michel juga mengenal Sean.
“Ada apa sih?” tanya Michel yang baru sampai di sana.
“Aku ingin mabuk dan menari sepuasnya,” seru Mine meneguk minumannya.
Mereka memesan ruang pribadi yang juga terdapat layar untuk bernyanyi karaoke dan menari.
“Ada apa lagi sih dengan Sean? Dia batal pulang karena ada pekerjaan?” tanya Michel.
“Aku bisa maklum kalau ada pekerjaan mendadak. Dia tidak jadi pulang karena seorang perempuan. Benar-benar menyebalkan! Pria sialan itu benar-benar tak tau diri!” amuk Jasmine mulai mengeluarkan umpatannya dan terus meneguk minumannya. Bahkan kali ini tak menggunakan gelas, ia langsung meneguknya dari botolnya.
“Astaga Mine,” keluh Michel tapi dia juga tak bisa melarang Mine. Mungkin inilah yang Mine butuhkan, di malam yang dia pikir akan sangat indah dan romantic malah berakhir seperti ini.
Michel hanya menonton Mine yang menari, bernyanyi berteriak sambil menangis, marah-marah dan kembali mengumpat Sean. Bahkan sosok elegant juga anggun dari seorang CEO perusahaan lenyap seketika. Mine melemparkan sepatunya dan menari segila-gilanya dan itu malah terlihat lucu hingga membuat Michel tertawa.
----
Di sisi lain Sean berusaha mencoba menghubungi Mine, panggilan suara juga panggilan video sudah ia lakukan tetapi tetap saja Mine tak menerima panggilannya. Ia pun membuat sebuah video dirinya yang menyampaikan semua yang ingin dia sampaikan pada Mine.
“Semoga kamu baik-baik saja,” gumam Sean mengirim pesan video itu pada Mine.
Sebelum mematikan handphone nya, Sean menerima pesan masuk dari Michel. Ia membuka pesan itu dan menunjukkan sebuah foto.
Michel mengirim foto Mine yang tertidur di atas sofa dengan berantakan. Terlihat jelas matanya memerah dan sembab habis menangis.
“Lihat ulahmu ini Sean. Gadis ini benar-benar kacau sekarang. Cepatlah selesaikan urusanmu dan kembalilah. Bujuk dia dan meminta maaflah.”
Sean hanya tersenyum melihat foto itu. ia menzoom foto itu di bagian wajah Mine. Sean membelai wajah itu penuh kerinduan.
“Aku sangat merindukanmu, Mine. Tunggulah sebentar lagi,” gumamnya seraya mengecup foto itu.
***
Mine di antarkan pulang oleh Michel. Awalnya Michel ingin mengantarkan Mine ke dalam rumah tapi Mine menolak. Ia bisa berjalan sendirian. Akhirnya Michel pun menurutinya.
Mine berjalan dengan menenteng tasnya, ia berjalan dengan sempoyongan dan hampir jatuh berkali-kali. Ia masuk ke dalam rumah dan ingin menjerit keras kala melihat rumahnya yang sudah di sulap dengan begitu romantic. Tadi pagi Mine memang meminta untuk menyulap rumahnya menjadi sangat romantic, hangat. Dan benar saja, semua itu sudah di lakukan dan kini di hadapannya adalah rumah yang penuh dengan suasana romantic. Mine kesal, ia melemparkan tasnya dan mulai menarik hiasan bunga, lilin, hiasan di langit-langit ruangan. Ia berjalan menuju balkon dimana sudah di sulap menjadi sangat indah. Ada ranjang di sana dengan tirai tipis sekelilingnya, meja untuk dinner. Dan juga pemutar lagu untuk mereka melakukan dansa. Mine pun menghancurkan dan menjatuhkan semua itu hingga berantakan.
“Sean sialan!” isaknya.
Ia menarik paksa tirai ranjang itu hingga robek dan koyak. Setelahnya saat ia sudah benar-benar kelelahan, tubuhnya ambruk di atas ranjang itu dan terlelap dengan air mata yang masih mengalir di sudut matanya.
***
Mine terbangun dari tidurnya kala sinar matahari menyorot wajahnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pening dan sedikit berputar. Mine melihat sekeliling dimana barang-barang berserakan dan berantakan di lantai. Ia sudah tak ada tenaga untuk mengamuk lagi. Akhirnya ia memilih duduk bersandar ke kepala ranjang, menatap ke arah pohon-pohon di depannya. Semalaman ia tertidur di balkon seorang diri. Ia pikir mala mini dirinya bisa menghabiskan malam yang panas dan erotic bersama Sean. Tetapi semua itu hanya khayalan dan angan-angannya saja.
“Astaga!” pekik seseorang membuat Mine menoleh ke sumber suara. Dia melihat Michel di sana yang syok melihat keadaan rumah.
“Kamu apakan rumahmu ini, Mine?”
Mine tak menggubrisnya dan tetap diam dengan posisinya.
“Lihat dirimu sekarang, benar-benar kacau,” seru Michel.
“Sean tidak jadi pulang saja kamu sudah sekacau ini. Bagaimana kalau sampai kamu kehilangan Sean. Habis sudah,” keluhnya.
“Jaga ucapanmu Michel. Aku tidak akan pernah kehilangan Sean!” seru Mine dengan kesal.
“Sudah pergi mandi sana. Biarkan asisten rumah tangga membereskan semua kekacauan ini,” seru Michel.
“Aku tidak mau,” jawab Mine.
“Kalau kamu begini, akan sangat mudah wanita itu menarik perhatian Sean,” seru Michel.
“Ya aku mandi sekarang,” seru Mine dengan kesal dan beranjak dari duduknya.
Michel hanya terkekeh saja melihat tingkah Mine.
“Wanita itu benar-benar cinta mati pada Sean,” keluh Michel.
***
Saat ini Mine dan Michel tengah menikmati sarapannya dalam diam. Mine baru saja menyalakan handphone nya dan melihat pesan masuk dari Sean. Sebenarnya enggan untuk membuka itu tapi ia juga penasaran dengan apa yang Sean kirimkan padanya. Akhirnya ia membuka pesan video dari Sean.
“Hai Mine. Maaf kalau aku sudah buat kamu kecewa dan kesal. Aku tau aku memang bukan suami yang baik. Tetapi kamu jangan salah paham kalau aku lebih memilih Mia daripada kamu. Sebenarnya aku sudah memutuskan untuk memilih kamu, tetapi sayangnya aku ketinggalan pesawatku. Dan belum sempat aku menjelaskan, kamu sudah mematikan panggilan telpon. Aku tidak mungkin tidak memilihmu, Mine. Kamu adalah istriku.”
Wajah Mine seketika kembali berseri dan itu membuat Michel mencibirnya.
“Hari ini adalah anniversary pernikahan kita. Aku tidak tau harus mengatakan kata-kata indah apa. Yang pasti aku memiliki harapan besar pada pernikahan kita ini. Aku ingin selalu bersamamu, hidup sebagai suamimu. Entahlah apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin selalu menjalani kehidupan yang damai dan tentram bersamamu. Setelah menonton video ini, dan kalau sudah tak marah lagi padaku. Hubungi aku segera yah, my wife.”
“Ah Sialan!” seru Mine. “Aku marah dan sangat kesal padanya, tapi hanya dengan kata-katanya yang seperti ini saja, aku sudah langsung memaafkannya dan kembali jatuh cinta padanya,” keluh Mine.
“Makanya hilangkan tempramenmu itu,” seru Michel.
“Sebenarnya apa yang sudah Sean lakukan padaku. Kenapa aku begitu cinta padanya,” seru Mine.
“Dia suamimu. Buatlah dia selalu di sisimu dan menjadi milikmu. Jangan biarkan wanita lain merebutnya,” seru Michel membuat Mine menganggukkan kepalanya.
“Ya sudah sana telpon dia.”
“Nanti dulu, aku tidak ingin langsung memaafkannya. Aku ingin tau apa dia kuat kalau aku diamkan. Aku ingin dia yang mengejarku,” seru Mine.
“Ya terserah kau saja.”
***
Bab 8
Setelah mengusahakannya, akhirnya tidak sampai seminggu Sean sudah bisa kembali dengan membawa Mia. Sean kini sampai di bandara Boston. Sudah dua hari ini Mine tidak membalas pesan-pesannya. Ia harus segera menemui Mine.
“Mia, aku harus ke suatu tempat. Aku akan pesankan taxi untukmu dan kamu pergilah ke alamat ini,” seru Sean menyerahkan secarik kertas pada Sean.
“Emm baik,” jawab Mia.
Setelah mengantarkan Mia menaiki taxi dan membayarnya. Sean bergegas memesan taxi menuju kantor Mine.
Sean mengeluarkan sesuatu dari jaket yang ia gunakan. Ia membuka kotak itu dan di dalamnya terdapat sebuah gelang cantik dan sangat indah. Gelang itu begitu sederhana tetapi sangat elegant dan mewah.
‘Mungkin harganya tidak semahal perhiasan yang biasa kamu beli. Tapi aku harap kamu mau menerimanya,’ batin Sean.
Sean sampai di kantor Mine. Ia langsung menuju lantai dimana ruangan Mine berada. Sesampai di sana sekretarisnya menyapanya.
“Tuan Sean.”
“Apa Jasmine ada di dalam?” tanya Sean.
“Ya, tapi sedang ada tamu,” seru sekretarisnya.
“Oh baiklah,” seru Sean mengambil duduk di sofa.
Saat itu pintu ruangan Mine terbuka dan seorang pria dengan memakai jas rapi, pria itu keluar di antar oleh Mine.
“Makasih Erwin,” seru Mine.
“Tidak perlu berterima kasih. Kalau kau butuh sesuatu hubungi aku saja,” serunya.
“Ya.”
Sean menyaksikan semua itu dan ia merasa tidak suka melihatnya, apalagi pria tadi menepuk pundak Mine, seberapa akrabnya mereka.
Pria itu berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Mine hendak berlalu pergi tetapi sekretarisnya memanggil Mine.
“Miss,”
“Ya?”
“Ada tamu untuk anda,” seru sekretarisnya.
“Sia-?” ucapan Mine menggantung di udara saat melihat sosok suaminya yang kini berdiri dari duduknya.
Mine sempat terpaku sesaat saat matanya beradu pandang dengan mata tajam Sean. Tak bisa ia pungkiri ia ingin berlari ke arah suaminya itu dan memeluknya dengan erat. Tapi Mine masih marah dan ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dengan langsung luluh pada Sean.
Mine melihat kembali ke arah sekretarisnya.
“Biarkan dia masuk,” seru Mine beranjak memasuki ruangannya. Sekretaris itu tampak bingung juga kikuk.
“Aku akan masuk,” seru Sean menenangkan sekretarisnya dan memasuki ruangan. Ia menutup pintu ruangan Mine dan terlihat Mine sudah berdiri menghadapnya dengan melipat kedua tangannya di dada.
“Tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?” tanya Sean yang berdiri beberapa meter di depan Mine.
“Aku rasa tidak ada,” jawab Mine memalingkan wajahnya. Ia menahan dirinya untuk tidak memeluk Sean dan menaha egonya.
“Baiklah,” jawab Sean. “Kamu sibuk?”
“Tidak terlalu,” jawab Mine.
“Mau makan siang denganku?” tanya Sean.
“Tidak mau!”
“Kenapa? Apa kau sudah makan siang bersama pria tadi, Erwin,” seru Sean yang memang mengenal Erwin.
“Tidak. Kalau tidak ada hal penting yang mau di bicarakan, kenapa harus datang kesini. Kenapa tidak pulang saja ke rumah,” seru Mine semakin kesal karena Sean tidak memeluknya maupun tidak meminta maaf.
Mine berjalan membelakangi Sean, ia menekan rasa sakit di hatinya. Kenapa selalu dan selalu hanya dirinya yang berharap pada pria itu, tidak adakah sedikit perasaan Sean untuknya.
Deg
Mine membeku di tempatnya kala sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.
“Tidakkah kau merindukanku,” bisiknya terasa hanya di sekitar lehernya dan Mine merasa jantungnya berdegup dengan sangat cepat.
“Maaf karena terlambat pulang. Aku sangat merindukanmu,” bisik Sean membuat air mata Mine jatuh membasahi pipinya.
“Kamu jahat,” cerca Mine memukul lengan di perutnya itu seraya menangis. “Kenapa kamu begitu senang menyiksaku, hikz…”
Sean melepaskan pelukannya dan menarik tubuh Mine untuk berbalik menghadapnya.
“Maaf,” seru Sean menghapus air mata Mine. “Aku tidak berniat melukai perasaanmu.”
“Jahat kamu! Aku hampir gila karenamu, hikz…” Mine memukul pelan dada Sean membuat Sean tersenyum karena sikap Mine yang menggemaskan.
Sean pun menarik tubuh Mine ke dalam pelukannya dan memeluk istrinya dengan erat.
“Luapkan saja semua kekesalanmu.”
“Aku benci kamu! Tapi aku rindu kamu, brengsek!” isaknya semakin erat memeluk Sean dan Sean hanya bisa tersenyum seraya mengusap punggung Mine berusaha menenangkan istrinya.
Setelah cukup lama mereka berpelukan. Akhirnya Mine sudah lebih baik dan bersikap biasa lagi pada Sean.
Sean duduk di atas sofa sedangkan Mine tengah membuatkan kopi dengan mesin kopi.
“Jadi dimana wanita itu?” tanya Mine berjalan mendekati Sean dan menyuguhkan kopi di atas meja di depan Sean. Kemudian Mine mengambil duduk di samping Sean.
“Sebelumnya aku sudah booking salah satu hotel. Aku menyuruhnya untuk pergi ke sana,” seru Sean.
“Apa kondisinya benar-benar mengkhawatirkan?” tanya Mine.
“Ya. Kamu bisa menemuinya nanti dan berbicara dengannya. Kamu sudah terbiasa menginterview orang-orang. Pasti kamu memahami karakter setiap orang,” seru Sean menyeduh kopinya.
“Tidak juga. Nyatanya aku tidak bisa membaca pikiranmu. Kamu terlalu misterius untukku,” seru Mine membuat Sean acuh.
“Ngomong-ngomong pria yang tadi keluar dari ruanganmu itu Erwin?” tanya Sean.
“Ya. Kamu masih mengingatnya,” seru Mine.
“Apa kalian seakrab itu?” tanya Sean menatap mata Mine yang juga melihat ke arahnya.
“Akrab? Tidak juga. Kami dekat karena rekan bisnis dan dia temanku juga,” seru Mine.
“Jangan terlalu dekat dengannya,” seru Sean.
“Memangnya kenapa? Kamu cemburu yah,” seru Mine tersenyum senang.
“Tidak. Aku hanya merasa dia bukan orang baik,” seru Sean dengan acuh dan kembali meminum kopinya.
“Ck,” cibir Mine merasa kesal karena suaminya yang kelewat cuek dan datar.
“Mau temuin wanita itu sekarang?” tanya Mine.
“Kenapa begitu terburu-buru. Aku bahkan belum mandi dan berganti pakaian. Lagipula aku masih ingin berdua denganmu,” seru Sean membuat wajah Mine bersemu merah mendengar kata-kata Sean.
“Oh iya.” Sean mengeluarkan kotak persegi dari dalam saku jaketnya dan menyerahkannya pada Mine. “Ini untukmu,” seru Sean menyimpannya di atas meja tepat di depan Mine.
“Apa ini?” seru Mine terkejut.
“Buka saja,” seru Sean.
Mine pun membukanya dan cukup kaget melihat sebuah gelang di sana.
“Indah,” seru Mine.
“Aku melihatnya saat di Brazil dan aku rasa itu cocok untukmu,” seru Sean membuat senyum Mine semakin lebar.
“Terima kasih,” seru Mine tersenyum lebar.
“Kamu menyukainya?”
“Ya sudah jelas,” seru Mine.
“Syukurlah,” seru Sean tersenyum lega.
“Kalau begitu cepatlah,” seru Mine menyodorkan tangan juga kotak itu pada Sean.
“Apa?” tanya Sean kebingungan.
“Ishh pakaikanlah. Kamu ini benar-benar tidak bisa bersikap manis!” keluh Mine.
“Baiklah.”
Sean pun memasangkan gelang itu di tangan putih Mine.
“Indah banget. Ini sangat bagus, aku suka,” seru Mine. “Terima kasih suamiku.” Mine langsung memeluk Sean dengan manja membuat Sean tersenyum senang seraya membelai kepala Mine.
“Apa mala mini kita dinner berdua?” tanya Mine. “ Anggap saja ini perayaan anniversary kita yang gagal kemarin.”
“Baiklah. Aku akan mengatur segalanya,” seru Sean membuat Mine menengadahkan kepalanya melihat ke arah Sean.
“Kamu beneran akan mengaturnya?” tanya Mine cukup kaget. Pasalnya Sean tidak pernah menyiapkan acara romantic seperti ini.
“Ya. Anggap saja ini untuk menebus kesalahanku kemarin,” seru Sean membuat Mine tersenyum lebar dan terlihat sangat senang.
“Aku ingin lihat seberapa romantisnya kamu,” serunya.
“Jangan berharap banyak padaku, oke.”
Mine tersenyum dan kembali merebahkan kepalanya di dada bidang Sean dengan sangat manja.
“Kamu tau aku sangat merindukanmu,” gumam Mine memainkan telunjuknya di dada bidang Sean.
“Ya.” Mendengar jawaban Sean yang begitu membuat Mine kesal dan ia mencubit dada Sean.
“Aw!”
“Nyebelin!” keluh Mine.
“Aku juga sangat merindukanmu. Apa kau puas?” seru Sean memeluk Mine dengan kedua tangannya.
***
Bab 9
Malam menjelang, sesuai rencana mala mini Mine dan Sean akan dinner berdua merayakan anniversary mereka yang sempat terganggu kemarin.
Saat ini Sean tengah menunggu Mine yang masih bersiap-siap di dalam kamar. Sean duduk di sofa yang ada di ruang televisi.
Ia memainkan ponselnya dan larut dalam kegiatannya. Hingga suara langkah kaki anggun dan ketukan sepatu high heel terdengar. Sean menengadahkan kepalanya, ia beranjak dari duduknya kala melihat Mine menuruni undakan tangga dengan menggunakan gaun cantik berwarna biru terang. Ada belahan di bagian kakinya hingga batas paha memperlihatkan kulit putih dan mulusnya. Mine juga menggunakan full make up yang seakan menyulap wajah imutnya menjadi begitu cantik dan sangat menawan. Sesaat Sean terpesona bahkan ia tak berkedip dan menahan nafasnya.
Sean memalingkan pandangannya kala Mine sudah menuruni tangga dan berjalan mendekatinya.
“Sudah siap?” tanya Sean.
“Yup.”
“Kita berangkat sekarang,” seru Sean mengambil kunci mobil di atas meja.
“Tunggu. Emm bagaimana dengan penampilanku?” tanya Mine tersenyum penuh harap.
“Tidak ada yang salah,” jawab Sean tanpa melihat ke arah Mine membuat Mine memutar bola matanya jengah.
“Aku cantik tidak, Sean?” tanya Mine.
“Ya cantik.” Sean menjawab seraya melangkahkan kakinya. Dan baru dua langkah ia mendapatkan timpukan bantal di punggungnya dari Mine.
“Apa sih?” seru Sean yang kini menoleh ke arah Mine.
“Kamu jawab cantik tapi gak lihat aku!” seru Mine cemberut.
Sean menghela nafasnya berbalik ke arah Mine. Sean menatap wajah Mine dari jarak dekat berbeda dengan tadi.
“Aku melihatmu sekarang. Dan kamu sudah cantik, puas?” seru Sean.
“Ya,” jawab Mine memutar bola matanya. Ia tak puas dengan jawaban Sean yang seperti terpaksa. “Dasar stone!” gerutu Mine melangkah menuju keluar apartement, dan Sean mengikutinya dari belakang.
Mereka memasuki lift dan di sana ada tetangga mereka dari lantai atas.
“Selamat malam Mr dan Mrs. Gultom,” sapa mereka.
“Selamat malam,” jawab Mine diiringi senyumannya.
Sean langsung merengkuh pinggang Mine dengan posesive kala suami dari tetangga mereka melihat ke arah Mine dengan tatapan terpesona. Sean bahkan menghalangi tubuh Mine dengan tubuhnya supaya pria tadi tidak bisa melihat Mine dengan jelas. Melihat sikap Sean yang mendadak ini membuat Mine kaget juga senang, ia sadar suaminya sedang cemburu. Suaminya menjadi begitu posesive, Mine berharap di dalam hati Sean juga sudah ada dirinya.
Ting
Saat pintu lift terbuka di basement apartement. Sean langsung keluar dari sana dengan masih merangkul pinggang Mine tanpa berkata apapun pada tetangganya.
“Naiklah,” seru Sean yang kini melepaskan rangkulannya. Ia berjalan menuju pintu sopir dan membiarkan Mine naik sendiri di kursi penumpang.
Mine hanya bisa menghela nafasnya. Ia harus sabar juga sadar kalau suaminya itu berbeda dengan pria lain yang akan selalu membukakan pintu untuk wanitanya. Sean benar-benar datar dan cuek. Tapi sialnya Mine sangat menyukai pria itu, walau kadang ia makan ati dengan sikap Sean yang terlewat cuek dan tidak peka.
Mereka sudah berada di dalam mobil dan Sean sudah mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area apartement mewah itu.
“Kita akan dinner dimana?” tanya Mine.
“Kamu akan segera mengetahuinya,” seru Sean fokus menyetir mobil.
---
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, mereka pun sampai di tempat tujuan yaitu sebuah villa di sekitar hutan dan tampak tak banyak rumah di sana.
“Ini dimana? Kamu bawa aku kemana sih. Kenapa gelap begini, bikin ngeri saja,” seru Mine kala menuruni mobil.
“Apa yang membuatmu ngeri?” tanya Sean.
“Kamu seperti penjahat yang mau menculik seorang putri,” seru Mine menatap sekeliling yang penuh dengan pepohonan.
“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ayo masuk,” seru Sean menarik tangan Mine dan menggenggam tangannya membuat Mine kembali di buat kaget. Mine melihat ke arah tangannya yang di genggam Sean. Ini cukup membuatnya kaget, Sean biasanya selalu berjalan meninggalkannya tanpa perduli ia akan tertinggal.
Mereka tidak masuk ke villa, melainkan terus berjalan melewati Villa dan sampai di sebuah rumah kaca yang besar, mewah dan terlihat terang dengan lampu di dalamnya.
“Rumah kaca?”
“Ya, ayo masuk,” seru Sean.
Sean menyuruh Mine masuk terlebih dahulu. Saat masuk, mereka sudah di sambut oleh bunga-bunga cantik di dalam pot bunga dan berjajar cantik sepanjang jalan. Mine terus menerobos masuk dengan tatapan berbinar dan Sean mengikutinya dari belakang.
“Astaga, ini sangat indah,” seru Mine menutup mulut dengan telapak tangannya kala sampai di tengah-tengah ruangan.
Di sana terdapat ranjang yang di hias romantic, kemudian terdapat meja bundar kecil dengan dua buah kursinya. Di sana juga ada sebuah piano berwarna putih.
“I-ini semua kamu yang menyiapkan?” tanya Mine menoleh ke arah Sean.
“Kenapa memangnya?” tanya Sean.
“Ini benar-benar indah sekali,” seru Mine begitu terpesona. Belum lagi banyak sekali tanaman bunga indah di sana.
“Aku senang kamu menyukainya,” seru Sean berjalan menuju meja yang berada di sudut ruangan. Ternyata di sana sudah tertata makanan juga minuman dan dessert untuk mereka berdua nikmati. Sean benar-benar tidak ingin ada orang lain lagi di sini selain mereka berdua. Sean mengambil botol anggur dan menuangkannya ke dalam gelas berkaki.
Setelahnya Sean membawa dua gelas berisi anggur merah itu dan berjalan menghampiri Mine.
“Kita mulai dengan bersulang,” seru Sean memberikan segelas anggur merah pada Mine.
Mine menerimanya dengan senang hati.
“Kita bersulang untuk anniversary pernikahan kita,” seru Mine dengan penuh semangat seraya mengacungkan gelas di tangannya.
Sean ikut mengacungkan gelasnya dan melakukan cheers, setelahnya meneka menyesapnya dengan perlahan. Merasakan rasa anggur yang nikmat dan membuat tenggorokan segar.
Setelahnya mereka pun menikmati makan malam mereka dengan tenang dan menikmati suasana di sana. Alunan music classic mengiringi makan malam mereka.
“Rasanya sangat lezat, dagingnya juga empuk,” seru Mine seraya melahap potongan daging ke dalam mulutnya.
“Aku tidak ingin membuatmu kecewa,” seru Sean menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
“Tapi ngomong-ngomong ini semua kamu yang menyiapkan?” tanya Mine.
“Kenapa kamu terus menerus menanyakan hal yang sama,” seru Sean menatap Mine dengan tajam dan itu berhasil membuat Mine terkekeh.
“Aku merasa tak yakin kalau kamu yang menyiapkan semua ini,” kekehnya.
“Memangnya kalau bukan aku, siapa lagi?” tanya Sean.
“Mungkin kamu menyuruh orang lain,” kekehnya.
“Kamu rasakan makanan yang kamu makan itu. Itu masakan aku,” seru Sean.
Oho oho oho
Mine segera meneguk air putih dalam gelasnya.
“Beneran kamu yang masak makanan mewah yang selezat ini? Bahkan makanan dari restaurant mewah bintang 5 juga kalah sama ini,” seru Mine terpana.
“Kamu terlalu memuji,” seru Sean tak menunjukkan ekspresi apapun membuat Mine tidak bisa membaca pikiran Sean.
Setelah menghabiskan makanan mereka. Sean meminta Mine untuk duduk mendampinginya di depan piano. Mine pun menurut dan duduk di samping Sean. Sean mulai menekan tuns piano hingga mengeluarkan instrument yang indah.
Mine sangat bahagia bisa menghabiskan malam indah seperti ini bersama Sean. Ia tidak menyangka Sean memiliki sisi romantic dan hangat seperti ini. Mine selalu mengira bahwa Sean pria yang tak berperasaan dank eras kepala seperti batu.
Di sana Sean mulai bernyanyi dan Mine sangat menikmatinya. Ia tersenyum menatap wajah tampan Sean dari sampingnya dengan jarak yang begitu dekat.
Akhirnya Sean menyelesaikan nyanyiannya. “Bagaimana?”
“Indah sekali. Aku tidak menyangka kamu memiliki suara yang sangat indah,” seru Mine.
“Kamu sedang mencoba merayuku?” seru Sean menaikkan sebelah alisnya.
“Memangnya kenapa,” seru Mine semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Sean. Sesekali tatapan Mine tertuju pada bibir tebal Sean yang seksi dan rasanya pasti hangat dan mampu membakar gairah Mine.
Mine ingin mencium Sean, tetapi ia menahannya. Sean yang menyadari keinginan Mine pun perlahan mendekatkan wajahnya pada Mine dan tangannya menyentuh leher jenjang Mine yang terekspos jelas. Sean mencium bibir Mine membuat Mine memejamkan matanya. Ia mencium bibir Mine dengan lembut dan perlahan. Setelah di rasa cukup Sean menarik dirinya menjauh dari Mine, tetapi siapa sangka Mine merasa tak puas dan langsung memeluk leher Sean dan menahan kepala Sean supaya tak menghindar. Mine langsung mencium Sean kembali dan berusaha memainkan permainan lidahnya yang ternyata tak bisa dan malah kacau, membuat Mine merasa malu. Saat Mine menghentikan gerakannya, Sean yang kini memimpin dan memangut bibir Mine dengan menekan kepala Mine supaya ciuman mereka semakin dalam.
Mine mulai melenguh panjang kala tangan Sean tak tinggal diam.
Dalam posisi masih berciuman, Sean berdiri dan menggendong Mine. Mine melingkarkan kedua tangan dan kakinya di tubuh Sean. Mine juga seakan tak ingin lepas dari Sean.
Sean berjalan perlahan menuju ranjang yang tersedia di sana. Saat kakinya sudah menyentuh sisi ranjang, Sean menjatuhkan tubuh Mine di sana hingga ciuman mereka terlepas.
“Kamu sudah tak sabar,” seru Sean membuat wajah Mine malu.
Sean melepaskan jas yang ia pakai dan melepaskan kemejanya juga. Setelahnya Sean dan Mine sama-sama merebahkan tubuh mereka di atas ranjang dengan posisi Sean di atas Mine.
***
Bab 10
Pagi ini Mine bersama Sean mendatangi Mia di hotel yang sudah di pesankan oleh Sean. Mereka berdua berjalan memasuki lift menuju lantai tertentu dimana kamar Mia berada.
“Pekerjaan apa yang akan kamu berikan pada Mia?” tanya Sean.
“Entahlah. Aku harus bertemu dengan dia dulu dan membaca karakternya, pekerjaan apa yang cocok untuknya,” seru Mine.
“Oke.”
Mereka keluar dari dalam lift dan berjalan menuju kamar nomor 1120. Dan kini mereka sudah berdiri di depan pintu nomor tersebut. Sean pun mengetuk pintunya dan tak menunggu lama pintu langsung di buka.
“Tuan Sean!” seru Mia terlihat bahagia. Ekspresi berbinar bahagia itu tertangkap oleh Mine dimana Mia belum menyadari kehadirannya.
“Mia, ini Jasmine, my wife,” seru Sean dan barulah Mia menyadari kehadiran Mine saat Sean merengkuh pinggang Mine. Dan Mine mampu menangkap perubahan ekspresi Mia yang menjadi redup saat itu juga.
“Emm, saya Narmia.”
“Apa kita hanya akan berbicara di luar seperti ini?” tanya Mine dengan nada sinis.
“Emm silahkan masuk,” seru Mia memberikan ruang untuk mereka berdua masuk ke dalam ruangan.
Sean dan Mine pun masuk ke dalam kamar hotel. Mine melihat hotel itu, dimana Sean memesankan president suite untuk Mia. Benar-benar membuang-buang uang pikir Mine. Entah kenapa saat menangkap ekspresi Mia tadi saat melihat Sean dan langsung berubah saat menyadari kehadirannya membuat Mine kesal. Ia tau Mia memiliki perasaan lebih pada Sean. Dan mengetahui itu, rasanya Mine ingin menendang Mia pergi dari sini.
“Mine, kamu kenapa?” seru Sean menyadarkan lamunan Mine.
Mine menoleh ke arah Sean. “Aku tidak apa-apa.”
Mia menyuguhkan dua gelas kopi yang ia buat dari mesin kopi yang tersedia di sana.
“Aku hanya bisa siapkan ini,” seru Mia dan mengambil duduk di atas sofa tepat di hadapan Sean dan Mine.
“Bagaimana selama dua hari ini, kamu tidak kesulitan bukan?” tanya Sean.
“Tidak Tuan. Saya merasa nyaman di sini,” seru Mia terus menatap ke wajah Sean.
“Mia, skill apa yang kamu miliki?” tanya Mine tanpa basa basi.
“Emm saya tidak memiliki keahlian apapun. Tapi saya akan berusaha bekerja sebaik mungkin, Nyonya,” seru Mia.
Mine terdiam sesaat. Kemudian ia menyerahkan kartu namanya pada Mia.
“Besok datanglah ke alamat ini jam 8 pagi. Katakan saja kalau kau sudah membuat janji denganku,” seru Jasmine.
Mia mengambil kartu nama itu dan membacanya. “Tapi saya belum tau daerah sini. Saya takut nyasar,” seru Mia melihat ke arah Sean yang hanya diam saja.
“Kemarin kamu dari bandara ke sini tidak nyasar,” seru Mine membuat Mia terdiam.
“Kamu pesan saja taxi online seperti kemarin dan berikan kartu nama itu,” seru Sean membuat Mia terdiam dan menganggukkan kepalanya.
“Emm tapi saya belum punya pakaian kerja. Saya tidak tau harus memakai pakaian apa besok,” seru Mia kembali melihat ke arah Sean dengan tatapan memelas.
Mine menghela nafasnya dan rasanya ingin mencongkel mata Mia. “Kamu pakai saja dulu pakaian yang kamu punya. Besok sekretarisku akan menyiapkan keperluanmu,” seru Mine.
“Kamu punya handphone?” tanya Mine.
“Ada. Tuan Sean membelikannya saat kami di Brazil,” seru Mia.
“Baiklah.”
Tak ingin berlama-lama, Sean dan Jasmine pun pergi meninggalkan kamar hotel Mia. Dan kini mereka sudah berada di dalam mobil yang berada di parkiran basement.
“Wanita seperti itu yang kamu tolong,” seru Mine dengan nada sinis.
“Kenapa memangnya?” tanya Sean menyetir mobil meninggalkan area itu.
“Jelas sekali dia ada maksud tertentu. Dia juga menyukai kamu, kamu gak sadar emang?” tanya Mine.
“Memang apa urusannya denganku. Aku hanya niat menolong bukan mencari simpanan,” jawab Sean dengan santai membuat Mine kesal.
“Pokoknya sekarang Mia urusanku. Kamu gak boleh menghubunginya lagi atau ada bertemu dengannya diam-diam di belakangku,” seru Mine.
“Kamu cemburu?” tanya Sean.
“Kalau iya kenapa? Harusnya kamu lebih menjaga perasaanku,” seru Mine.
“Aku kan tidak gimana-gimana. Sejak tadi aku diam saja,” seru Sean.
“Tetap saja, melihat cara natap dia ke kamu itu bikin aku kesal,” seru Mine.
“Udah jangan marah-marah,” seru Sean mengambil tangan Mine dan menggenggamnya dan itu mampu meredakan kekesalan Mine. Ia pun hanya bisa tersenyum.
“Kita kemana sekarang?” tanya Sean.
“Kita makan siang dulu saja,” seru Mine.
“Oke.”
***
Keesokan harinya Mia mendatangi kantor Mine. Ia sangat takjub dengan kantor yang begitu tinggi besar dan sangat mewah. Ia yakin perusahaan ini bukanlah perusahaan biasa.
‘Ternyata istri Sean itu bukan dari kalangan biasa. Apalagi di sini jabatannya sebagai direktur utama. Benar-benar orang kaya,’ batin Mia.
“Permisi, saya Narmia. Saya mau bertemu dengan Mrs. Jasmine. Saya sudah membuat janji dengan beliau. Beliau meminta saya datang pukul 8,” seru Mia.
“Baiklah, mohon tunggu sebentar,” jawab receptionist itu menghubungi sekretaris Mine.
“Baiklah.” Jawab receptionist itu menutup sambungan telponnya.
“Nona Mia, anda bisa langsung ke atas lantai 18. Liftnya berada di ujung jalan ini,” seru receptionist itu memberitahukan arahnya.
“Terima kasih,” seru Mia berjalan menuju lift itu.
Mia pun sampai di ruangan Mine dan sekretaris Mine mengantarkan Mia ke dalam.
“Kalian duduklah,” seru Jasmine membuat sekretarisnya dan juga Mia duduk di kursi yang ada di hadapan Mine.
“Rachel,” panggil Mine pada sekretarisnya yang bernama Rachel. “Ini Narmia, mulai hari ini dan ke depannya dia akan menjadi asistenmu dan membantu pekerjaanmu. Kamu ajari dia beberapa pekerjaan.”
“Baik Miss,” jawab Rachel.
“Dan antar dia ke pusat perbelanjaan. Belikan beberapa setelan pakaian kerja untuknya, sepatu juga tas,” seru Mine.
“Dan Narmia, sore nanti kamu akan cek out dari hotel. Aku sudah menyiapkan apartement untukmu di dekat kantor. Apartement itu memang khusus karyawan di perusahaan ini yang tidak memiliki tempat tinggal. Rachel pun tinggal di sana, nanti Rachel yang akan mengurus perpindahanmu,” seru Mine.
“Baik Bu.”
“Kalau begitu kalian boleh keluar. Dan mulai ajarkan dia beberapa pekerjaan,” seru Mine.
“Baik.”
Rachel dan Mia pun keluar dari ruangan Mine. Mine pun kembali pada pekerjaannya.
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
