The Hunter Game

2
0
Deskripsi

Baru-baru ini, sebuah apk game bernama "The Hunter games" menghebohkan seluruh dunia, membuat banyak warga di seluruh dunia mencoba mengunakan aplikasi tersebut.

Game yang memiliki keuntungan yang sangat besar, dan bisa membuat seseorang kaya dalam waktu singkat.

Suatu hari, seorang remaja mendapatkan undangan game dari temannya.

Tapi, tanpa diketahui dia malah terjebak didalam permainan itu.

.
.
.


Ide murni dari pemikiran saya

"Akhir-akhir ini sebuah aplikasi game sangat terkenal dimana aplikasi tersebut mengubah mereka menjadi kaya raya. aplikasi game tersebut bernama the Hunter Games… .... banyak yang memainkan nya, dari kalangan muda maupun tua, tapi..." ucap seorang yutubers wanita.

"Hai Rudolf, sedang apa?" tanya seorang remaja mengagetkan sahabatnya yang sedang menonton yutub.

"Ark... ini sedang menglihat yutub, tentang aplikasi yang menghebohkan seluruh dunia, Leo," jawab sahabatnya yang bernama Rudolf Agung Sentosa.

"Wah, aplikasi game itu, bukan?" tanya sahabat Rudolf yang dipanggil Leo, mendadak heboh sendiri sambil menggebrak meja Rudolf.

"Iya, dan jangan gebrak mejaku seperti itu, dan mengapa kamu jadi heboh sendiri?" jawab dan tanya Rudolf bingung dengan tingkah dari sahabat nya itu.

"Jadi gini, akuuu...," ucap Leo mengantungkan kata-katanya sambil tersenyum menandakan ada hal yang mengejutkan.

"Hm?"

Rudolf tidak terlalu memperdulikan sahabatnya tersebut, dia lebih memilih membuka dan membaca sebuah buku yang berada diatas mejanya.

"Rudolf, dengarkan aku sebentar... kamu tidak suka aku berbicara?" tanya Leo memasang wajah sedih didepan sahabatnya.

Leo duduk di bangku yang berada didepan Rudolf, sedangkan Rudolf duduk di bangku paling belakang dan dekat dengan jendela luar.

"Aku mendengarkan," ucap Rudolf singkat sambil fokus membaca buku.

"Hm, baiklah... aku punya—"

Kriiiiiiiiing....

Bel berbunyi memotong pembicaraan Rudolf dan Leo. Dan seorang guru matematika beserta siswa lain ikut masuk kedalam kelas.

"Nanti kita sambung pembicaraan ini kembali," ucap Leo lalu berbalik dan duduk menikmati pembelajaran.

"Hm."

Rudolf hanya mengangguk tanpa mempedulikan Leo, dan pelajaran Matematika pun dimulai.

-------------
 

 

Setelah pelajaran Matematika berakhir. Mereka sekarang sedang berada di kantin, karena ini sedang jam istirahat pertama.


 


-- Kantin di Dream high school --

"Rudolf, kamu harus dengar ini," ucap Leo sambil membuntuti Rudolf dari belakang layaknya anak ayam yang mengikuti induknya.

"Hm?" Rudolf tidak merasa terganggu dengan Leo, sahabat masa kecilnya. Namun, dia merasa terganggu dengan Leo yang memaksanya untuk mendengarkan sesaat informasi yang digantung begitu saja (seperti perasaan ayang, Bts~).

"Rudolf, dengaaaar...," ucap memoho Leo sambil mengambil makanan disana.

"Apa sih, Leo?" tanya Rudolf sedikit emosi, tangan kanannya tetap santai mengambil makanan disana.

"Ini loh, ini," jawab Leo sambil menunjuk Handphone yang berada ditangan kirinya.

"Terus?" tanya Rudolf lagi masih bingung dengan arah pembicaraan ini.

"Ini apa?" tanya Leo tanpa sadar layar di handphone nya sudah lama mati.

"Handphone?" jawab Rudolf ragu dan menoleh mencari bangku kosong.

"Bukan itu, isssh," geram Leo menyusul Rudolf yang sudah mulai menjauh.

"Terus apa? please jangan membuat pembicaraan ini berbelit-belit, Leo," ucap Rudolf menekan kata 'Leo'.

Leo terdiam sesaat sambil mencerna kata-kata dari Rudolf, yah... Rudolf benar. Pembicaraan ini terlalu berbelit-belit.

"Jadi gini, aku punya kabar mengejutkan untukmu, ak-"

"Jika ini kembali berbelit-belit, lebih baik aku tidak perlu mendengarkan nya," potong Rudolf segera.

Rudolf sudah terlalu lelah dengan Leo, tapi rasa penasarannya membuat dia tetap bersedia mendengarkan Leo hingga akhir.

"Baiklah, aku tidak akan berbelit-belit lagi... intinya, aku punya kabar dimana...." Leo mengantungkan kata-katanya sambil memainkan, ralat mengutak-atik handphone nya.

"Dimana?" tanya Rudolf penasaran sambil menyantap makanan yang dibawanya tadi.

"Nah, ketemu."

Rudolf terkejut dengan ucapan Leo barusan, membuat dia sedikit tersedak. Rudolf menoleh ke arah Leo lebih tepatnya memperhatikan handphone yang berada ditangan Leo.

"Link?" tanya Rudolf dengan wajah sangat bingung tapi tetap fokus memakan makanan nya.

"Yes," jawab Leo bangga dengan diri sendiri.

"Ada apa dengan Link tersebut?" tanya Rudolf membuat Leo yang awalnya membanggakan diri sendiri mendadak kecewa.

"Kamu tidak tau link, ini?" Bukannya menjawab pertanyaan Rudolf, Leo malah menanyakan pertanyaan lain kepada Rudolf.

Rudolf yang ditanya hanya menggeleng dengan wajah polos, lagi pula ini baru pertama kali dirinya menglihat link tersebut, yang menurutnya sangat aneh.
 


 

"Yah, kamu kudet banget, sih," ejek Leo menekan kata 'kudet' atau kepanjangan dari kurang update.
 


 

"Apa kamu bilang?" marah Rudolf dan memilih tidak memperdulikan Leo.
 


 

"Yah, marah... Maaf Rudolf, ini Leo hanya ingin bilang kalau ini tuh link game," jelas Leo sedikit meniru suara anak kecil.
 


 

"Link Game?" tanya Rudolf mulai tertarik dengan informasi dari Leo.
 


 

"Iyessss, link gim terkenal itu, game hi.... Hu... Apa yaa?" tanya Leo balik sedikit panik karena lupa akan nama game tersebut.
 


 

"The Hunter Games?" tebak Rudolf sedikit memiringkan kepalanya.
 


 

"Yes, itu." Leo heboh sendiri dan menggebrak meja serta memancing perhatian siswa maupun siswi yang ada di kantin tersebut.
 


 

Bruk....
 


 

Rudolf memukul kepala Leo karena kehebohan yang diciptakan oleh sahabatnya itu, ingin sekali Rudolf mengubur hidup-hidup manusia didepannya ini.
 


 

"Jangan heboh, Leo," ancam Rudolf sambil melihat sekeliling
 


 

"Hehehehe."

"Jadi?" tanya Rudolf bingung dan curiga akan maksud lain dari Leo.


"Aku ingin kamu memainkannya, bagaimana?"

"Aku tidak tertarik, Leo."

"Yah, ayolah, begini saja, aku kirim dan—"

Perkataan Leo terpotong dan mereka segera menuju ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran.


 


-- Leo --

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan