
'Ada helm?'
Seina melirik chat dari Levi saat tengah mengenakan lotion.
'Ada. Helm standart Om.' Seina segera membalas sambil mengirimkan foto helm pemberian Gion di sudut kamarnya.
'Hmm, nggak cocok. Saya bawain aja. Kamu siap-siap ya. Saya mau otw.'
'Siap! Hati-hati om pacar!!💋' Seina melempar ponselnya ke atas ranjang kemudian mengamati tubuh telanjangnya di cermin.
Sambil memainkan rambut, Seina mengagumi sepasang payudara yang terlihat bulat dan penuh. Ia beralih menatap deretan bra di atas ranjang...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
IRRESISTIBLE - Bab 30
4
0
Sebenernya saya paling suka Kungfu Hustle. Sudah nonton puluhan kali, termasuk yang diputer di TV, tapi nggak bosen. Levi tersenyum sekilas saat menampilkan aneka film di layar. Jadi mau nonton film apa? Apa Netflix aja? Atau mau karaoke? Ruangan ini multifungsi. Bisa buat zoom meeting juga. Presentasi juga oke, for your information. Jadi kita nonton aja? Levi melirik Seina yang tampak terbengong-bengong menatap layar.Di mana ya speakernya? Ini kayak, bioskop sungguhan. Baru sadar, dari tadi nggak liat speaker. Seina tidak mengindahkan pertanyaan Levi dan tenggelam dalam rasa penasarannya
Bagaimanapun juga, semua ini terlalu sultan baginya.Speakernya, di balik layar. Di belakang sana. Levi menunjuk layar besar di hadapannya.Woaa... Seina menatap kagum. Om pasti, anak orang kaya. Kalimat itu tercetus begitu saja dari bibirnya. Seina terlambat menyadari, ucapannya barusan terdengar begitu bodoh. Tentu saja Levi kaya raya, tanpa perlu diperjelas seperti tadi.Levi hanya bisa menahan senyuman geli di wajahnya.Hmm kita nonton aja. Seina kembali memusatkan perhatian pada layar besar di hadapan mereka.Setelah proses memilih selama sepuluh menit, Seina menjatuhkan pilihan pada film berjudul Me Before You sebagai tontonan mereka. Ia mengira itu adalah film romantis dengan banyak adegan percintaan yang menggebu-gebu. Memang sesuai dugaannya, walau sedikit meleset. Film yang menurut Seina cukup manis itu juga membuatnya banjir air mata di akhir cerita.Kenapa? Kamu nyesel ternyata film-nya nggak banyak kissing scene sama adegan ranjang? goda Levi sambil menyodorkan sekotak tisu.Om! Seina mendorong kesal bahu Levi sambil tetap menangis sesenggukan. Bagaimana hatinya tidak patah, Will yang diceritakan terpaksa menjadi disabilitas karena kecelakaan, tetap memilih untuk bunuh diri dan mengakhiri hidupnya yang menyedihkan, meski telah jatuh cinta terhadap Lou, yang selama enam bulan bekerja sebagai perawat pribadinya. Om, nggak tahu gimana rasanya jadi Lou. Sediiih.... Seina mengusap air matanya dengan selembar tisu.Tapi kan di ending dia kaya raya udah dikasih akses ke bank account sama Will. Udahlah itu cuma film. Levi mengusap kepala Seina agar gadis itu berhenti menangis.Pasti Will putus asa sampai milih bunuh diri. Seina masih menangisi keputusan Will.Karena dia ganteng dan kaya aja kamu jadi sedih. Kalau dia jelek kamu nggak bakalan peduli, seloroh Levi.Om! Nggak menghayati film-nya banget sih! Seina tuh sedih!Buat saya itu ending yang realistis Seina. Happy ending buat Will. Dia lumpuh lho, seumur hidup. Dia memang pingin mati dan alasan dia kuat.Jadi Om dukung dia bunuh diri?Nggak gitu... Om ganteng dan normal! Om nggak bakal tahu rasanya jadi Will yang pingin bunuh diri! Nggak tahu juga gimana sedihnya Lou ditinggal Will! Coba bayangin gimana perasaan papa mamanya Will! Mereka kuat banget... Seina mengusap air matanya yang berjatuhan.Levi otomatis mengangkat kedua alis. Kedua matanya mengerjap beberapa kali, hanya untuk mengusir perasaan tidak nyaman yang mendadak singgah.Faktanya, ada orang yang kelihatan normal dan baik-baik aja juga pingin bunuh diri Seina. Levi menghela napas panjang. Tapi pada akhirnya mereka milih bertahan, walau ada juga yang nyerah. Makanya Om bilang, Will punya alasan kuat buat nyerah.Tatapan Levi menerawang dan ia kembali mengingat isak tangis ayahnya bertahun-tahun yang lalu.Jangan pergi duluan Levi. Papa nggak kuat. Biar papa duluan yang pergi. Papa nggak akan kuat kamu tinggal... Seina menatap Levi yang menjadi lebih serius. Om? ia menyentuh pelan lengan Levi yang tiba-tiba melamun.Tenang. Saya nggak akan bunuh diri, jadi stop nangis. Itu yang mati Will, bukan pacar kamu. Levi yang segera tersadar sengaja mengurai senyum sebelum kembali mengusap pucuk kepala Seina.Ih Om! Om juga nggak punya alasan buat bunuh diri! Hidup Om udah sempurna!Dari mana kamu tahu hidup saya sempurna? Levi menatap geli.Lihat semua ini, Om. Om punya mini theater di rumah. Om punya Harley, dan segalanya. Om ganteng banget dan nyaris sempurna. Karir juga oke. Apa yang kurang? Jangan-jangan Om juga punya pesawat pribadi. Seina melihat senyuman di wajah Levi. Mungkin aja Om sekaya Neason family yang punya pesawat dan kapal pesiar pribadi. Seina pernah liat salah satu anaknya masuk TV. Gokil. Bahkan di rumahnya ada helipad.Levi perlahan memalingkan wajahnya dan menelan ludah. Rasanya, memang hanya kebetulan Seina menyebut nama keluarga itu. Siapa yang tidak tahu Neason? Mungkin yang dimaksud Seina adalah Bryan, yang memang beberapa kali pernah diliput oleh televisi.Saya nggak sekaya itu. Kalo saya sekaya itu, saya nggak kerja. Levi memaksakan senyuman di wajahnya.Seina mengamati Levi yang mendadak sedikit menjauh darinya. Apa pembicaraan ini membuat Levi merasa tidak nyaman? Apa mulutnya terlalu lancang? Tapi ketimbang pertanyaan yang baru saja muncul di kepalanya, sedari tadi ada hal lain yang sedikit mengganggunya.Selama film berlangsung, sesekali Levi terlihat membalas pesan di ponselnya. Entah berbalas pesan dengan siapa. Seina sedikit cemburu, melihat senyuman singkat Levi di sela membalas pesan. Apa perempuan lain yang membuat pacarnya tersenyum?
_____________
Kini mereka sedang duduk berdua di bangku taman belakang di dekat kolam renang. Sesekali Seina menatap ke arah deretan pintu kaca, di mana ia bisa melihat private chef yang sengaja didatangkan oleh Levi, sedang menyiapkan menu makan malam mereka.Seina baru menyadari ada yang janggal di rumah ini. Sedari tadi ia tidak melihat meja makan. Seina hanya melihat dapur dan mini bar.Om, Seina baru sadar kayaknya di sini nggak ada meja makan? Di apart Om juga seinget Seina nggak ada meja makan kan? Seina menatap Levi yang langsung meletakkan ponselnya.Kamu jeli juga. Levi tersenyum singkat. Saya cuma sendirian. Buat apa meja makan?Oh... Seina manggut-manggut walau jawaban Levi terasa begitu janggal. Kalau temen-temen Om ke rumah gimana?Saya udah jarang ngundang temen-temen ke tempat saya. Kalau ada acara saya lebih suka di luar. Mau makan-makan, tinggal ke kafe atau restaurant. Simple. Mau minum? Ke bar. Cuma cewek yang saya ajak ke tempat saya. Levi mengurai senyuman bengal.Idih. Wajah Seina mendadak ketus. Dari tadi bales-balesan chat sama siapa? Seina melirik ponsel Levi di atas meja.Ada deh. Kenapa?Cewek ya?Bukan.Bohong pasti cewek!Levi diam dan tersenyum geli. Sejenak mengusap dagunya. Saya rasa, saya ketuaan buat kamu.Maksud Om? Seina mengernyitkan dahi.Dilarang cemburu. Levi menatap jahil.Mana bisa? Om itu pacar Seina!Iyaa... kita pacaran. Memang. Levi mengangguk-angguk. Saya belum bilang ya, peraturan jadi pacar saya?Apa? Seina menatap tegang.Satu, dilarang cemburu. Dua, saya butuh seks. Kalau kamu nggak bisa kasih, balik ke poin satu. Tiga, saya nggak akan maksa kamu. Itu sepenuhnya keputusan kamu. Levi menutup jawabannya dengan senyum simpul.Jadi Om pacaran sama Seina tujuannya buat seks? Cuma seks?Levi terdiam sejenak sambil memperhatikan raut wajah Seina. Kamu yang ngajak saya pacaran. Kamu tahu, saya kayak gini. Apa yang kamu harapkan dari saya Seina? tanya Levi dengan nada kalem.Seina menghela napas panjang. Sepenuhnya bingung. Ini kencan pertamanya dengan Levi. Benar-benar kencan yang sesungguhnya, bukan pertemuan mendadak di jam-jam istirahat malam. Tapi ia sudah harus menerima kenyataan pahit ini?Pacar Om cuma kamu. Asal kamu tahu, sambung Levi kemudian. Cewek lain, only seks. Kamu, pacar Om.Seina semakin bingung. Jadi sebenarnya ia istimewa begitu? Namun jika ia istimewa, kenapa Levi masih meniduri perempuan lain meski hanya demi alasan untuk menyalurkan hasrat biologis?I... ini konsepnya open relationship gitu kah Om? Seina menggaruk pelan hidungnya. Jadi Seina juga boleh jalan sama cowok lain?Saya sudah pernah open relationship. Well, rumit. Levi menggaruk sisi kepalanya sejenak, mengingat hubungannya yang sudah berakhir dengan salah satu perempuan beberapa tahun yang lalu.Seina tertegun sejenak. Bukan main. Mungkin ini resikonya pacaran dengan om-om high quality dan tipikal Don Juan di kalangan wanita.Itu, sama aja kayak selingkuh? Seina mengernyitkan dahi.No Seina. Open relationship nggak sama dengan selingkuh. Open relationship itu atas persetujuan pasangan masing-masing. Dulu saya sama mantan saya, kita hampir sama. Dia itu saya versi cewek. Jadi saya ataupun dia bisa bercinta sama siapa saja, tapi no hard feelings. Only sex. Kita sudah sepakat di awal. Tapi masa iya kamu mau kayak Om? Kamu kan masih perawan. Levi mengangkat kedua alisnya.Terus? Om bisa ke mana-mana sementara Seina melongo nungguin Om gitu?Levi sudah mengira Seina akan menanyakan hal itu. Ia mengamati sejenak wajah Seina. Jujur, ada perasaan tidak rela. Levi tahu ia egois. Namun ia ingin tahu, sejauh mana batas kompromi Seina.Seina, bukan bermaksud pamer. Tapi saya termasuk gampang dapet cewek...Tahu kok! potong Seina.Tapi saya sulit dalem sama perempuan.Bibir Seina terbuka.Saya jujur di awal, ya seperti ini saya. Selama bertahun-tahun, ya saya seperti ini. Kamu bukan perempuan pertama yang protes. Tapi, kamu perempuan yang..... Levi menjeda kalimatnya sejenak. Tampak begitu sulit mengatakannya hingga membuat Seina tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari wajahnya.Yang apa Om?....... yang sulit saya tolak. Levi menutup bibirnya sejenak. Makanya, saya nggak nolak waktu kamu bilang kita pacaran. Sebenernya, saya belum ada rencana ke arah sana. Saya masih pingin have fun aja. Jadi, tolong dimaklumi.Jadi intinya, Om bebas gituan sama orang lain selama Seina nggak bisa memenuhi yang satu itu kan?Bisa dibilang begitu Seina.Seina tersenyum kecut. Sebenarnya ia tidak menyukai ide Levi. Ia bisa saja mengakhiri segalanya saat ini juga, tapi ia belum ingin kehilangan Levi. Tidak, Seina belum mampu. Ia baru saja jatuh cinta. Rasanya begitu gila dan menggebu-gebu. Dan Seina rasa, Levi juga merasakan hal yang sama. Namun yang Seina pahami, lelaki itu, terlebih di usia Levi memang sepertinya memiliki kebutuhan biologis yang harus disalurkan.Oke, silahkan kalau Om mau pake lonte. Seina mengulum senyum.Oke? Levi mengangkat kedua alis. Jadi oke?Iya, oke. Sepakat!Sepakat?
Jadi sepakat begitu saja?
Kini Levi yang merasa bingung.Kan Om tetep pacar Seina! Cuma Seina pacar sah Om Levi! Itu statusnya lebih tinggi dari lonte, atau cewek-cewek random di luar sana.Ooo gitu, gumam Levi pelan. Jadi, saya nggak pa-pa nih nakal?Nggak pa-pa! Tapi jangan pas kita kencan, jangan pas ada Seina. Dan kalo ada Seina, jangan bales chat cewek lain. Silahkan Om tiduri dia kalau Seina sudah pulang!Levi langsung menutup bibirnya dan mengusap pelan wajahnya. Gadis ini bukan main. Terus kamu? tanya Levi kemudian.Aku kenapa Om?Kamu juga jalan sama cowok lain gitu?Kenapa? Om nggak suka?Bibir Levi menggantung sejenak. Jujur saya nggak suka, jawab Levi kemudian.Kenapa?
Om bisa terima mantan Om have sex sama cowok lain, saat masih jadi pacar Om dulu. Seina juga bisa terima kalau Om gituan sama cewek lain. Terus kenapa Seina dibatas-batasi?Seina, pertama kamu bukan mantan Om. Dari awal ketemu sama dia, emang udah kayak gitu orangnya. Kedua, saya takut kamu nemu om-om yang jauh lebih keren dari saya. Levi menatap Seina dengan ekspresi memelas.Seina tak dapat menahan senyumannya. Om, Seina bukan spesialis om-om. Lagian Om Levi udah punya segalanya yang Seina pingin dari laki-laki! Kayaknya sulit tertarik sama cowok lain. Tapi, Om bisa anggap mereka semua temen Seina!Temen? Levi menatap gemas. Temen kamu, kayak yang dua cowok brengsek mau perkosa kamu itu?Eit! Ga boleh atur-atur!
Cuma suami aku, yang boleh atur Seina!Maksud kamu?Seina tersenyum geli menatap wajah bingung Levi.Seina pingin melakukan itu setelah nikah. Seina mengangkat kedua tangannya dan membuat tanda kutip dengan jemarinya. Dan setelah Seina nikah, Seina nggak akan jalan sama cowok lain. Kalau Om mau seks, mau larang-larang dan atur-atur Seina, ya Om tahu harus ngapain!Levi tak dapat menyembunyikan senyuman gelinya. Yang benar saja? Ia memijit pelan dahinya. Gadis ini bahkan tadi sengaja menempelkan payudara di punggungnya, sepanjang mereka di atas Harley.Levi yakin, Seina hanya berlagak jual mahal saja. Sedikit lagi ia sudah bisa membuat gadis itu meruntuhkan pertahanannya. Mungkin tidak langsung pada sesi percintaan yang sesungguhnya. Namun, pelan-pelan ia bisa menggiring Seina ke arah sana. Bagi Levi, itu bukan hal yang mustahil. Namun jika bisa mempersingkat waktu, kenapa tidak?Seina, kita baru kencan.... Om Levi, kita baru kenal... Kamu udah minta dinikahin?Om udah minta seks?Kamu tahu saya kayak gini. Kenapa masih mau pacaran sama saya?Kenapa Om mau?Levi menghela napas panjang, begitu juga Seina.Silahkan, sup asparagus-nya sebagai makanan pembuka. Asisten Chef meletakkan menu pertama di atas meja.Makasih. Levi mengurai senyum sebelum asisten chef itu beranjak dari tempatnya, kemudian mengembalikan atensi pada Seina yang masih setia menatapnya. Ya sudah.Ya sudah apanya Om?Ya sudah. Terserah kamu. Om cuma pesen, hati-hati.Apa Seina juga harus hati-hati sama Om? Om tahu pikiran mereka kotor.Iya, pikiran saya juga kotor. Tapi saya nggak serendah mereka. Kamu cantik, seksi, lucu, ceplas-ceplos, ceroboh. Sulit buat saya, nggak tertarik sama kamu. Saya suka kamu. Suka banget. Levi mengakui perasaannya.Seina hanya bisa terdiam saat mendengarkan pengakuan barusan. Mati-matian berusaha menyembunyikan senyuman di wajahnya. Lagipula, Laki-laki mana yang tidak berpikiran kotor? Namun imajinasi kotor Levi hanya sampai di kepala lelaki itu.Dah Om, yuk makan. Laper... Seina mengambil sendok sup di sisi mangkuknya.Tunggu. Kita belum nemu kesepakatan yang soal temen-temen cowok kamu... Nggak ada, tukas Seina cepat. Seina nggak ada cowok lain. Cuma Om Levi. Sejauh ini masih Om Levi.Bener? tanya Levi dengan penuh penekanan.Bener.Saya, saya khawatir.Iya. Cemburu juga nggak pa-pa kok.Levi tak dapat menahan senyumannya. Bagaimana Seina tahu ia bahkan sudah tidak tahan dengan perasaan cemburu, hanya dengan membayangkan Seina dekat dengan cowok lain? Levi sendiri heran. Ia pikir hatinya sudah terlatih. Tapi nyatanya, semua latihannya selama bertahun-tahun ini serasa percuma di hadapan Seina. Levi sedikit mengkhawatirkan dirinya, karena perlahan Seina melanggar batas-batas yang ia ciptakan sendiri dan mengikat hatinya semakin kuat.Pokoknya jangan bergaul sama cowok- cowok modelan kampret kayak temen-temen kamu itu. Om khawatir. Om nggak mau kamu kenapa-napa, tegasnya kemudian.Bolehnya bergaul sama om-om kampret kayak Om Levi! sahut Seina dengan mimik jahil.Saya serius.... Siap!Om beneran serius.Iya Om. Seina menjawab dengan nada patuh kemudian menyendok sup dan meniupnya perlahan, sambil memperhatikan Levi tengah melakukan hal yang sama.Kamu habis ini saya anter ke kos apa nginep? tanya Levi kemudian. Kalau kamu mau nginep, di sini ada kamar tamu kok. Kamu bisa tidur di situ, sambung Levi kemudian.Seina memainkan sendoknya sejenak di dalam mangkuk. Sejenak hatinya dilanda bimbang. Seharusnya, ia pulang ke kos pada saat kencan pertama seperti ini. Tapi hubungannya dengan Levi bukan baru saja dimulai. Mereka bahkan pernah tidur di ranjang yang sama. Lagipula, ia masih rindu. Teramat rindu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan