For💋Play - Bab 8

6
1
Deskripsi

Sepertinya kali ini ia kembali terlambat datang bulan. Mungkin ia sedang kelelahan seperti biasanya. 

Sepertinya kali ini ia kembali terlambat datang bulan. Mungkin ia sedang kelelahan seperti biasanya.

Alicia mengingat-ingat kapan jadwal terakhirnya datang bulan di tengah-tengah training online yang sedang berlangsung. Sekilas ia melirik laptopnya, sambil mengamati kalender duduknya. Saat ini sedang berlangsung diskusi yang membahas tentang private client requirements and expectations. Setelah ini mereka akan memasuki pembahasan materi mengenai diferensiasi strategi untuk bank swasta.

Sejak remaja, ia memang sudah memiliki jadwal menstruasi yang tidak teratur. Menurut dokter kandungan yang sudah sejak lama menjadi langganannya, hal itu terjadi karena hormonal, selain faktor stres dan kelelahan. Jadi setiap kali ia merasa lebih stres dari biasanya dan juga kelelahan akibat pekerjaan, sudah bisa dipastikan jadwal menstruasinya akan terlambat. Alicia pernah tidak datang bulan hingga satu bulan lebih, dan dokter kandungan memberikan obat yang membuatnya segera mendapatkan datang bulannya.

Sepertinya kali ini, Alicia harus kembali memeriksakan diri. Akan tetapi, di dokter kandungan yang berbeda karena dokter kandungan yang biasa ia datangi sudah meninggal satu tahun yang lalu. Alicia segera menghubungi klinik bersalin yang tidak jauh dengan kantornya dan membuat janji.
 

                                   ***                                                                

Siang itu bagai kiamat, saat dokter melakukan pemeriksaan USG pada rahimnya.

Alicia dinyatakan hamil.

"Hmm, Ibu eh maaf maksud saya Kak Alicia tidak merasakan gejala awal kehamilan sama sekali?" Dokter perempuan yang sedang melakukan pemeriksaan padanya bertanya dengan wajah prihatin.

Alicia hanya bisa menatap hampa. Masih kelewat shock atas kabar barusan.

"S...saya hamil?"

"Iya Bu." Dokter itu menjawab sambil menekan sedikit lebih keras pada permukaan rahimnya. "Ibu lihat, di situ judah terbentuk kantung janin."

Alicia menatap monitor dengan tegang. Ia melihat area kantung janin itu ditandai di dalam layar.

"Usia kehamilannya sudah enam minggu." Dokter di sampingnya tersenyum sekilas.

Alicia menatap hampa hasil cetakan USG di tangannya. Berwarna hitam putih dan ia melihat angka-angka yang tidak ia pahami. Sejak baru tiba kembali di kantornya hingga dua puluh menit lamanya ia masih termenung sendiri di balik meja kerjanya. Alicia bahkan belum berhasil meneteskan air mata sejak menerima pengumuman kehamilannya.

Harus gimana? Alicia meletakkan hasil cetakan USG-nya ke atas meja dan menatap nanar titik hitam kecil di rahimnya, yang kata dokter itu adalah janinnya.

Seks dengan Ricky memang bukan yang pertama baginya. Namun selama ini Alicia hanya melakukan hubungan itu dengan lelaki yang menjadi kekasih resminya. Ia tidak pernah tertarik bercinta dengan lelaki random, setampan apa pun lelaki itu. Tetapi Ricky malam itu adalah pengecualian. Alicia sadar ia telah melakukan kesalahan besar.

Tidak pernah terbayangkan olehnya, ia akan hamil. Seingatnya bahkan ia dan Ricky hanya melakukannya satu kali. Tunggu, satu kali kan? Alicia berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu hanya terjadi satu kali. Setelahnya mereka tertidur pulas hingga ia terbangun lebih dulu. Alicia tahu malam itu ia ceroboh karena tidak menggunakan kondom, akan tetapi saat itu ia memang mabuk dan tidak berpikir ke arah sana. Bahkan saat kesadarannya sudah kembali penuh, ia tidak bisa mengingat dengan jelas keseluruhan adegan ranjangnya dengan Ricky.

Hanya satu kali dan ia langsung hamil. Rasanya sungguh sial sekali.

Sedetik kemudian Alicia mengusap pelan perutnya. Entah kenapa, mendadak perasaan tidak tega menyeruak. Janin tidak berdosa ini, tentu saja tidak pantas dikaitkan dengan kesialan. Janin ini hadir akibat kecerobohannya sendiri, terpikat dengan wajah tampan yang membuatnya haus akan sentuhan lelaki.

Terus harus gimana? Sebelah tangan Alicia memangku keningnya. Mendadak, ia merasa sangat pusing.

Alicia mencoba untuk berpikir dengan lebih jernih. Pertama-tama, ia sungguh tidak siap dengan kehamilan yang tidak pernah diharapkan ini. Alicia akui ia sendiri sangat terlambat menyadarinya akibat siklus menstruasi yang selalu tidak teratur. Sejak SMA, siklus menstruasinya memang kacau. Jika ia dalam keadaan lelah, ia akan terlambat datang bulan. Jadi Alicia menganggap penyebab terlambat datang bulan kali ini karena kelelahan. Mungkin juga stres. Ia sama sekali tidak menaruh curiga bahwa sedang hamil.

Kedua, ia belum bersuami. Bagaimana ia akan menjelaskan kehamilan ini pada semua orang? Terutama, kepada ayahnya. Lalu bagaimana dengan pekerjaannya? Apa ia sanggup menerima penghakiman karena mengandung di luar pernikahan? Alicia bahkan tidak tahu bagaimana perusahaan ini akan menyikapi kehamilannya karena yang ia tahu, staf perempuan yang mengaku hamil sudah pasti telah menikah. Jelas Alicia tidak punya muka untuk mengakui kehamilannya di saat ia belum bersuami. Apa kata orang-orang? Alicia rasanya tidak sanggup menerima penghakiman pada dirinya. Akan tetapi, Alicia membutuhkan pekerjaan ini. Selama ini ia membiayai kehidupannya sendiri dari pekerjaan ini. Ia belum bersuami, tidak akan ada laki-laki yang menopang hidupnya.

Pekerjannya yang sekarang membuatnya bisa membeli mobil sendiri, merawat diri sendiri, dan juga memiliki tabungan dalam jumlah yang cukup. Tentu saja Alicia membutuhkan pekerjaan ini demi menunjang kehidupannya sehari-hari.

Alicia sampai pada kesimpulan, mempertahankan janin ini jelas bukan keputusan yang baik mengingat ia belum menikah. Jika ia memilih mempertahankan janin ini, maka ia harus berhenti bekerja demi bersembunyi dari sanksi sosial dan membesarkan anak ini seorang diri.

Tentu saja seorang diri, karena Alicia sama sekali tidak ingin meminta pertanggung jawaban Ricky. Jangankan meminta pertanggung jawaban, Alicia bahkan berniat menyembunyikan hal ini selamanya dari Ricky. Alicia tidak ingin terpaksa menikah dengan gigolo.

Hiy! Alicia segera menggeleng ngeri. 

Ricky adalah berondong peliharaan Lusy. Ricky juga berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Semua hal pada Ricky, jelas tidak akan membuat Alicia mengambil keputusan untuk meminta pertanggung jawaban pemuda itu. Lagi pula, Ricky sepertinya juga tidak mengingat kisah satu malam mereka. Jika pun Ricky mengetahui kehamilannya, belum tentu pemuda itu bersedia bertanggung jawab. Bisa-bisa ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari laki-laki yang bekerja sebagai pekerja seks komersial?

Ah enggak-enggak! Alicia menggeleng kuat sendirian.

Alicia sudah bisa membayangkan, jika ia tetap mempertahankan kehamilannya, maka ia harus berjuang membesarkan anak ini sendirian sebagai orang tua tunggal. Tapi sebelum itu, ia harus mengundurkan diri dari pekerjaannya demi menyembunyikan kehamilan tanpa suami ini. Lalu bagaimana setelah bayi ini lahir? Tentu ia harus segera kembali mencari pekerjaan demi menyambung hidup, juga membiayai anaknya. Membesarkan seorang anak, tentu saja membutuhkan biaya yang besar. Tapi sebelum berpikir ke arah sana, bagaimana dengan status sipil anak ini? Apa ia akan tercatat sebagai anak di luar pernikahan? Lalu bagaimana ia menjelaskan keadaan dirinya pada saat melamar pekerjaan baru nanti?

Apa sebaiknya banting setir memulai bisnis? Alicia sungguh tidak yakin karena selama ini cukup nyaman dengan penghasilannya yang sudah menyentuh dua digit. Alicia merasa kurang pandai dalam berbisnis. Ia pernah coba-coba terjun dalam bisnis MLM dan mengalami kerugian yang cukup besar. Setelah itu, ia kapok dengan berbagai jenis bisnis MLM.

Lalu siapa yang bisa membantunya membiayai anak ini jika ia tidak bekerja? Tabungannya jelas lama-kelamaan akan habis demi menyambung hidup.

Bagaimana dengan ayahnya? Tentu Alicia tidak ingin menjadi beban bagi lelaki itu. Ia sudah dewasa, sudah 35 tahun. Meskipun ayahnya sudah pasti akan mengerti keadaannya, tetap saja Alicia membuang jauh-jauh bayangan itu dari kepalanya.

Mendadak, kepala Alicia sangat pusing. Rasanya ia hanya menemukan jalan buntu. Sepertinya keputusan untuk mempertahankan kehamilan ini, memang keputusan yang sangat sulit.

Alicia sampai pada kesimpulan, yang membuatnya merasa takut kepada dirinya sendiri. Sepertinya, lebih mudah jika menggugurkan janin ini.

Saat hal itu terpikirkan, Alicia kembali menatap hampa cetakan hasil USG di atas mejanya. Perlahan ibu jarinya mengusap titik kecil di rahimnya.

Jika janin ini lenyap, hidupnya akan baik-baik saja. Tidak ada yang berubah dan ia tidak perlu menanggung konsekuensi perbuatannya sendirian. Ia hanya akan kehilangan janin ini dan tidak akan kehilangan seluruh kehidupannya.

Alicia kembali berpikir.

jika ia mempertahankan janin ini, ia akan kehilangan seluruh kehidupannya. Akan tetapi jika janin ini lenyap, ia akan tetap memiliki kehidupannya.

Alicia termenung selama beberapa saat dan dengan debaran di dada ia meraih ponselnya. Dengan tangan gemetaran ia mulai mengetik di laman pencarian Google.

'Cara menggugurkan kandungan.'
 

                                   *** 

                                                                 

Haruskah janin ini digugurkan?  Sudah tiga hari berlalu dan Alicia belum melakukan apa pun.

Dengan nanar Alicia menatap riwayat pencarian di laman Google-nya.

'Cara menggugurkan kandungan."

'Obat penggugur kandungan.'

'Buah nanas bagi kandungan.'

Untuk yang terakhir, ternyata hanya mitos. Buah nanas, selama dikonsumsi secara wajar dan tidak berlebihan, maka tidak akan berpengaruh buruk bagi janin. Akan tetapi, buah nanas ternyata tidak dianjurkan bagi ibu hamil yang mengidap maag karena bisa menimbulkan rasa mulas. Selain itu, dalam beberapa kasus nanas dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau diare. Untuk yang satu ini, Alicia baru membacanya setelah ia minta tolong Adji, yang tidak lain office boy di kantornya untuk membelikan buah nanas yang sudah diiris.

Alicia menatap potongan buah nanas yang telah disajikan di dalam piring. Saat ini ia hanya sendirian saja di apartemennya, akan tetapi banyak suara-suara sumbang di kepalanya.

Mungkin, untuk langkah awal ia akan menyantap sepiring buah nanas ini dan berlagak sedang tidak menyadari bahwa dirinya tengah hamil. Alicia mulai mengambil sepotong buah nanas dan mulai menggigitnya dengan pelan.

Rasa bersalah segera menyeruak. Alicia kembali menatap cetakan hasil USG yang kini ada di atas meja makannya.

Itu cuma mitos! Alicia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Lalu kenapa ia ragu memakannya? Alicia tidak bisa bohong saat ini ia ingin mitos itu menjadi sebuah pantangan dan keesokan harinya ia benar-benar keguguran. Sesungguhnya Alicia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan saat ini. Selama tiga hari, ia memikirkan hal ini sendirian dan seringnya berakhir linglung di apartemennya.

Gugurkan? Tidak? Gugurkan? Tidak?

Alicia rasa, pilihan  menyantap nanas ini lebih aman daripada mengkonsumsi pil penggugur kandungan atau pergi ke tempat praktik layanan aborsi, meski untuk hal yang terakhir ia sungguh tidak tahu di mana menemukan tempat itu. Tentu saja ia sudah mencari informasi mengenai pil penggugur kandungan di internet, meskipun tidak dijamin kebenarannya. Akan tetapi, ia sudah mencatat nama obatnya dan berniat membelinya di apotek. Menurut artikel yang ia baca, bahkan obat itu tersedia di apotik? Apa iya? Alicia ingat ia terbengong-bengong saat membaca artikel. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, yakni dengan benar-benar mendatangi apotek.

Lucunya, ia selalu menunda membeli obat penggugur kandungan itu di apotek, entah mengapa. Ia sudah berkali-kali menepikan mobilnya di depan apotek dalam perjalanan pulang dari kantor tapi selalu berakhir sama. Ia batal turun dan kabur dengan berlinang air mata. Rasanya Alicia belum pernah begitu ketakutan saat melihat apotek.

Sementara untuk informasi tempat praktik menggugurkan kandungan, Alicia juga sudah mencarinya di laman Google. Tetapi yang muncul hanya deretan artikel penggerebekan tempat praktik aborsi oleh pihak berwajib.

Alicia berhenti mengunyah saat sudah menghabiskan dua irisan buah nanas. Masih ada beberapa potong lagi, akan tetapi kepalanya keruh. Alicia menatap sekeliling dan mendadak merasa terkungkung sendirian. Ia bahkan belum menceritakan perihal kehamilan ini kepada siapa pun. Tentu saja orang pertama yang harus ia beritahukan soal ini adalah ayahnya. Lalu setelah itu, mungkin kedua sahabatnya, Frida dan Ghea. Tetapi Alicia juga tidak yakin ia punya cukup keberanian untuk mengakui kehamilannya di hadapan mereka semua. Alicia benar-benar merasa tidak punya siapa-siapa saat ini. Ia hanya bisa menelan semua kecemasannya sendiri.

Alicia rasa, ia butuh udara segar. Alicia segera mengenakan jaketnya dan membawa serta dompet juga ponselnya. Ia memutuskan berjalan-jalan sejenak di taman apartemen dan berbelanja di minimarket menara sebelah.

Udara malam itu terasa sejuk. Alicia menghela udara lebih banyak demi melegakan dadanya yang sesak. Tapi sesering apa pun ia melakukannya, ia tetap merasa terhimpit. Alicia rasa, mungkin ia butuh minuman segar. Jadi ia segera menuju minimarket menara sebelah dan melintasi jembatan kecil menuju area minimarket.

Alicia segera memasuki gerai minimarket yang lumayan lengkap itu. Ia mengambil keranjang dan memasukkan beberapa camilan. Langkahnya terhenti di depan rak yang berisi aneka produk susu. Alicia melihat kemasan susu hamil rasa cokelat.

Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.

Sebelah tangan Alicia terjulur dan ia menatap komposisi susu hamil yang tertera pada kemasan. Sebenarnya, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada janin di dalam rahimnya. Ada perasaan tidak menentu saat ia membaca komposisi pada kemasan yang ia pegang di tangan kiri. Saat ia memikirkan bagaimana cara menggugurkan kandungannya, ia merasa menjadi orang paling keji sedunia. Berbeda dengan perasaan saat ini, di mana hatinya menghangat seketika.

Janin kecil itu, pasti kini amat sangat tergantung padanya.

DHA. Entah mengapa mendadak kedua mata Alicia terasa perih saat membaca kandungan itu.

Alicia mendengar derap langkah di belakang punggungnya dan seseorang yang muncul dari arah belakang tanpa sengaja menyenggol tangannya.

"BRUK!"

Kotak susu di tangannya terjatuh.

"Eh, sorry!" Suara laki-laki itu terdengar menyesal.

Alicia bermaksud membungkuk ketika laki-laki berjaket hitam segera memungut kotak susu yang terjatuh dari tangannya.

"Maaf. Ini." Laki-laki itu mengangkat wajahnya dan mereka saling menatap dalam diam,

Tidak ada kata yang terucap, saat Alicia menatap Ricky yang memandanginya dengan bibir terbuka.

"Bu Alicia?" Kedua mata Ricky menatap kotak susu ibu hamil di tangan kanan pemuda itu. Berikutnya Alicia dapat melihat tatapan mata pemuda itu tertuju ke arah perutnya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya For💋Play - Bab 9
5
1
Dia juga tinggal di sini? Rasanya Alicia tidak ingin percaya. Saat ini, di minimarket yang biasa ia datangi, ia bertemu dengan Ricky Caraka secara kebetulan. Alicia yakin bahkan rasanya juga sulit menilai ini adalah kebetulan belaka mengingat Ricky adalah ayah dari janin yang kini ada di dalam kandungannya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan