For💋Play - Bab 6

3
1
Deskripsi

Sekali saja dalam hidupnya, Alicia tidak pernah berpikir akan melewatkan satu malam pun dengan seorang gigolo. Lagi pula penampilan Ricky tidak seperti gigolo.

Tunggu. Memangnya gigolo punya penampilan spesifik?

Sekali saja dalam hidupnya, Alicia tidak pernah berpikir akan melewatkan satu malam pun dengan seorang gigolo. Lagi pula penampilan Ricky tidak seperti gigolo.

Tunggu. Memangnya gigolo punya penampilan spesifik? Alicia selama ini hanya bisa bertahan dalam persepsi, bahwa seorang gigolo kerap muncul dalam tampilan perlente yang memamerkan otot-otot bisep. Mungkin wajah tidak terlalu tampan tapi tubuh sudah pasti atletis. Gigolo juga biasanya terlihat menemani wanita-wanita yang jauh lebih tua. Contoh di luar kisah Lusy, ia kebetulan beberapa kali melihat seorang wanita berumur di salon langganan, yang sering datang dengan supir tampannya. Tentu saja supir itu ikut menunggu di dalam salon, menjaga tas Chanel si tante sambil memainkan ponsel canggih keluaran terbaru dengan tampang bosan. Kata pemilik salon, anak si tante bersekolah di luar negeri dan pemuda tampan yang menunggui itu memang supir si tante.

Siapa sangka, lelaki fruktosa ternyata adalah gigolo kesayangan Lusy. Jika dibandingkan dengan pacar-pacar berondong Lusy sebelumnya, Ricky ini jauh dari kesan gigolo. Deretan berondong Lusy yang sebelumnya, kerap muncul dalam balutan pakaian slim fit yang memamerkan bentuk tubuh atletis. Meski tidak atletis, Ricky memang tampan dan bertubuh jangkung. Akan tetapi penampilan Ricky sungguh jauh dari kesan gigolo seperti dalam bayangan Alicia selama ini. Dalam benak Alicia terlanjur terbangun persepsi gigolo kelas elite ibu kota kerap muncul dengan penampilan kelewat metroseksual.

"Liat siapa di kontak aku." Lamunan Alicia pecah seketika saat ia melihat nama Hakim di layar ponsel Frida.

"Astaga. Jadi lo beneran kasih nomer lo ke cowok cupu itu?" Ghea yang duduk di sebelah Frida merespon dengan cengiran masam di wajah.

"Why not? Cupu-cupu gitu dia kerja di OJK. Jabatannya udah Kepala Sub Bagian. Yah memang dia nggak good looking, tapi dia good rekening!" Frida menjawab dengan tampang bangga.

"Dia kerja di OJK?" Kedua mata Ghea membelalak lebih lebar. "Wih mantep bangeeet! Mana udah Kepala Sub Bagian. Nggak pa-pa lah tampangnya tua, yang penting mapan! good future tuh!"

"Uuuuu ya dooong! Yang begini ini gue demen! Bakal gue pepet terus, nggak bakal gue lepasin!" Senyuman licik Frida mengembang pasti. "Lo masih ngejar-ngejar Dastan, si pramugara ganteng itu?" Frida melempar topik pada cowok gebetan Ghea yang paling baru.

"Eh sori kalo ngejar-ngejar. Kita cuma temen doang. Dia good sex dan gue puas lahir batin. Tapi kalau buat serius enggak laah. Gue lagi kepincut sama Dokter Vincent, nasabah gue yang dokter gigi itu. Duh kalau itu mah duda karismatik.... gue mau pasang behel ah di dia." Ghea menunjukkan giginya yang sudah tampak rapi.

"Gigi lo nggak kenapa-napa anjir. Udah rapi banget." Freya menatap heran.

"Ya biar ada alesaaan gue bisa sering-sering ketemu sama Dokter Vincent laah! Buat gaya doang kan nggak masalah." sahut Ghea sebelum menyesap minumannya dengan senyuman genit di wajah.

Seperti biasa, Alicia lebih suka mendengarkan petulangan dua sahabatnya itu dalam berburu pria. Karena dibanding kedua sahabatnya itu, ia yang paling miskin petualangan cinta.

Mereka bertiga bekerja di bank yang sama dan persahabatan mereka dimulai dari pertemanan di lingkungan kantor. Frida saat ini sudah menjabat sebagai tim leader di divisi small medium enterprise, sementara Gheya sudah menjabat sebagai kepala cabang. Mereka sudah lama tidak satu kantor akan tetapi masih awet bersahabat hingga sekarang. Ia dan Ghea seumuran, sementara Frida lebih muda satu tahun. Kesamaan visi dan misi dalam menemukan jodoh terbaik, membuat mereka awet melajang hingga pertengahan tiga puluhan.

Mereka bukannya tidak cantik. Alicia tidak bermaksud sombong, tetapi mereka semua adalah perempuan-perempuan berpenampilan menarik dengan karir cemerlang. Namun semakin bertambah usia, mereka juga semakin kritis dalam menjatuhkan pilihan. Frida dan Ghea bukannya tidak berkencan. Dibanding dirinya, mereka berdua lebih rajin tebar pesona demi menjaring lebih banyak lelaki. Kemudian mereka segera memilah deretan kenalan lelaki mereka ke dalam tiga kategori; GGS - Hiruka - ATM.

GGS adalah kategori lelaki yang menempati kasta paling bawah. Dalam kamus mereka, GGS adalah singkatan dari Ganteng Ganteng Suram. Biasanya mereka melabeli lelaki tipe mokondo ibu kota dengan sebutan ini. Bagi Frida dan Ghea, lelaki yang berani meminta split bill adalah jenis lelaki mokondo ibu kota. Lelaki golongan ini biasanya tidak sesukses mereka, tetapi memang good looking dan menawan sehingga bisa dijadikan teman jalan sesekali jika sedang tidak ada jadwal kencan dengan lelaki single lain yang lebih oke.

Ricky, sudah tentu masuk ke dalam golongan lelaki GGS. Malah Alicia yakin si Ricky itu berada di tingkatan paling bawah dari semua tingkatan lelaki mokondo ibu kota. Ricky sudah jelas matre dan menggadaikan harga diri demi lima puluh juta setiap bulannya. Tunggu, kenapa si Ricky ini harus terselip di dalam angannya? Bahkan Ricky sama sekali tidak layak masuk ke dalam radar romansanya. Alicia bertahan dengan pendirian bahwa mabuk dan bercinta semalaman di hotel murah tidak termasuk dalam perilaku romansa. Sebaliknya, itu lebih pantas disebut dengan tragedi. Gigolo jelas bukan tangkapan bagus. Alicia segera mengenyahkan bayangan Ricky yang dalam angannya meletus seperti balon.

Di atas GGS, bertengger lelaki dengan kategori Hiruka yang merupakan singkatan dari Harapan Indah Berujung Suka. Para lelaki yang berada pada kategori jenis ini, biasanya memiliki kualitas yang membuat mereka masuk dalam bahan pertimbangan untuk menjalani hubungan ke jenjang yang lebih serius. Biasanya lelaki yang masuk dalam golongan ini juga sudah bekerja. Tidak apa-apa jika belum sukses tetapi pekerja keras, tidak patriarki, tidak misoginis, open minded, bucin, rajin menabung, hormat pada orang tua, dan berbagai macam keistimewaan lain yang membuat mereka masih sangat pantas dipertimbangkan.

Di atas kategori Hiruka, bertengger lelaki dengan tahta tertinggi yang sungguh pantas diberi gelar kehormatan tersebut. Deretan lelaki idaman itu mereka masukkan ke dalam kategori lelaki ATM atau yang merupakan singkatan dari Aku Tayang Moneymu. Lelaki yang masuk dalam kategori ini, sudah tentu mapan dan loyal. Konon, tidak mudah mendapatkan lelaki dengan jenis ini karena persaingan di pasar bebas sangatlah sengit. Mereka tentu saja memiliki kenalan lelaki jenis ini. Akan tetapi lelaki jenis ATM yang mereka kenal, cenderung pilih-pilih wanita untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Sama seperti mereka, lelaki jenis ini juga menginginkan yang terbaik. Akhirnya, Frida dan Ghea yang sangat idealis dan hanya ingin menikah dengan lelaki jenis ATM, lebih sering berkencan dengan jenis lelaki di bawah itu yang  selalu tampak available.

"Lo gimana Al? Udah ada crush baru belum? Atau masih galauin Arsa?" Frida kini melempar pertanyaan kepadanya yang sedari tadi asyik menikmati pasta-nya di atas meja.

Arsa Daniswara, nama lelaki itu masih sering muncul di tengah-tengah mereka meski hubungan yang dibina selama tiga tahun sudah kandas dua tahun yang lalu. Sama seperti mereka, Arsa juga pegawai bank meski berbeda perusahaan. Ia mengenal Arsa dari salah seorang temannya. Hubungan mereka yang terjalin selama tiga tahun harus kandas begitu saja saat mantan kekasih Arsa datang kembali. Selama tiga tahun menjalin hubungan, rupanya Arsa belum melupakan mantan terdalamnya itu. Arsa memutus hubungan mereka secara sepihak demi kembali bersama mantan kekasih lelaki itu. Alicia tentu saja sangat patah hati karena ia yakin, Arsa merupakan lelaki yang akan menjadi pelabuhan cintanya. Penantiannya selama tiga tahun, tidak berarti apa-apa di mata Arsa. Padahal ia sudah diperkenalkan pada keluarga lelaki itu dan sebaliknya, ia juga sudah memperkenalkan Arsa kepada ayahnya.

"Ngapain galauin Arsa? udah suami orang juga," tukas Alicia dengan hati yang sudah benar-benar tabah. Satu tahun yang lalu, Arsa melangsungkan pernikahan dan ia tidak diundang. Alicia sebenarnya juga tidak berharap diundang. Untuk apa?

"Lo udah dua tahun jomblo. Semenjak putus dari Arsa, nggak sekali pun lo keliatan jalan sama cowok." Frida menatap prihatin.

"Jangankan jalan, crush aja nggak ada!" sahut Ghea dengan tampang penuh penghakiman, seolah memilih benar-benar sendiri tanpa kehadiran lelaki benar-benar sebuah hal yang keliru.

"Gue khawatir liat lo. Come on Al, lo harus seneng-seneng. Lo nggak harus langsung hunting laki tipe Hiruka atau ATM. Santai aja dulu, have fun sama laki modelan GGS juga kagak pa-pa!" Frida menimpali.

Nngg sebenernya sih, udah kejadian. Alicia membuat pengakuan hanya di dalam hati. Tunggu, itu kecelakaan. Itu bukan have fun. Iya sih have fun, tapi shit! masa sama gigolo? iyuuuuuh! Alicia benar-benar berperang dengan pikirannya sendiri saat ini.

Lagi pula apa gunanya? Semua sudah terjadi.

"Tapi nih ya, berdasarkan pengalaman gue, beberapa laki mokondo ibu kota tuh sebenernya tipikal orang yang fun lho!" Frida menatap Alicia dan Ghea dengan kedua mata menyala-nyala. "Mereka tuh nyenengin gitu dan yaa.. gue kenal yang bener-bener modal kenti alias batangnya tuh bener-bener bisa kasih kepuasan. Selain itu, zero." Di akhir kalimat Frida merubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin dan membuat tawa Ghea pecah begitu saja.

"Eh bener! Gue kenal juga modelan begitu dan asli dia tuh modal tampang dan batang doang. Tapi emang ekspert di kasur." Ghea menimpali sambil menepuk gemas lengan Frida.

"Iya kan? Laki tipe gitu memanfaatkan satu-satunya modal yang dia punya. Ya batang itu tadi..." Frida merendahkan nada suaranya.

Duh! Kenapa mereka bahas-bahas laki mokondo? Alicia hanya mampu membatin di dalam hati.  Diam-diam merasa tersindir. Sungguh lelaki mokondo selama ini adalah tipe lelaki yang paling ia hindari. Melirik pun tak sudi, meski luar biasa tampan. Lucunya, ia yang menciptakan istilah GGS di antara teman-temannya saking bencinya terhadap lelaki tipe ini.

"Lo trauma cowok?" Frida kini menatap prihatin.

"Gue nggak trauma, nggak. Cuma gue yaaa..... lagi pingin sendiri aja. Gue lagi males menjalin hubungan sama cowok mana pun." Alicia berusaha memberi penjelasan sebisanya.

Frida dan Ghea berakhir saling melirik dengan raut sangsi. Di antara teman-temannya, memang ia yang paling tertutup. Alicia rasa, teman-temannya tidak perlu tahu petualangan gilanya dnegan Ricky. Alicia tidak ingin bercerita dan segera ingin melupakan kisah menyedihkan itu kalau bisa. Akan tetapi tentu saja sulit, karena sepertinya ia akan sering-sering bertemu dengan Ricky. Teringat kembali pesan Lusy sebelum pamit dari hadapannya.

"Say, besok-besok Ricky yang sering ke sini buat transaksi yaaa.... dibantu yaa."

"Ssst....ssstt! Ada tante girang." Ghea berbisik dan memberi kode supaya mereka melirik ke arah meja yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Alicia segera menoleh dan mendapati wanita berumur dalam balutan pakaian formal yang duduk berdua dengan seorang pemuda tampan berpenampilan kasual.

"Mau apa Sayang?" Wanita itu bertanya pada pemuda yang duduk di hadapannya.

"Mmm.... aku ngikut Tante aja," jawab si pemuda.

Alicia segera teringat Ricky. Sementara Frida dan Ghea segera mengembalikan lirikan mata ke arahnya.

"Gue akhir-akhir ini mikir sih. Umur gue udah 35 tahun. Mau sampai kapan ya gue hunting laki?" Ghea menyesap sejenak minumannya melalui sedotan. "Jujur kadang capek flirting terus, coba jalan sama si A si B, terus ujung-ujungnya ngerasa nggak cocok lagi. Gue mulai mempertanyakan apa standar gue yang ketinggian?"

"NO!" sahut Frida dengan cepat. "Jangan turunin standar lo cuma karena lo pingin nikah. Come on, lo sukses, mandiri, gaji lo gede. Bahkan sendirian pun lo bisa hidup dengan baik. Kalo standar lo cuma laki yang di bawah lo, yang ada dia bakal nyusahin lo!"

Mereka semua terdiam.

"Kita semua tahu lah cewek setelah nikah tuh gimana. Apalagi lo pingin tetep berkarir. Lo bakal punya beban ganda. Ya masa, lo cuma mau sama laki yang nggak bisa provide lo? Kebayang dia cuma bakal santai ongkang-ongkang kaki karena lo bisa provide diri lo sendiri. Apa fungsi dia di hidup lo? Better lo sabar dan tetep hunting laki yang kualitasnya ada di atas lo. Jangan sampe after nikah lo malah lebih susah!" lanjut Frida dengan berapi-api.

Alicia hanya menyesap pelan minumannya. Mau tidak mau ia kembali mengingat hubungannya dengan Arsa dulu. Saat menjalin hubungan dengan Arsa, ia sudah menjabat setingkat asisten manajer sementara Arsa hanya staf biasa. Bisa dibilang, Arsa belum sesukses dirinya. Mantan kekasihnya itu kerap terlihat minder. Arsa bahkan sering memperingatkan dirinya agar tidak terlalu boros dalam menggunakan gaji yang ia dapatkan sendiri. Mau tidak mau, Alicia jadi menurunkan standar gaya hidupnya demi belajar menyesuaikan diri dengan Arsa karena hubungan mereka saat itu sudah lebih serius.

Akan tetapi, pada akhirnya Arsa memilih kembali pada mantan kekasihnya yang merupakan seorang sales telemarketing. Alicia tidak bermaksud memandang sebelah mata jabatan sales telemarketing. Akan tetapi memang dari segi finansial, Arsa lebih unggul daripada perempuan itu. Tentu saja Alicia sempat stalking Instagram istri Arsa yang memang tidak diprivat. Ia melihat perempuan itu sedang hamil muda dan kini tinggal di rumah kontrakan. Meski begitu, perempuan itu tampak begitu bahagia menikah dengan Arsa dan kini fokus menjadi ibu rumah tangga. Tidak ada yang salah dengan pilihan itu. Hanya saja, Alicia merasa itu bukan dirinya dan bukan impiannya.

"Gue juga mikir gitu," sahut Ghea pelan. "Tapi gue sering ngerasa capek selalu sendirian dan kesepian. Gue cuma butuh someone yang bener-bener hadir buat gue. Gue capek sama seleksi-seleksian. Gue capek apa-apa sendiri. Pingin aja gitu, capek pulang kerja ada laki yang sayang-sayang gue. Kita ngobrol santai di apartemen sambil makan malem bareng. Kadang gue mikir apa standar gue ketinggian? Gue nggak berharap sama laki GGS. Tapi gue cuma pingin nemu laki yang bisa treatment gue dengan baik. Kalaupun ada tapi nggak sesukses gue, asal dia baik kenapa nggak?"

Alicia tanpa sadar mengangguk setuju. Sebenarnya, hal itu yang dulu ia rasakan kepada Arsa. Bersama Arsa, ia menemukan kenyamanan.

"Gue takut terlalu tenggelam dalam misi nemu laki yang terbaik dan akhirnya gue tambah tua. Di saat gue udah tua, gue baru nyadar gue sudah melewatkan banyak laki-laki baik cuma demi idealisme gue akan sosok laki-laki paling perfect. Dan saat itu terjadi, gue udah merasa nggak menarik lagi secara fisik. Udah jelas minder buat hunting laki oke dan akhirnya......" Ghea kembali melirik ke meja di mana seorang tante dan pemuda sedang duduk menikmati makan malam berdua. ".... gue piara berondong."

Mereka semua kembali melirik ke arah meja itu.

"Nggak mungkin berondong itu cinta sama tuh tante. Gue yakin si tante sadar kalo tuh berondong cuma mau duitnya," sambung Ghea kemudian. "Tapi kan, si tante butuh cinta dan kasih sayang, walau semu."

"Ada nasabah gue, langganan piara berondong." Alicia turut membuka bibirnya. "Yang dia cari kepuasan seks. Emang ganteng sih berondongnya. Kata dia juga jago main,"

"Kalau yang kayak gitu gigolo nggak sih?" tanya Frida dengan raut jijik.

"Ya kebanyakan emang begitu. Mau gigolo kek, mau simpenan tante-tante, ya sama aja. Kalau udah jelas ngejar kepuasan seks, ya pasti pake gigolo. Pasti pilih yang jago main lah. Kalo gigolo kan jam terbang pasti tinggi. Buat apa piara berondong plonga-plongo? Gue takut masa depan gue begitu." Ghea menghela napas sebelum kembali menyesap minumannya.

"Ih, bersih nggak ya?" Frida menatap ngeri.

"Ya kagak tahu. Yang gue tahu gigolo-gigolo ini ada yang dipiara dalam jangka waktu lama sama si cougar mommy, jadi mainnya ya cuma sama si mommy-nya. Tapi ada juga kan yang kejar setoran, sering dipake di arisan sosialita," jawab Ghea dengan merendahkan nada suara sambil melirik ke arah tante dan si pemuda.

"Uh iya! Temen gue yang bartender pernah cerita, pas lagi ada job di private party tante-tante sosialita, eh ada gigolo nari-nari cuma pake sempak sama dasi kupu-kupu. Iyuuuh! geli!"

Bibir Alicia kini terbuka lebih lebar. Terbayang Ricky menurunkan resleting celana dengan gerakan sensual diiringi tampang nakal dan disaksikan oleh teman-teman sosialita Lusy.

Wow, pasti seksi. Eh ya Tuhan! Entah mengapa Alicia mendadak panas dingin. Alicia jadi mempertanyakan moralnya. Bisa-bisanya ia menikmati imajinasi semacam itu? Mana boleh! Perempuan harus diam dalam imajinasi anggun dan tidak boleh nakal. Kalau bisa, tidak punya nafsu sekalian. Hanya sekadar membayangkan saja, ia sudah merasa bersalah. Mendadak merasa jadi wanita paling binal karena sempat berimajinasi yang bukan-bukan. Akan tetapi kenyataannya, ia sudah terlanjur tidur dengan Ricky.

Tiba-tiba kembali terbayang saat di atas ranjang ia membantu melepas kaos Ricky dan bibirnya mengecupi dada hingga perut rata pemuda itu. Sungguh sial senyuman nakal Ricky masih tertinggal dalam ingatannya. Haduh! Alicia buru-buru memangku kening. Rasanya luar biasa malu jika mengingatnya.

Alicia kembali menghela napas panjang. Apa daya, Ricky memang gigolo. Alicia meraih ponselnya dan mulai mengetik pada aplikasi notes. Hal yang ia pikirkan saat ini, tentu saja kesehatannya. Alicia mulai mengetik, 'Buat janji med check.' 















 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya For💋Play - Bab 7
4
1
Menjadi gigolo, ternyata tidak sesederhana perkiraannya dulu. Dulu Ricky pikir, gigolo adalah pekerjaan mudah. Hanya tinggal celup-celup dan uang akan datang dengan mudah. Ricky tidak pernah membayangkan, dengan menjadi gigolo ia harus menerima dirinya disentuh kapan saja. Lelah tidak lelah, mood tidak mood, ia harus siap kapan pun si tante membutuhkannya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan