
'Al, gue mau setor dollar sama transfer. Sekalian ngurus surat kuasa.'
Alicia tersenyum tipis saat mendapatkan pesan masuk dari Lusy Wilhelmina, salah satu nasabah prioritas yang menjadi kelolaannya.
'Al, gue mau setor dollar sama transfer. Sekalian ngurus surat kuasa.'
Alicia tersenyum tipis saat mendapatkan pesan masuk dari Lusy Wilhelmina, salah satu nasabah prioritas yang menjadi kelolaannya.
'Silahkan Bu Lusy. Saya tunggu di kantor, udah lama nggak ngobrol sama Bu Lusy.' Alicia segera membalas pesan Lusy
Teringat saat kemarin siang ia bergosip dengan Erlita, yang selama ini menjadi mansur alias manusia suruhan Lusy.
Selama ini Erlita yang melakukan pencetakan mutasi rekening, setor, tarik tunai, transfer, juga pencairan cek. Singkatnya, Erlita adalah orang kepercayaan Lusy. Namun, ia mendapat informasi bahwa Lusy sedang tergila-gila dengan seorang berondong ganteng yang sudah dipacari selama enam bulanan. Sepertinya pelan-pelan Lusy ingin melibatkan berondong gantengnya dalam mengurus transaksi keuangan wanita itu.
Benar-benar berondong beruntung yang ketiban rezeki. Senyuman Alicia mengembang pelan.
"Berondong barunya emang ganteng banget sih Bu, sering dibawa ke kantor.
Nah Bu Lusy ini bucin banget sama yang ini. Kayaknya yang ini beda deh dari berondong-berondong sebelumnya," ucapan Erlita tempo hari mempertegas kebiasaan Lusy yang memang gemar berpacaran dengan berondong. Alicia sudah tidak kaget. Saat awal-awal ia menjabat sebagai priority banking manager, Lusy sudah sering membawa kekasihnya yang berusia lebih muda. Padahal saat itu Anthony Wijaya yang tidak lain suami Lusy, belum meninggal.
"Itu berondong habis dibeliin mobil. Terus sekarang mau dikasih kerjaan. Itu cowok, kerjanya cuma bergantung hidup sama Bu Lusy. Kasihan Kak Flo sama Kak Dylan." Erlita turut menyebut nama anak-anak Lusy yang semuanya masih duduk di bangku sekolah.
"Mereka bisa apa ya kan? Saya kasihan sih liatnya. Bu Lusy tuh kayak nggak mikirin perasaan anak-anaknya malah seneng-seneng sendiri sama berondong, ya walau nggak secara langsung di depan anak-anaknya. Cuma si Ricky ini sudah pernah diajak ke rumah dan dikenalin ke anak-anaknya. Duh kasihan Kak Flo sama Kak Dylan." ungkap Erlita kemarin saat sedang melakukan transfer.
Tentu saja Lusy Wilhelmina menjadi topik menarik yang tidak akan pernah habis diperbincangkan. Wanita itu masih terlihat cantik dan segar di usia yang sudah tidak muda. Lusy juga kadang tampil anggun sekaligus seksi yang kerap menuai decak kagum seluruh staf di kantor. Wanita itu kerap tampil modis dan membuat banyak perempuan bermimpi untuk memiliki banyak uang seperti Lusy.
Lusy definisi janda cantik dan kaya raya yang tahu bagaimana cara menyenangkan diri sendiri. Selain masih aktif mengurus perusahaan peninggalan mendiang suaminya, Lusy juga sukses membangun bisnisnya sendiri. Cantik, independent, dan tahu cara menghasilkan banyak uang. Kelemahan Lusy sepertinya memang hanya berondong.
Siang ini Lusy akan muncul bersama berondong barunya. Tentu saja seluruh staf di kantor ini sudah tidak sabar melihat bentukan berondong baru Lusy yang konon katanya paling tampan di antara berondong lainnya.
Bahkan Erlita sendiri mengakui, yang kali ini memang memikat sehingga membuat Bu Lusy bersikap protektif. Bu Lusy bahkan tidak suka jika berondong yang ini ditatap lebih lama oleh lawan jenis apalagi diamat-amati.
Tidak lama kemudian Alicia melihat pesan yang dikirimkan ke grup chat kantornya.
Laras CS
Perhatian, Bu Lusy mau dateng. Sesuai info dari Kak Erlita kemarin, beliau bawa berondongnya yang tamvan ituuuh.
Bagus Security.
Kapan sih Bu Lusy ngelirik saya? Saya juga berondong. Saya mau lho nyatpam beliau 24 jam 🤑
Bagus, security-nya yang masih berusia 28 tahun itu memang masih jomblo dan kerap gagal dalam urusan asmara. Bukan karena Bagus tidak tampan, Bagus bahkan berwajah lumayan seperti semua staf di sini yang memang enak dilihat. Ini adalah outlet prioritas. Tentu saja semua staf di sini mulai dari satpam hingga dirinya berpenampilan menarik demi memanjakan mata nasabah. Bahkan Adji yang seorang office boy saja juga berpenampilan enak dilihat dan kerap mendapatkan pujian para nasabah karena berwajah lumayan.
Pak Tono Driver
Muka lo benerin dulu Gus. Bu Lusy suka berondong spek muka malaikat surga, bukan muka-muka tukang gali kubur kayak lo...
Pak Tono, supir bertubuh tegap yang kerap tampil dalam seragam safari tidak pernah lelah mematahkan impian Bagus. Pak Tono juga termasuk enak dilihat. Banyak yang bilang, sekilas potongan Pak Tono seperi paspampres. Pokoknya, gagah.
Adji OB
Saya juga mau daftar jadi berondongnya Bu Lusy. Kata emak muka saya agak ganteng pantes jadi artis FTV.
Pak Tono Driver
Menyesali umur yang sudah 45, dan sudah beristri juga beranak ☹️ coba saya berondong, mau ikut daftar.
Evan PB Asisten
Gue juga berondong. Padahal gue sering senyum di depan Bu Lusy kok gak dilirik haissssh. Udah rajin nge-gym juga.
Kinanti PB Asisten
Lo kek boti Van, sorry 😌
Evan PB Asisten
Boti sebelah mana anjirrrr😒
Evan yang kini sudah semakin kekar dan bertubuh atletis hasil sering berlatih di gym, tentu tidak terima dibilang mirip boti. Apalagi Evan sengaja membuat seragamnya slim fit demi memamerkan otot tubuhnya yang semakin terbentuk.
Amanda Teller
Kak Kinan, jangan kau hina Kak Evan kita. Kak Evan baik sering bawain jajanan. Tar Disha batal kagum lho 😔
Kinanti PB Asisten
Bah! Disha kau pasti kagum sama pantat Evan yang kenceng itu! Itu bukan buat kau! Itu buat lekong yahud di luar sana 😆😆😆
Evan PB Asisten
Eh Kinan geblek! Ini pantat seksi buat tante-tante renyah banyak duit kayak Bu Lusy biar cepet tutup target! Kau jual diri sana ke om-om buncit mumpung rok lo tuh makin naik. Sekalian lo kerek di tiang bendera itu rok pendek lo! Inget, bulan ini harus achieve 50M!
Kinanti PB Asisten
Boti😌
Disha Teller
Masa Kak Evan yang gagah dibilang boti siiii kagak terima gue 😭😭😭😭 cari dana dengan cara baik-baik ya Kak Evan. Soalnya kalau dana tercapai Kak Evan juga nggak auto rich, yang rich bank kita. Jadi sia-sia atuh jual diri demi target. Mending lamar Disha aja dah lah.
Pak Tono Driver
Boti? Boti itu apa?
Alicia diam-diam tertawa sendiri di ruangannya saat melihat obrolan di grup chat kantornya. Beginilah mereka saat bercanda di sela-sela jam kerja.
Evan Galih Pratama, asisten manajernya yang berusia 29 tahun itu sering ribut dengan Kinanti Alindra, wanita 30 tahun yang juga asisten manajernya. Selain saling berkompetisi, mereka berdua juga sering saling meledek. Tidak ada percikan asmara meski mereka berdua sama-sama single.
Meski begitu, Evan merupakan kesayangan Disha, Laras, dan Amanda, para frontliner yang sering mendapatkan makanan dan minuman gratis dari Evan. Kebetulan semua orang di kantor ini belum menikah kecuali Tono.
'Inget pesen Kak Erlita. Jangan ditatap lama-lama ya berondongnya, khususnya lawan jenis.'
Alicia menambahkan dengan senyuman tipis di wajahnya.
***
Sebenarnya Ricky paling malas diajak bertransaksi ke bank. Tetapi tentu saja ia tidak berani menolak permintaan Lusy sehingga hanya bisa menurut.
Parfum ruangan aroma perpaduan teh dan vanilla memanjakan indera penciuman begitu ia melewati pintu yang terbuka otomatis. Petugas security menyambut kedatangan mereka dengan luar biasa ramah saat sepatunya menginjak karpet.
"Selamat pagi Bu Lusy, Kak Ricky," sapa Bagus dengan senyuman cerah.
Ricky sedikit terkejut saat namanya turut disebut. Ia segera membalas senyuman petugas security bernama Bagus itu. Mereka berjalan melewati lorong pendek dengan lukisan kuda berukuran besar di setiap sisi dinding sebelum sampai pada area banking hall dengan interior bernuansa klasik-modern.
Alunan musik klasik memanjakan telinga. Ricky melihat sofa besar dan aneka toples berisi makanan ringan di atas meja tamu. Sedangkan di atas bufet, terlihat deretan cangkir berwarna putih yang tertata rapi. Ricky mengikuti Lusy yang langsung duduk santai di atas sofa hitam berukuran besar.
"Selamat pagi Bu Lusy," sapa Laras dengan senyuman kelewat ramah. Ricky sempat memperhatikan name tag akrilik keemasan pada blazer gadis yang berpenampilan layaknya pramugari itu.
Laras sempat melempar senyum kepadanya, tetapi Ricky hanya melirik sekilas sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain. Apa boleh buat, Lusy pencemburu. Jadi ia harus menjaga sikapnya saat berhadapan dengan perempuan lain.
"Pagi Sayang! Minta slip dong!" jawab Lusy sambil menatap Laras yang segera sigap melayaninya.
"Baik Bu." Laras menarik laci salah satu bufet dan meletakkan beberapa lembar slip di atas meja.
"Mana manajer kamu?" tanya Lusy sambil menuliskan tanggal hari ini pada bagian paling atas slip.
"Ada di ruangannya. Bu Alicia lagi terima telepon Bu."
"Bu Lusy apa kabaaaar?" Nada sapa kelewat antusias membuat Ricky segera melirik ke arah asal suara.
Ia melihat seorang wanita muda, dengan rambut hitam panjang yang tergerai indah melangkah anggun dalam balutan dress batik sebatas lutut.
Sepersekian detik, kedua mata Ricky tak mampu berpaling dari wajah cantik paripurna wanita yang kini sedang cipika cipiki dengan Lusy. Sekilas ia mencuri pandang pada lengan putih wanita itu sebelum menurunkan kedua matanya dengan dada yang mendadak berdebar.
"Baik Sayang! Kok nggak pernah telpon gue sih?" Lusy menatap protes.
"Lho kirain Bu Lusy masih di London!" Alicia menampakkan raut wajah sangat menyesal.
"Eh, ini kenalin Ricky!" Lusy mengalihkan tatapannya pada Ricky. "Ricky Sayang, ini Alicia yang bakal bantu transaksi di bank."
"Selamat pagi Pak Ricky!" Alicia tersenyum lebar dan segera mengulurkan tangannya demi menyalami Ricky yang tampak sulit tersenyum.
"Panggil aja Mas Ricky! Dia masih 25 tahun! Jawa tulen!" tukas Lusy sambil tersenyum genit.
"Selamat pagi Mas Ricky!" Alicia meralat sapaannya dengan senyuman riang. "Saya Alicia, biasa dipanggil Al."
Ricky segera berdiri dan membalas senyuman Alicia sekilas saja sebelum menyambut uluran tangan wanita cantik yang kini berdiri di hadapannya.
Tatapan mereka terjalin sejenak saat tangan saling berjabat.
Ganteng sih. Tapi angkuh bener. Eh tapi kayak pernah liat. Di mana ya? Diam-diam Alicia menilai Ricky.
Cantik banget. Kenapa wajahnya kayak nggak asing ya? Ricky pun diam-diam bertanya di dalam hati saat sedang mencuri kecantikan Alicia dengan tatapannya.
Alicia segera melepas jabatan tangannya dan Ricky kembali duduk.
Ricky hanya menatap karpet dengan bosan saat Lusy dan Alicia mulai terlibat dalam obrolan seru di sofa sebelah sana.
Dalam hati masih menyesali, entah mengapa ia harus melakukan hal ini. Tiba-tiba saja Lusy menginginkan dirinya terlibat dalam urusan pribadi wanita itu meski perannya hanya pergi ke bank untuk melakukan transaksi.
Sebenarnya, Ricky malas.
Sesekali Ricky melirik ke arah Alicia. Ia merasa seperti pernah menemukan wajah itu. Tapi di mana ya? Ricky tidak ingat dan lagi-lagi hanya bisa mengagumi kecantikan Alicia di dalam hatinya. Apa boleh pegawai bank secantik ini?
"Eh, Ricky ini pacar gue." Lusy sedikit berbisik yang segera berbalas senyuman Alicia. "Tolong dibantu ya, kalau transaksi di sini. Dia bakal sering ke sini."
"Siaaaap." Alicia segera mengangguk.
"Tolong sekalian buatin surat kuasanya dong. Gue tinggal tanda tangan," pinta Lusy dengan nada manja seperti biasanya.
Alicia kembali mengangguk dengan senyuman di wajah.
"Eh, ada telpon." Lusy menatap ponselnya yang berbunyi. "Bentar ya. Halo?" Ia segera menjawab panggilan telepon dan beranjak pergi dari sofa. Entah membicarakan apa, sehingga menghilang sejenak dari banking hall dan berjalan menjauh menuju pintu.
Lusy kembali menatap Ricky yang sedari tadi duduk diam dengan canggung. Berondong simpanan Lusy itu tampak begitu angkuh dan dingin, juga terkesan enggan menatap orang lain.
"Maaf Mas Ricky, boleh saya pinjam KTP-nya untuk pembuatan surat kuasa?" Alicia bertanya dengan tetap mempertahankan senyuman ramah di wajah meski lagi-lagi hanya berbalas wajah datar Ricky.
Ricky mengangguk satu kali dan segera mengeluarkan KTP-nya dari dalam dompet. Ia meletakkan KTP-nya di atas meja.
Alicia segera mengambil KTP Ricky dan membaca biodata yang tertera pada kartu.
Ricky Caraka. Alicia memicingkan kedua mata. Ia seperti pernah mengenali nama ini.
Bibirnya terbuka sedikit saat melihat tahun lahir Ricky.
1998.
Seperti dejavu.
Alicia menelan ludah saat ingatannya kembali pada kejadian yang sama kurang lebih satu bulan yang lalu. Pagi itu ia tiba-tiba saja terbangun di sebuah kamar besama seorang lelaki asing dan berakhir shock berat saat memegang KTP lelaki fruktosa.
Enggak mungkin! Alicia kembali melirik wajah Ricky yang kini sedang menatap ponsel di tangan.
Sebentar! Alicia kembali membaca identitas Ricky. Mendadak kejadian di hari itu kembali terulang di kepalanya. Perkenalan mereka di bar, percintaan panas mereka, juga saat ia diam-diam meninggalkan Ricky yang telah menjelma menjadi dewa seks-nya dalam semalam.
Astaga! Iya namanya Ricky Caraka! Dia memang lelaki fruktosa! Alicia menatap tegang wajah Ricky yang masih berkonsentrasi dengan ponselnya. Wajahnya benar-benar kaku saat ini.
Bagaimana bisa? Gimana bis.....
"Al! Tolong bantu Ricky transaksi dulu sama buatin surat kuasa ya? Gue masih telponan, penting!" ucap Lusy yang tiba-tiba kembali muncul.
"I... iya, siap!" Alicia segera menyanggupi dan menemukan tatapan lurus Ricky. Alicia hanya bisa menelan ludah dan buru-buru menunduk.
Nggak. Semoga dia nggak inget! Alicia lebih menunduk demi menyembunyikan wajahnya sambil berdoa di dalam hati. Sungguh di luar dugaan, ia kembali bertemu dengan Ricky yang ia tinggalkan begitu saja di hotel.
***
Ya Tuhan itu memang dia!
Alicia sedang mengetik surat kuasa untuk Ricky di ruangannya, ketika kedua matanya kembali melirik rekaman CCTV melalui layar monitor yang berada di samping mejanya. Terlihat di layar Ricky sedang menunggunya sambil menikmati minuman dan camilan di atas meja.
Semoga dia nggak inget kejadian malem itu! Huhuhuhu! Sambil lelah membatin, Alicia segera menyahut kertas yang muncul dari mesin printer dan bergegas kembali menemui Ricky. Ada beberapa hal yang perlu ia tanyakan dan pastikan kepada Ricky, demi menjaga keamanan transaksi Lusy selaku nasabah kelolaannya.
"Mas Ricky maaf nunggu lama." Alicia tetap bersikap sopan seolah tidak terjadi apa pun. Ia duduk di kursi lain yang paling dekat dengan Ricky demi memudahkan komunikasi.
Ricky segera menurunkan ponselnya dan memberikan atensi pada Alicia. Sementara Alicia, berusaha sebisanya menghindari tatapan mata Ricky. Dalam hati masih menyimpan kekhawatiran, jika Ricky mengingat wajahnya.
"Surat kuasanya sudah selesai saya buatkan. Tolong tanda tangan di sini." Alicia menunjukkan tempat kosong agar ditandatangani oleh Ricky dan memberikan pulpen.
Ricky menerima pulpen dari tangannya dan segera membubuhkan tanda tangan. Sejenak ia melirik wajah Alicia yang terpaku menatap kertas di atas meja.
"Sori tapi, apa kita pernah ketemu?" Ricky memicingkan kedua mata. Sedari tadi ia sudah bertahan dengan rasa penasaran. Ia yakin seperti pernah bertemu dengan Alicia, tetapi entah di mana.
Alicia menelan ludah tanpa berani menatap Ricky. "Ketemu? Kayaknya nggak pernah." Alicia menarik lembaran kertas yang sudah ditandatangani oleh Ricky sambil melirik wajah pemuda itu sekilas saja.
"Oh." Ricky menekan bibirnya sejenak. "Wajah Bu Alicia kayak nggak asing."
Alicia memilih tidak menanggapi.
"Mas Ricky, ini sudah saya buatkan surat kuasa. Sudah saya tempel materai 10.000. Untuk biaya materai akan langsung kami debet dari rekening Bu Lusy." Alicia segera mengalihkan pembicaraan dan kembali pada urusan mereka yang belum selesai. "Mohon maaf sebelumnya, tapi terkait pemberian surat kuasa ini, boleh saya tahu jabatan pasti Mas Ricky di perusahaan Bu Lusy?"
Ricky menarik sedikit bibirnya. Jabatan apa? Ia bukan pegawai kepercayaan Lusy seperti Erlita. Lagipula setahunya, ia hanya diberi kuasa untuk melakukan transaksi dari rekening pribadi Lusy, bukan rekening perusahaan.
"Maaf, tapi kata tante Lusy surat kuasa itu bukan buat rekening perusahaan tapi buat rekening pribadi." Ricky menatap lurus kedua mata Alicia.
"Oh iya maaf." Alicia menyadari kesalahan pada pertanyaannya. Sejak tadi pikirannya sibuk memikirkan si lelaki fruktosa yang berakibat kurang fokus. "Iya maksud saya, Mas Ricky ini siapanya Bu Lusy?" Alicia berusaha memastikan sekali lagi.
"Kayak yang tante Lusy bilang tadi, saya pacarnya... " Senyuman kikuk Ricky mengembang perlahan. Sejenak ia lupa pesan Lusy bahwa harus bersikap datar dan tidak sering-sering tersenyum di hadapan lawan jenis. Kata Lusy, senyumannya kelewat manis hingga mungkin sanggup melelehkan hati beku diktator sekali pun.
Alicia masih sulit percaya. Hanya pacar dan sudah diberi kuasa untuk melakukan transaksi pada rekening dengan saldo miliaran rupiah. Sungguh lelaki mokondo yang beruntung.
"Maaf saya nggak bermaksud lancang, tapi saya perlu mengenali profil Mas Ricky demi keamanan transaksi Bu Lusy.... "
Ricky segera mengangguk. Ia mengerti maksud Alicia. "Sebenernya saya juga nggak mau. Tapi tante maksa. Saya juga takut. Itu semua uang dia dan jumlahnya nggak sedikit. Tapi ya itu tadi, tante maksa. Dia maunya gitu." Ricky menatap pasrah.
Sungguh sebenarnya Ricky juga tidak mengerti jalan pikiran Lusy. Tentu saja yang akan dipercayakan kepadanya bukan satu-satunya rekening Lusy. Tantenya itu bahkan juga menjadi nasabah prioritas di bank lain. Kabar baiknya, hanya rekening ini yang dipercayakan kepadanya. Akan sangat merepotkan jika ia harus mondar-mandir lintas bank seperti Erlita.
"Ooo gitu." Alicia manggut-manggut "Jadi gini Mas Ricky, walau ada surat kuasa tapi tetep nanti setiap kali transaksi saya harus konfirmasi ke Bu Lusy dulu sebagai pemberi kuasa."
"Iya." Ricky kembali mengangguk.
"Sori, barusan ada klien telpon." Lusy kembali duduk di sebelah Ricky. "Oiya sekalian deh Al, aku mau buatin deposito buat Ricky."
Ricky serta merta memandang wajah Lusy. "Deposito?" Kedua alisnya terangkat. Tidak ada pembicaraan mengenai hal ini sebelumnya. Tentu saja Ricky terkejut.
"Iya, Sayang. Biar kamu punya investasi. Al, kalo gue taruh 2,5 M buat Ricky, bakal dapet spesial rate kan?"
Bibir Alicia tertahan dan ia menemukan wajah terkejut Ricky.
"Tunggu, kenapa mendadak?" Ricky menatap bingung. Bulan lalu Lusy baru saja membelikannya mobil Jeep Compass seharga enam ratus jutaan. Dan kini wanita itu tanpa menunggu persetujuannya berniat memberikan investasi berupa deposito senilai 2,5M. Ricky merasa perlu kembali mengingatkan Lusy mengenai perjanjian di dalam kontrak, tentang pemberian yang sudah menjadi miliknya tidak boleh diminta kembali. Ricky takut Lusy melupakan poin yang satu itu.
"Nggak pa-pa Sayang, aku lagi happy aja. Udah terima aja." Lusy menepuk pelan sebelah paha Ricky yang tampak terbengong-bengong.
Entah kenapa, Alicia menekan bibirnya saat melihat sebelah tangan Lusy yang kini berada di atas paha Ricky. Sekilas terbayang kembali adegan malam itu, yang sialnya masih lekat dalam ingatan. Ia masih ingat saat membantu menarik turun celana jeans Ricky hingga melewati paha.
Aduh duh! Alicia tanpa sadar menggeleng kecil.
"Sebentar.... " Ricky terpaksa berbisik di telinga Lusy perkara poin kontrak yang mungkin wanita itu lupakan.
Sementara Alicia memilih menunduk saat melihat lirikan mata dan senyuman salah tingkah Lusy. Sekilas terbayang kembali saat ia dan Ricky mengobrol di bar. Saat itu Ricky begitu sering tersenyum dan tidak irit senyum seperti saat ini.
"Iya Sayang, aku inget! Udah ini buat kamu!" Lusy tegas pada keputusannya.
"Al, gue deposito 2,5M. Dapet spesial rate lho ya!"
"Siap! Saya ajukan dulu ya Bu. Kalo sudah ACC segera saya bukakan."
"Gue mau hari ini ! Jangan lama-lama lah!"
"Segera Bu! Saya bantu sampai tuntas! Sebentar ya Bu." Alicia tersenyum lebar.
***
Hari ini Lusy sedikit lama berada di kantornya untuk menyelesaikan beberapa transaksi. Tidak terlihat nasabah prioritas lainnya. Kantornya ini memang sehari-hari selalu sepi karena hanya nasabah-nasabah khusus yang bisa bertransaksi di sini.
Lebih seringnya Alicia dan tim-nya yang mendatangi mereka jika para nasabah kaya itu kelewat sibuk, seperti yang dilakukan Evan dan Kinanti hari ini. Kedua asisten manajer itu, sudah sejak pagi meninggalkan kantor demi janji temu dengan nasabah kelolaan mereka.
Lusy kini sedang berada di ruangannya, duduk di depan mejanya. Melalui layar monitor CCTV, Alicia sempat melihat Ricky yang sedang bertransaksi di counter teller.
"Duh gue lagi jatuh cinta berat sama dia. Bayangin, dia itu bisa memuaskan gue banget." Lusy dengan mata berbinar menceritakan kehidupan asmaranya dengan Ricky, berondong jantannya di atas ranjang.
Alicia hanya bisa menyungging senyuman dan dengan terpaksa menaruh atensi penuh. Padahal ia sama sekali tidak ingin mendengarnya. Tetapi karakter Lusy memang selalu over sharing seperti ini. Tentu saja ia harus tampak antusias demi menjaga perasaan Lusy.
"Ganteng kan berondong gue?" Lusy menatap gemas.
Alicia lagi-lagi hanya tersenyum.
"Gue tuh jarang lho disentuh laki, mulai suami gue sakit sampai dia meninggal. Kan selisih usia gue sama Pak Anthony dua puluh lima tahun. Ya ampun Sayang, gue tuh kering kerontang. Gue sempet dulu beberapa kali pacaran sama berondong saking frustasinya. Habis mau gimana lagi? Gue juga butuh perhatian dan kasih sayang. Suami gue sakit udah nggak bisa ngapa-ngapain."
"Ya ampun Bu... pasti berat banget yaa." Alicia menunjukan wajah empati.
"Tapi Ricky ini beda! Dari semua pacar berondong gue, dia yang paling top!"
Alicia hanya bisa tertegun menatap pipi kemerahan Lusy.
"Gimana yah Say? Dia tuh bisa kasih apa yang gue butuhin. Jujur nih ya, dia itu seks terhebat yang pernah gue rasain. Gue bisa dibikin nyampe berkali-kali..."
Alicia hanya bisa meringis saat mendengarkan kisah luar biasa Lusy. Mau tidak mau, terbayang kembali malamnya dengan Ricky. Sepenuhnya Alicia setuju dengan Lusy. Kedua tangan Alicia reflek memangku kedua pipinya sendiri yang kini turut panas.
Memang bukan pertama kalinya Lusy bercerita seperti ini. Sebenarnya hubungannya dengan Lusy bisa dibilang lebih dari hubungan profesional, tetapi tidak lekat seperti sahabat dekat. Namun, ia dekat dengan Lusy. Ia selalu diundang menghadiri acara ulang tahun perempuan itu. Jika ia tidak hadir, sudah pasti Lusy ngambek. Lusy juga sering menggosip mengenai teman-teman sosialitanya. Bahkan Lusy turut mengajak teman-temannya yang sudah tentu dari kalangan orang-orang berduit untuk menjadi nasabah prioritas di tempatnya. Singkatnya, hubungannya dengan Lusy teramat dekat sehingga Lusy tidak canggung bercerita sampai soal urusan ranjang seperti saat ini.
"Selama sama suami nih ya, gue tuh jarang banget orgasme Say. Sama berondong sebelumnya kadang mainnya asal. Tapi sama Ricky gue bisa selalu dapet itu. Gue ini baru ngerasain good sex life di usia yang udah nggak muda lagi! Di 40 tahun lho gue baru ngerasain seks kayak gini." Lusy mengipasi wajahnya yang memerah dengan sebelah tangan.
Tanpa sadar Alicia semakin membuka bibirnya lebar-lebar. Sepertinya memang dahsyat. Kembali terkenang saat Ricky mengguncangnya di atas ranjang hotel esek-esek seberang bar. Memang luar biasa dahsyat hingga seluruh sendi-sendinya lemas. Kewanitaannya juga sangat banjir.
Haissh sial! Alicia buru-buru menyingkirkan kenangan erotisnya dengan Ricky.
"Mana temen-temen pada bilang, gue makin seger dan awet muda. Ini rahasia ya, mereka sampai percaya produk skincare gue sehebat itu!" Lusy tertawa sekaligus menggelengkan kepala. "Padahal, yang bikin gue awet muda itu ya karena semenjak sama Ricky sering orgasme Say! Hati happy, mood juga bagus. Itu yang bikin awet muda."
Alicia mendengarkan dengan takjub. Ia juga masih ingat bagaimana saat Ricky berkali-kali membawanya pada puncak kenikmatan dengan lidah, jemari, juga tentu saja kejantanan yang kelewat gagah.
Sepertinya Ricky memang benar-benar bisa memuaskan Lusy sehingga wanita itu menjadi bucin dan bersikap loyal terhadap Ricky.
"Lo harus sering-sering orgasme Al, biar awet muda. Selain itu, tetep langganan skincare gue buat mencegah penuaan dini!"
Alicia memaksakan senyuman di wajahnya. Tentu Lusy tahu sampai saat ini ia masih betah melajang. Perempuan itu tidak pernah tahu, orgasmenya yang terakhir dengan laki-laki baru saja ia dapatkan juga dari Ricky.
"Ricky itu gue nafkahin lima puluh juta tiap bulan." Lusy tersenyum pongah. "Itu di luar jatah belanja dia ya. Dia suka gue belanjain barang branded! Itu mbak-mbak Dior sama mbak-mbak Gucci udah kenal semua sama dia."
Gila. Alicia membatin takjub. Lusy memang cougar mommy kaya raya. Menjadi cougar mommy sudah menjadi bagian dari gaya hidup wanita itu. Tentu saja di mata Alicia, deretan berondong Lusy termasuk Ricky tak ubahnya gigolo. Alicia malah sempat curiga, sebenarnya mereka semua gigolo mengingat pengakuan Lusy barusan yang sangat mengejar kepuasan batin. Untuk apa menghabiskan nominal mahal demi berondong cupu tidak berpengalaman di atas ranjang?
Tunggu. Apa berarti Ricky gigolo? Alicia mulai panik dengan pertanyaan yang terlanjur muncul di kepalanya sendiri.
"Kenal Ricky di mana sih Bu Lusy? Bisikin doong. Alicia mau juga yang kayak gitu." Alicia pura-pura tertarik demi menggali sedikit latar belakang Ricky.
"Lo main kurang jauh ah!" Tawa Lusy berderai dan membuat rasa curiga di hati Alicia semakin besar.
"Bisikin dong Bu Lusy..." Alicia tidak bergeming.
"Yang kayak Ricky mahal Say. Dia maunya lima puluh juta sebulan. Nggak mampu lah lo. Tapi kalo newbie, ati-ati ketipu. Soalnya banyak berondong cuma jual tampang tapi no skill. Malah rugi udah keluar duit. Ya jangan lo pikir, Ricky mau sama gue kalo nggak ada duit. Tapi kan yang penting kita sama-sama happy? Nggak ada yang rugi. Dia dapet duit, gue dapet dia plus kepuasan batin."
Senyuman Lusy membuat Alicia hanya bisa menatap datar. Sepertinya kini ia tahu siapa Ricky.
Malam itu, ia memang tidur dengan gigolo.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
