
Ricky baru menyadari keberadaan cincin di tangannya saat sedang buang air kecil ketika bangun tidur tadi. Tentu saja ia bertanya pada Lusy, mengenai asal-usul cincin emas yang tiba-tiba sudah tersemat di jemari manis tangan kirinya.
"Mulai sekarang kamu tunangan aku," jawab Lusy dengan senyuman main-main.
Sekali lagi Ricky menatap cincin rose gold di jemari manis tangan kirinya. Siapa sangka cincin tipis dengan desain biasa saja itu berharga dua puluh jutaan?
Mungkin harga yang sangat wajar, mengingat kata Lusy cincin ini keluaran brand terkenal dan mengandung emas 18 karat. Bukan pertama kalinya Lusy memberikan perhiasan. Namun ia jarang menggunakannya jika sedang tidak bersama dengan Lusy. Kadang hanya sesekali saat sedang tampil mengisi acara pernikahan. Selebihnya, ia simpan dan ia gunakan ketika sedang bersama Lusy. Namun cincin yang satu ini berbeda karena mengisi jemari yang biasanya kosong dan tentu saja mengundang perhatian teman-temannya karena selama ini ia tidak pernah mengenakan cincin. Untuk apa pemuda lajang sepertinya mengenakan cincin?
Namun bukan perkara lajang dan mengenakan cincin yang membuat kepala Ricky saat ini luar biasa pusing. Bukan juga tatapan teman-temannya yang sedari tadi tertuju pada jemarinya saat mereka sedang berlatih di studio. Ricky sempat menyesali, entah kenapa mata mereka semua jeli menangkap perubahan kecil pada jemarinya. Mereka hanya diam saja, meski tatapan penuh tanya terbaca jelas olehnya. Tentu saja terbaca aneh, karena selama ini ia tidak pernah mengenakan aksesoris berupa cincin. Akan tetapi bukan perkara itu yang membuat kepalanya pusing, melainkan pembicaraannya dengan Lusy tadi.
Frustasi, Ricky memantik korek api demi membakar kembali batang rokok kesekian. Jam tujuh malam, ia menyendiri di rooftop biasanya, sebelum satu jam kemudian meluncur ke lounge hotel berbintang tempat Eijaz tampil malam ini.
Ricky baru menyadari keberadaan cincin di tangannya saat sedang buang air kecil ketika bangun tidur tadi. Tentu saja ia bertanya pada Lusy, mengenai asal-usul cincin emas yang tiba-tiba sudah tersemat di jemari manis tangan kirinya.
"Mulai sekarang kamu tunangan aku," jawab Lusy dengan senyuman main-main.
"Ha? Tunangan gimana?" tanyanya saat itu dengan bingung.
"Ya kita tunangan!" tegas Lusy dengan senyuman yang semakin lebar. "Nggak usah perpanjang kontrak. Begitu kontrak selesai, aku minta kamu dari orang tua kamu."
"Hah? Serius?" Ricky menatap tak percaya.
"Why not? Aku sayang kamu. Kenapa kita nggak sama-sama terus?"
"Ta... tapi orang tua aku nggak tahu kalau aku jadi gigolo! Lagian orang tua aku juga nggak tahu aku selama ini pacaran sama siapa. Mereka bisa shock kalau tahu aku pacaran sama perempuan yang jauh lebih tua."
"Itu bisa diatur. Ya nggak mungkin aku bilang kamu gigolo! Kamu mau kan kita tunangan?" Lusy menatap tajam wajahnya.
"Jujur, aku belum kepikiran ke arah sana. Apalagi, sampai harus bawa hubungan ini ke depan orang tua," ucapnya saat itu.
"Pikirin dari sekarang. Ini kesepakatannya..." Lusy menyilangkan kaki di atas sofa, sementara ia menatap tegang dari tempatnya berdiri. "Aku bakal biayain sekolah fashion adik kamu. Aku punya link di luar negeri. Lulus kuliah, Ishana bisa magang di atelier desainer di luar negeri. Aku juga bakal kasih modal buat orang tua kamu di Surabaya. Yaa anggap aja buat bekal hari tua." Lusy tersenyum tipis sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Kamu aku kuliahin S2, terus ikut urus bisnis skincare. Begitu kamu lulus S2, aku bikin brand skincare khusus cowok, itu buat kamu kelola. Kamu tetep aku kasih uang jajan tiap bulan."
Saat itu Ricky hanya bisa membeku di tempatnya.
"Pikir lagi Ricky. Sama Tante kamu tinggal hidup. Nggak usah mikirin apa-apa. Orang tua kamu, Tante rasa pasti setuju."
"Tapi, tiba-tiba kita tunangan?" Ricky menunjukkan jari manisnya dengan tatapan panik.
"Ini masih masa kontrak. Aku bebas jadiin kamu tunangan aku. Kamu punya aku, itu perjanjiannya."
"Tapi bukan tunangan......" Bibir Ricky tertahan saat menemukan raut kesal Lusy. Tentu saja ia panik, Lusy bahkan hanya memutuskan secara sepihak dan tidak menanyakan perihal kesediaan dirinya.
"Aku anggep kamu tunangan aku. Kalau kamu lepas cincin itu, aku marah!"
"Tante, bukannya gitu. Tapi hubungan kita selama ini ya dari surat kontrak. Aku gigolo, tante klienku. Hubungan kita selama ini ya sebatas penyedia jasa dan pemakai jasa. Iya kan?" Ricky berusaha mempertegas hubungan di antara mereka karena Lusy sepertinya sudah menginginkan hubungan ini lebih dari yang seharusnya. Pertanda itu sudah ia baca sejak Lusy membawanya ke hadapan anak-anak wanita itu.
"Kamu pacar aku."
"Iya memang. Sesuai kesepakatan di surat kontrak, I'm yours. Tapi tunangan, nggak ada di dalam surat kontrak. Maaf Ricky nggak bisa terima ini." Ricky tergesa melepas cincin dari jemarinya. Tetapi Lusy beranjak turun dari sofa dan memakaikan kembali cincin itu di jemari tangannya.
"Just give me time! Tante sayang kamu! Tante pingin anggap kamu jadi tunangan Tante! Pakai itu cincin! Kamu masih terikat kontrak dan kamu wajib senengin hati Tante! Pikirin lagi tawaran Tante! Perempuan mana yang bisa kasih kamu kehidupan kayak gini Ricky? Pikir pakai otak kamu! Perempuan muda lain, bakal nuntut kamu macem-macem! Tapi aku cuma minta kamu bisa cinta sama aku. Pikir lagi Ricky! Aku bisa kasih segalanya, lebih besar dari nilai kontrak kamu!"
Cinta?
Kini Ricky berakhir meremas rambutnya sendiri dengan frustasi. Sebenarnya ia tidak terkejut karena semua sikap Lusy sudah menyiratkan rasa itu. Hanya saja Ricky tidak pernah menyangka Lusy akan menganggap perasaan itu serius. Selama ini ia memilih menutup mata dengan sikap kelewat loyal Lusy dan beranggapan semua hanya karena suasana dan akan selesai begitu kontrak berakhir.
Nggak bisa gini! Ricky berteriak dalam hati. Pertunangan bukanlah hubungan main-main dan sudah mengarah pada pernikahan. Lusy bahkan sudah berencana menemui kedua orang tuanya tanpa menunggu persetujuannya, lengkap dengan sepaket tawaran menggiurkan.
Mungkin pemuda lain akan menyambut baik tawaran Lusy, tetapi tidak dengan dirinya. Ricky rasa cukup hanya tubuh dan gairah yang ia gadaikan, tetapi bukan seumur hidupnya. Tentu saja Ricky masih menyimpan keinginan menikah sekali seumur hidup, dan wanita itu bukanlah Lusy. Ia tidak berencana menjual diri selama-lamanya meski dibeli dengan pernikahan yang menguntungkan.
Mungkin ia memang bodoh karena tidak tergiur dengan tawaran Lusy yang akan membuatnya hidup bergelimang harta dalam berbagai fasilitas mewah. Ia bahkan tidak perlu membangun bisnisnya sendiri. Lusy akan memikirkan segalanya dan ia tinggal meneruskan saja. Akan tetapi ia tidak ingin selamanya terkurung di dalam sangkar emas dan mati perlahan dengan hati yang beku. Wanita lain sudah menyeret perasaannya. Ricky hanya ingin menjalani kehidupan dengan wanita yang ia cintai, jika ia beruntung.
Wanita itu tidak lain Alicia. Rasa malu menyelinap saat mengakuinya, karena tahu dirinya amat sangat tidak layak. Apakah ia sungguh pantas? Tetapi Alicia sedang mengandung anaknya dan ia ingin sepenuhnya hadir untuk wanita itu meski Alicia tidak pernah menyambut kehadirannya. Ricky ingin tetap hadir mendampingi wanita yang diam-diam sudah ia cintai entah sejak kapan. Apakah sejak kali pertama bertemu di banking hall atau sejak ia melihat Alicia muntah-muntah? Yang jelas hatinya sudah terisi penuh oleh Alicia.
Ricky juga sudah ingin memulai kehidupan barunya. Gigolo bukanlah laki-laki yang diidam-idamkan oleh Alicia. Di kepalanya sudah terbangun rencana-rencana di masa depan dan ada Alicia juga anak mereka.
Entah bagaimana jalannya, Ricky berniat akan menanyakannya pada Alicia. Ia berencana melakukan pendekatan secara perlahan, hingga Alicia mengakui bahwa anak dalam kandungan wanita itu memanglah anaknya. Setelah itu ia akan memikirkan kembali bagaimana ke depannya. Ia akan mencari cara, supaya Alicia berkenan melihat kepadanya meski rasanya mustahil.
Bukan ini, Ricky meraba cincin pemberian Lusy dengan seluruh rasa sesal. Cuma sampai kontrak selesai. Ya, cuma sampai kontrak selesai. Ricky berusaha menenangkan dirinya sendiri mengingat Lusy telah melunasi uang kontrak dan ia masih memiliki kewajiban untuk menyelesaikan masa kontrak.
Ia tidak bisa membatalkan begitu saja perjanjian mereka, apalagi Lusy juga menyodorkan surat perjanjian yang menyatakan jika ia membatalkan kontrak sebelum tanggal kontrak berakhir, maka ia harus mengembalikan seluruh uang yang telah dibayarkan, juga seluruh hadiah dari Lusy, ditambah penalti tiga puluh persen dari nilai kontrak.
Surat perjanjian ini ia tanda tangani di hadapan pengacara pribadi Lusy dan diperbarui saat perpanjangan kontrak. Surat perjanjian itu juga memuat aturan ia dilarang menerima klien lain atau menjalin hubungan dengan wanita lain. Jika ia melanggar, maka ia harus mengembalikan kerugian material senilai uang kontrak, seluruh hadiah, dan penalti lima puluh persen dari total nilai materi yang diberikan.
Saat itu Ricky setuju saja meski dibanding para tante lain Lusy jauh lebih ketat. Baru kali ini ia menandatangani perjanjian esek-esek di hadapan pengacara segala. Akan tetapi saat itu Ricky yakin semua akan berjalan baik-baik saja hingga kontrak selesai, seperti yang biasa ia lakukan. Tidak pernah terpikirkan olehnya, ia akan menghamili seorang wanita. Juga tidak pernah terpikirkan olehnya, jika Lusy menginginkan hubungan ini lebih daripada yang seharusnya.
***
"Bu Ike kayaknya suka Pak Nathan deh..." Nana berbisik pelan dari balik mejanya. Saat ini Alicia sedang berada di ruangan sekretaris, yang bersebelahan dinding dengan ruangan Nathan. Alicia melirik ke arah jendela kaca sambil menatap pintu ruangan Nathan yang tertutup rapat.
Ruangan U, begitu ia menyebutnya. Ruangan sekretaris ini berada tepat di antara ruangan Nathan dan ruangan meeting. Ruangan sekretaris yang tidak terlalu luas ini memiliki jendela kaca yang cukup besar, sehingga dari dalam ruangan ia bisa menatap pintu ruangan Nathan dan pintu ruangan meeting. Di dalam ruangan ini terdapat dua meja. Satu meja Nana yang dilengkapi dengan komputer dan satu lagi meja Irul, pramubakti yang hanya khusus melayani segala keperluan Nathan.
Nana bukanlah gadis-gadis muda berpenampilan menarik layaknya sekretaris pada umumnya, melainkan senior staff berusia 44 tahun yang gemar bergosip. Nana sudah menjadi sekretaris Area Manager selama sepuluh tahun. Konon, Nana adalah saksi nyata skandal-skandal yang pernah terjadi di Area Jakarta 1. Hati-hati dengan Nana atau gosip mengenai dirimu akan mengudara santer.
Nana bahkan lebih ditakuti daripada Nathan karena kelewat berbahaya. Sebut saja Nana dedengkot lambe-lambean di Area Jakarta 1 ini. Sialnya, Nana memiliki relasi dengan sekretaris kepala kantor wilayah hingga sekretaris direksi sekalipun. Tentu saja para manajer sangat berhati-hati menjaga citra dirinya di hadapan Nana. Meski begitu, kebanyakan manajer sangat suka bergosip dengan Nana selama itu bukan tentang mereka. Alicia paham, memang beginilah keadaan di kantor. Hampir semua orang saling bermuka dua.
"Oya?" Alicia pura-pura tidak tahu meski sudah mendengar gosip mengenai Ike yang menyukai Nathan. Entah bagaimana gosip itu bisa menyebar, mungkin saja karena Nana. "Kok bisa sih Sis ada gosip begitu?" Alicia bertahan memanggil Nana dengan sebutan Sis, karena wanita itu sewot jika dipanggil dengan sebutan Bu, meskipun usianya sedikit jauh di bawah Nana.
"Hmm tahu nggak, si Ike itu adaaa aja alasan buat bikin janji ketemu sama Pak Nathan." Nana memulai gosipnya. "Gue tahu sendiri dari Pak Nathan. Pernah si Ike, ngotot banget pingin ketemu sama Pak Nathan. Rupanya sama Pak Nathan sudah dikonfirm kalau di hari itu nggak bisa soalnya jadwal Pak Nathan full dari pagi sampai jam tujuh malem. Eh dia nongol di sini, jam tujuh persis. Akhirnya diterimalah ketemu sama Pak Nathan. Katanya sih, mau konsultasi perkara salah satu nasabah besar kelolaannya. Eh sambil bawain lumpia dong, katanya dia sendiri yang buat. Nggak tahu konsultasi apaan lama banget, jam delapan gue tinggal pulang. Ya kalik, gue nungguin mereka. Gue yakin alasan konsultasi tuh ngada-ngada."
Alicia tidak heran. Akhir-akhir ini Ike juga terlihat lebih agresif di grup chat para manajer. Seringkali terlihat sengaja mencari perhatian Nathan alih-alih cari muka.
"Terus nih, si Ike kan mau buka kedai makanan. Eh dia kirim dong, menu-menu dia buat dicobain Nathan. Apa pentingnya coba? Mulai nasi goreng, sop iga, sampai lontong kikil dikirim ke sini. Ya gue sama Irul otomatis kecipratan sih. Tapi masa hampir seminggu ada tiga kali dia kirim makanan. Caper banget nggak sih? Mana sekarang kalo meeting, dia sering dandan badai ga sih? Ih caper!" Nana meringis geli.
Alicia hanya bisa menanggapi dengan senyuman tertahan. Saat ini ia sedang menunggu gilirannya memasuki ruangan Nathan. Kebetulan di dalam masih ada Julio Anggara, salah satu kepala cabang yang sedang memenuhi panggilan Nathan.
"Lo tahu nggak kenapa si Julio dipanggil?" Nana menatap wajahnya, seolah ada fakta besar yang sedang tersembunyi.
"Nggak," jawab Alicia dengan tampang polos. Kenapa pula ia harus tahu? Alicia yakin Nana hanya sedang membuka pintu menuju gosip baru.
"Masa nggak tahu?" Nana menatap sangsi.
"Bener nggak tahu. Emang kenapa?" Alicia menyesali dirinya yang terpancing.
"Ini rahasia, jangan bilang siapa-siapa." Nana merendahkan nada suaranya.
"Hooh!" Alicia langsung mengangguk dengan tampang penasaran.
"Dia selingkuh sama salah satu staf di area kita. Jabatannya apa dan di cabang mana gue nggak bisa kasih tahu. Nathan dapet info dari suami selingkuhan si Julio sendiri. Gila nggak?" Nana melebarkan kedua matanya.
"Wuh gilaaa!" Alicia yang terlanjur terpancing menatap antusias.
"Suaminya si selingkuhan ini nggak terima dan laporan ke Nathan. Kemarin di sini tegang ketemuan sama suaminya. Ada Pak Nando juga." Nana menyebut nama kepala tim audit area mereka.
"Terus-terus gimana?"
"Nah, istri si Julio ini nggak tahu. Ini sama Nathan, Julio mau dimutasi biar jauh dari tuh perempuan. Kata Nathan ke luar Jawa. Lo jangan kaget kalo minggu depan ada berita, salah satu kepala cabang mutasi ke luar pulau. Ya itu alasannya karena dia selingkuh sama staf yang udah istri orang."
"My God." Alicia menghela napas panjang. "Terus si perempuannya gimana?"
"Perempuannya tetep di sini soalnya lagi hamil. Tauk deh anak siapa." Nana mengangkat sejenak kedua bahunya.
"Buset!" Alicia tercengang menatap Nana.
"Gue udah curiga si perempuan itu hamil. Pernah pas ketemu, gue yakin itu dia lagi hamil muda. Cuma waktu itu dia belum umumin kehamilannya. Tapi pas gue liat ciri-cirinya, gue yakin itu hamil."
"Hah emang keliatan ciri-cirinya kalo hamil muda?" Diam-diam Alicia merasa panik.
"Ya feeling gue waktu liat dia, nih orang kayaknya hamil deh. Eh beneran hamil dong."
Alicia menelan ludah saat mengikuti pergerakan mata Nana yang tampak melirik ke arah pintu ruangan Nathan.
"Eh udah kelar. Tuh si Julio keluar." Nana berbisik pelan dan Alicia reflek menoleh ke arah jendela dan melihat Julio langsung balik badan memunggungi mereka menuju lift.
Nana segera menyahut ganggang telepon di atas meja dan menekan nomor ekstensi.
"Pak Nathan, sudah ada Bu Alicia yang menunggu. Masuk sekarang Pak?" tanya Nana dengan nada lembut. "Baik Pak. Baik." Nana segera meletakan kembali ganggang telepon sebelum beralih menatapnya. "Al, giliran lo," ucap Nana kemudian.
"Oke. Makasih Sis." Alicia segera bangkit dan menyahut tas-nya sebelum meninggalkan ruangan Nana dan mengetuk pintu ruangan Nathan.
"Masuk." terdengar jawaban dari dalam.
Alicia baru saja membuka pintu ketika mendapati Nathan sedang berdiri sambil memasukkan kotak rokok dan korek apinya ke dalam kantong celana.
"Pak Nathan..." Langkah Alicia tertahan di belakang pintu. Tentu Nathan sudah tahu, hari ini ia berniat mempertegas keputusannya untuk resign dan membutuhkan persetujuan Nathan sesegera mungkin.
"Saya laper Al. Sekalian kita bahas sambil makan siang di luar ya."Nathan beranjak dari belakang meja tanpa menunggu jawabannya. "Yuk." Kemudian melewatinya yang masih berdiri kikuk di ambang pintu.
Ajakan makan siang lagi untuk yang ke sekian. Alicia menghela napas panjang sambil menatap canggung kepada Nathan yang sedang mendatangi ruangan Nana.
"Bu Nana, saya keluar makan sama Alicia."
Suara Nathan terdengar jelas. Berikutnya Alicia menemukan tatapan Nana dari balik jendela kaca yang terbaca begitu janggal.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
