
Bagaimana apabila kehidupan seolah menarikmu mundur? Merasa terhimpit bahkan sulit untuk bangkit. Lewat tulisan ini aku mau bahas optimisme melalui filosofi anak panah.
Well, ga bisa disangkal kalo sewaktu-waktu, seseorang itu bisa ngalamin suatu persoalan yang cukup complicated. Mau dari hubungan keluarga, asmara, karir, pendidikan, dsb. Bahkan, serasa kehidupan berusaha memukul mundur gitu yah. Campur aduk rasanya udah kaya gado-gado. Eh, gado-gado masih enak bisa dimakan, lah ini? gapapa, hidup itu ga selamanya datar (flat). Coba bayangin kalo hidup kita mulus…, flat terus gitu, kira-kira bakal rame ga? Atau gini deh umpamanya, kita sehat nih, apakah nikmat sehat bakal terasa kalo kita ga pernah sakit? flu aja contohnya. Kebayang ya…. Jadi, mungkin sehabis cobaan ini akan ada hal baik menunggumu sehingga membuatmu bangga sama diri kamu sendiri.
“Oh ternyata aku bisa loh lewatin semua ini.”
Nah, yang jadi persoalan, gimana kalo kita merasa agak kesulitan buat lewatin cobaan tersebut misal kayak semuanya mentok. Terlampau rumit sekalipun diungkapkan dengan kata-kata. Aku ga mau so bijak, karena aku tahu kapasitas orang beda-beda. Mungkin, ada yang butuh bantuan pihak ketiga seperti psikolog atau psikiater. Tapi, di sini aku mau coba sharing hal-hal yang aku pelajari dan bermanfaat di aku, dan barangkali bermanfaat juga untuk kalian.
Btw, ini aku lagi dapet tantangan dari klikdiri dan klikpenulis untuk membuat tulisan dengan tema “menumbuhkan rasa optimis terhadap sesuatu”. Hopefully, tetap masuk konteksnya.
Kembali, ke pembahasan. Kenapa judul tulisannya anak panah, padahal temanya mesti optimisme, dan ada pembahasan tentang masalah. Karena, kata ‘optimisme’ itu melekat pada keyakinan yang baik atas sesuatu. Nah, sesuatu ini biasanya bersifat challenging. Hal yang challenging ini bisa jadi berupa masalah yang perlu diatasi atau dilalui. Sementara, anak panah perlu ditarik mundur dari busur untuk bisa melesat ke depan, menuju sasaran (tujuan). Hal itu sama seperti persoalan yang seolah akan, sedang, atau bahkan sudah menarikmu mundur dalam melakukan sesuatu padahal kamu punya tujuan. Lantas, persoalan apa yang bisa menarik mundur seseorang dalam melakukan sesuatu? Tentunya, persoalan yang menjadi masalah di mana masalah ini terbagi menjadi dua: masalah asli (real problem) dan masalah yang berdasarkan asumsi (perceived problem/kendala). Oleh karena itu, kemampuan mendeteksi masalah dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan. Ciri utama dari masalah adalah membutuhkan solusi. Sedangkan, untuk kendala umumnya tidak, lebih cenderung membutuhkan kebijakan, kesadaran, kelapangan hati, juga kesabaran.


Selanjutnya, masalah utama yang tidak teratasi dengan baik dapat menimbulkan masalah baru (symptom problem). Ini itu kaya genteng bocor, terus air hujan merembes jatuh membasahi lantai. Mau dipel atau ditampung segimanapun airnya kalo genteng bocor tersebut ga dibenerin atau diganti, tetep aja pas hujan besar bakal bocor terus dan kita perlu ngepel gitu ya. genteng bocor ini diibaratkan sebagai masalah utama (main problem). Sedangkan, air yang merembes membasahi lantai sebagai symptom problem.
Nah, jadi kalo misal seseorang mau menyingkirkan rasa pesimis pertama-tama perlu tahu terlebih dulu penyebab masalah utama dari pesimisme tersebut. Setelah berhasil menemukan masalah utamanya. Tentukan apakah masalah tersebut ada dalam kendali dirinya atau di luar kendali dirinya? Dan, sekarang coba ganti pertanyaannya. Apabila sebelumnya bertanya “kenapa masalah ini bisa terjadi?” menjadi “apa yang bisa dilakukan untuk menangani masalah tersebut?” atau “apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak dari masalah tersebut?” Selanjutnya, sekiranya butuh bantuan pihak ketiga, tanyakan,"siapa yang bisa membantu untuk menyelesaikan masalah tersebut?" lalu “bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah tersebut?” dsb.
Kembali lagi ke topik tentang, ‘optimisme’. Lawan kata ‘optimis’ adalah 'pesimis'. Seringkali, seseorang merasa pesimis atas sesuatu karena melihat kendala atau masalah yang bingung untuk dihadapi. Dengan mengenali masalah tersebut dan tahu cara penyelesaian masalah, akan membantu seseorang lebih optimis terhadap sesuatu. Rasa optimis tersebut akan semakin meningkat seiring upaya penyelesaian masalah pun direalisasikan.
Berikut contoh bagaimana menghilangkan rasa pesimis dan memunculkan rasa optimis dengan mengetahui cara penyelesaian masalah.
- Kenali Masalah
Kenapa ya aku pesimis bisa lulus ujian logaritma matematika?
Karena, aku lemah dalam matematika (perceived problem)
Karena, penjelasan materi dari buku dan guru sulit dimengerti lantaran bahasa penyampaiannya kurang sederhana, kurang jelas, atau berbelit-belit. (problem)
Karena aku jarang belajar matematika (problem)
karena aku belum paham materi logaritma (sympthom problem)
karena aku malas untuk belajar (sympthom problem)
2. Pahami dikotomi kendali
Setelah mengetahui beragam alasan dari masalah di atas, mari ambil salah satunya untuk dipelajari. Penjelasan materi dari buku dan guru sulit dimengerti lantaran bahasa penyampaiannya kurang jelas sehingga membuatku malas belajar dan belum paham materi logaritma. Materi yang kurang jelas itu di luar kendali kita. Namun, kita bisa mengupayakan beberapa hal agar masalah tersebut bisa terpecahkan dengan membuat serangkaian pertanyaan dan jawabannya.
3. Cari solusi untuk penyelesaian masalah
Di bawah ini hanya sekedar contoh, kalian bisa menjawab pertanyaan tersebut sesuai kehendak dan kebutuhan kalian.
Apa yang aku bisa lakukan agar lulus ujian logaritma matematika?
Pelajari materi dan belajar dari sumber yang mudah aku mengerti.
Bagaimana caranya?
Meminta bantuan guru atau teman untuk menjelaskan ulang materi logaritma. Atau, ambil kursus matematika agar bisa leluasa bertanya hal-hal yang belum aku pahami seputar logaritma.
4. Realisasikan
Berbagai upaya sudah dilakukan secara maksimal. Alhasil, aku optimis bisa lulus ujian logaritma.
Sekalipun, anak panah itu meleset, tidak mengenai sasaran. Kita masih bisa membuat rencana baru, belajar, dan praktik berkali-kali lagi hingga ujung anak panah mampu mengenai sasaran. Fokuslah terhadap proses. Ketahuilah bahwa anak panah pun bukan hanya perlu ditarik mundur untuk bisa melesat menuju titik tujuan. Tetapi, pemakaian teknik memanah, fokus sasaran tujuan, bahkan guru yang tepat pun diperlukan. Semua itu butuh proses. Tetap semangat. Apresiasilah setiap pencapaian sekecil apapun.
Terakhir nih, ada kata-kata mutiara dari Kak Zensa Rahman, bahwa jadilah manusia dalam arti tidak menuhankan rencana, tapi melibatkan Tuhan dalam rencana.
Referensi:
Starkey, Lauren. (2009). Critical Thinking Skills Success: Tes kemampuan berpikir kritis dalam 20 menit. Jogjakarta: BOOKSMARKS
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
