
Apa jadinya jika Kim Soohyun dan Kim Jiwon yang semasa kuliah hingga bekerja ditempat yang sama menjalin hubungan persahabatan, harus menikah tanpa didasari oleh cinta hanya karena sebuah kecelakaan yang membuat mereka harus segera melangsungkan pernikahan.
"Aku Hamil"
"Mwooo? Apa kau bilang?"
CHAPTER 1
.
Caffe bene
Suasana di caffé bene cukup ramai diakhir pekan kali ini,semua orang nampak menikmati liburannya dan terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing, tanpa terkecuali salah satunya adalah dua insan yang sedang duduk berhadapan pagi ini, seorang pria yang berwajah rupawan dan juga seorang wanita cantik itu terlihat sedang menikmati sarapan dan kopi yang tersaji diatas meja mereka. Sang pria nampak mulai membuka suaranya untuk memulai obrolannya dengan wanita cantik dihadapannya itu.
.
"Jadi, ada apa kau memintaku bertemu disini?" tanya pria itu sambil menyeruput kopinya, pada wanita cantik berambut panjang yang tengah duduk dihadapannya kini.
"Aku hamil"
uhhuuk
Sang pria langsung tersedak oleh kopi yang diminumnya.
"Mwooo? apa kau bilang?" tanyanya lagi setelah selesai dengan acara tersedaknya tadi.
"Aku bilang, ak-u ha-mil Kim Soo-Hyun!!"jawab wanita cantik tersebut dengan menekan setiap suku katanya.
"Ha-hamil? Ba-bagaimana bisa?"tanya pria bernama Soohyun tersebut sambil tergagap dan mengerutkan dahinya bingung.
"Tentu saja bisa bodoh, aku ini wanita" balasnya galak menjawab pertanyaan aneh Pria dihadapannya itu.
"Tidak, maksudku bagaimana bisa kau hamil lalu memberitahukannya padaku nona Kim Jiwon" kata Soohyun heran.
Jiwon memutar bola matanya malas.
"Apa kau lupa Kim, kau yang membuatku hamil!" ujar Jiwon menuduh Soohyun.
"Mwo? Aku? Hahahaha yang benar saja" Soohyun tergelak oleh penuturan Jiwon yang menuduhnya.
"Memang benar, anak ini anakmu Kim Soohyun!!"ujar Jiwon nyalang.
Soohyun tersenyum miring. "Apa buktinya?"
Jiwon terdiam, sementara Soohyun tersenyum remeh.
"Kau bahkan menuduhku tanpa bukti?!" tekan Soohyun lagi.
"Apa kau tidak ingat? satu bulan yang lalu kita pernah melakukannya Kim,"Jiwon berujar lirih.
"Lalu kenapa menuduhku? kenapa kau tak menuduh Lee Minho kekasihmu? kenapa hanya aku yang dituduh? Lagipula itu kecelakaan, bukan salahku sepenuhnya. Kau yang mengundangku datang ke rumahmu karena kau bilang sedang bertengkar dengan Minho, aku menyetujuinya karena menganggap jika kau memang sedang butuh teman, saat itupun keadaan rumahmu juga cukup sepi, orang tuamu dinas ke luar kota. Lalu siapa sangka saat itu kita berdua berakhir mabuk dan cuaca diluar pun juga sangat mendukung untuk melakukan hal seperti itu. Ck~Kita bahkan melakukannya setengah sadar dan kau tak menolaknya Jiwon-na" jelas Soohyun panjang lebar.
"Jadi kau menuduh aku yang menggodamu ,begitu?" tuding Jiwon dengan kedua manik matanya yang berkaca kaca.
"Aku tidak menuduhmu, aku akui itu sebuah kecelakaan. Lagipula One Night Stand adalah hal yang cukup lumrah di jaman sekarang. Oh ayolah Jiwon-na, kita sama-sama telah dewasa untuk melakukan hal semacam itu, yang aku tak habis pikir bagaimana bisa kau hanya menuduhku? sedangkan kau memiliki kekasih yang aku sendiripun tidak tahu sejauh mana gaya berpacaran kalian selama ini dalam menjalin hubungan, "kata Soohyun berpendapat.
Genggaman Jiwon mengerat pada gelas yang dipegangnya kini, Jiwon memejamkan matanya lalu kembali menatap Soohyun.
"Aku bahkan tidak pernah melakukannya dengan Minho."
Soohyun melotot terkejut, ia balas menatap Jiwon mencoba mencari kebohongan dalam sorotan matanya, namun yang ia temui hanyalah kebenaran dan tatapan kecewa yang ditujukan padanya.
"Kau yang merenggut keperawanku, buktinya adalah bercak darah dikasurku. Apa kau masih mau mengelak?"tanpa sadar Jiwon meneteskan air matanya. Soohyun mengingatnya, ia ingat jika malam itu dialah yang merenggut kesucian Jiwon pertama kali hingga gadis itu harus rela kehilangan mahkotanya.
Soohyun tertegun sejenak.
"Apa kau benar-benar sudah mengeceknya?" tanya Soohyun lagi.
"Aku bahkan seorang dokter, Kim. Apa perlu kau juga memeriksanya?agar meyakinkan dirimu sendiri jika aku benar-benar hamil?" balas Jiwon datar. Ya mereka berdua memang berprofesi sebagai Dokter dan kebetulan juga bekerja di rumah sakit ternama yang sama di Seoul.
"Hubunganku dengan Minho bahkan telah berakhir tepat satu bulan yang lalu."
Soohyun hanya diam tak menanggapi. Jujur ia tidak tahu harus berkata apa.
"Sudahlah, percuma saja bicara denganmu. Aku kesini hanya ingin memberitahumu, dan tak kusangka kau sama saja dengan Pria brengsek lainnya setelah bersenang-senang hingga menghamili wanita kemudian berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa agar bisa lepas tangan dan tidak perlu repot-repot untuk bertanggung jawab." Jiwon menjeda ucapannya yang mulai terdengar parau.
"Aku akan membesarkan anak ini sendiri, ku harap kau hidup dengan baik Soohyun-ssi" Jiwon menghapus air matanya lalu berdiri melangkah keluar cafe melewati Soohyun.
Baru beberapa langkah Jiwon berjalan, sebuah tangan langsung menahannya. Jiwon berbalik dan mendapati Soohyun telah berdiri dari duduknya lalu menangkup wajah Jiwon dengan kedua tangannya serta menghapus liquid bening yang menghalangi wajah cantik sahabatnya itu. Jiwon hanya terdiam dengan perlakuan Soohyun padanya, ia hanya membalas tatapan mata Soohyun yang menurutnya sulit untuk ditebak.
Soohyun tersenyum tipis, lalu langsung menarik Jiwon ke dalam dekapannya, ia mencium puncak kepala Jiwon sebentar dan menghela napas berat sebelum mengeluarkan suaranya.
"Persiapkan dirimu, minggu depan kita akan menikah," bisiknya pelan ditelinga Jiwon dengan tangan yang masih mendekap tubuh Jiwon erat.
-Married By Accident-
Keesokan harinya Soohyun memutuskan untuk berkunjung ke kantor Ayahnya, bermaksud untuk menemui adik angkatnya, Jung Haein.
"Apa Haein ada di kantor?"tanya Soohyun pada resepsionis wanita dihadapannya kini.
"Haein sangjangnim ada diruangannya Tuan," jawab resepsionis itu sopan, karena ia tahu jika dihadapannya ini adalah putra sulung keluarga Kim.
Sekedar informasi, Para pegawai yang bekerja dikantor tersebut mengetahui jika Haein adalah anak angkat keluarga Kim, Haein adalah anak dari adik perempuan Ayahnya Soohyun, kedua orang tua Haein sudah meninggal karena insiden kecelakaan sepuluh tahun lalu yang merenggut nyawa mereka hingga harus meninggalkan anak sematawayang mereka Jung Haein sendirian, dan Ayah Soohyun memutuskan untuk mengangkat Haein sebagai anaknya agar anak itu tidak merasa kesepian dan Haein menyetujuinya, namun Haein sendiri memutuskan untuk tetap menggunakan marga Jung di nama belakangnya dan Ayahnya Soohyun sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Baiklah, terimakasih," balas Soohyun langsung melangkah menaiki lift menuju ruangan Haein.
Sesampainya di ruangan Haein, Soohyun langsung masuk saja kedalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat Soohyun menganga mendapati adegan dimana Haein sedang bercumbu panas dengan seorang wanita dibawah kukungannya, tepatnya di sofa pojok ruangan tersebut yang ia yakini adalah Jung Somin – adik iparnya.
Tangan nakal Haein terhenti membuka dua kancing atas kemeja Somin, ketika suara berat seseorang mengintrupsi kegiatan mereka.
"ekhemm" Soohyun berdeham keras, membuat Haein bangkit dan menatap Soohyun sengit, sedangkan Somin langsung terduduk setelah membenarkan letak kancing kemejanya sampai atas, untuk menutupi bercak merah hasil karya Haein-suaminya.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu hyung?!!" sungut Haein sambil memutar bola matanya malas.
"Maaf jika aku menggangu waktu kalian, tapi jika dipikir oleh akal sehat, ini adalah kantor adikku sayang. Apa kau sebegitu tidak bisa menahannya sampai di rumah, sampai harus berbuat mesum dikantormu sendiri," sindir Soohyun.
Haein berdecak menanggapi sindiran Soohyun, Somin menunduk dengan wajahnya yang memerah menahan malu karena kepergok berbuat mesum dengan atasannya yang merupakan suaminya sendiri.
Haein menatap Somin disampingnya yang tengah menunduk, lalu mengusak rambut coklat Somin dan membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan karena ikatannya yang terlepas akibat bercumbu sebentar dengannya tadi.
"Kembalilah ke ruanganmu sekretaris Jung!" perintah Haein secara formal, yang ditanggapi dengan anggukan kecil Somin serta langkah Somin keluar, setelah sebelumnya membungkukan badannya permisi pada Soohyun- kakak iparnya.
"Untuk apa kau datang kesini hyung?" tanya Haein to the point.
Sebenarnya umur mereka hanya berbeda selisih sembilan bulan saja, mengingat mereka adalah saudara sepupu, namun karena Haein sudah dianggap anak sendiri oleh keluarga Kim, maka dari itu ia memanggil Soohyun dengan sebutan Hyung demi menghormatinya sebagai kakak.
"Hei, aku bahkan tidak kau persilahkan duduk dan minum dahulu?!" ujar Soohyun langsung duduk di sofa bekas pergumulan panas adiknya bersama dengan istrinya tadi.
"Kau tahu?aku tak suka berbasa basi," Haein membawa dua buah kaleng soda dikulkas dan memberikan satunya kepada Soohyun.
"Aku ingin menikah" kata Soohyun langsung pada intinya.
Dan itu membuat Haein tersedak dengan minumannya sendiri.
"Minggu depan" lanjut Soohyun lagi.
Kali ini lebih parah, Haein bahkan dengan cepat menengguk air putih, menghilangkan rasa sakit akibat soda yang membuatnya tersedak dua kali. Soohyun berdecak melihat reaksi Haein yang benar-benar berlebihan—pikirnya.
"Mwo? Kau ingin menikah?" pekik Haein tepat di samping Soohyun, membuat telinga Soohyun berdengung kembali dengan reaksi Haein yang berlebihan.
"Ya, dan bisakah kau tidak berteriak. Kau terlalu excited Jung Haein!" Soohyun berujar kesal sambil mengusap telinganya yang berdengung akibat ulah Haein yang berteriak padanya.
"Siapa wanita tidak beruntung yang kau nikahi itu hyung?" tanya Haein menghiraukan omelan Soohyun.
"Namanya Kim Jiwon, dan ia adalah wanita yang sangat beruntung karena bisa menikah denganku bodoh" Soohyun menoyor kening Haein dengan telunjuknya, karena telah seenaknya saja mengatakan jika wanita yang menikah dengannya adalah wanita yang tidak beruntung, atau dalam artian sebuah kesialan- jika menikah dengan seorang Kim Soohyun.
Haein mendengus dan langsung menghujam Soohyun dengan sebuah pertanyaan yang membuat Soohyun tercekat.
"Kenapa kau tiba tiba ingin menikah? seingatku kau tidak memiliki kekasih. Apa jangan jangan kau menghamili anak orang?" tuduh Haein cepat.
"AP-A?" Soohyun tersedak dengan ludahnya sendiri. Membuat Haein memicingkan matanya. Buru-buru Soohyun menjelaskan sebelum Haein berpikiran yang tidak-tidak padanya.
"Apa yang kau pikirkan, apa menikah harus dengan kekasih? Lagipula aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya" ujar Soohyun mengarang cerita.
Haein berdecak.
"Love first sight katamu? Hah apa kau yakin jika wanita itu mencintaimu juga?"tanya Haein memojokkan Soohyun.
"Tentu saja" jawab Soohyun agak ragu.
"Mencurigakan" Haein memicingkan matanya kembali menatap Soohyun.
"Sudahlah, apa sebenarnya yang sedang kau pikirkan?" elak Soohyun menghindari tatapan Haein.
Haein menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Tidak, aku hanya terkejut saja mendengar kau tiba-tiba ingin menikah"
"Memangnya kau saja yang bisa menikah?" Soohyun tersenyum remeh.
Haein mengangkat satu alisnya berpikir.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Haein.
"Aku akan menemui Appa untuk membicarakan ini"
"Apa pernikahanmu tak terlalu cepat hyung? pernikahan itu tidak main-main hyung, kau harus mempersiapkannya secara matang, minimal bulan depan untuk mengurus semuanya," kata Haein memberi saran.
"Tidak, lebih cepat lebih baik. Lagipula jika bulan depan kami tidak ada waktu untuk mengurusnya. Karena mulai dua minggu ke depan kami berdua memiliki jadwal shift bekerja yang hampir bersamaan dan sangat sulit untuk membagi waktunya" jelas Soohyun membeberkan alasannya.
"Terserah kau sajalah hyung" sahut Haein menggidikkan bahunya.
Soohyun tersenyum dan mengangguk.
"Ya, dan bisakah kau bantu aku?"
"Apa itu?"
"Tolong pesankan cattering yang sama saat kau menikah dulu. Aku suka makanan dan hidangan penutupnya" ujar Soohyun.
"Dan satu lagi, minta Somin untuk menemani Jiwon fitting baju pengantin besok" lanjut Soohyun lagi.
"Kenapa tidak kalian saja pergi bersama? yang menikah kan kalian?" Haein mengerutkan dahinya bingung.
"Aish, inginnya seperti itu, namun minggu ini jadwalku dengan Jiwon hanya berselang sehari saja, dan kami hanya mendapat jadwal libur pada hari yang sama hanya satu kali dalam seminggu, saat itu kami akan memanfaatkannya untuk membeli cincin dan memesan kue pernikahan," ucap Soohyun menjelaskan.
Haein mengangguk mengerti dan mengiyakan permintaan Soohyun. Soohyun tersenyum puas dan bangkit dari duduknya.
"Baiklah, aku akan ke ruangan Appa sekarang. Terimakasih untuk bantuanmu adikku" Soohyun tersenyum lebar dan mengacak-ngacak rambut Haein hingga sang empunya berteriak kesal, lalu bergegas keluar sebelum mendapat bogeman mentah dari Haein.
-Married By Accident-
Soohyun mengetuk pintu ruangan ayahnya dan masuk kedalam setelah sang Ayah mempersilahkannya masuk.
"Ada apa kau berkunjung kemari anakku?" tanya Tuan Kim setelah Soohyun duduk dihadapannya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting Appa" Soohyun membuka suara.
"Minggu depan aku ingin menikah Appa, jadi aku kesini ingin meminta izin padamu" lanjut Soohyun lagi to the point.
"Apa? Menikah?" Tuan Kim nampak terkejut dengan penuturan puteranya barusan.
"Ya, dengan seorang gadis yang dulunya satu kampus denganku. Kami sudah cukup lama saling mengenal dan berteman sampai akhirnya memutuskan untuk menikah" ucap Soohyun mantap.
Tuan Kim mengangguk mengerti.
"Tapi, apa tidak terlalu terburu-buru Soohyun-a? Kau bahkan tidak pernah mengenalkan atau membawa kekasihmu itu ke rumah dan mengenalkannya pada kami," ujar Tuan Kim yang masih merasa aneh dengan keputusan tiba-tiba anaknya tersebut yang menginginkan untuk segera menikah.
"Tidak Appa, keputusan ini sudah kami putuskan dan kami rencanakan dengan matang, aku dan Jiwon memang menjalin pertemanan selama ini, hingga kami menyadari suatu hal jika kami berdua ternyata memiliki sebuah ketertarikan lebih dari seorang sahabat. Aku juga sudah mengenal keluarganya dan cukup sering berkunjung ke rumahnya sebagai sahabat baiknya Appa." Soohyun menjelaskan panjang lebar dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Baiklah, nanti malam kita sekeluarga pergi ke rumahnya, Appa ingin mengenal siapa calon besan Appa sekaligus melamar anaknya untukmu"
"Ya, nanti akan kusampaikan pada Jiwon dan orang tuanya" Soohyun tersenyum lebar.
Soohyun mengecek arloginya.
"Baiklah Appa,aku harus pergi karena masih ada urusan." ucap Soohyun sambil membungkukkan badannya.
Soohyun beranjak dari duduknya dan berpamitan pada ayahnya.
Setelah sedikit menjauh keluar dari ruangan ayahnya.
Soohyun bersandar pada tembok dan menghentakan belakang kepalanya pelan.
'Bagus sekali kau Kim Soohyun, entah berapa banyak cerita yang akan kau karang setelah ini' batinnya kesal.
Soohyun merogoh saku lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, ia menekan angka satu dan langsung terhubung dengan lawan bicaranya di telepon.
-Married By Accident—
"Aku tidak percaya, ternyata kau memutuskan untuk menikah dengannya Jiwon-ie, padahal kalian terlihat seperti tom and jerry jika bersama" ujar wanita cantik bernama ShinHye yang merupakan seniornya dan juga Soohyun.
"Entahlah, mungkin ini memang sudah takdirku untuk menikah dengannya eonnie "ujar Jiwon tersenyum menanggapinya.
"ckk~ takdir macam apa yang membuatmu menikah dengan Pria yang terkadang tingkahnya aneh itu"lanjut Shinhye lagi.
Jiwon terdiam dan tak menjawab, sampai akhirnya ia tersadar ketika ponselnya berdering.
Soohyun is calling
Jiwon langsung menggeser tombol hijau lalu menjauh dan meminta izin pada Shinhye untuk mengangkat telepon sebentar.
"Yoboseyo"
"....."
"Mwo? Hari ini?"
"....."
"Baiklah, nanti akan ku sampaikan pada orang tuaku"
"....."
"Ya, sampai bertemu nanti malam"
Klik
Jiwon menyimpan ponselnya dan berjalan menuju Shinhye yang sepertinya sedang berbicara pada seorang perawat.
"Eonnie, sepertinya aku harus cepat pulang. Aku ada urusan mendadak" kata Jiwon setelah menghampirinya.
"Maaf sekali, aku tidak bisa makan siang denganmu eonnie" tersirat nada menyesal setelah Jiwon mengatakannya.
"Tak apa, aku tahu urusanmu jauh lebih penting, ya sudah sana hati-hati" ujar Shinhye tersenyum.
"Gomawo eonnie" Jiwon langsung berhambur memeluk Shinhye dan bergegas pergi setelah mencium sekilas pipi Shinhye- sunbae kesayangannya itu.
-Married By Accident-
Soohyun terlihat sibuk mematut dirinya didepan cermin.
"Kau sangat tampan Kim Soohyun" bisik Soohyun memuji dirinya sendiri setelah mengolesi gel diponinya keatas untuk memamerkan dahi indahnya.
"Mau sampai kapan kau berkutat dengan cermin itu, lama-lama cermin itu retak karena ulahmu pabo" ledek Haein yang tiba-tiba muncul di depan pintu.
Soohyun memutar bola matanya malas.
"Sejak kapan kau berdiri disana?" tanya Soohyun menatap sebal kearah sang adik.
"Sejak kau bergaya dan memuja-muja wajah jelekmu didepan cermin itu"cibir Haein meledek.
"Aish sini kemari kau anak nakal! akan ku hajar kau bocah kurang ajar" Soohyun mengejar Haein yang langsung lari kebawah setelah meledeknya tadi.
Haein berlari menuju Somin dan memeluk Somin dari belakang, bermaksud meminta perlindungan dari sang istri agar terhindar dari amukan Soohyun.
"Chagiya tolong aku, lihatlah kakak iparmu yang sok ketampanan itu, naluri monsternya keluar lagi" adu Haein pada istrinya – Jung Somin.
"Memangnya kenapa Soohyun oppa sampai semarah itu? Kau apakan dia?" tanya Somin mengelus tangan Haein yang berada pada pinggangnya dan menengok kearahnya sekilas.
"Aku hanya meledeknya jelek, tapi reaksinya berlebihan sekali" Haein semakin mengeratkan pelukannya ketika melihat Soohyun datang menghampirinya, bahkan ia membenamkan wajahnya diceruk leher istrinya.
"Yak! Kemari kau bocah, biar ku beri pelajaran karena berani-beraninya mengataiku jelek!" Soohyun datang dengan raut wajah merah padam,benar-benar berlebihan sekali.
"Aku berbicara sesuai kenyataan hyung" ujar Haein merong.
"Yakk! Kauu..." perkataan Soohyun terputus karena Tuan Kim dan Nyonya Kim datang melerai mereka.
"Sudahlah, kalian ini seperti anak kecil saja, berapa umur kalian hah. Masih saja suka memperdebatkan hal-hal kecil." Nyonya Kim menjewer telinga Haein bersamaan dengan Tuan Kim yang menjewer Soohyun sekaligus menceramahinya.
"Appoyo" pekik Soohyun dan Haein berbarengan.
Somin tersenyum kecil ketika melihat suami dan kakak iparnya bertengkar dan diceramahi kkk~ benar-benar childish.
"Sudahlah lebih baik persiapkan diri kalian, karena kita akan segera berangkat" intruksi Tuan Kim.
Tuan dan Nyonya Kim berjalan duluan menuju mobil, di ikuti oleh Haein dan Somin yang langsung menggendong Eunwoo ketika anak itu sedang asyiknya bermain diruang tamu.
Sedangkan Soohyun berjalan dibelakang, ia terlihat sedang berpikir dan gugup, maklum saja karena ini merupakan pertama kalinya bertemu dengan orang tua Jiwon secara formal, selama ini keluarga Jiwon hanya mengetahui jika hubungan mereka terbilang cukup dekat untuk dikatakan sebagai sahabat, bahkan orang tua Jiwon pernah menyuruhnya memanggil mereka dengan sebutan eomma dan appa. Mungkin karena orang tua Jiwon benar-benar menganggap Soohyun adalah teman akrab putrinya , dan akan terus seperti itu tentu saja karena mereka tahu jika Jiwon sudah memiliki kekasih dan itu bukan Soohyun. Jadi saat ini dia benar-benar bingung harus berkata apa? Bagaimana reaksi orang tua Jiwon nanti ? apakah mereka akan terkejut karena tiba-tiba saja dirinya datang dan meminta untuk menikahi anaknya, huft semoga saja mereka tak bertanya macam-macam padamu Kim Soohyun, kalau tidak habislah riwayatmu.
'Kau pasti bisa Soohyun, fighthing' batinnya menyemangati.
-Married By Accident-
Terlihat Jiwon sedang mondar mandir diruang tamu, gadis itu tampak gelisah menunggu.
"Dimana sebenarnya Kim Soohyun pabo itu, kenapa lama sekali sih?!" gumam Jiwon kesal.
TING
Terdengar bunyi bel mengejutkan Jiwon, ia langsung tersadar dan memanggil kedua orang tuanya.
Jiwon membukakan pintu dan disambut oleh kedatangan keluarga Soohyun yang nampak terkejut karena calon besannya ternyata adalah rekan bisnisnya.
"Wah, aku tak menyangka jadi kau ayahnya Soohyun, Seunghyun-ya" kata Kim Hyunsoo menghampiri Kim Seunghyun lalu mereka berpelukan sebentar.
"Ya, aku juga tak menyangka Hyunsoo-ya ternyata kau ayahnya Jiwon, kekasih anakku Soohyun" kata ayah Soohyun tersenyum lebar.
Kim Hyunsoo nampak mengerutkan dahinya bingung. Soohyun berdeham kecil menutupi kegugupannya dan menatap Jiwon. Jiwon yang mengerti arti tatapan Soohyun langsung buru-buru menyuruh orang tuanya untuk mempersilahkan keluarga Soohyun masuk.
Keluarga Jiwon menjamu keluarga Soohyun dengan hidangan hasil masakan Jiwon dan Ibunya, mereka makan dengan khidmat dan sesekali diselingi oleh obrolan kecil. Terlihat sekali Soohyun sedang memikirkan sesuatu sedangkan Jiwon malah asik bermain dengan si kecil Eunwoo sambil mengobrol dengan Somin. Lamunan Soohyun seketika terhenti ketika ayahnya Kim Seunghyun berdeham kecil dan menatap Soohyun sebentar, semua orang yang berada di meja makan nampak mengalihkan perhatiannya pada ayahnya Soohyun , yang terlihat seperti ingin mengutarakan sesuatu.
"Langsung saja pada intinya Hyunsoo-ya, tujuan kami datang kemari adalah ingin melamar anakmu Kim Jiwon dan menikahkannya dengan putra kami Kim Soohyun" ujar Seunghyun- ayah Soohyun mantap.
"Ya, Appa. Aku dan Jiwon berencana untuk menikah minggu ini. Jadi mohon doa restunya Appa" ucap Soohyun melanjuti perkataan ayahnya sambil tersenyum kecil untuk menghilangkan kegugupannya.
"Mwo? Menikah?"
CHAPTER 2
.
Suasana dimeja itu menjadi hening seketika. Hyunsoo menatap putrinya dan pria yang duduk disamping putrinya itu dengan tatapan meminta penjelasan.
"Bisa kalian jelaskan kenapa tiba-tiba sekali kalian memutuskan untuk menikah?"tanya Hyunsoo menatap putrinya dan Soohyun secara bergantian.
"ehhmm itu karena aku.."
"Kami memutuskan untuk menikah, karena kami merasa cocok Appa" potong Soohyun cepat menyela perkataan Jiwon.
Soohyun menatap Jiwon dengan tatapan memberi isyarat yang akhirnya diangguki oleh Jiwon tanda jika wanita itu paham kode yang disampaikan sahabatnya itu.
Hyunsoo menaikan sebelah alisnya. "Sudah kuduga, pasti ada sesuatu diantara kalian"
Soohyun berdeham kecil, menutupi kegugupannya. Karena demi tuhan tatapan Ayahnya Jiwon seperti ingin mengulitinya saat ini.
"Se- sesuatu apa maksud Appa?" tanya Soohyun.
"Sesuatu yang kami tidak ketahui" ujar Hyunsoo santai, membuat Soohyun serta Jiwon menjadi gugup bukan main.
Deg Deg Deg
Bukan itu bukan suara meja yang dipukul, lebih tepatnya itu adalah suara ritme jantung yang sedang memompa terlalu cepat seperti habis berlari di kejar-kejar setan. suara itu berasal dari jantung keduanya. Namun Soohyun lebih mendominasi, terlihat sekali dari guratan wajahnya yang dialiri keringat dingin dipelipisnya yang sexy.
Mereka masih terdiam, memikirkan jawaban sampai akhirnya...
Brakkkk
Semua nampak terkejut mendengar gebrakan meja dari Hyunsoo, Jiwon menunduk tak berani melihat ayahnya, sedangkan Soohyun jangan ditanya. Wajahnya nampak pucat pasi sekarang, Soohyun memejamkan matanya sesaat.
'Apa yang harus kukatakan, Ya Tuhan tolong bantu aku' batin Soohyun memohon.
"Kenapa kalian terlihat gugup?" Soohyun dan Jiwon reflek kembali menatap Hyunsoo.
"ckk~ anak muda jaman sekarang, apa sulitnya untuk mengaku" lanjutnya lagi.
Jiwon dan Soohyun saling berpandangan, bertukar pikiran lagi melalui tatapan masing-masing, yang akhirnya diangguki oleh keduanya. Mereka menarik napas lalu membuangnya kasar. Baru saja Soohyun akan memberitahu perihal kehamilan Jiwon, melupakan segala hal buruk atau pukulan-pukulan apa yang akan ia dapati nanti di area wajah tampannya setelah berkata jujur tentang apa yang terjadi dan alasan mereka memutuskan untuk menikah, namun suara Ayahnya Jiwon kembali mengintrupsinya.
"Jadi, sudah berapa lama kalian menjalin hubungan? mengapa tidak mengatakannya kepada kami huh?"
"Appa sudah menduganya, jika hubungan kalian pasti akan lebih dari seorang sahabat" lanjut Hyunsoo menghakimi keduanya dengan tatapan yang meledek.
'astaga hampir saja' batin Soohyun dan Jiwon bernapas lega.
"Kami baru berpacaran satu bulan terakhir ini Appa, benarkan Soohyun?" kali ini Jiwon angkat bicara lalu menoleh menatap tajam ke arah Soohyun yang duduk disampingnya. Mendengar perkataan putrinya, Ayah Jiwon beralih menatap ke arah Soohyun hingga membuat Pria tersebut menjadi salah tingkah.
"Ah-haha Ya, yang dikatakan Jiwon itu benar Appa" Soohyun mengusap tengkuknya dan tersenyum kikuk.
Hyunsoo mengangguk mengerti.
"Baiklah, Appa senang akhirnya kalian memutuskan untuk menikah. Aku dan eomma Jiwon tentu saja merestui hubungan kalian , dan kalian tenang saja ,semua persiapan pernikahan kalian nanti biar Appa yang urus semuanya" ujar Hyunsoo tersenyum. Membuat semua yang berada di meja ikut tersenyum senang mendengarnya dan melanjutkan acara makan yang sempat tertunda tadi dengan di selingi obrolan-obrolan ringan dari keluarga kedua belah pihak.
-Married By Accident-
Semua persiapan pernikahan telah beres sesuai apa yang dijanjikan ayahnya Jiwon, dari baju pengantin , catering sesuai yang direkomendasikan adiknya Soohyun, gereja pemberkatan, gedung resepsi hingga dekor pernikahan. Semuanya ayah Jiwon yang mengatur dengan mengerahkan seluruh anak buahnya yang tentunya menghabiskan uang dengan nominal yang tidak sedikit, dan itu dilakukannya karena ayah Jiwon ingin yang terbaik untuk pernikahan Putrinya, Soohyun dan Jiwon menyetujuinya hanya saja untuk masalah cincin dan kue pernikahan, mereka memutuskan untuk memilih sendiri.
Saat ini, Jiwon dan Soohyun terlihat sedang memilih cincin pernikahan di toko perhiasan langganan eommanya Soohyun.
"Lihat yang ini, apa kau suka?" tanya Soohyun memberikan cincin berlian berwarna merah pada Jiwon.
"Aku tidak suka berlian, Kim. Lagipula kita kesini untuk membeli cincin pernikahan, bukan berlian"jawab Jiwon malas.
"Coba lihat yang ini!" kata Jiwon menyuruh si penjual untuk mengambilkan cincin yang dilihatnya. Lalu Jiwon memberikannya kepada Soohyun untuk meminta pendapatnya.
"Cincin ini terlalu biasa dan polos, dan juga terlihat kampungan" komentar Soohyun sombong membuat Jiwon mendengus kesal karena Soohyun secara tidak langsung merendahkan seleranya.
"Bagaimana yang ini?"
"Tidak Kim, terlalu banyak permatanya. Aku tidak suka"
"Yang ini?"
"Itu terlihat murah dan norak Ji, cari lagi yang lain"
Dan begitu seterusnya, perdebatan-perdebatan kecil mereka dalam memilih cincin membuat sang penjual kewalahan menghadapi mereka, sang pemilik toko akhirnya mencoba untuk memberikan saran dengan merekomendasikan wedding ring pada pasangan muda yang sedang berdebat dihadapannya itu.
"ehm, begini saja. bagaimana jika aku tawarkan kalian untuk melihat cincin ini" intrupsi si penjual menghentikan perdebatan kecil mereka.
Si penjual membuka kotak perhiasaan dan memperlihatannya pada Jiwon dan juga Soohyun.
Cincin itu sebenarnya terlihat sederhana, namun entah mengapa ukiran serta modelnya yang sederhana itu terkesan mewah hingga membuat cincin tersebut tampak menarik dimata Soohyun. Soohyun tersenyum karena telah menemukan apa yang ia cari.
"Apa kau suka?" tanya Soohyun pada wanita disampingnya.
"Ya, aku sangat menyukainya, tapi..."
"Baiklah, aku beli cincin itu. Aku akan membayarnya dengan ini" potong Soohyun cepat sambil memberikan Black Card nya. Si penjual menurut dan menyiapkan paperbag yang berisikan cincin sesuai yang dipesan oleh Soohyun.
Setelah selesai dengan urusan pembayaran cincin, mereka bergegas menuju mobil untuk pergi memesan kue pernikahan, namun saat sampai didalam mobil, Jiwon mengeluarkan sesuatu yang mengganjal pikirannya sejak tadi.
"Mengapa kau membeli cincin itu?Apa kau gila? Cincin itu terlalu mahal Kim ck~" decak Jiwon tak habis pikir dengan kelakuan calon suaminya itu.
"Itu tidak terlalu mahal bagiku, apapun yang membuatmu senang, aku akan melakukannya untukmu. Termasuk membelikan cincin itu sebagai cincin pernikahan kita." Soohyun menoleh mendekatkan wajah dan mengeluarkan smirknya, menciptakan semburat merah di pipi Jiwon yang mulai sedikit berisi itu akibat perkataan Soohyun barusan. Namun dengan cepat Jiwon berdeham kecil dan buru-buru memalingkan wajahnya.
"Dasar perayu ulung huh" decih Jiwon pelan sambil mengipas-ngipaskan wajahnya yang terasa panas, dan Soohyun hanya terkekeh pelan melihat kelakukan 'calon istrinya' itu.
-Married By Accident-
Mobil Soohyun terhenti ketika sudah sampai pada tempat tujuan mereka, keduanya bergegas keluar dan masuk ke dalam toko kue langganan Jiwon yang merupakan milik seniornya saat masa High School dulu.
"Hye Kyo eonnie" panggil Jiwon sedikit berteriak, membuat sang pemilik toko yang bernama HyeKyo itu menoleh dan tersenyum senang. Jiwon menghampiri HyeKyo dan memeluknya lama untuk melepas rindu, karena memang HyeKyo jarang sekali terlihat ada di toko ini, Hye Kyo lebih sering mengurus toko kuenya yang berada di Jepang. Mereka berpelukan cukup lama, sampai akhirnya suara dehaman seseorang menginterupsi kegiatan mereka,tentu saja orang itu adalah –Soohyun yang sedari tadi diabaikan.
"Eonnie, kapan eonnie kembali ke Korea? Aku benar benar merindukanmu eonnie, eonnie jahat sekali tidak mengabariku" Jiwon merajuk sambil mengerucutkan bibirnya. Hye Kyo terkekeh dan mengelus surai hitam milik Jiwon.
"Maafkan aku ya lupa mengabarimu, lalu bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menjadi dokter seperti apa yang kau cita-citakan?" tanya Hye Kyo antusias.
"Ya, aku baik. hmm aku sekarang bekerja menjadi dokter umum di SNU Hospital" ujar Jiwon bersemangat.
Mereka berdua nampak asik berbincang dan melupakan fakta jika ada makhluk yang terbaikan disana. oh ayolah Soohyun itu manusia bukan patung, kasihan sekali dia tidak dianggap keberadaannya. Soohyun mendengus keras dan itu berhasil membuat Jiwon tersadar jika sedari tadi ada manusia lain yang berdiri disampingnya.
"Oh, aku melupakan sesuatu. Eonnie. Perkenalkan, dia Kim Soohyun. Calon suamiku" Jiwon memperkenalkan Soohyun dan sedikit memelankan suaranya saat diakhir kalimat.
"Aku Kim Soohyun" ujar Pria itu sedikit membungkuk.
"Ah ya, salam kenal Soohyun-ssi. Aku Song Hye Kyo, Kau bisa memanggilku HyeKyo Nunna, karena sepertinya kau lebih muda dariku" balas HyeKyo tersenyum ramah.
"Oh jadi kalian kesini pasti ingin..." perkataan Hye Kyo terputus karena Jiwon mengangguk dan langsung menyerobotnya.
"Ya, kami ingin memesan kue pernikahan"
Hye Kyo tersenyum lalu mempersilahkan Soohyun dan Jiwon duduk untuk membicarakan konsep seperti apa kue yang diinginkan mereka. Hye Kyo memberikan buku contoh macam-macam kue pernikahan yang biasanya banyak dipesan ditoko kue miliknya. Mereka terlihat sibuk membolak-balikan buku, namun Jiwon terlihat menutup kembali buku-bukunya, sementara Soohyun masih sibuk berpikir dan mempertimbangkan kue seperti apa yang cocok untuk pernikahannya.
"Eonnie , apa tidak ada kue bergambar rakun dan kukang? Aku ingin kue itu eonnie" permintaan Jiwon barusan membuat Pria disampingnya sweetdrop. Soohyun memutar bola matanya malas.
"Demi Tuhan Ji, kue itu untuk acara pernikahan kita. Bukan acara ulang tahun anak Tk, kau ini yang benar saja"tukas Soohyun tak habis pikir dengan ide kekanakan Jiwon.
"Tapi aku maunya seperti itu Kim!"
"Tidak! cari konsep yang lain"
"Aku tidak mau, aku hanya ingin kue yang bertemakan Rakun dan Kukang. Titik!" putus Jiwon cepat.
Soohyun menghela napas berat.
"Kenapa tidak sekalian saja kau minta tema Tom And Jerry Eoh?" Sindirnya pada Jiwon.
"Intinya aku tidak setuju, cari yang lain" Soohyun nampak jengah dan mencoba mencari model kue pernikahan yang lain lewat buku-buku yang diberikan Hye Kyo, Soohyun mencoba memberi pendapatnya namun Jiwon terlihat diam saja tak menanggapi, bahkan Soohyun mengabaikan mata Jiwon yang terlihat berkaca-kaca, Hye Kyo yang melihat Jiwon seperti itu menjadi tidak tega dan memutuskan untuk memberi saran.
"Bagaimana jika kue pernikahan seperti pada umumnya, namun diatasnya diganti dengan ukiran patung Rakun dan Kukang" saran Hye Kyo mencoba menghibur Jiwon.
"Aku setuju"
Soohyun terlihat ingin protes namun ia melihat Jiwon berdiri dan berkacak pinggang.
"Jika kau tidak setuju juga, aku tidak mau menikah denganmu. Lebih baik batalkan saja pernikahannya atau kau menikah saja sana dengan kue itu !"
Soohyun lagi-lagi harus menahan kekesalannya melihat tingkah Jiwon yang kekanak-kanakan sekali – pikirnya . Dan lagi apa itu? Membatalkan pernikahan yang akan berlangsung dalam dua hari lagi hanya karena sebuah kue?
What the—
Soohyun memijat pelan pelipisnya saat Jiwon memutuskan untuk keluar dari toko kue tersebut. Mata Soohyun bertemu pandang dengan Hye Kyo, dan ia langsung mengejar Jiwon keluar sebelum calon istrinya itu pergi terlalu jauh, setelah sebelumnya setuju dengan saran yang Hye Kyo berikan.
Soohyun menarik tangan Jiwon, membuat wanita itu menoleh dan dengan cepat melepaskan genggaman Soohyun pada tangannya.
"Ada apa denganmu? Apa kau sedang PMS?" tanya Soohyun heran, melupakan fakta jika Jiwon kini tengah berbadan dua.
"Dasar idiot, bagaimana bisa aku PMS jika ada janin dalam tubuhku. Minggir kau!" sahut Jiwon malas sambil berlalu pergi setelah mendorong pelan tubuh Soohyun karena menghalangi jalannya.
Soohyun berdecak pelan. "Lalu aku harus apa agar kau berhenti mendiamkanku seperti ini Ji ?!"teriak Soohyun frustasi. Jiwon menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Soohyun.
"Merunduk" suruh Jiwon cepat, Soohyun terlihat mengerutkan keningnya bingung, namun ia tetap menuruti permintaan calon istrinya itu.
Jiwon berjalan kebelakang Soohyun dan..
Hap
Dengan sigap Soohyun menahan tubuh Jiwon yang tiba-tiba saja melompat dipunggungnya. Jiwon memeluk leher Soohyun erat dan melingkarkan kakinya dipinggang Pria itu. Soohyun tersenyum geli melihat kelakuan Jiwon yang seolah-olah memberi isyarat jika calon istrinya tersebut sedang ingin 'bermanja-manja' padanya. Hei kemana Jiwon yang merajuk tadi? kenapa tiba-tiba tingkahnya berbeda seperti ini? apa dia punya kepribadian ganda?
"Hei, kenapa tingkahmu berubah jadi manja seperti ini?" tanya Soohyun menoleh sekilas.
"Diamlah Kim, lebih baik jalan saja. apartemenmu dekat dari sini kan?aku ingin menginap. Aku lelah dan ingin beristirahat. Ini permintaan anakmu yang ingin berdekatan dengan ayahnya. jadi jangan membantah" balas Jiwon sambil menyamankan posisinya.
Ck~ alasan macam apa itu.
"hmm baiklah, apapun untuk princess Jiwon-ku" ucap Soohyun mengalah dan mengecup sekilas pipi kiri Jiwon. Mengabaikan jika kemungkinan pipi sang empu yang diciumnya memerah karena ulahnya. Sebenarnya mereka sangat sering melakukan skinship seperti ini, hanya saja rasanya untuk sekarang berbeda. itulah mengapa Jiwon dan mantan kekasihnya—Minho dulu sering bertengkar, karena kedekatannya dan Soohyun yang terbilang sangat dekat 'melebihi' dari hubungan persahabatan itulah—seperti apa yang selalu dikatakan Jiwon kepada Minho yang membuat Pria itu tak pernah bisa mempercayai hubungan keduanya yang berlindung dengan berlandaskan 'sahabat’.
-Married By Accident-
Mereka telah sampai diapartemen, sebelumnya Soohyun telah menyuruh orang suruhannya untuk membawa kembali mobil yang ditinggalkannya tadi ditoko kue, karena permintaan Jiwon yang ingin digendong sampai apartemen, terpaksalah mobilnya ia tinggalkan. Memang sedikit merepotkan, namun Jiwon yang bersikap manja seperti tadi, menjadi hiburan tersendiri bagi Soohyun, mengingat sikap yang sering Jiwon tunjukkan terbilang galak dan kekanakan, namun jauh lebih baik jika Jiwon bersikap manja seperti ini dengannya.
Soohyun menoleh sedikit kebelakang dan mendapati Jiwon yang begitu nyaman tertidur dipunggungnya. Ia merebahkan Jiwon dikasur king size miliknya dan menarik selimut hingga batas dadanya. Di pandanginya sebentar wajah Jiwon yang terlihat sangat cantik ketika tertidur, entah setan apa yang merasukinya, Soohyun memberanikan diri untuk mengecup bibir Jiwon sekilas, sebagai tanda kecupan selamat malam dan bergegas keluar untuk mengistirahatkan tubuhnya disofa ruang tamu, karena tidak mungkin bukan jika ia harus seranjang dengan Jiwon ? bisa-bisa ia kena amukan wanita itu saat pagi menjelang, memikirkannya membuat Soohyun bergidik ngeri.
Namun pergerakan Soohyun seketika terhenti ketika tangan Jiwon menahan pergelangan lengannya. Apalagi perkataan Jiwon yang membuat napasnya sedikit tercekat.
"Aku mencintaimu"
DEG
'Apa ini? Apa ia tidak salah dengar? Jiwon mencintainya? Benarkah?'
CHAPTER 3
.
Soohyun melirik lengannya yang ditahan Jiwon, dan melihat wanita itu ternyata masih memejamkan matanya, Pria itu tertegun.
Huh ?
Sepertinya Jiwon sedang mengigau.
Soohyun terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya tak percaya dengan pemikiran konyolnya barusan.
'memangnya apa yang diharapkannya? Berharap Jiwon ternyata selama ini menyimpan perasaan lalu menyatakan cinta padanya? yang benar saja,'
Soohyun melepaskan tangan Jiwon dari lengannya dan menggenggam jemari Jiwon erat sembari duduk ditepi ranjang menenangkan Jiwon yang terlihat gusar dalam tidurnya. Jujur saja ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya saat mendengar pernyataan Jiwon barusan, namun ia segera menepis pemikirannya. Pasti dia sedang memimpikan Minho—pikir Soohyun.
Jiwon sedikit mengerang dalam tidurnya, ia terbangun dan mendapati Soohyun tengah menggenggam jemarinya.
"Soohyun" panggil Jiwon serak.
Soohyun segera tersadar dari lamunannya lalu mengalihkan pandangannya menatap Jiwon yang memanggilnya.
"Kita sudah sampai? Mengapa kau tak membangunkanku? Ah Maaf karena aku tertidur tadi dipunggungmu" ucap Jiwon sedikit merasa tak enak, yang hanya dibalas oleh anggukan oleh Soohyun.
JDERRR
Bunyi petir dan gemuruh di luar membuat jendela kamar Soohyun sedikit tersibak oleh angin. Hal itu sontak membuat Jiwon terkejut dan dengan reflek memeluk Soohyun. Sepertinya diluar sedang hujan, beruntung sekali mereka tidak kehujanan karena pulang tepat waktu sebelum hujan turun. Soohyun menenangkan Jiwon dengan mengelus surai hitam miliknya. Ia melepaskan pelukannya dan beralih menuju jendela kamarnya untuk ditutup bersamaan dengan tirainya sekaligus.
Soohyun menghampiri Jiwon yang terduduk ditempat tidur , ia mengelus rambut panjang Jiwon untuk menenangkannya. Jiwon memang takut petir maka dari itu dia sedikit shock dan reflek tadi memeluk Soohyun.
"Tidurlah, aku tahu kau lelah, aku akan menemanimu disini sampai Kau tertidur" ucap Soohyun lembut. Jiwon mengangguk lalu menggenggam tangan Soohyun, menghentikan pergerakan tangan Pria itu yang tengah membelai surai hitamnya.
"Bagaimana dengan dirimu? Kau tidur dimana?" tanya Jiwon.
"Aku akan tidur di ruang tamu, tenang saja. Aku tidak akan kemana-mana sebelum memastikan kau tidur." ujar Soohyun tersenyum.
Jiwon menggeleng tanda tak setuju, hingga akhirnya wanita itu berdeham pelan.
"Ekhem, Ba-bagaimana jika kau tidur disini saja, La-lagipula kasur ini cukup besar, kita bisa berbagi kehangatan disini. Aku tahu di ruang tamu pasti sangatlah dingin" seperti dejavu Soohyun menatap Jiwon dengan tatapan yang sulit diartikan, Jiwon yang tersadar akan arti tatapan Soohyun buru-buru meralat ucapannya.
"Ma-maksudku,kita bisa berbagi tempat tidur. Kau bisa tidur disampingku jika kau mau. Aku percaya padamu , kau tak akan berbuat macam-macam"tukas Jiwon dengan cepat meralat ucapannya.
Soohyun tersenyum miring, ia naik ketempat tidur setelah Jiwon sedikit menggeser tubuhnya, memberinya ruang agar bisa tidur dikasur empuknya.
"Aku sudah berada disampingmu, sekarang tidurlah" Jiwon mengangguk dan langsung berhambur memeluk Soohyun, jangan ditanya, Soohyun sendiri terkejut dengan kelakuan Jiwon yang satu ini. Soohyun yang begitu lelah hanya membalas pelukan Jiwon sampai akhirnya mereka tertidur dengan posisi seperti itu hingga pagi menjelang.
-Married By Accident-
Jiwon terbangun dari tidurnya, ia menatap orang yang semalaman menemaninya dan memeluknya. Telunjuknya bergerak menyusuri wajah tampan 'calon suaminya' itu dari dahi, hidung, hingga melewati bibirnya dan berakhir didagu. Jiwon memperhatikan bibir tebal Soohyun, semalam ia merasakan bibir itu menyentuh bibirnya. Tentu saja Jiwon tahu dan sangat tahu jika Soohyun mencuri kesempatan semalam.
"Jangan memandangi wajahku seperti itu terus, aku tahu aku tampan" cicit Soohyun, namun masih dengan matanya yang terpejam. Jiwon tersenyum miring dan menoyor jidat Soohyun dengan telunjuknya.
"Kau terlalu percaya diri, Mr. Kim" Jiwon bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.
"Cepat mandi, aku akan menyiapkan sarapan" suruh Jiwon sebelum menghilang dibalik pintu.
"Siap Nyonya Kim" teriak Soohyun patuh.
-Married By Accident-
Saat ini Soohyun terlihat segar seusai mandi, ia mengambil kaos hitam lengan pendek dipadukan dengan celana pendek berwarna cream yang biasa ia kenakan jika dirumah. Ia keluar dari kamarnya dan wangi masakan langsung tercium di indera penciumannya. Ia berjalan menyusuri dapur dan menemukan Jiwon tengah sibuk dengan masakannya. Soohyun menghampiri Jiwon dan memeluk wanita itu dari belakang, Jiwon sebenarnya sedikit terkejut, namun ia tahu siapa pemilik tangan yang tengah memeluknya kini.
Soohyun mengernyitkan dahinya heran, karena Jiwon tak bereaksi apa-apa, biasanya jika Soohyun jail atau sengaja menggodanya dengan memeluknya seperti ini, Jiwon pasti langsung menerjangnya dengan cubitan-cubitan maut diperutnya. Namun yang ia dapat kini hanyalah sentuhan Jiwon yang mengelus tangannya lembut. Soohyun membalikkan tubuh Jiwon untuk menghadapnya, ia menangkup wajah wanita itu dan mulai mendekatkan wajahnya, Jiwon sontak dengan reflek memejamkan matanya. Wanita yang kini tengah berbadan dua itu berpikir mungkin Soohyun berniat untuk menciumnya, tanpa sadar pipinya sedikit bersemu merah membayangkan bibir itu kembali bersinggungan dengan bibir miliknya, namun sepertinya harapan Jiwon harus terhenti karena ternyata Soohyun hanya menempelkan keningnya saja dikening miliknya.
"Tidak panas" gumam Soohyun heran setelah mengecek suhu tubuh Jiwon. Jiwon tersadar dan langsung mendorong pelan dada Soohyun, tidak tahukah kau Soohyun-, jika Jiwon tadi mati-matian menahan napasnya dan berusaha menetralkan detak jantungnya yang menggila huh.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jiwon dengan nada yang sedikit jengkel dan wajah yang memerah.
"Tidak ada, hanya mengecek keadaanmu saja, karena sejak kemarin sikapmu aneh dan astagah, kenapa dengan wajahmu?" tanya Soohyun khawatir sembari menangkup wajah Jiwon dengan kedua tangannya.
"Sudahlah, lebih baik kau tunggu saja dimeja makan, sebentar lagi makanannya siap" ujar Jiwon ketus sambil menepis tangan Soohyun dari wajahnya. Soohyun hanya menurut jika sudah begini, Jiwon memang keras kepala dan tak terbantahkan.
Pria itu hanya mengangkat bahunya acuh dan berjalan ke meja makan, menunggu masakan calon istrinya itu matang dan dapat disantap sebagai sarapan paginya untuk mengganjal perutnya yang sedari tadi meraung-raung minta di isi asupan makanan.
Soohyun duduk dengan tenang dan sesekali mencuri pandang memperhatikan Jiwon yang sibuk dengan bahan masakannya, kemudian Pria tersebut terkekeh kecil saat menyadari sesuatu.
"Jadi apakah pemandangan ini yang akan aku dapatkan setiap pagi setelah menikah nanti?" gumamnya pelan, lalu tersenyum tipis.
-Married By Accident-
Setelah selesai makan dan juga mandi, Jiwon kini tengah bersiap-siap untuk pulang dan diantar Soohyun, karena pria itu memaksa.
Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan diantara mereka, Soohyun sibuk menyetir sementara Jiwon terus memandang ruas jalan dari kaca jendelanya. Mobil Soohyun terhenti di depan pagar rumah Jiwon, tanpa disuruh turun dan mengucapkan terimakasih, Jiwon langsung saja keluar dari mobil Soohyun bahkan dengan sengaja membanting pintunya, Soohyun cukup terkejut namun berusaha terlihat cuek dan segera melajukan mobilnya tanpa bertanya terlebih dahulu kenapa sikap Jiwon tiba-tiba seperti itu. Jiwon memandang mobil Soohyun yang terlihat menjauh dengan bibir mencebik dan tatapan sedikit kecewa.
"cih, dasar tidak peka!" decih Jiwon pelan sambil menghentak-hentakkan kakinya berjalan memasuki rumahnya.
-Married By Accident-
Wedding Day
Jiwon memandangi dirinya dicermin, saat ini wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin pilihan Ayahnya yang sangat pas membalut tubuhnya yang ramping-ups. Sepertinya kita jangan melupakan fakta jika Jiwon tengah berbadan dua saat ini, tapi tenang saja, perut Jiwon masih rata, belum ada tanda-tanda jika dia terlihat sedang mengandung.
Jiwon melihat Somin menghampirinya.
"Aigo, kau terlihat sangat cantik Jiwon-ah"
"Benarkah eonnie?" tanya Jiwon antusias.
"Ya, aku jamin, Kim Soohyun kekasihmu itu pasti terpesona melihatmu" Soomin menjawil hidung Jiwon gemas.
"Riasanmu sudah selesai kan? Ayah mu sudah menunggu diluar. Ayo aku antarkan kau bertemu ayahmu dan segera bertemu dengan calon suamimu di altar" ajak Somin mengamit lengan Jiwon.
Jiwon berjalan menuju altar bersama dengan Ayahnya, ia terlihat sangat gugup dan menoleh kearah Ayahnya terus, sang ayah tersenyum dan mengelus tangan Jiwon untuk menenangkan putrinya.
Soohyun menunggu didepan altar dengan berbalut tuksedo dan dasi kupu-kupu hitam dilehernya, ia terlihat sangat tampan dengan poni yang sengaja dibuat keatas untuk menunjukkan kharismanya.
Sepertinya Jiwon terpesona melihat calon suaminya itu hingga tidak sadar jika Pria itu sedang mengulurkan tangannya. "Sayang, ulurkan tanganmu" bisik Ayahnya pelan. Jiwon terkejut dan langsung tersadar , ia meraih tangan Soohyun dan dibalas dengan Soohyun yang menggenggam tangannya erat.
"Ku serahkan putriku denganmu, Jaga putriku dengan baik," Hyunsoo menepuk pelan pundak calon menantunya itu dan Soohyun membalasnya dengan mengangguk sopan.
Mereka berdua bergandengan tangan berjalan menuju altar.
"Aku tahu, kau pasti terpesona dengan ketampananku" bisik Soohyun narsis.
"Dan hari ini, harus kuakui. Kau sangat cantik, baby" lanjut Soohyun memuji Jiwon dengan tatapan memuja, Pria itu berkata jujur, ia tidak mengada-ngada jika memang terpesona dengan kecantikan Jiwon, wanita itu memang cantik seperti biasanya, namun hari ini Jiwon jauh lebih cantik dan juga err terlihat sexy dengan gaun pengantin yang memperlihatkan bahu indahnya. Soohyun bersumpah ketika Jiwon berjalan menuju altar ia seperti melihat dewi romawi bernama venus yang terkenal dengan kecantikannya itu sedang menjelma di dalam diri Jiwon—pikirnya berlebihan.
Namun Soohyun yakin, siapapun pasti akan setuju jika melihat kecantikan calon istrinya itu, dan Soohyun bersumpah Jiwon adalah pengantin paling cantik yang pernah ia lihat.
Janji suci sehidup semati telah mereka ucapkan. Pernikahan mereka berjalan dengan lancar, meskipun sedikit ada insiden Soohyun yang terlihat hampir menjatuhkan cincin pernikahan mereka saat akan menyematkannya dijemari Jiwon, mungkin Soohyun gugup karena saking terpesonanya dengan Jiwon. Pria itu benar-benar tidak bisa menutupi kegugupannya.
Semua tamu undangan nampak menyalami dan memberikan selamat kepada kedua mempelai, bahkan Soohyun harus sedikit terusik ketika Haein datang dengan mulutnya yang terus melayangkan godaan untuknya.
"Aku tahu hyung, kau pasti sudah tak sabar kan? Calm hyung, kau tak perlu gugup seperti itu, aku akan mengajarimu dan merekomendasikanmu dengan berbagai macam gaya, kau mau gaya seperti apa hmm?" tanya Haein menaik turunkan alisnya menggoda Soohyun dengan menyebutkan beberapa gaya dalam bercinta, demi Tuhan rasanya Soohyun ingin menyumpal mulut Haein yang sedari tadi terus-terusan menggodanya atau bahkan terdengar seperti meledeknya,cih.
"Diam, atau aku akan menyumpal mulut busukmu itu dengan kecoa, Jung Haein!" ancam Soohyun.
Haein langsung terdiam, 'cih beraninya mengancam' batinnya kesal.
-Married By Accident-
Soohyun dan Jiwon bermalam dikediaman keluarga Soohyun atas permintaan Ibunya, dan Soohyun tidak bisa menolaknya. Adiknya Haein serta istri dan anaknya juga diminta untuk menginap, jadilah mereka semua berkumpul disana.
Soohyun melepaskan tuksedo dan membuka beberapa kancing kemejanya, ia melihat Jiwon yang sepertinya telah selesai mandi, terlihat dari gaun pengantinnya yang kini telah berganti menjadi piyama bergambar rilakuma.
"Ji, aku sudah membuatkanmu susu untuk ibu hamil, cepat kau habiskan" suruh Soohyun menunjuk susu diatas meja nakas dengan dagunya.
"Aku tidak suka susu, dan aku tidak mau meminumnya" tolak Jiwon halus, membuat Soohyun yang tengah sibuk menanggalkan celananya terhenti.
"Ayolah Ji, kau dan anak kita perlu nutrisi" bujuk Soohyun menghampiri Jiwon yang tengah duduk dipinggir ranjang.
"Aku tidak suka susu Soohyun-ah, berhentilah memaksaku!" ucap Jiwon galak.
"Baiklah, jika kau masih tak mau meminumnya juga, aku akan mengelitikimu sampai pagi" ancam Soohyun.
"Silahkan saja" tantang Jiwon menaikan satu alisnya.
Soohyun yang merasa tertantang menghampiri istrinya itu, dan Tanpa aba-aba, Soohyun menerjang Jiwon dan langsung menggelitiki perut Jiwon sampai wanita itu menggeliat dan terbaring dikasur, Jiwon tidak tinggal diam, ia menarik rambut Soohyun lalu menjambaknya, membuat Soohyun mengaduh kesakitan tanpa melepaskan kelitikannya diperut Jiwon, setelah cukup lama mereka berperang saling menggelitik dan menjambak, Jiwon akhirnya menyerah dan meminta Soohyun untuk melepaskannya. Penampilan mereka benar-benar berantakan sekarang, bahkan ikatan rambut Jiwon terlepas dan menyebabkan rambutnya berbentuk tak karuan, Soohyun pun terlihat sama, mereka terengah-engah dan tertawa melihat penampilan mereka masing-masing. Soohyun mengambil gelas yang berisikan susu tadi dan menyuguhkannya kemulut Jiwon. Tentu saja Jiwon menolaknya, namun Soohyun terus memaksa dan menahan kepala Jiwon dengan sebelah tangannya.
.
Nyonya Kim berjalan menuju kamar Soohyun, ia sudah berpesan pada putranya itu untuk segera turun kebawah jika telah selesai membersihkan diri bersama Jiwon, namun sampai makan malam sudah terhidang di meja pun, anaknya itu tak kunjung datang. Cih anak itu benar-benar. Langkah Nyonya Kim terhenti didepan pintu kamar Soohyun, baru saja wanita paruh baya itu berniat mengetuk pintu kamar putranya tersebut, namun sayup-sayup suara terdengar dari dalam membuat tangannya terhenti diudara.
"mmhh pelan pelan Kim"
"Cepatlah Ji, kau ini lamban sekali"
"Uhukk,huukk aku tersedak bodoh"
"Yak, jangan dimuntahkan, kau harus menelannya"
"Rasanya aneh, aku tidak suka"
"Ayolah Ji, kau hanya tinggal menelannya"
"ehhmm,, uhukk"
"Jangan memaksaku Kim, lihatlah gara-gara kau, piyamaku terkena tumpahannya"
"Itu salah dirimu karena memuntahkannya, sekarang cepat telan sampai habis"
"hhmm,mmhh hiks pokoknya aku tidak mau lagi"
Nyonya Kim mematung mendengar sayup-sayup suara didalam kamar pengantin baru itu 'demi tuhan, apa Soohyun baru saja memaksa memasukkan 'itu besarnya' kedalam mulut Jiwon?' batin Nyonya Kim gelisah.
"Yakk, kau..." baru saja Soohyun ingin protes tiba-tiba saja perkataannya terputus karena seseorang datang dan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Tok Tok Tok
"Soo.....hyun" panggil Nyonya Kim terputus ketika melihat keadaan Soohyun yang berantakan dengan kancing kemeja yang terbuka setengah.
"Ya, ada apa eomma?" tanya Soohyun sambil mengaitkan kancing celananya karena sempat belum terpasang dengan benar, saat ia menanggalkannya dan memakainya kembali ketika berdebat dengan Jiwon tadi. Nyonya Kim melirik kedalam dan melihat Jiwon yang keadaannya terlihat tak jauh berbeda dengan Soohyun. Soohyun melihat pandangan Ibunya yang melirik kearah Jiwon lalu kembali lagi menatap kearahnya.
'ternyata benar dugaanku'batin Nyonya Kim lagi.
Seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan Ibunya, Soohyun buru-buru menjelaskan sebelum ibunya itu salah paham.
"Eomma, ini tidak seperti ...."
"Ah, maafkan eomma karena mengganggu kegiatan kalian. Kalian bisa melanjutkannya nanti setelah makan malam, eomma kesini untuk memanggilmu dan Jiwon, cepat turun dan kita makan bersama" potong sang Ibu cepat sambil menepuk pipi Soohyun pelan dan berlalu pergi.
"Baiklah eomma" kata Soohyun pasrah.
-Married By Accident-
Mereka semua makan malam dengan khidmat, setelah semuanya selesai dengan makanan mereka, Kepala keluarga dirumah itu berdeham kecil dan membuka obrolan.
"Jadi, apa rencanamu setelah ini Soohyun-ya?" tanya ayahnya menatap Soohyun.
"ehm, aku dan Jiwon besok akan tinggal diapartemenku Appa"
Nyonya Kim tampak tidak setuju dengan keputusan Soohyun.
"Menginaplah lagi untuk tiga hari kedepan disini, Kau bisa mengambil cutimu lagi kan? Kau kan baru saja menikah, seharusnya bisa mendapatkan cuti lebih banyak. eomma sangat merindukanmu dan juga eomma ingin dekat dengan menantu baru eomma" pinta Ibunya memohon.
"Aku tidak bisa eomma, kami hanya di izinkan mengambil cuti tiga hari, dua minggu lagi aku dan Jiwon juga akan sangat sibuk karena jadwal shift kami di rubah dan hampir bersamaan."
"Yang dikatakan hyung benar eomma, kasihan hyung dan Jiwon, mereka baru satu tahun bekerja menjadi dokter, tidak mungkin mereka bisa mengambil cuti bersama secara mendadak lagi. Lagipula Seoul dan Busan dapat ditempuh dalam waktu empat jam, Jika ada waktu hyung dan Jiwon pasti akan berkunjung" ujar Haein membela hyungnya.
"Aish, kau ini kenapa membela hyungmu, eomma sudah cukup kesepian ketika kau menikah dan keluar dari rumah ini bersama Somin istrimu, sekarang apa salahnya jika eomma ingin berkumpul kembali dengan anak-anak eomma" Nyonya Kim kini tengah merajuk, kesal dengan kedua putranya.
Semua yang berada disitu hanya menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum kecil melihat tingkah Nyonya Kim. Soohyun mengambil jeruk dan memakannya bersama Jiwon, Somin terlihat sibuk menyuapi Eunwoo sementara Haein sibuk membicarakan proyek bisnis bersama Ayahnya. Nyonya Kim yang merasa terabaikan akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada pengantin baru yang sedang asyik bermesraan sambil makan jeruk bersama.
"Soohyun-ya, jadi kapan kalian akan berbulan madu dan memberikan eomma cucu?" tanya Nyonya Kim bersemangat.
uhukkk
dengan sangat tidak elitnya, Soohyun harus tersedak oleh jeruk yang sedang dikunyahnya akibat perkataan ibunya barusan. Semua orang nampak mengalihkan perhatiannya ke Soohyun, sedangkan Jiwon buru-buru memberikan air putih untuk suaminya minum.
"Jadi kapan?" todong Ibunya lagi setelah Soohyun selesai dengan acara tersedaknya tadi.
"Ekhem, mungkin nanti setelah aku mencocokkan jadwalku dengan Jiwon" tukas Soohyun setelah berpikir.
"Baiklah, hhmm eomma jadi tidak sabar menunggu berita kehamilan Jiwon" ucap Ibunya tersenyum senang.
Sedangkan Soohyun dan Jiwon kini saling bertatapan.
'tanpa bulan madu pun, Jiwon kini tengah mengandung eomma' batin Soohyun gusar.
CHAPTER 4
.
Jiwon dan Soohyun tengah sibuk merapikan barang-barang yang Jiwon bawa dari rumahnya ke apartemen Soohyun.
Kini Jiwon telah resmi pindah diboyong suami nya untuk tinggal diapartemen Pria itu.
"Bagaimana dengan kamarnya?" Jiwon mengernyit bingung dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut suaminya itu.
"Apa yang salah dengan kamarnya?" tanya Jiwon sembari memindahkan pakaiannya dari dalam koper ke walk in closet yang ada didalam kamar tersebut.
"Begini, ekhem kau tahu kan apartemen ini hanya ada satu kamar?" tanya Soohyun hati-hati.
"Ya, lalu ?" Jiwon membalasnya dengan wajah datar.
"Aku yakin kau paham maksudku Jiwon-ah" Soohyun terlihat gusar.
Jiwon mengangguk kecil.
"Apa yang kau khawatirkan? kita suami istri jika kau lupa"
Jawaban Jiwon membuat Soohyun menaikkan satu alisnya.
"Jadi maksudmu aku bisa tidur dikamar ini?"
Jiwon terkekeh pelan, "Kenapa? kau tidak mau sekamar denganku?"
"Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja—,"
"Kita pasangan yang sudah menikah Soohyun-ah," ujar Jiwon memotong ucapan suaminya.
"Ya, kita memang menikah dan pasangan suami istri, tapi itu hanya di—,"
"Kita bisa membagi kasur ini dengan baik, lagipula ini bukan pertama kalinya kita tidur sekamar, kau tidak perlu secanggung itu." Jiwon kembali memotong ucapan suaminya.
Baiklah, Soohyun akhirnya mengalah untuk tidak terlalu memperdebatkan dan memperpanjang masalah pembagian kamar, yang sebenarnya adalah hal lumrah bagi pasangan suami istri untuk tidur dalam satu kamar yang sama.
"Baiklah jika begitu, eum masih ada yang perlu kubantu untuk membereskan semua barang-barangmu? jika tidak, aku akan mandi."
"Kurasa cukup, aku hanya tinggal merapikan beberapa alas kaki untuk disimpan di rak sepatu,"
Soohyun mengangguk dan bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
-Married By Accident-
Jiwon menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang usai menata semua barang-barangnya.
"Huh, ternyata cukup melelahkan." keluhnya menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya. Kemudian wanita itu melirik ke pintu kamar mandi dan bergumam, "Soohyun belum selesai juga kah?"
Ceklek
Jiwon menoleh dan tubuhnya menegang kala pintu kamar mandi terbuka dan melihat Soohyun—suaminya itu keluar dengan bertelanjang dada serta hanya berbalutkan handuk yang melingkari pinggangnya. Membuat pria itu terlihat eeerrr sangat sexy dan menggoda.
"Ohh, aku kira kau masih diluar merapikan sepatumu," kejutnya melihat Jiwon yang ternyata sedang duduk di tepi ranjang, memperhatikan dirinya yang saat ini berjalan santai menuju walk in closet.
"A-aku sudah selesai merapikan semuanya, se-sepertinya aku juga perlu membersihkan diri," dengan cepat Jiwon berlari ke kamar mandi, mengabaikan Soohyun yang menatap heran dengan tingkah laku Jiwon saat ini.
Soohyun mengambil kaus putih dan celana pendek yang ada didalam lemarinya , lalu memakainya asal. Pria itu melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Rasa lapar pun mulai menghantam karena perutnya itu belum mendapatkan asupan makanan dari tadi siang. Sepertinya pria itu berencana untuk mengajak Jiwon makan diluar, karena jika memasak, isi kulkas mereka masih kosong, mereka belum sempat membeli bahan makanan.
"Ji, Apa kau masih lama?" Soohyun mengetuk pelan pintu kamar mandi.
Jiwon yang sedang mandi pun terkejut. Wanita itu tengah berendam didalam bath tub yang berisikan air dan sabun aroma terapi yang menenangkan.
"Umm, kenapa?" tanya Jiwon sedikit berteriak menjawab pertanyaan suaminya.
"Aku ingin mengajakmu makan malam diluar, jangan terlalu lama berendam, ini sudah malam, nanti kau masuk angin," ujar Soohyun mengingatkan.
"Tunggu aku lima menit lagi,"
"Oke"
Soohyun mengangguk dan berjalan kembali menuju walk in closet, karena sepertinya ia lupa mengecek ponselnya yang tertinggal dan juga lupa membawa dompetnya.
Jiwon telah selesai membersihkan diri, namun wanita itu lupa membawa handuk untuk mengeringkan rambutnya. Jadilah sekarang ia hanya keluar menggunakan bathrobe dengan rambut yang masih basah.
Tetesan air dari rambut Jiwon kini membasahi lantai kamar tersebut, sehingga Jiwon perlu hati-hati berjalan menuju walk in closet agar tidak terpeleset.
"Hati-hati Ji, kau bisa terjatuh."
Jiwon terkejut hingga tidak memperhatikan langkahnya, membuat wanita itu hampir saja terjatuh jika saja suami yang memperingatinya barusan tidak sigap menangkap tubuhnya.
DEG
Posisi mereka saat ini sangat intim. Jiwon dapat dengan jelas merasakan hembusan napas Soohyun menerpa wajahnya kini.
"Aku sudah mengatakan untuk berhati-hati,"
"Ma-af, a-aku hanya terkejut, karena tidak tahu jika kau masih didalam kamar, aku pikir kau diluar," ujar Jiwon menjelaskan.
Soohyun tersenyum miring, "Kenapa harus terkejut? aku bukan hantu. Lagipula bukankah kau sendiri yang mengatakan untuk tidak perlu canggung."
Jiwon mengangguk pelan dan memutar bola matanya malas, "Ya, kau benar,"
Jujur saja saat ini Jiwon sendiri bingung harus bagaimana, wanita itu mencoba melepaskan tangan Soohyun yang saat ini melingkari pinggangnya karena baru saja membantunya agar tidak terjatuh, namun bukannya melepaskan, Soohyun justru malah semakin merapatkan tubuh mereka.
"Bahkan jika aku melakukan hal yang satu ini bukankah adalah hal yang wajar? karena kita merupakan pasangan suami istri."
Belum sempat Jiwon mencerna ucapan Soohyun barusan, wanita itu dibuat terkejut oleh bibir Soohyun yang tiba-tiba saja mencium bibirnya. Gerakan sensual yang Soohyun berikan membuat Jiwon ikut memejamkan matanya membalas lumatan-lumatan dibibirnya. Ciuman itu semakin menuntut kala Soohyun mengangkat tubuh Jiwon dan mendudukkan istrinya diatas meja yang terdapat didalam walk in closet kamar mereka.
Bunyi decakan menggema didalam kamar mereka.
Jujur saja, Soohyun menginginkan lebih, hanya saja akal sehatnya membuatnya teringat jika mereka harus segera pergi keluar untuk makan malam. Pria itu dengan terpaksa melepaskan ciuman mereka dan memberikan Jiwon akses untuk bernapas.
"Menikmati ciumanku, eoh?" goda Soohyun sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Yakk!! Kau gila!" Jiwon mendorong pelan dada Soohyun, hingga pelukan mereka terlepas. Soohyun hanya tertawa menatap istrinya yang terlihat salah tingkah.
"Cepat pakai bajumu, kita akan pergi makan malam. Oh, atau sebaiknya tidak perlu ya. Aku bisa memakanmu saja malam ini." Soohyun berujar sambil menaik turunkan alisnya.
"Yak, singkirkan otak mesummu itu bodoh!!" Jiwon menoyor jidat suaminya pelan. Sementara Soohyun, pria itu semakin terbahak keras karena berhasil menggoda istrinya.
"Sekarang keluar, aku mau pakai baju!" titah Jiwon pada sang suami.
"Kenapa harus keluar? kita suami istri jika kau lupa." ujar Soohyun enteng, mengulang kembali ucapan Jiwon saat mereka berdebat tadi tentang pembagian kamar.
"Kim Soohyun!!" desis Jiwon menyebutkan nama suaminya.
Alarm tanda bahaya pun mulai muncul dalam otak Soohyun, Pria itu tersenyum canggung. "Baiklah, aku akan menunggu diluar," ujarnya berjalan mundur dan segera berlari sebelum macan betina a.k.a istrinya itu mengamuk.
-Married By Accident-
Hari demi hari berlalu, terhitung sudah seminggu Jiwon dan Soohyun tinggal bersama menjalani kehidupan rumah tangga seperti pada umumnya.
Saat ini mereka tengah sarapan bersama. Soohyun menyantap nasi goreng dan juga secangkir kopi yang dibuatkan Jiwon untuknya. Sementara Jiwon hanya sarapan dengan ubi rebus dan juga jus alpukat.
"Apa kau bisa memberikan jadwal shift mu padaku, Ji?" tanya Soohyun memecah keheningan diantara mereka.
"Untuk apa?" Jiwon balas bertanya.
"Tentu saja untuk mengatur perjalanan bulan madu kita."
Uhuukkk
"Astaga makan dengan pelan Ji, aku tidak akan mengambil makananmu." Soohyun memberikan segelas air putih, yang langsung diminum oleh Jiwon.
"Sudah baikkan?" tanya Soohyun mengelus punggung istrinya.
Jiwon mengangguk.
"Jadi bagaimana? ada tempat atau negara yang ingin kau kunjungi?" Soohyun kembali bertanya.
Jiwon berdeham pelan.
"Eum, sebenarnya aku ingin sekali ke Germany. Tapi aku tidak yakin cuti kita bisa di approve." Jiwon mengerucutkan bibirnya lucu. Soohyun yang mendengarnya pun mengangguk setuju.
"Jadi, aku berpikir bagaimana jika pulau Jeju?" Jiwon kembali mengutarakan keinginannya.
"Ide bagus, sepertinya itu tidak terlalu buruk. Baiklah, pulau Jeju menjadi destinasi kita kali ini. Aku akan mengatur dan mencocokkan jadwal kita."
Jiwon mengangguk dengan senyuman terukir diwajah cantiknya, kemudian mereka akhirnya kembali melanjutkan sarapan yang tertunda sebelumnya.
"Kau sudah selesai?" tanya Soohyun yang melihat Jiwon keluar dari dapur setelah mencuci piring makan mereka.
"Tunggu sebentar." Jiwon masuk kedalam kamar dan mengambil tasnya yang ia letakkan diatas meja nakas samping tempat tidurnya.
"Ayo berangkat." Jiwon mengejutkan Soohyun karena wanita itu tiba-tiba saja mengaitkan tangan dilengannya.
"Kenapa diam? Ayo!" Soohyun melirik sekilas tautan dilengannya, yang membuat Jiwon tersadar.
"Ah maaf," Jiwon menurunkan lengannya bermaksud untuk melepaskan tautan mereka, karena berpikir jika Soohyun mungkin merasa tidak nyaman, meskipun saat bersahabat dulu mereka sering skinship, untuk kali ini mungkin rasanya berbeda karena mereka masih sedikit canggung dengan hubungan mereka sekarang yang terikat pernikahan.
Soohyun tersenyum tipis lalu menautkan kembali tangan Jiwon pada lengannya dan meraih jemari lentik istrinya itu pada genggamannya.
"Kajja"
CHAPTER 5
.
"Tekanan darahmu cukup tinggi, apa kau sering mengkonsumsi alkohol atau kafein?" Jiwon bertanya usai memeriksa pasiennya.
"Akhir-akhir ini aku cukup sering minum kopi karena pekerjaanku mengharuskanku untuk lembur"
Jiwon mengangguk paham dan meresepkan obat untuk dikonsumsi pasiennya.
"Kau harus menjaga pola makanmu, kurangi garam serta kafein dan kau bisa mencoba untuk rutin berolahraga. Aku sudah meresepkan obat untuk kau konsumsi, nanti kau bisa mengambilnya di instalasi farmasi kami."
Pasien tersebut mengangguk dan keluar dari ruangan Jiwon usai berterimakasih pada Dokter muda tersebut.
"Yeaji?"
Wanita bernama yeaji itupun menoleh dan menyipitkan bola matanya ketika orang yang memanggil namanya tersebut berjalan mendekat menghampirinya.
"Kau—Kim Soohyun?"
"Ya, sudah lama sekali eoh, apa kabarmu?" tanya Soohyun basa-basi.
"Seperti yang kau lihat, aku baik." jawab Yeaji seadanya.
"Benarkah? tapi sepertinya aku melihatmu keluar dari pintu itu." tunjuk Soohyun pada pintu yang ternyata adalah ruangan istrinya.
"Ya, aku hanya memeriksa kesehatanku, karena akhir-akhir ini aku sering begadang dan eoh apa kau dokter disini?"
Soohyun mengangguk. "Aku salah satu dokter spesialis bedah umum dirumah sakit ini."
Yeaji ber 'o' ria. Wanita itu tersenyum tipis, ia tak menyangka akan bertemu dengan Pria yang merupakan mantan kekasihnya pada jaman senior high school dulu. Pria itu tumbuh dengan baik dan juga sangat tampan dengan tubuhnya yang ideal. Namun sebuah cincin yang melingkar di jari manis Pria tersebut berhasil mencuri perhatiannya.
"Kau— apakah kau sudah menikah?"
Soohyun cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang terlontar dari ekhem—mantan kekasihnya itu. Ia pun tersadar jika perhatian wanita dihadapannya tersebut tertuju pada cincin yang melekat indah di jari manisnya.
"Ah, ye. Belum lama ini aku menikahinya. Wanita yang baru saja bertemu denganmu di ruangan itu adalah istriku." Soohyun tersenyum tipis.
"Dokter Jiwon adalah istrimu?" Yeaji terlihat cukup terkejut. Karena seingat Yeaji, saat hubungan mereka kandas, Yeaji mengetahui bukan Jiwon wanita yang dicintai Pria tersebut. Ya, mereka putus karena Soohyun mencintai wanita lain, Pria itu terpaksa mengencaninya karena tidak bisa mendapatkan cinta dari gadis yang ia cintai. Yeaji hanyalah objek pelarian, dan ketika wanita tersebut mengetahui alasan Soohyun, Yeaji langsung memutuskan hubungan mereka.
"Sampai jumpa di lain waktu Yeaji-ssi. Aku harus pergi." Soohyun pamit dan berjalan meninggalkan Yeaji menuju ruangan istrinya.
Yeaji terkekeh pelan setelah melihat punggung Pria yang merupakan mantan kekasihnya itu menghilang dibalik pintu ruangan dokter muda yang ia ketahui bernama Jiwon.
Senyum miring terlintas diwajah cantiknya kini. "Jadi kau masih tak berhasil mendapatkan gadis impianmu itu,eoh?"
-Marrird By Accident-
"Kau masih sibuk?"
"Tidak terlalu, ada apa?" Jiwon menghampiri Soohyun yang tengah duduk santai di Sofa ruangannya.
"Aku kesini ingin memberitahumu, Besok pagi kita bisa berangkat ke Jeju. Aku sudah memesan tiket pesawat dan booking hotel untuk penginapan kita selama tiga hari dua malam disana."
Jiwon terkejut mendengar penuturan Soohyun barusan.
"Benarkah?"
Soohyun mengangguk. Pria itu tersenyum tipis. "Aku sudah menyocokkan jadwal kita untuk tiga hari kedepan, dan cuti kita pun sudah di approve."
Mata Jiwon berbinar cerah setelah mendengar kabar yang membuatnya tersenyum senang, hingga tanpa sadar wanita tersebut memeluk suaminya erat.
"Kau senang, eoh?" tanya Soohyun membalas pelukan sang istri.
Jiwon mengangguk pelan dalam pelukannya. "I am very happy. Terimakasih."
-Marrird By Accident-
Keesokan harinya Jiwon terlihat sedang mengecek kembali barang dan baju bawaannya ke dalam koper yang telah ia siapkan semalam, begitupula dengan barang bawaan suaminya.
Mereka memutuskan untuk bulan madu ke Pulau Jeju sesuai permintaan Jiwon sendiri karena memang keinginannya dari dulu ialah ingin berlibur ke pulau Jeju bersama dengan orang yang dicintainya—dan sekarang impiannya terwujud? ups tentu saja , namun bukan bersama orang yang dicintainya, melainkan bersama suami sahnya—yang tentunya belum bisa menyentuh relung hatinya? Mungkinkah? Entahlah, Jiwon sendiri masih bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang.
"Apa semuanya sudah siap, Jiwon-ah?" tanya Soohyun dari dalam kamar mandi.
"Ya, semuanya sudah ku bereskan, termasuk barang-barangmu, sekarang cepatlah keluar, memangnya apa yang kau lakukan di kamar mandi? Kenapa lama sekali sih?" jawab Jiwon sambil menggerutu.
"Aku sedang menuntaskan panggilan alamku, kau duluan saja ke mobil, supir yang akan mengantar kita ke bandara telah menunggu dibawah. Aku akan menyusul!" titah Soohyun, sambil sesekali menggeram tertahan karena sedikit kesulitan mengeluarkan isi perutnya.
Jiwon memutar bola matanya malas dan tidak merespon kembali ucapan Soohyun, ia langsung menuju mobil sambil menyeret koper miliknya dan juga Soohyun. Untung saja apartemen suaminya ini masih berada dilantai tiga, jadi tidak begitu sulit untuk Jiwon menyeret dua koper sekaligus.
Jiwon merogoh sakunya dan memainkan ponsel miliknya untuk menghilangkan suntuk sembari menunggu Soohyun, beberapa menit kemudian ia melihat ada sebuah pesan masuk dari istrinya Haein—Jung Somin yang merupakan adik iparnya Soohyun.
From : Somin eonnie
Jiwon-ya, kau tahu? Aku punya kabar bahagia untuk keluarga kita, kau ingat bukan saat aku pusing dan mual seminggu yang lalu? Ternyata kau benar, setelah memeriksanya kemarin ,hasilnya benar-benar positif, aku hamil Jiwon-ya. Ah aku bahagia sekaliiiiii.
Jiwon tersenyum membacanya dan segera mengetik balasan pesan untuk Somin.
To : Somin eonnie
Benarkah eonnie? Aku turut bahagia mendengarnya, aku harap kau dan juga bayimu selalu sehat sampai melahirkan nanti. Selamat eonnie.
Sent
selang beberapa menit kemudian, ponsel Jiwon kembali bergetar, dan itu balasan pesannya dari Somin.
From : Somin eonnie
Terimakasih untuk doamu Jiwon-ya. Aku akan menjaga bayiku dengan baik. Ku harap setelah bulan madu nanti, kau dan Soohyun membawa kabar baik. Kami semua menantikan kabar kehamilanmu Jiwonnieee, semoga bulan madumu lancar dan menghasilkan janin di dalam perut ratamu itu kkkk~
DEG
Jiwon tersenyum membacanya , ia mengelus perut ratanya setelah membaca pesan dari Somin 'aku juga tengah mengandung sekarang eonnie' batin Jiwon dalam hati. Soohyun menghampiri Jiwon yang terlihat sedang senyum-senyum sendiri sambil mengelus perut ratanya itu.
"Ada apa denganmu? Kenapa terus-terusan tersenyum seperti itu? Apa kau mulai gila?" cibir Soohyun sambil menatap Jiwon yang terlihat aneh menurutnya.
"awh" teriak Soohyun kesakitan. Jiwon baru saja mencubit perutnya dengan rasa tak berperikemanusiaan. Soohyun mengelus perutnya yang habis dihadiahi cubitan sayang oleh sang istri. Wanita itu langsung masuk ke dalam mobil, menghiraukan Soohyun yang sepertinya terlihat kesal dengan kelakuannya barusan. Biarkan saja, ia tak peduli.
Soohyun tersenyum kecut, ia mengikuti Jiwon masuk ke dalam mobil, dan menyuruh sang sopir untuk segera berangkat lalu membawa mobilnya membelah jalan menuju bandara untuk penerbangan bulan madunya.
-Marrird By Accident-
Mereka telah sampai di Jeju International Airport, setelah memakan waktu kurang lebih satu jam setengah dalam penerbangan. Kini mereka tengah menunggu jemputan untuk menuju hotel, mereka tidak sadar jika sedari tadi ada yang mengikuti mereka dari keberangkatan bahkan sampai di penginapan. Jiwon yang akhirnya peka dan menyadari jika sepertinya ia sedang di awasi, memutuskan untuk bertanya kepada Soohyun.
"Soohyun-ah, kenapa aku merasa sepertinya kita sedang diawasi? Namun setelah aku melihat ke belakang, tidak ada satupun orang yang mencurigakan" ucap Jiwon heran.
"Hmm, akupun berpikir begitu , tapi yasudahlah tak usah kau pikirkan, lebih baik kita beristirahat, karena setelah makan siang nanti kita akan bermain di pantai dan melihat sunset, kau suka pantai bukan?" tanya Soohyun sembari mengusak rambut Jiwon pelan dan merangkul pundak Jiwon untuk menuntunnya masuk kedalam penginapan mereka.
"ay-ay captain" ujar Jiwon mengangguk dan membalas rangkulan Soohyun dengan memeluk mesra pinggang suaminya.
CHAPTER 6
.
Soohyun kini terlihat sangat tampan dan rapi dengan setelan celana pendek berwarna grey senada dengan cardigannya yang dibalut kemeja bergaris biru didalamnya. Ia kini tengah menunggu Jiwon yang masih bersiap-siap didalam kamar mandi.
"Jiwon-ah, apa kau masih lama?" tanya Soohyun.
"Tidak, sebentar lagi"
"Baiklah, aku tunggu kau di luar, cepatlah atau kau aku tinggal!" ancam Soohyun sembari mengambil kacamata hitamnya yang terletak di meja nakas dan bergegas keluar.
Jiwon memperhatikan penampilannya di cermin, setelah dirasanya puas dengan penampilannya, ia keluar dari kamar mandi dan segera menghampiri Soohyun yang sedang menunggunya diluar.
Jiwon melangkah pelan mendekati Soohyun yang terlihat membelakanginya.
"Ayo" ajak Jiwon dengan tiba-tiba merangkul lengan Soohyun. Soohyun menoleh dan mendapati Jiwon yang kini tengah tersenyum padanya.
DEG
'manis' batinnya memuji Jiwon dalam hati. Soohyun menggelengkan kepalanya setelah sadar dari pemikirannya barusan.
"Kau kenapa?" tanya Jiwon heran melihat tingkah Soohyun.
"Tidak apa-apa" jawab Soohyun datar.
Jiwon nampak tidak puas dengan jawaban suaminya itu.
"ck~ aku tahu, kau pasti terpesona melihatku bukan?" goda Jiwon sembari mengibaskan rambut panjangnya mengenai wajah Soohyun.
Soohyun tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya "Kau terlalu percaya diri Nyonya Kim, kau tahu? Kau terlihat sangat jelek dengan penampilan seperti ini menurutku" bisiknya dihadapan wajah Jiwon lalu menoyor jidat Jiwon dengan jari telunjuknya.
"Yakkk!!" teriak Jiwon tiba-tiba, membuat Soohyun langsung menegakkan tubuhnya kembali. Soohyun tersenyum puas ketika melihat wajah istrinya yang terlihat kesal, ia akui Jiwon terlihat cantik dan sederhana dengan balutan sabrina putih dan hotpants yang membaluti tubuh rampingnya. Melihat Jiwon yang berpenampilan seperti ini entah mengapa membuat sistem kinerja jantung Soohyun berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, namun Soohyun memutuskan untuk mengabaikannya dan segera pergi dari tempat itu menuju pantai, meninggalkan Jiwon yang sibuk menggerutu karena dirinya barusan.
"Yakk, Kim Soohyun bodoh, tunggu aku!!"
-Married By Accident-
Soohyun dan Jiwon berjalan beriringan menuju pantai, Jiwon terlihat masih kesal dengan Soohyun, sementara Pria itu terlihat cuek-cuek saja berjalan disampingnya, Pria itu terlihat semakin tampan dengan kacamata hitam bertengger manis di hidung mancung miliknya, serta gaya berjalannya yang terlihat cool dengan memasukkan kedua tangan di saku celananya, membuat beberapa gadis yang lewat memandangnya dan berbisik-bisik.
'dia sangat tampan ya'
'ah andai aku yang berjalan di sampingnya'
'kyaaa dia tampan sekali'
'aku ingin sekali berkenalan dengannya'
'ah akan sangat beruntung jika aku menjadi kekasihnya'
Itulah yang terdengar di telinga Jiwon ketika mendengar pujian-pujian yang dilayangkan untuk suaminya saat melewati mereka. Sementara Soohyun, ia hanya tersenyum menanggapi bisikan-bisikan dari gadis-gadis yang ingin mendapatkan perhatiannya, melihat reaksi Soohyun yang sepertinya tidak merasa risih sama sekali membuat Jiwon mendengus, dan tanpa aba-aba Jiwon langsung merangkul lengan Soohyun dengan mesra dan menyenderkan kepalanya dibahu lebar milik Soohyun, yang tentunya membuat Soohyun terkejut dan menoleh padanya.
"Yeobo, sepertinya anakmu ingin es krim, ayo kita pergi ke kedai es krim" ajak Jiwon bernada manja dengan menekankan setiap suku katanya, yang langsung di hadiahi tatapan heran oleh Soohyun. Jiwon yang mengerti arti tatapan Soohyun langsung mendekatkan wajahnya di telinga suaminya itu.
"Selama ada aku disampingmu , Aku tidak akan memberimu celah untuk kau tebar pesona Mr. Kim , ingat itu!" bisik Jiwon tajam, membuat Soohyun terkekeh pelan.
"Wow, ada apa ini? Kau tengah mendeklarasikan jika saat ini kau sedang merasa cemburu Nyonya Kim? hmm" goda Soohyun sambil menaik turunkan kedua alisnya. Jiwon memutar kedua bola matanya malas, ia menghiraukan godaan Soohyun yang menuduhnya cemburu, ia tak menjawabnya karena sejujurnya ia juga bingung kenapa dirinya terlihat kesal saat gadis-gadis itu memuji Pria yang berstatus suaminya ini.
"Baiklah istriku sayang, Ayo kita beli es krim untuk bayi yang ada didalam perutmu itu" dengan tiba-tiba Soohyun langsung merangkul Jiwon dengan mesra dan membawanya menuju kedai es krim ,meninggalkan gadis-gadis yang terlihat kecewa disana karena mengetahui fakta jika Pria tampan yang mereka lihat telah memiliki istri dan calon buah hati.
-Married By Accident-
Setelah cukup jauh berjalan dari kerumunan gadis-gadis tadi, Jiwon langsung melepas rangkulan Soohyun.
"Aku tidak jadi makan es krim" ujar Jiwon tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Soohyun bingung, karena cepat sekali mood istrinya itu berubah.
"Aku ingin bermain air dipantai saja Soohyun-ah" Jiwon berjalan menuju bibir pantai, yang di susul oleh Soohyun di belakangnya.
Jiwon membalikan tubuhnya menghadap Soohyun, membuat Soohyun yang berjalan dibelakang menghentikan langkahnya.
"Ayo kita bertaruh, Kau kejar aku. Jika aku tertangkap, aku akan mengabulkan tiga permintaan untukmu, bagaimana?" tawar Jiwon. Soohyun menaikkan satu alisnya berpikir, sepertinya ia tertarik dengan penawaran Jiwon.
"Baiklah, call"
Tanpa aba-aba Jiwon langsung lari dan meninggalkan Soohyun yang terlihat masih berdiam diri.
"Yakk, Kau curang!!" teriak Soohyun, namun wanita itu malah memeletkan lidahnya dan terus berlari meninggalkan Soohyun.
"Awas kau Kim Jiwon, aku akan menangkapmu dan tak akan membiarkanmu lari dari sisiku" gumam Soohyun tersenyum lalu mulai berlari mengejar Jiwon.
Mereka terus kejar-kejaran dan berlarian di sekitar bibir pantai, sambil sesekali mereka terjatuh karena ombak yang menerjang tubuh mereka. Jiwon terjatuh dan melihat Soohyun mendekat padanya, ia buru-buru berdiri dan lari, namun pergerakannya terhenti ketika sebuah tangan menarik lengannya, membuat Jiwon terhuyung ke dalam pelukan Pria yang berstatus suaminya itu. Pria itu memeluk erat pinggang Jiwon dan Jiwon menahan pelukan suaminya itu dengan meletakkan tangannya didada bidang milik Pria tampan yang sedang menatapnya kini.
"Aku mendapatkanmu Kim Jiwon, kau tidak bisa lari kemana-mana lagi" Soohyun membuka kacamata hitamnya lalu menatap Jiwon dengan tatapan meledek.
"Baiklah, aku kalah" dengan berat hati Jiwon harus menepati janjinya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Jiwon masih dalam pelukan Soohyun.
Soohyun terlihat berpikir.
"hhmmm"
"Kau!!" Jiwon nampak terkejut dengan permintaan Soohyun.
"Apa maksudmu..." perkataan Jiwon langsung terputus karena Soohyun tiba-tiba langsung menggendongnya dan membawanya berlari menuju tengah pantai.
"Yakk, Kim Soohyun turunkan aku!!" teriak Jiwon meronta-ronta dalam gendongan Soohyun, Pria itu membawa tubuh mereka berputar-putar di sekitar ombak, membuat tubuh mereka basah terkena air.
Jiwon memeluk erat leher Soohyun ketika tubuh mereka basah diterjang ombak, bahkan mereka harus terjatuh dan sempat tenggelam didalam air.
Kini Jiwon sudah tidak berada di gendongan Soohyun, mereka melanjutkan bermain air dengan saling menyipratkan air ke wajah lawan dengan diselingi tawa yang keluar dari mulut mereka, terlihat sekali guratan kebahagiaan di wajah mereka yang tengah memanfaatkan moment kebersamaan mereka kini, bahkan Soohyun terlihat seringkali memeluk Jiwon dari belakang ketika wanita itu mencoba menerjangnya dengan cipratan-cipratan air yang dibuatnya.
Mereka terus bermain air tanpa sadar jika banyak skinship yang terjadi diantara mereka, membuat orang-orang di sekitar mereka iri menatap pasangan muda yang terlihat sangat mesra dan cocok satu sama lain itu.
-Married By Accident-
"Minum ini, kau pasti haus setelah bermain air," Soohyun datang dengan segelas air kelapa muda dan duduk disamping wanita mungil yang terlihat sibuk membidik sunset dengan ponsel ditangannya, untungnya ponsel miliknya itu tahan air, jadi ia tidak perlu pusing memikirkan ponselnya akan rusak atau tidak saat bermain air tadi.
"Terimakasih" ujar Jiwon tersenyum , lalu meminum air kelapa tersebut untuk melepas dahaga usai lelah bermain air tadi.
"Apa kau merasa kedinginan?" tanya Soohyun pada istrinya yang sepertinya terlihat kedinginan karena pakaiannya tadi cukup basah.
"Yah, sedikit. Mungkin karena pakaianku belum sepenuhnya kering" jawab Jiwon.
Soohyun melepaskan cardigan miliknya, lalu memakaikannya dibahu Jiwon. Jiwon nampak terkejut dengan perlakuan Soohyun, namun dia hanya diam menerimanya. Diam-diam Jiwon tersenyum tipis mendapat perlakuan manis seperti ini dari Soohyun.
"Lain kali jangan memakai pakaian seperti ini lagi, kau memang terlihat cantik. Tapi aku tidak suka jika kau harus membaginya dengan orang-orang disekitarmu, karena hanya aku yang boleh melihat lekuk tubuh sexy mu itu, mengerti!" oh apa maksud Soohyun berkata seperti itu, Pria itu ingin menegaskan kepemilikan atas dirinya kah? 'Sepertinya suamiku ini mulai posesif eoh—pikir Jiwon, kemudian menundukkan kepalanya saat dirasa pipinya mulai memanas mendengar perkataan Soohyun barusan. Sementara Soohyun, Pria itu tersenyum tipis karena berhasil membuat istrinya tersipu.
Soohyun kemudian berdiri dari duduknya dan membersihkan bokongnya dari pasir yang menempel.
"Ayo kita ke kedai ramen disana, Aku lapar" Soohyun mengulurkan tangannya, yang langsung disambut oleh tangan mungil Jiwon.
Mereka berjalan menuju kedai ramen dengan tangan yang saling bertautan, mengabaikan detak jantung yang menggila dalam diri mereka masing-masing.
"Dua porsi ramen pedas dan satu botol soju" pesan Soohyun dikasir ketika sampai dikedai ramen tujuan mereka.
"Baiklah tuan, apa ada lagi yang ingin anda pesan?"
"Tidak, itu saja. terimakasih"
"Baiklah totalnya 35.000 won"
Soohyun merogoh saku celananya, mengeluarkan debit cardnya lalu memberikannya pada pegawai kedai ramen tersebut.
Usai menyelesaikan pembayaran, Pria itu langsung menghampiri istrinya yang telah menunggunya di salah satu meja yang berada dikedai ramen tersebut.
Selang beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan mereka pun datang.
Soohyun nampak lahap memakan ramen miliknya, sampai-sampai tidak sadar jika cara makannya membuat Jiwon menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Makanlah dengan pelan, Kim!"
Soohyun berhenti memasukan mie kedalam mulutnya dan terkekeh pelan.
"Maaf, aku hanya terlalu lapar. Baiklah aku akan makan dengan pelan" ujar Soohyun tersenyum, membuat darah Jiwon sedikit berdesir melihat senyumannya.
Soohyun masih terus fokus dengan makanannya sampai akhirnya terhenti ketika sebuah tangan menyentuh sudut bibirnya dengan lembut.
"Kau ini, berapa umurmu eoh? Kenapa makan masih berantakan seperti..."ucapan Jiwon terputus ketika Soohyun menatap intens kedua bola matanya dan menggenggam tangannya yang sedang membersihkan noda disudut bibir suaminya itu. Mereka terus bertatapan sampai akhirnya—
"Kau perhatian sekali istriku" suara Soohyun yang terdengar meledek barusan berhasil memecahkan konsentrasinya, Jiwon langsung menarik tangannya dan berdeham pelan.
"ck~ aku hanya tidak suka saja melihat cara makanmu dan bibirmu yang kotor , makanya aku membersihkannya, kau itu jorok!" cibir Jiwon menutupi kecanggungannya.
"Benarkah? wah sepertinya aku harus meninggalkan noda dibibirku setiap makan, agar istriku ini selalu membersihkannya dengan tangan lembutnya ini" Soohyun menggoda Jiwon dengan mencium sekilas punggung tangan istrinya , yang langsung dihadiahi jitakan pelan oleh Jiwon setelahnya.
"Dasar gombal" Soohyun menanggapinya dengan tersenyum lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.
"Soohyun-ah"
"hhmm"
"Apa kau lupa? Aku tidak minum soju"
Soohyun menepuk pelan jidatnya. astagah dia lupa jika Jiwon sedang hamil.
"Kau tunggu disini, aku akan memesankan jus untukmu" Jiwon mengangguk, Soohyun langsung melesat pergi menuju kasir untuk kembali memesan.
Soohyun buru-buru berbalik menuju meja tempat dimana Jiwon berada setelah memesan minuman untuk istrinya itu, namun karena kecerobohannya yang terlalu buru-buru dan tidak memperhatikan sekitar, membuatnya menyenggol bahu seseorang hingga orang itu menjatuhkan dompetnya, dan sepertinya orang tersebut tidak sadar jika dompetnya terjatuh.
Soohyun memungut dompet tersebut dan berinisiatif mengembalikannya, namun sepertinya langkah si pemilik dompet terlihat terburu-buru, Soohyun mengejarnya sampai keluar kedai, ia memanggil-manggil si pemelik dompet yang ternyata adalah seorang wanita, namun sepertinya wanita itu tidak mendengarkannya juga, Soohyun akhirnya mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di depan wanita tersebut.
Hosh hosh hosh
Soohyun memegang lututnya dan menghirup napas sebentar.
"Nona, ini .. dompetmu tadi terja..tuh" Soohyun tertegun menatap sang pemilik dompet yang berdiri dihadapannya kini.
"Lee Ji—Eun" gumam Soohyun terputus-putus.
"Soohyun? Kau Soohyun bukan?" wanita itu terlihat terkejut, namun raut wajahnya menunjukkan kebahagiaan.
"Ya, ini aku" balas Soohyun tersenyum.
"Soohyun-ah, Aku merindukanmu" wanita yang bernama Jieun itu tiba-tiba saja langsung memeluknya, membuat Soohyun tersentak namun setelahnya Soohyun tersenyum dan membalas pelukan Jieun.
"Aku juga sangat merindukanmu Jieun" Soohyun memeluk erat Jieun seakan-akan tidak ingin kehilangan wanita itu lagi dari sisinya.
Mereka tidak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikan interaksi mereka. Ya, Jiwon melihatnya. Ia melihat bagaimana suaminya memeluk mesra wanita itu, sakit itulah yang dirasakannya kini. Jiwon menghapus air matanya dan menatap kedua sejoli itu, sampai akhirnya tatapannya bertemu dengan mata indah milik suaminya—Kim Soohyun. Pria itu sepertinya terkejut dan langsung melepaskan pelukannya pada Jieun, ia melihat Jiwon membuang muka lalu melengos pergi, meninggalkan Soohyun dengan sedikit perasaan bersalah yang menggelayutinya. Soohyun menatap wanita dihadapannya kini.
Wanita ini adalah orang yang selama ini mengisi relung hatinya, mengajarinya apa itu arti mencintai, wanita yang sangat ingin ia lindungi, wanita yang sangat ia cintai, namun wanita ini pula yang mematahkan hatinya.
Soohyun menghela napas pelan.
"Jieun-ah, aku harus pergi"
"Tapi Soohyun-ah" Jieun menahan lengan Soohyun, membuat Soohyun terdiam.
"Apa aku masih bisa bertemu denganmu? Ada hal yang ingin aku ceritakan padamu" sambung Jieun sedikit memohon.
Soohyun mengangguk dan mengusap rambut Jieun.
"Ya, kau bisa menghubungiku nanti. Nomerku masih sama, tapi sekarang aku harus pergi, ada hal penting yang harus aku urus" Soohyun terlihat gelisah, membuat Jieun tersenyum kecut karena tidak bisa berlama-lama melepas rindu dengan Soohyun.
"Ya, Kau boleh pergi"
"Terimakasih," Soohyun tersenyum dan langsung melesat pergi meninggalkan Jieun sendirian yang mungkin saja memiliki banyak pertanyaan bertengger manis dikepala cantik miliknya kini.
CHAPTER 7
.
Soohyun berlari mengejar Jiwon yang telah jauh menghilang dari pandangannya.
Pria itu menghela napas berat karena tak menemukan istrinya dimanapun.
"Kau pergi kemana Jiwon-ah?"gumam Soohyun khawatir sambil terus berjalan, matanya menyusuri setiap sudut jalanan atau pun toko-toko yang ada disepanjang jalan, berharap dapat menemukan istri mungilnya itu, hingga Pria itu akhirnya menyerah dan memutuskan untuk kembali ke hotel, berpikir jika mungkin saja Jiwon telah kembali ke penginapan mereka.
BRUKKKK
"Ma-af, aku tak sengaja," Soohyun terus menunduk meminta maaf karena telah menabrak bahu seseorang akibat kembali tidak fokus melihat jalan didepannya.
Hingga sebuah suara yang keluar dari orang yang ditabraknya tersebut menginterupsinya dan sedikit membuatnya terkejut.
"Hyung" Soohyun menegakkan tubuhnya ketika mengenali suara yang memanggilnya itu.
"Kau!!" tunjuk Soohyun membulatkan matanya terkejut.
"Kenapa kau bisa berada disini bocah??!! sambung Soohyun lagi.
Pria yang ditunjuk itu mendengus sebal menatap Soohyun.
"Tentu saja berlibur, memangnya apa lagi?"
"Kau tidak sedang membuntutiku bukan?" tuduh Soohyun cepat.
"Ap—apa maksudmu, untuk apa aku membuntutimu? cih" decihnya tak suka membalas tuduhan Soohyun.
"Lalu kenapa kau bisa berada disini? kau habis darimana? dan apa yang kau bawa ditanganmu itu?" tanya Soohyun memperhatikan Haein yang terlihat sedang membawa kantung berisi makanan.
Ya, orang itu adalah Haein—adiknya.
Haein mengangkat kantung makanan ditangannya sambil tersenyum.
"Ini ramen, Somin menyuruhku membelikannya karena ia sedang mengidam"
"Apa? Kau bilang apa tadi? mengidam? Somin hamil?" tanya Soohyun bertubi-tubi.
"Ya, kehamilannya ternyata sudah jalan dua bulan, aku juga sudah memberitahu keluarga kita, namun aku lupa memberitahumu," ujar Haein sambil menyengir lebar dan membuat tanda peace.
Soohyun hanya berdecak pelan mendengar penjelasan adiknya itu.
"Jadi bagaimana hyung, Lihatlah! aku bisa membuktikan jika aku ini pria jantan bukan? aku saja akan memiliki dua anak, Lalu kau kapan menyusul hyung?" ledek Haein.
Soohyun tersenyum remeh melihat adiknya yang saat ini tengah menyindirnya.
"Aku bahkan lebih jantan, baru sekali melakukan saja Jiwon langsung hamil" gumam Soohyun pelan.
"Kau mengatakan sesuatu hyung?" tanya Haein memicingkan matanya , karena Soohyun bergumam tak jelas barusan.
"Tidak, aku tidak mengatakan apapun" Soohyun mengelak.
"Benarkah?" Haein masih menatap Soohyun dengan tatapan menuntut ingin tahu apa yang dibicarakan Soohyun barusan, Soohyun hanya mengangguk singkat untuk memvalidasi agar adiknya tersebut berhenti bertanya.
"Oh iya, selamat atas kehamilan Somin, sampaikan salamku padanya" Soohyun mengalihkan pembicaraan.
"Ya, akan ku sampaikan"
Soohyun mengangguk mengerti.
"Ngomong-ngomong sepertinya tadi aku melihat Jiwon" ujar Haein, membuat Soohyun tersadar , hampir saja ia melupakan tujuan awalnya untuk kembali ke penginapan, yaitu ingin cepat-cepat mengecek keberadaan istrinya.
"Kau melihatnya? Benarkah? Kemana perginya?" tanya Soohyun beruntun.
Haein mengerutkan dahinya bingung, merasa aneh melihat sikap kakaknya tersebut.
"Aku melihatnya di kedai ramen, aku pikir dia bersamamu, tadinya aku ingin menghampirinya, namun ternyata aku kehilangan jejaknya, sepertinya ia sangat terburu-buru" jelas Haein.
Soohyun menghela napas gusar setelah mendengar penjelasan Haein.
"Dan jika aku tak salah lihat, Jiwon sepertinya terlihat sedang menangis," sambung Haein kembali.
"Yakk Hyung, kalian tidak sedang bertengkar kan?" tuding Haein cepat, karena Pria itu baru saja menyadari perkataannya barusan mengenai Jiwon yang menangis.
Soohyun menggeleng ragu. "Sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman."
"Saat ini aku sedang mencarinya, aku takut ia lupa jalan untuk kembali ke penginapan. Aku juga sudah meneleponnya berulang kali namun tidak dijawab, hingga ponselnya pun tak aktif karena sepertinya kehabisan baterai." jelas Soohyun panjang lebar, masih dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran.
"Kau tenang hyung, aku akan membantumu mencarinya, atau tunggu sebentar, aku akan bertanya pada Somin dahulu apakah Jiwon sudah kembali ke penginapan."
"Bertanya pada Somin? Untuk—ap, Yakk!! Kau bilang kau tidak membuntutiku!!" Soohyun kembali menyadari pernyataan aneh adiknya tersebut. Karena itu artinya secara tidak langsung Haein mengatakan jika mereka menginap di hotel yang sama.
Haein yang sudah ketahuan dan tertuduh pun hanya nyengir lebar, dan memutuskan sedikit menjaga jarak untuk menghubungi Somin, menanyakan tentang keberadaan kakak iparnya.
Setelah beberapa saat menunggu Haein menelepon istrinya. Akhirnya adiknya itu kembali menghampirinya dan mengatakan jika Jiwon tidak ada dikamar hotel, yang artinya wanita itu ternyata belum juga kembali ke penginapan mereka. Mengetahui hal tersebut Soohyun semakin dibuat gelisah. Haein yang menyadari sikap kakaknya terlihat begitu gelisah pun menepuk pelan bahu kakaknya.
"Jangan khawatir hyung, aku akan membantumu mencari Jiwon."
Soohyun menggeleng "Aku akan mencarinya sendiri, sebaiknya kau kembali saja ke penginapan, istrimu menunggumu."
"Hyung"
"Tidak Haein-ah, aku bisa mencarinya sendiri, kau kembali saja ke penginapan dan berikan ramen pesanan istrimu, kasihan dia jika menunggumu terlalu lama."
Haein pun hanya mengangguk pasrah dan mengalah.
"Baiklah, jika nanti kau butuh bantuan, kau bisa menghubungiku" ucap Haein, lalu berpamitan untuk kembali duluan ke penginapan yang hanya diangguki oleh Soohyun.
-Married By Accident-
Setengah jam sudah berlalu, Soohyun masih berusaha mencari keberadaan Jiwon dengan menyusuri setiap jalanan dan juga pantai yang sempat mereka datangi siang tadi. Pria itu masih belum bisa tenang jika tak kunjung menemukan istrinya itu.
Langkahnya pun terhenti saat melihat siluet seseorang dari jauh yang nampak tak asing baginya. Pria itu mempercepat langkahnya demi memastikan penglihatannya. Saat jaraknya sudah semakin dekat, Soohyun menghentikan langkahnya, dan memastikan ternyata benar dugaannya tersebut jika yang dilihatnya kini adalah seseorang yang telah membuatnya khawatir setengah mati karena mencari keberadaannya yang tiba-tiba saja menghilang. Di tambah lagi Soohyun menemukan istrinya itu berdiri disekitar bebatuan tebing yang mengarah ke pantai, hal tersebut tentunya cukup membahayakan dan semakin membuat Soohyun khawatir, hingga Pria itu berlari tergesa-gesa mengingat hari sudah malam. Soohyun takut istrinya terjatuh jika wanita itu tak memperhatikan langkahnya.
"Yakk Kim Jiwon."
Jiwon yang sedang melamun pun, seketika terkejut mendengar suara yang memanggilnya tersebut. Wanita itu kemudian menghapus air matanya sebelum menoleh ke belakang dimana ia melihat Soohyun—suaminya itu berjalan tergesa-gesa menghampirinya.
"Kenapa kau bisa berada disini? Apa yang kau lakukan? Kau tidak tahu jika tempat ini cukup berbahaya? Kau juga tidak mengangkat teleponku, hingga ponselmu juga tidak aktif, kenapa kau tiba-tiba saja menghilang tanpa mencoba untuk kembali menghubungiku, aku mencarimu kemana-mana, kau tahu? kau membuatku khawatir Kim Jiwon!!" ujar Soohyun beruntun tanpa sadar jika nada bicaranya itu terdengar sedikit membentak.
Jiwon menggigit bibirnya menahan tangisannya yang kemungkinan sebentar lagi akan pecah.
"Kenapa kau membentakku?!" ujar Jiwon mulai terdengar parau.
"Kau menghilang tiba-tiba Jiwon! tentu saja aku khawatir kau kenapa-kenapa dijalan, kau tidak tahu jika ini sudah malam eoh?" Soohyun menurunkan sedikit nada bicaranya.
"Cih, Untuk apa khawatir? bukankah kau sedang bersenang-senang dengan wanita lain?" Jiwon berdecih dan mengalihkan pandangannya dari tatapan suaminya itu.
"Jiwon, kau salah paham. Itu tidak seperti..."
"Aku tidak butuh penjelasanmu Kim Soohyun-ssi, tolong jangan melewati batas." Jiwon memotong ucapan Soohyun yang ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka.
Soohyun berdecak pelan dan tersenyum miris.
"Baiklah, Maaf. Maafkan aku jika telah melewati batas, maaf karena aku terlalu mengkhawatirkanmu, dan juga maaf karena aku barusan membentakmu."
"Sekarang ayo kita kembali ke penginapan, tempat ini cukup berbahaya, angin malam juga tidak baik untukmu dan juga bayi kita, kau bisa masuk angin." sambung Soohyun lagi memberikan sedikit pengertian pada istrinya. Pria itu mengalah untuk tidak terlalu memperpanjang perdebatan mereka.
Jiwon akhirnya luluh dan mengangguk mengiyakan ajakan suaminya itu untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap.
Mereka berjalan beriringan menuju hotel tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Jiwon lebih dulu masuk ke dalam kamar, mengabaikan Soohyun yang terlihat jelas menghela napas pelan. Sungguh, Soohyun benci jika mereka harus diam-diaman seperti ini. Tujuan mereka datang kemari adalah untuk liburan dan bersenang-senang, bukan untuk bertengkar hingga berakhir saling mendiami seperti ini.
Soohyun mengusap kasar wajahnya, ia memandangi pintu kamar mandi dimana istrinya tersebut tengah membersihkan tubuhnya. Pandangannya pun teralihkan pada sebuah kotak susu dimeja makan. Ah, Soohyun hampir lupa jika Jiwon harus minum susu ibu hamil. Meskipun mereka sedang bertengkar, bukan berarti ia harus mengabaikan istrinya itukan?
Soohyun tetap menjalankan perannya sebagai suami yang memperhatikan nutrisi yang diperlukan istrinya yang tengah hamil muda itu.
Segelas susu yang dibuat soohyun pun telah jadi, Pria itu kini hanya tinggal menunggu Jiwon selesai mandi dan memastikan istrinya itu untuk meminumnya sampai habis tak bersisa.
Ddrrrtt
ponsel Soohyun bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk yang ternyata dari Haein—adiknya. Dahinya mengkerut tak mengerti dengan isi pesan tersebut. Haein hanya mengirimkan sebuah Link yang ternyata berisikan sebuah video. Awalnya tampak biasa saja, namun hingga menit kelima Soohyun mulai merasa aneh dan dugaannya pun ternyata benar, video tersebut menampilkan adegan-adegan panas antara Pria dan wanita yang membuat Soohyun menggertakan giginya kesal karena adiknya tersebut sengaja memancing libidonya naik dengan sebuah video dewasa.
Tanpa membalas pesan tersebut, Soohyun memutuskan langsung mendial nomer Haein dan tanpa menunggu lama terdengar suara Pria diseberangnya tergelak usai menjawab telepon darinya, membuat Soohyun yang mendengarnya pun menggeram marah.
"HaHaHa"
"Yak, apa maksudmu mengirimkanku video laknat itu Jung Haein!! Kau mau mati?" Nada bicara Soohyun terdengar sangat kesal.
"Keep Calm hyung, kenapa kau pemarah sekali."
"Bagaimana aku tak marah, kau baru saja memancingku dengan— arrgghh sudahlah, bicara denganmu membuatku kesal"
"Kenapa kau harus kesal? itu hanya sebuah video dewasa yang jika kau ingin melakukannya pun, kau bisa lakukan dengan istrimu." goda Haein diselingi tawanya yang terdengar meledek.
"Aku memang bisa saja melakukannya, namun kau tahu sendiri bukan? aku baru saja bertengkar dengannya, jadi bagaimana mungkin—."
"Justru itu Hyung, karena kau sedang bertengkar dengannya adalah moment yang pas untuk kalian berbaikan. Kau tentu tahu bukan, biasanya pasangan suami istri yang sedang bertengkar itu kebanyakan berbaikan setelah mereka melakukan aktivitas ranjang" potong Haein cepat memberikan kakaknya itu sebuah wejangan, yang hanya ditanggapi dengusan oleh Soohyun.
Soohyun terdiam memikirkan perkataan adiknya itu barusan yang sebenarnya ada benarnya juga.
"Percayalah pada perkataanku Hyung, ingat! aku ini lebih berpengalaman dalam berumah tangga." Haein terkekeh geli usai meledek kakaknya itu.
"Cih, dasar pamer." Soohyun tersenyum miring.
"Ya sudah Hyung, aku tutup teleponnya. Ingat! jika tujuan kalian kemari itu untuk honeymoon. Selamat bersenang-senang. Semoga berhasil."
BIP
Sambungan telepon pun terputus bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka, Soohyun menoleh dan meneguk salivanya susah payah karena melihat Jiwon yang berjalan santai keluar kamar mandi dengan pakaian kekurangan bahan berwarna merah terang yang biasanya disebut lingerie.
Jiwon duduk sembari mengeringkan rambutnya dikursi meja rias, mengabaikan pandangan Soohyun yang sedari tadi terus memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Karena merasa terganggu dengan tatapan Soohyun yang dapat ia lihat dari ekor matanya, Jiwon pun akhirnya menoleh, membalas tatapan suaminya itu.
"Kenapa?"
Soohyun pun tersadar dari lamunannya yang terus memandangi Jiwon usai wanita itu bertanya.
"Ti-tidak apa-apa. Ah, aku baru saja membuatkanmu susu. Kau bisa meminumnya kan Ji? ingat bayi kita membutuhkan nutrisi." jelas Soohyun bersusah payah menahan gejolak nafsu dalam dirinya ketika pandangannya bertemu dengan mata indah milik Jiwon.
'Demi tuhan, Jiwon sangat sexy. Bagaimana mungkin aku bisa menahan diri untuk tidak menerkamnya saat ini jika dihadapkan dengan penampilannya yang terlihat sengaja menggodanya seperti ini' batin Soohyun nelangsa.
"Kemarikan susunya. Aku akan meminumnya." titah Jiwon kembali membuyarkan lamunan Soohyun.
"Ah, Ye."
Soohyun berjalan mendekat membawakan segelas susu yang ia letakkan dimeja rias.
Jiwon meliriknya dan tersenyum tipis.
"Jangan lupa dihabiskan." ucap Soohyun mengingatkan, kemudian berbalik, melangkahkan kakinya kekamar mandi untuk segera menuntaskan hasratnya yang tak tersampaikan.
Malang sekali nasibmu Kim Soohyun.
-Married By Accident-
Nyatanya, meskipun telah bermain solo di kamar mandi demi menuntaskan hasratnya. Kesabaran Soohyun ternyata masih perlu diuji karena dihadapkan dengan cobaan dimana ia diharuskan untuk tidur satu ranjang dengan istrinya.
Soohyun membolak-balikan tubuhnya yang sedari tadi terlihat gelisah dan berusaha keras memejamkan matanya, mengabaikan Jiwon yang sudah tertidur disampingnya. Seberapa keraspun Soohyun menahannya, Pria itu nyatanya tetap tak kuasa menahan untuk tidak memandangi Jiwon yang sudah terlelap.
Dipandanginya wajah istrinya tersebut dengan intens. Tangannya memberanikan diri untuk menyentuh wajah Jiwon dengan begitu hati-hati agar tak membangunkan istrinya itu. Entah ini hanya perasaannya sajakah. Kenapa Jiwon malam ini terasa sangat harum? indera penciumannya pun menuntunnya untuk semakin mendekatkan diri dan menghirup wangi Jiwon yang terasa memabukkan.
Ini gila. Sungguh. Soohyun merasa ada yang salah.
Wangi Jiwon sangat berbeda dari biasanya. 'Apakah Jiwon sekarang mengganti sabun mandinya?' pikirnya mencoba untuk berpositif thinking.
Semakin lama, Soohyun semakin terbuai, Pria itu perlahan-lahan membuka selimut yang membungkus tubuh mereka. Soohyun pun kembali menelan salivanya susah payah kala dihadapi dengan pemandangan indah tubuh istrinya. Jiwon tidak sadar jika lingerie merah yang digunakannya sedikit tersingkap hingga membuatnya memperlihatkan paha mulusnya, dan itu tentunya semakin memancing singa lapar yang saat ini tengah memandangi tubuhnya yang sedang tertidur pulas. Soohyun yang tidak tahan pun pelan-pelan meletakkan telapak tangannya diatas paha mulus istrinya, dan mengelusnya perlahan.
Seolah belum merasa puas, Soohyun kembali menuntun tangan nakalnya untuk masuk kedalam lipatan paha istrinya hingga bertemu dengan sesuatu yang sedari tadi dicarinya. Telunjuk pria itu menekan-nekan dengan pelan sesuatu yang masih terbungkus indah oleh celana dalam yang dikenakan istrinya.
Jiwon sedikit terusik dalam tidurnya, hingga wanita itupun akhirnya terbangun dan terkejut melihat Soohyun yang berusaha pelan-pelan mencoba menyentuh area sensitifnya.
"Kim Soohyun, apa yang kaaauuu..."
"Sstttt" Soohyun dengan cepat menindih Jiwon yang berusaha bangun untuk menghentikan aksinya.
"Jiwon-ah."
"Jadilah milikku seutuhnya malam ini."
LANJUTAN AFTER CHAPTER 7 ADA DI SPECIAL CHAPTER (Making Love)
.
CHAPTER 8
.
Dddrrrttt Ddddrrttt
Getaran ponsel berbunyi membangunkan seorang pria yang kini masih bergelung didalam selimut tebalnya. Soohyun—pria itu menggerutu kesal karena tidur nyenyaknya harus terganggu oleh getaran ponselnya, ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Demi Tuhan, orang gila mana sih yang mengganggunya sepagi ini? tidak tahukah orang itu jika Soohyun baru saja tidur selama empat jam karena aktivitasnya semalam menggempur istrinya itu baru selesai di jam dua pagi—ups.
Menghela nafas berat, dengan sangat terpaksa Soohyun melepas pelukannya pada pinggang Jiwon, tangannya meraba meja disamping tempat tidurnya untuk mengambil ponselnya yang ia letakkan disana.
Jantungnya berdegup kencang kala membaca sebuah notifikasi pesan yang ternyata pengirimnya dari Jieun, orang yang membuatnya harus terbangun dari tidur nyenyaknya.
From : Jieun Lee
Kau sibuk hari ini? Ayo bertemu Soohyun-ah.
Soohyun menggigit bibir bawahnya, menimang-nimang dan berpikir keras bagaimana cara untuk pergi ke luar tanpa harus membuat Jiwon curiga?
Melirik sebentar ke arah istrinya yang masih tertidur pulas. Soohyun dikejutkan dengan dering ponselnya yang menandakan sebuah telepon masuk. Jieun ternyata meneleponnya, mungkin karena pesannya tak kunjung dibalas dan hanya dibaca saja olehnya hingga gadis itu pun pada akhirnya memutuskan untuk menghubunginya.
"Yoboseyo" Soohyun langsung mengangkat telepon tersebut dengan nada bicaranya yang terdengar seperti sebuah bisikan.
"Bisakah kita bertemu? ada hal yang ingin aku ceritakan. Kau sibuk?"
"Tidak juga, baiklah aku akan mengabari tempatnya nanti." putus Soohyun dengan nada suaranya yang semakin pelan. Pria itu melirik lagi ke arah istrinya sebentar, memastikan jika wanitanya itu tidak terbangun.
Usai menutup telepon tersebut, Soohyun kembali berbaring dan mencium bahu mulus Jiwon sebelum kembali melanjutkan tidurnya dengan memeluk istrinya itu dari belakang.
Tanpa Soohyun sadari, jika sebenarnya Jiwon pun juga terjaga dari tidurnya dan memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur agar bisa mencuri dengar hal apa dan dengan siapa suaminya itu berbicara ditelepon sepagi ini.
Di lain tempat.
Tepat disebelah kamar hotel tempat menginap Jiwon dan Soohyun, nampak pasangan suami istri baru saja memasuki kamar penginapan mereka usai melihat sunrise sambil berjalan-jalan dipinggir pantai.
"Apa menurutmu rencana kita berhasil yeobo?" Somin bertanya pada Haein yang tengah duduk disofa sambil memainkan ponselnya, mengecek beberapa email masuk terkait pekerjaannya.
"Kurasa Jiwon mengikuti saranmu sayang, Soohyun hyung itu memiliki kebiasaan lari pagi atau bersepeda dipagi hari, namun seperti yang kita lihat pagi ini, Hyung tidak keluar dari kamarnya, jadi bisa dipastikan sepertinya mereka bekerja keras semalam." Kekeh Haein.
Somin pun ikut tertawa pelan menanggapi ucapan suaminya itu.
"Ya, kurasa juga begitu. Semoga saja kita akan segera mendapatkan kabar baik." Somin menghampiri Haein, kemudian duduk disamping suaminya sambil menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu.
"Tapi sayang, apa kau benar-benar tidak tahu siapa gadis yang diceritakan Jiwon semalam?"
Haein terdiam, pria itu menggeleng pelan. "Entahlah, aku tak yakin. Aku tidak melihatnya secara langsung, namun jika dari ciri-ciri yang kau sebutkan semalam, aku sempat terpikirkan satu nama."
Somin menatap serius suaminya usai mengatakan hal tersebut.
"Apa aku mengenalnya?"
Haein menggeleng.
"Aku sendiri tidak yakin, jadi jangan terlalu dipikirkan sayang. Mereka sudah sama-sama dewasa, Biarkan saja mereka yang menyelesaikan permasalahan mereka, kita jangan sampai ikut campur terlalu jauh hmm?"
Somin akhirnya mengangguk menuruti perkataan suaminya.
Ponsel Somin bergetar dan ada sebuah notifikasi pesan masuk dari Jiwon.
From : Jiwon
Eonnie, apa kau sibuk?
Somin mengetik balasan untuk Jiwon.
To : Jiwon
Ada apa Jiwon-ah?
Dan tak lama kemudian pesannya pun dibalas.
From : Jiwon
Temani aku pergi belanja sekalian mencari sarapan diluar eonnie. Suamiku masih tidur, sepertinya ia tidak bisa menemaniku, aku bosan dihotel :(
Somin tersenyum dan mengetik sebuah balasan.
To : Jiwon
Baiklah, ayo kita girls time hari ini.
From : Jiwon
Baiklah, aku siap-siap dulu eonnie. Sekitar jam sembilan kita berangkat.
Usai mendapat balasan dari Jiwon, Somin pun menatap suaminya yang sekarang ini terlihat sedang beralih sibuk dengan sebuah laptop dipangkuannya.
"Sayang, aku dan Jiwon mau pergi jalan-jalan, boleh kan?" tanya Somin meminta izin.
Haein menoleh dan mengerutkan dahinya bingung.
"Jiwon memangnya tidak ada agenda pergi dengan Soohyun hyung hari ini?"
Somin menggeleng. "Jiwon bilang suaminya masih tidur pulas, jadi dia mengajakku pergi karena bosan jika terus-terusan berdiam diri dikamar hotel."
Haein pun mengangguk paham dan menyetujui perkataan Somin yang meminta izin untuk pergi jalan-jalan.
"Kalian diantar supir saja ya, aku akan menghubungi Daehyun ahjusshi untuk mengantar kalian jalan-jalan."
Somin tersenyum senang dan mengecup sekilas pipi suaminya itu.
"Terimakasih"
Haein hanya tersenyum menanggapi dan kembali fokus dengan laptopnya, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Kalian pasti bingung kenapa Jiwon bisa mengetahui jika Somin juga berada di pulau Jeju saat ini?
Ya, itu karena semalam saat Jiwon menghilang, Somin menghubungi Jiwon dan menanyakan keberadaan wanita itu. Somin pun juga menjelaskan alasan mengapa ia dan suaminya bisa berada di Pulau Jeju juga saat ini, dan akhirnya hanya pada Somin lah Jiwon mau bercerita, termasuk menceritakan alasan kenapa ia pergi meninggalkan Soohyun dikedai ramen, karena dirinya melihat Soohyun berpelukan dengan wanita lain yang tak dikenalnya. Mendengar hal itu tentunya Somin menjadi sangat kesal dengan Soohyun—kakak iparnya itu, Somin pun akhirnya memiliki ide cemerlang, menyarankan untuk membalaskan dendam pada Soohyun dengan membuat Pria itu tersiksa karena tidak bisa menyentuh Jiwon yang sedang dalam mode merajuk. Jiwon awalnya ragu, namun pada akhirnya setuju dengan saran yang Somin berikan, wanita itu bahkan sengaja memakai parfume yang membuat pria manapun tentunya tidak akan tahan jika mencium wanginya, karena parfume tersebut memang khusus dibuat untuk membangkitkan gairah laki-laki, dan berhasil. Soohyun masuk kedalam jebakan yang Jiwon buat.
Mereka mengawali agenda girls time pagi ini dengan membeli sarapan disekitar tepi pantai, lalu dilanjutkan dengan jalan-jalan ke mall, berbelanja aksesoris maupun pakaian yang terlihat lucu-lucu menurut mereka. Hingga mereka pun juga berencana akan mampir di klinik kecantikan untuk memanjakan diri dengan berbagai macam treatment yang ditawarkan klinik kecantikan tersebut.
Jiwon merogoh sakunya kala merasakan ponselnya bergetar. Bibirnya melengkung tipis sebelum mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Yoboseyo."
"Jiwon-ah, kau dimana? kenapa kau tidak ada dimanapun? aku baru bangun tidur sudah melihat tidak ada kau disampingku." tampak suara Soohyun terdengar menggerutu disebrang sana.
Jiwon terkekeh pelan.
"Maaf, aku pergi dengan Somin eonnie,"
Soohyun mengernyit setelah mendengar jawaban istrinya.
"Aku tahu jika mereka ada disini juga, Somin eonnie sudah menjelaskannya padaku." lanjut Jiwon lagi yang seolah mengerti kebingungan Soohyun karena pria itu terdiam beberapa saat.
"Ya sudah, kau pulang jam berapa? aku ingin mengajakmu jalan-jalan, kau itu sedang bulan madu disini denganku Jiwon, kenapa kau malah pergi dengan Somin? ingat besok malam kita harus segera kembali ke Seoul." ujar Soohyun mengingatkan jika memang bulan madu mereka ini cukup singkat, dan mereka belum sempat menjelajah berbagai tempat.
"Tak apa Soohyun-ah, jika memang kita tidak sempat menjelajah berbagai tempat untuk di kunjungi saat ini, kita bisa agendakan ulang liburan bersama lagi nanti." jawab Jiwon yang membuat Soohyun mendengus kesal.
"Terserah kau saja."
Pip
Dan sambungan terputus, lebih tepatnya Kim Soohyun yang memutuskannya. Pria itu kesal karena Jiwon lebih mementingkan pergi dengan Somin dibanding jalan-jalan dengannya. Berdecih pelan, Soohyun mematikan ponselnya dan akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri ke kamar mandi agar lebih rilex dan segar.
Jam menunjukkan pukul sebelas lewat tiga puluh menit yang artinya sudah mulai memasuki jam makan siang, dan Soohyun belum juga sarapan. Baiklah sepertinya ia perlu Brunch untuk mengisi perutnya yang kosong dengan membeli makanan diluar.
Tak disangkanya saat melewati lobby hotel, Soohyun malah dipertemukan dengan Jieun yang ternyata tengah berjalan di lobby hotel yang sama dengannya.
"Soohyun-ah? Ternyata kau menginap disini?" Jieun menyapa Soohyun dengan senyuman manis yang dulu pernah membuatnya berdebar.
"Ya, kau sendiri juga menginap disini?" balas Soohyun menutupi keterkejutannya karena kembali tak sengaja bertemu dengan wanita yang pernah menjadi bagian masa lalunya itu, ditambah lagi pria itu belum atau lebih tepatnya lupa untuk mengabari Jieun yang tadi pagi meneleponnya, memintanya bertemu.
Jieun menanggapinya dengan mengangguk pelan.
"Lalu dimana suamimu?" tanya Soohyun tiba-tiba karena ia menoleh kesana kemari tak menemukan tanda-tanda jika Jieun disini bersama dengan suaminya.
"A-ah itu.... eum bagaimana jika kita bicara di coffee shop atau restaurant di luar, ada hal yang ingin ku ceritakan denganmu." Jieun kembali mengajak Soohyun, yang hanya diangguki pria itu karena memang kebetulan dia juga sedang ingin mencari makan untuk mengisi perutnya yang lapar.
Disinilah mereka sekarang, disebuah coffee shop yang tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Coffee shop itu cukup terkenal dengan menu-menu best sellernya yang menyediakan berbagai macam kopi ataupun makanan berat dan juga makanan ringan.
"Jadi apa yang ingin kau ceritakan Jieun-ah?" tanya Soohyun membuka topic obrolan.
"Eum, sebelumnya apa kau tidak penasaran atau bertanya lebih dulu kenapa aku kembali ke Korea?"
Soohyun pun akhirnya mengangguk dan menatap Jieun dengan tatapan bertanya.
"Aku kemari karena ingin menjemput cintaku."
"Apa maksudmu?" tanya Soohyun tak mengerti sambil menyeruput americanonya pelan.
Cinta? bukankah wanita didepannya ini telah menikah dengan pria yang dicintainya, lalu siapa 'Cinta' yang dimaksud Jieun saat ini?
"Aku ingin menjemputmu"
BYURRR
Soohyun menyembur minumannya pelan dan juga tersedak dengan minumannya sendiri. Sedangkan Jieun ,jangan ditanya. Ia tertawa kecil melihat reaksi Soohyun yang berlebihan itu menurutnya.
"Astaga, reaksimu berlebihan sekali Soohyunnie " Jieun terkekeh lalu mengelap dagu Soohyun yang terkena tumpahan kopi.
Soohyun terkesiap mendengar panggilan Jieun yang sudah lama tak ia dengar, Pria itu kemudian menggenggam tangan Jieun.
"Bi-biar aku saja yang membersihkannya" Soohyun mengambil alih tissue yang berada digenggaman Jieun, lalu melepaskan genggamannya pada tangan wanita itu.
"Aku bercanda soal tadi, kau tidak perlu memikirkannya" Soohyun menatap Jieun kikuk lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Aku bertengkar dengan Jongsuk"
Jieun tersenyum miris, membuat Soohyun tidak tega melihatnya.
"Aku kembali ke Korea karena ingin menenangkan diri"
"Jieun" panggil Soohyun lirih. Soohyun menggenggam tangan Jieun memberikannya kekuatan. Sementara Jieun masih melanjutkan ceritanya.
"Dia selingkuh Soohyun-ah, dia selingkuh hikss" air mata Jieun tidak dapat di bendungnya lagi, Jieun menangis. Menumpahkan seluruh isi hatinya, Soohyun yang melihatnya menjadi tidak tega dan memutuskan untuk merengkuh Jieun kedalam pelukannya, memberikannya ketenangan. Karena bagaimanapun juga wanita ini pernah menempati tempat spesial dihatinya. Ia sakit jika harus melihat Jieun seperti ini.
"Andai saja saat itu aku memilihmu Soohyun-ah, pasti aku akan sangat bahagia sekarang, hikkss"
"Ssssttt, berhenti membicarakan masa lalu Jieun, semua telah terjadi. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah bangkit dari keterpurukanmu, kau wanita kuat, aku percaya padamu" Soohyun mengelus surai coklat milik Jieun, ia melepaskan pelukannya dan menatap Jieun.
"Mata cantik ini tak boleh menangis, aku tak suka melihatnya" Soohyun menghapus air mata yang membanjiri pipi mulus Jieun.
"Terimakasih Soohyun-ah" ujar Jieun tersenyum dan kembali memeluk Soohyun.
-Married By Accident-
Usai makan siang dan berbincang-bincang cukup lama di cafe, Jieun dan Soohyun memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar pantai, menikmati angin sepoi-sepoi yang sedikit membuat rambut Jieun berantakan. Soohyun terkekeh pelan, pria itu kemudian membantu menyisir untuk sekedar merapikan rambut Jieun dengan menggunakan jari tangannya, membuat Jieun sedikit tertegun dengan perlakuan pria itu padanya.
"Ah maaf" Soohyun sadar akan apa yang baru saja dilakukannya.
"It's okey. Tidak masalah." balas Jieun santai. Wanita itu sama sekali tidak merasa risih dengan perlakuan Soohyun padanya barusan.
"Soohyunnie," panggil Jieun yang hanya dibalas gumaman oleh pria itu.
"Hmm?"
"Apa kau sudah menikah?"
DEG
Pertanyaan tersebut seketika membuat langkah Soohyun terhenti. Jieun yang tidak mendapatkan jawaban pun menoleh karena Soohyun sudah tak berjalan beriringan disampingnya.
"Ada apa?" Jieun mengernyit heran melihat Soohyun yang terhenti dibelakangnya.
Soohyun terlihat ragu dan salah tingkah, dibalik punggungnya pria itu diam-diam melepaskan cincin yang melingkar dijari manisnya dan segera menyimpannya kedalam saku celananya.
"Kau bertanya soal apa tadi? aku tidak mendengarnya." ujar Soohyun berbohong memberi alasan dan kembali mensejajarkan tubuhnya berjalan berdampingan dengan Jieun.
"Apa kau sudah menikah? sudah lama kita tak bertemu, dan aku juga tidak tahu menahu mengenai kabarmu selama ini semenjak aku pergi dari Korea. Jadi, apakah Uri Soohyunnie sudah menemukan tambatan hatinya?" Jieun bertanya dengan nada yang menggoda.
Soohyun mengangkat bahunya acuh. "Memangnya kenapa jika belum menikah? Kau mau kembali padaku kah?" tanya Soohyun meledek Jieun.
Wanita itu berdecih dan menepuk pelan pundak Soohyun. "Kau terlalu percaya diri"
Yang hanya ditanggapi kekehan pelan oleh Soohyun.
"Namun sepertinya tawaranmu boleh juga." lanjut Jieun yang membuat Soohyun lagi-lagi terdiam.
"Hahaha, aku bercanda." Jieun kembali menepuk pelan pundak Soohyun karena melihat reaksi pria itu.
"Bercandamu tidak lucu Lee Jieun." tutur Soohyun sambil memutar bola matanya malas.
"Kenapa? Jangan-jangan kau masih mencintaiku ya?" Jieun tersenyum miring usai mengatakan itu.
"Ya, Dalam mimpimu." Soohyun menjetikkan jarinya dikening Jieun, membuat wanita itu mengaduh kesakitan.
Dan kemudian segera berlari menjauh, menghindari amukan wanita itu.
"YAKK!! KIM SOOHYUN, JANGAN LARI KAU!"
-Married By Accident-
Sementara itu dikamar hotel, terlihat Jiwon yang sedang mondar-mandir tak jelas karena pesannya tak kunjung mendapat balasan dari Kim Soohyun—suaminya. Jiwon berusaha keras menghubungi suaminya tersebut namun ponselnya ternyata tak aktif, entahlah sepertinya pria itu sengaja mematikan ponselnya agar Jiwon tak bisa menghubunginya. Wanita itu sedikit merasa bersalah karena meninggalkan suaminya sendirian dihotel dan lebih mementingkan pergi dengan Somin, ia yakin jika saat ini suaminya itu pasti sedang merajuk padanya. Maka dari itu Jiwon memutuskan untuk lebih cepat pulang dan membatalkan rencananya untuk treatment di klinik kecantikan bersama Somin. Namun saat sampai dihotel ia tak menemukan keberadaan suaminya. Mencarinya keluar pun Jiwon bingung, karena ia tak hapal jalan, dan Soohyun juga sudah mengingatkan untuk tidak pergi sendirian selama berada disini, karena ia takut Jiwon akan tersesat. Jadilah Jiwon sekarang ini hanya bisa menunggu Soohyun kembali ke penginapan mereka diliputi dengan perasaan gelisah.
Ceklek
Jiwon menoleh dan mendapati orang yang sedang dicarinya muncul dibalik pintu. Wanita itu langsung berlari berhambur ke pelukan pria tersebut yang sedikit terhuyung karena Jiwon yang tiba-tiba menerjang tubuhnya.
"Kau kemana saja? hikss" lirih Jiwon terisak pelan.
Soohyun—pria itu melepaskan pelukannya dan menatap Jiwon yang kini tengah menangis.
"Hei, ada apa? kenapa menangis?" tanya Soohyun khawatir.
Jiwon tak menjawab, wanita itu menepuk pelan dada Soohyun dan kembali memeluk pria itu.
"Ada apa Jiwon? Kenapa menangis?" tanya Soohyun lagi dengan nada bicaranya yang terdengar lembut.
Jiwon menggeleng pelan tak menjawab pertanyaan Soohyun. Pria itu akhirnya melepaskan pelukannya dan melirik sekilas ke jari Jiwon yang terlihat berdarah, sepertinya Jiwon menggigiti kuku-kuku di jarinya. Menghela napas pelan, Soohyun akhirnya menarik Jiwon untuk duduk dipinggir ranjang. Pria itu dengan jelas dapat melihat raut wajah Jiwon yang terlihat mencemaskan akan sesuatu.
"Ada apa Jiwon? Apakah ada hal yang kembali membuatmu cemas dan gelisah? Ku mohon berhenti menyakiti dirimu sendiri seperti ini." ucap Soohyun menggenggam jari Jiwon yang terluka dan membersihkannya dengan tissue basah yang diambilnya diatas nakas samping tempat tidur.
"A-aku takut." Jiwon menunduk tak berani menatap Soohyun.
"Apa yang kau takutkan? Sekarang aku ada disini, maaf tak mengabarimu. Ponselku mati karena aku lupa mengisi daya." ujar Soohyun berbohong. Tentu saja mati, karena memang ia sengaja mematikan ponselnya sebelum pergi tadi.
Jiwon menarik tangannya dari genggaman Soohyun dan berdecih pelan.
"Kau sengaja menghindariku karena ingin balas dendam padaku kan?" tuding Jiwon menatap Soohyun dengan tatapan sengit.
"Apa maksudmu? siapa yang berniat balas dendam? aku sama sekali tak pernah berpikiran sampai kesana." jawab Soohyun cepat tak terima atas tuduhan Jiwon padanya.
"Lalu kau darimana saja? kenapa baru kembali? aku menunggumu dari tadi, aku sengaja membatalkan jadwal treatmentku dan lebih memilih untuk pulang cepat karena ingin pergi jalan-jalan denganmu, namun apa yang ku dapatkan? suamiku ternyata tidak ada dihotel dan ponselnya pun sulit untuk dihubungi!!" keluh Jiwon dengan air matanya yang kembali mulai menetes, emosinya saat ini benar-benar tak stabil, apa mungkin bawaan hormon karena ia tengah mengandung? entahlah.
Soohyun memejamkan matanya sesaat, Pria itu menghela napas pelan sebelum kembali menatap istrinya.
"Jiwon, aku sedang tidak mood bertengkar denganmu. Jadi ku mohon hentikan ini!"
Wanita itu berdecak pelan dan menghapus air mata yang menggenangi pipinya. Matanya kembali menatap tajam suaminya yang sedang memalingkan wajahnya tak mau menatap dirinya.
"Dimana cincinmu?"
DEG
Soohyun terkejut dan melirik sekilas ke jari tangannya yang biasanya terdapat cincin melingkar disana—namun sekarang tidak ada, karena Pria itu sempat melepaskannya dan lupa untuk kembali memasangnya. Matanya bergerak gelisah sebelum menjawab pertanyaan istrinya itu.
"I-itu... Ah~ sepertinya aku meninggalkannya dikamar mandi." jawab Soohyun terdengar ragu dan berpura-pura pergi ke kamar mandi.
Jiwon berdecih dan tersenyum miring. "Pembohong" gumamnya terdengar seperti bisikan.
Soohyun kembali dari dalam kamar mandi usai memasang cincin pernikahannya yang sempat ia lepas tadi. Pria itu menghampiri Jiwon dan tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.
"Maafkan aku heum?" ujar Soohyun kembali memeluk Jiwon.
"Aku akan memaafkanmu, jika kau berkata jujur." Jiwon melepaskan pelukannya dan menatap teduh mata Soohyun. Pria itu mengernyit, apa maksud Jiwon berkata seperti itu?
"Berkata jujur soal apa heum?" tanya Soohyun menangkup wajah Jiwon dan mengelus pipinya yang terlihat mulai berisi.
"Kau tadi pergi kemana? A-apa kau pergi menemui wanita yang semalam kau peluk itu?" Jiwon terlihat sedikit ragu mengatakannya.
Soohyun tersenyum tipis sebelum menanggapi pertanyaan Jiwon.
"Kenapa? Kau cemburu?"
Bukannya menjawab, suaminya itu malah balik bertanya, Jiwon mendengus dan melepaskan telapak tangan Soohyun yang menangkup wajahnya.
"Kau berbicara omong kosong."
Soohyun menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk paham. Sikap Jiwon yang seperti ini sebenarnya sedikit membuat Soohyun jengah, namun pria itu harus menahannya karena tak ingin bertengkar dengan Jiwon berlarut-larut.
"Aku tahu, mungkin kau tak peduli. Namun aku harus memberitahumu jika dia adalah sahabatku saat Senior High School dulu." jelas Soohyun yang ditanggapi Jiwon dengan tatapan matanya yang sulit terbaca. Pria itu bahkan sengaja tak menjawab pertanyaan Jiwon, apakah suaminya itu bertemu dengan wanita yang disebutnya sebagai sahabat masa sekolah menengahnya itu dulu.
"Baiklah, aku memaafkanmu."
Jiwon akhirnya mengalah dan kembali berhambur memeluk Soohyun, yang dibalas dengan elusan sayang dipundaknya oleh pria itu.
"Mari kita lihat, sejauh mana kau akan terus mencoba membohongiku Soohyun-ah" batin Jiwon tersenyum miris dalam pelukan suaminya itu.
CHAPTER 9
.
Setelah memutuskan untuk berdamai dan tidak memperpanjang masalah, Soohyun akhirnya mengajak Jiwon bersiap untuk dinner romantis di hotel dengan view laut yang menampilkan langit berwarna oranye, menambah kesan begitu indah sebagai background nya. Pemandangan yang begitu memanjakan mata itu tak luput dari pancaran bola mata Jiwon yang melihatnya terkagum-kagum.
"Cantik sekali, aku tidak tahu jika dinner dihotel ini pemandangannya bisa semenakjubkan ini." komentar Jiwon merasa menyesal baru mengetahuinya, karena semalam Jiwon tidak makan malam—ah tidak, lebih tepatnya mereka sempat makan malam di kedai ramen namun harus berakhir dengan kejadian yang kurang mengenakan. Oke lupakan, sebaiknya tidak perlu mengingat hal menyebalkan itu lagi.
Soohyun mengusap puncak kepala Jiwon dan tersenyum. Kemudian pria itu merangkul Jiwon dan menarik sebuah kursi untuk Jiwon duduki.
"Terimakasih." Jiwon tersenyum menerima Princess Treatment yang Soohyun berikan.
Meja yang mereka duduki telah terhidang makanan dan juga minuman yang telah Soohyun pesan sebelum datang kesini.
Pria itu mengambil alih piring Jiwon dan memotong steak yang disajikan sebagai hidangan makan malam mereka tersebut, menjadi beberapa potong bagian sebelum kembali memindahkan piring tersebut, menyajikannya didepan Jiwon agar wanita itu hanya tinggal memakannya saja, tidak perlu repot-repot untuk memotongnya. Hal-hal sederhana seperti inilah yang Jiwon sukai dari Soohyun karena pria itu selalu memperlakukannya dengan baik.
"Cha, selamat makan." Soohyun tersenyum yang dibalas anggukan kecil oleh Jiwon.
Mereka makan malam dengan khidmat di iringi dengan musik romantis yang menjadi latar belakang mereka menikmati dinner malam ini.
"Jiwon-ah, apa kau masih ingin mengunjungi suatu tempat besok pagi sebelum kita kembali ke Seoul malam hari?" tanya Soohyun usai mengelap bibirnya dengan tissue ditangannya.
"Aku ingin ke Jeju Aquarium dan juga Eco Land Theme Park. Namun sepertinya kita tak punya banyak waktu." Jiwon menunduk tak berani menatap Soohyun karena lagi-lagi ia merasa bersalah, seharusnya hari ini mereka bisa menjelajahi tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi.
"Baiklah, besok kita ke Eco Land Theme Park, dan dilanjut ke Jeju Aquarium jika masih ada waktu." putus Soohyun cepat menyanggupi permintaan Jiwon.
Wanita itu hanya tersenyum menanggapi saat Soohyun memutuskan untuk menyanggupi permintaannya.
"Ngomong-ngomong aku ingin memberikanmu sesuatu."
Jiwon menaikkan sebelah alisnya menunggu Soohyun yang terlihat sibuk merogoh saku celananya.
Pria itu kemudian membuka telapak tangannya, dan sesuatu yang sedari tadi disembunyikan dalam genggamannya itu kini menggantung bebas ditangannya.
Jiwon menutup mulutnya terkejut saat melihat kalung liontin dengan berbandulkan empat buah daun semanggi yang sangat cantik itu kini dipasangkan dileher jenjangnya oleh Soohyun.
Pria itu tersenyum puas usai memasangkan kalung tersebut dileher istrinya. Jiwon kemudian menggapai untuk menyentuh dan melihat bandul empat daun semanggi tersebut dengan seulas senyum manis yang kini bertengger menghiasi wajah cantiknya.
"Kalung ini cantik sekali, kapan kau membelinya?" tanya Jiwon terlihat antusias.
Soohyun mengangkat bahunya acuh. "Itu rahasia, kau tidak perlu tahu." jawab pria itu diakhiri dengan senyum miring—meledek Jiwon yang telah menjadi ciri khasnya.
"Kau memang menyebalkan." gerutu Jiwon menepuk pelan pundak suaminya.
"Hei, aku baru saja memberimu kalung yang cantik. Bukankah seharusnya aku mendapatkan imbalan?" ujar Soohyun sambil menaik turunkan alisnya.
Jiwon mendelik kesal menatap Soohyun yang tengah memperlihatkan tampang om-om mesumnya.
Menggigit bibir bawahnya ragu, Jiwon melirik dan menoleh ke kakanan dan juga ke kiri, memastikan tidak ada yang melihat mereka, sebelum akhirnya mendaratkan sebuah kecupan sekilas di pipi Soohyun dengan cepat.
"Itu masih belum cukup." protes Soohyun, membuat Jiwon yang mendengarnya memutar bola matanya malas.
"Kau benar-benar sangat pamrih eoh?" sindir Jiwon tak habis pikir.
"Tentu saja, di dunia ini tidak ada yang gratis sayang." ucap Soohyun lagi, membuat Jiwon yang mendengarnya kembali berdecih.
Soohyun terkekeh pelan, menggoda Jiwon seperti ini memang adalah hobby Soohyun dari dulu, karena pria itu sangat menyukai wajah Jiwon yang terlihat menahan kesal padanya dan itu menyenangkan. Maka tidak heran, jika hubungan keduanya sering dijuluki Tom And Jerry, karena setiap mereka sedang bersama, pasti akan selalu diselingi dengan pertengkaran-pertengkaran kecil diantara keduanya.
"Aku akan meminta kekurangannya nanti dikamar." lanjut Soohyun lagi berbisik ditelinga Jiwon, di iringi dengan kerlingan nakalnya.
Jiwon menghiraukan godaan Soohyun dan lebih memilih melanjutkan suapannya yang sempat tertunda tadi. Sepertinya malam ini dirinya pun harus pasrah karena tak akan selamat dari terkaman pria bernama Kim Soohyun suaminya itu.
-Married By Accident-
Keesokan paginya, Jiwon terbangun lebih dulu dari tidur nyenyaknya dan memutuskan untuk segera membersihkan diri, karena agenda mereka pagi ini akan pergi jalan-jalan ke Eco Land Theme Park dan akan dilanjut ke Jeju Aquarium jika masih memiliki banyak waktu sebelum pesawat mereka take off, sesuai kesepakatan semalam. Soohyun ikut terbangun dan melihat Jiwon yang sedang berjalan terlihat menggemaskan menuju kamar mandi dengan balutan selimut tebal yang saat ini membungkus tubuh polosnya. Pria itu dengan cepat mengangkat tubuh Jiwon ala bridal style, hingga wanita itu memekik terkejut karena ulah suaminya itu yang tiba-tiba saja menggendongnya.
"Yak turunkan aku! Aku mau mandi!"
Soohyun menggeleng. "Kita sudah terlambat, jadi sebaiknya mandi bersama saja agar lebih cepat" putus Soohyun seenak jidatnya tanpa persetujuan Jiwon.
Lebih cepat apanya?
Justru Soohyun membuat mereka menjadi terlambat karena Pria itu tidak fokus untuk mandi saja tanpa menyentuh tubuh polos Jiwon yang saat ini tengah bersandar didepan dadanya. Mereka sedang berendam didalam bath tub, dan tangan Soohyun tengah membantu Jiwon yang kini tengah sibuk menyabuni tubuhnya.
"Tanganmu Kim Soohyun." desis Jiwon menepuk pelan tangan suaminya itu yang nakal mencuri kesempatan meraba-raba area sensitifnya.
"Ji, ayolah. Satu ronde saja.Aku janji." pinta Soohyun dengan tampang memelasnya.
Wanita itu mendelik sebal namun pada akhirnya hanya mengangguk pasrah. Tanpa menunggu lama Soohyun langsung mengangkat dan memutar tubuh Jiwon menghadap padanya lalu kemudian menyambar bibir Jiwon dengan ciuman sensual yang memabukkan. Membuat Jiwon melenguh dalam ciuman tersebut karena Soohyun melumat habis bibirnya hingga pekikannya pun tertahan dalam ciumannya saat suaminya itu ternyata sudah membenamkan miliknya yang telah berdiri tegak sempurna kedalam lubang senggamanya dengan sekali hentakan.
Mereka menghabiskan waktu sepuluh menit demi mengejar pelepasan didalam bath tub. Dan kembali membersihkan diri untuk segera bersiap-siap pergi ke tempat yang akan mereka kunjungi pagi ini.
Jiwon sudah rapi dan terlihat cantik dengan dress putih panjang sebetisnya, begitu pula dengan Soohyun yang terlihat sangat tampan dengan celana panjang hitam dan juga kemeja baby blue yang terlihat pas membalut tubuhnya, dengan lengan kemeja yang digulung setengah memperlihatkan sedikit otot lengannya.
Mereka bergandengan tangan memasuki kawasan Eco Land Theme Park setelah sebelumnya membeli tiket untuk dua orang.
Jiwon terlihat antusias dan mengajak Soohyun berjalan dengan menggenggam tangan pria itu mengitari ladang dengan tumbuhan bunga-bunga cantik yang mengelilingi tubuh mereka.
Mereka saling melempar senyum manis, menikmati moment kebersamaan mereka, sampai akhirnya langkah mereka terhenti ditengah-tengah ladang tersebut, dan Soohyun melingkarkan lengannya memeluk Jiwon dari belakang, membiarkan punggung istrinya itu bersandar padanya.
Jiwon memainkan jemari Soohyun yang melingkari tubuhnya itu dan menengok sekilas melihat suaminya yang tengah sibuk memandangi pemandangan disekeliling mereka.
"Soohyun-ah?"
"Hmm?"
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?"
Soohyun berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan Jiwon.
"Laki-laki atau perempuan sama saja Jiwon-ah, aku tidak pernah berpikir untuk membeda-bedakan. Masalah jenis kelamin, apapun itu aku akan menerimanya dan menyayangi anakku kelak." jawab Soohyun tersenyum lalu memberikan kecupan dipipi istrinya yang tengah sibuk bermain dengan ibu jari miliknya.
"Lagipula bukankah sama saja nantinya? jika bayi kita nanti terlahir laki-laki, pasti akan mewarisi ketampananku, dan begitupun sebaliknya, jika terlahir perempuan, maka ia akan mewarisi kecantikanmu." ucap Soohyun terkekeh geli atas kepercayaan dirinya. Jiwon mendengus namun ikut tertawa pelan dan mengangguk menyetujui perkataan Soohyun. Yah, mereka berdua memang sama saja. Sama-sama percaya diri dan menyadari jika mereka memiliki visual yang tampan dan juga cantik.
"Aku tidak sabar menantikannya lahir kedunia." ujar Jiwon kemudian mengelus perutnya yang terlihat masih rata. Melihat itu, Soohyun pun ikut memberikan sentuhan diperut rata Jiwon, mengusap-usapnya pelan.
"Ngomong-ngomong usia kandunganmu sudah berapa bulan Ji? Kau tidak pernah memberitahuku."
Jiwon terlihat berpikir sebentar. "Eum, sepertinya sudah jalan dua belas minggu."
Soohyun hanya ber 'O' ria.
"Kira-kira kapan perutku akan mulai membesar? ini sudah memasuki usia tiga bulan namun tidak ada tanda-tanda perutku mulai membuncit." keluh Jiwon sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
"Kau percaya tidak, jika perutmu ini akan membesar jika kita sudah memberi tahu keluarga kita nanti mengenai kehamilanmu?"
Jiwon mengernyit bingung mendengar ucapan yang terlontar dari mulut suaminya yang tidak ia mengerti maksudnya itu.
"Ji, kau tidak lupa kan kalau kita masih menyembunyikannya dari keluarga kita?"
Jiwon hanya mengangguk.
"Lalu ?"
"Ada kalanya janin dapat mendengar dan merasakan yang terjadi diluar sana. Bayi kita masih belum muncul atau tumbuh berkembang karena kita masih menyembunyikan kehadirannya." jelas Soohyun, membuat Jiwon akhirnya mengangguk paham, sebenarnya Jiwon juga penasaran dengan pertumbuhan atau perkembangan janinnya, terakhir kali mereka mengeceknya adalah pada saat setelah menikah, dengan melakukan USG saat kandungan Jiwon memasuki usia lima minggu.
"Baiklah, mungkin kita baru bisa memberi tahunya bulan depan pada keluarga kita agar mereka tak curiga. Bagaimana?"
Soohyun tersenyum dan mengangguk setuju.
Pria itu kemudian mengecek arlojinya.
"Oke, sekarang ayo kita pergi ke destinasi selanjutnya, karena sebelum petang kita harus segera berangkat ke airport , agar kau bisa beristirahat sebentar sebelum penerbangan." Soohyun mengusap pelan kepala Jiwon lalu mengajak wanita itu untuk segera keluar dari Eco Land Theme Park menuju destinasi berikutnya yaitu Jeju Aquarium yang menjadi pilihan Jiwon.
-Married By Accident-
Perjalanan hari ini sebenarnya cukup melelahkan untuk Jiwon, namun wanita itu masih memiliki semangat dan antusias yang membara demi mendatangi destinasi selanjutnya. Soohyun membawa dua mantel hitam ditangannya dan memberikan satunya untuk Jiwon pakai jika istrinya itu mulai kedinginan, karena pulau Jeju lumayan dingin jika menjelang malam.
Mereka telah sampai di Jeju Aquarium dan seperti biasa, Soohyun membeli tiket masuk terlebih dahulu, lalu merangkul Jiwon yang berdiri menunggunya didekat pintu masuk setelah membawa dua buah tiket ditangannya.
Jalan memasuki lorong dengan kedua tangan yang saling bertautan, Jiwon tersenyum senang melihat dirinya dikelilingi oleh ikan dan biota-biota laut lainnya selama menyusuri lorong tersebut berdampingan dengan suaminya yang juga sibuk memotret, mengabadikan moment mereka dengan ponsel ditangan satunya.
Mereka pun akhirnya sampai didepan aquarium yang cukup besar setelah berjalan menelusuri lorong.
"Kau berdiri disana Ji. Aku akan memotretmu."
Jiwon hanya mengangguk patuh, namun wanita itu membelakangi Soohyun, meminta suaminya untuk memotret dirinya yang tengah melihat biota laut dari belakang.
"Not bad." komentar Jiwon melihat hasil jepretan suaminya.
"Baiklah, sekarang giliranmu. Aku akan memotretmu juga!" titah Jiwon pada suaminya. Soohyun hanya menurut dan mengikuti pose yang sama seperti apa yang dilakukan Jiwon dengan membelakangi istrinya itu.
"Kau benar-benar tidak kreatif karena meniru gayaku." Jiwon mencibir Soohyun, yang dihadiahi cubitan gemas di hidung mancungnya oleh pria itu.
Puas dengan hasil fotonya, Soohyun kembali menyimpan ponsel disaku mantelnya, kemudian meraih mantel ditangan Jiwon dan memakaikannya pada pundak istrinya. Pria itu menarik Jiwon mendekat dan merangkul bahunya, mengeratkan pelukannya pada pundak istrinya itu sambil memandangi aquarium besar dihadapan mereka.
"Kau tahu? ini benar-benar diluar perkiraanku, ternyata diantara sekian banyaknya orang didunia ini, aku pernah berandai-andai ingin melakukan aquarium date bersama kekasihku , nyatanya sekarang aku malah datang bersamamu." Jiwon terkekeh usai mengatakan hal yang pernah menjadi impiannya dulu.
"Eum, Kau benar. Lalu bagaimana dengan Pulau Jeju? Seingatku kau juga pernah mengatakan impianmu pergi ke Pulau Jeju bersama orang yang kau cintai. Namun sekarang nyatanya kau datang bersamaku." Soohyun menatap dalam mata Jiwon yang kini juga balas menatapnya.
Jiwon sebenarnya cukup terkejut karena Soohyun masih mengingat detail kecil tentangnya, yah wajar saja. Mereka bersahabat lima tahun lamanya, jadi seharusnya itu bukan suatu hal yang aneh bukan?
"Ya, i-itu juga termasuk bagian hal-hal diluar perkiraanku," balas Jiwon mengalihkan pandangannya dari tatapan teduh milik suaminya.
"Bukankah takdir kita ini lucu?" Soohyun tersenyum tipis.
"Kenapa kau berpikir begitu?" Jiwon bertanya dengan nada penasaran.
"Hanya saja aku merasa sedikit aneh..."
"Aneh? aneh kenapa? bisakah kau tidak bicara setengah-setengah dan membuatku penasaran?!" gerutu Jiwon mulai kesal.
Soohyun mengangkat bahunya acuh.
"Aneh karena kau memimpikan semua ini, namun nyatanya kau datang dan mewujudkan date impianmu ini bersamaku, jadi bolehkah aku berpikir ini aneh?"
Jiwon mendengus.
"Apanya yang aneh, kau suamiku. Jadi apa yang salah?"
Soohyun menggeleng pelan.
"Ini salah, kau tidak mungkin mewujudkan semua yang kau impikan ini, jika kau tak mencintaiku."
DEG
Jiwon tertawa pelan mendengar ucapan Soohyun barusan. Wanita itu kini menatap suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sebenarnya kemana arah pembicaraanmu ini? aku tak mengerti apa yang kau bicarakan." Jiwon memalingkan wajahnya dari tatapan Soohyun yang terlihat semakin mengintimidasinya.
"Kau benar, percuma saja bicara denganmu, karena kau tidak akan mengerti." ujar Soohyun menyerah membahas topic yang cukup sensitif diantara mereka.
"Ayo, sebaiknya kita berangkat ke airport sekarang, karena tiga jam lagi pesawat kita take off." Ajak Soohyun menggandeng tangan Jiwon membawanya keluar dari Jeju Aquarium menuju mobil mereka yang akan mengantar mereka ke bandara, usai mengecek waktu tertera di arloji yang melingkar ditangan kirinya.
CHAPTER 10
.
"Kau tunggu disini, aku ke toilet dulu sebentar." titah Soohyun pada Jiwon yang hanya mengangguk patuh.
Mereka telah sampai dibandara, kini Jiwon dan juga Soohyun sedang menunggu pengumuman boarding pesawat yang akan membawa mereka kembali ke Seoul.
Ponsel Jiwon bergetar dan ada sebuah notifikasi pesan masuk dengan nomer yang tak dikenalnya.
From : +82 57294 xxxxx
Jadi kau memutuskan untuk memaafkan suamimu itu ya?
Jiwon tersentak kaget saat Soohyun memanggil namanya cukup keras, sepertinya ia sempat melamun dan tidak mendengar jika suaminya itu memanggil-manggil namanya, pria itu mengernyit heran melihat reaksi Jiwon yang gelagapan seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
"Ada apa?"
Jiwon hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Ya sudah ayo, pesawat kita akan segera take off."
Jiwon mengangguk dan segera berjalan mengekori Soohyun dari belakang.
Selama didalam pesawat Jiwon tidak dapat beristirahat dengan tenang. Wanita itu terus memikirkan pesan yang mengganggu pikirannya. Nomer itu, ya nomer itu yang kemarin juga mengiriminya pesan dan memberikan informasi mengenai kegiatan Soohyun saat kemarin dirinya pergi jalan-jalan dengan Somin. Entah apa motif dari si pengirim pesan tersebut. Jiwon tidak tahu menahu, namun wanita itu memutuskan untuk tetap mencari tahu saat tiba di Seoul nanti.
"Kau terlihat gelisah, kenapa? ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Soohyun tiba-tiba.
Jiwon menoleh dan menggeleng. "Tidak ada, hanya saja aku merasa lelah." keluh Jiwon dengan wajahnya yang sedikit lesu.
"Kemarilah!" Soohyun menarik bahu Jiwon mendekat padanya, lalu menyandarkan kepala mungil istrinya itu ke bahunya.
"Tidurlah, aku akan membangunkanmu jika sudah landing." Jiwon tersenyum kaku, lalu menyamankan posisinya dan mulai memejamkan matanya dalam dekapan hangat suaminya itu.
Penerbangan mereka memakan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk sampai ke Seoul.
-Married By Accident-
Setelah menempuh total waktu dua jam selama perjalanan. Mereka akhirnya sampai juga di apartemen.
"Hah, lelah sekali rasanya," gumam Jiwon setelah sampai di apartemen Soohyun atau lebih tepatnya apartemen milik mereka bersama sekarang.
Soohyun tersenyum dan menghampiri Jiwon yang merebahkan diri disofa.
"Istirahatlah dikamar, kau perlu istirhat yang cukup, jangan sampai kau kelelahan, kasihan bayi kita jika ibunya sampai kelelahan" ujar Soohyun lembut sambil mengusap surai hitam milik istri mungilnya itu.
Jiwon tersenyum tipis dan langsung masuk ke kamar menuruti perintah suaminya. Sedangkan Soohyun, ia melihat sekeliling apartemennya yang cukup kotor, pria itu memutuskan untuk membersihkan apartemennya yang ia tinggal selama tiga hari itu, Soohyun memang tidak pernah menyewa pembantu, karena ia lebih senang jika membersihkan apartemennya itu sendiri.
Tiga puluh menit berlalu, apartemen Soohyun kembali bersih dan rapi, Soohyun memutuskan untuk ke kamar, mengecek keadaan Jiwon yang sepertinya telah masuk ke alam mimpinya. Ia mengusap wajah tenang Jiwon saat tertidur.
'jika sedang tidur seperti ini wajahmu begitu damai dan cantik' Soohyun membatin saat memandangi wajah Jiwon.
Lamunan Soohyun terhenti ketika tiba-tiba saja suara lembut mengintrupsi kegiataan Soohyun memandangi wajah istri mungilnya itu.
"Mengagumi ku eoh?" suara itu, ya suara itu merupakan suara Jiwon. Sebenarnya Jiwon tidak benar-benar tertidur, atau lebih tepatnya wanita itu terbangun saat Soohyun membuka pintu kamar dan menghampirinya, kemudian pria itu mengusap-usap wajahnya yang membuat Jiwon merasa sedikit berdebar.
Tangan Soohyun terhenti, ia beralih menatap mata Jiwon dan terkekeh.
"Heum, aku mengagumi wajahmu yang begitu cantik, sepertinya aku harus berterimakasih pada Tuhan, karena ia melepas satu bidadarinya untuk menjadi pendamping hidupku ini"
BLUSH
Perkataan Soohyun barusan berhasil membuat wajah Jiwon memerah karena malu.
"cih, Kau memang raja gombal"
Soohyun terkekeh mendengar cibiran Jiwon yang mengatainya raja gombal.
"Hei, aku berkata yang sebenarnya Ji, kau memang cantik"
"Ya ya, terserah apa katamu sajalah" Jiwon memalingkan wajahnya berusaha untuk tidak menatap Soohyun karena wanita itu terlalu malu jika tertangkap basah salah tingkah didepan suaminya itu. ck~ Jiwon benar-benar menghancurkan suasana, padahal dirinya kan sedang mencoba mencairkan suasana agar mereka tidak merasa canggung lagi dan melupakan percakapan terakhir mereka saat di Jeju Aquarium sore tadi—begitu pikir Soohyun.
Tiba-tiba saja Jiwon menutup mulutnya, Soohyun yang melihatnya mengerutkan dahinya bingung. Wanita itu langsung lari ke kamar mandi dan mencoba memuntahkan isi perutnya, namun yang keluar ternyata hanyalah air liurnya saja.
Soohyun membantu menggulung rambut Jiwon dan memijat pelan tengkuk istrinya itu, ia terlihat khawatir dengan keadaan Jiwon saat ini.
"Apa yang kau rasakan saat ini? Mual? Pusing?" tanya Soohyun lembut.
Jiwon menggeleng. "Entahlah, perutku sedikit bergejolak, sepertinya aku mual, namun anehnya aku juga merasa lapar" kata Jiwon mengeluh dan kembali mencoba memuntahkan isi perutnya, namun tetap yang keluar hanya cairan bening seperti air.
"Ya sudah, sebaiknya kau makan, aku tidak mau kau sampai jatuh sakit"
Jiwon mengangguk.
"Aku mau jajangmyeon" kata Jiwon tiba-tiba terpikirkan sebuah makanan yang ingin sekali dimakannya.
Soohyun mengecek arloji dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam, sepertinya restaurant dekat apartemennya masih buka di jam segini karena mereka buka sampai jam dua dini hari.
"Baiklah kita akan pergi ke restaurant jajangmyeon didekat sini, jadi bersiaplah" Soohyun tersenyum dan menarik tangan Jiwon untuk keluar dari kamar mandi, namun Jiwon dengan cepat menahannya.
"Aku tidak mau ke restaurantnya"
"Oke, aku yang akan membelikannya. Jadi kau tunggu dirumah, begitu?"
Jiwon kembali menggeleng.
"Tidak, aku mau kau yang membuatkannya untukku" Jiwon tersenyum manis usai mengatakan permintaannya itu.
"Apa? aku?" Soohyun terkejut, ia menunjuk dirinya sendiri memastikan jika ia tidak salah dengar.
"Ya, kau. Kenapa memangnya?" tanya Jiwon.
"Jiwon sayang, aku tidak mungkin bisa membuatnya. Bagaimana jika kita beli saja ya, ya?" Soohyun akhirnya mengeluarkan jurus wajah memelasnya, yang sayangnya sama sekali tidak mempan.
"Tidak! Aku hanya ingin makan jajangmyeon buatanmu, titik!" ucap Jiwon bersikeukeuh.
Soohyun mengacak-acak rambutnya frustasi, bagaimana ini? ia sama sekali tidak mengerti cara membuat jajangmyeon, ia memang cukup pandai dalam hal memasak, tapi untuk membuat mie hitam yang bernama jajangmyeon itu Soohyun sama sekali tidak tahu caranya, bisa-bisa ia meracuni Jiwon jika nekat membuatnya.
"Bagaimana jika diganti dengan makanan lain?" tawar Soohyun.
"Bukankah sudah kubilang aku hanya..." perkataan Jiwon langsung terputus karena Soohyun dengan cepat menyela ucapannya.
"Baiklah-baiklah, aku akan membuatkannya untukmu," Soohyun akhirnya menyerah.
"Terimakasih, yeobo" ucap Jiwon disertai dengan kecupan dipipi Soohyun.
"Ck~ jika ada maunya baru kau bersikap manis padaku, huh" Jiwon hanya terkekeh dan menghiraukan gerutuan Soohyun.
"Ya sudah, ayo. Kau tunggu aku di meja makan," ajak Soohyun lagi, namun Jiwon lagi-lagi menahannya.
Soohyun menaikkan sebelah alisnya, Kali ini apa lagi?
"Gendong aku" pinta Jiwon dengan puppy eyes nya, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan gemas dan tidak bisa menolak permintaannya.
Soohyun menyunggingkan senyumnya melihat tingkah Jiwon.
"Astaga, bayi besar nakalku ini ternyata manja sekali, eoh"
Greb
Dalam sekejap Soohyun sudah membawa Jiwon dalam gendongannya ala bridal style. ia membawa Jiwon yang ada dalam gendongannya itu keluar dari kamar mandi, dan berjalan menuju ruang makan. Setelah sampai, Soohyun mendudukkan Jiwon di salah satu kursi ruang makan.
Soohyun meninggalkan Jiwon menuju dapur yang hanya berjarak beberapa langkah saja dari meja makan, sementara Jiwon sibuk memandangi punggung Soohyun yang terlihat tengah sibuk memasak untuk dirinya. Jiwon menopang dagunya dan tersenyum memandangi suaminya itu yang terlihat kebingungan, meskipun Soohyun cukup pandai memasak, Jiwon sangat tahu jika suaminya itu tidak mengerti cara membuat jajangmyeon, namun Soohyun nyatanya mau repot-repot dan bersusah payah membuatkannya demi dirinya, karena Soohyun memang dari dulu selalu menuruti apa yang di inginkannya bahkan hampir selalu tak pernah bisa menolak. Dan Jiwon bersyukur akan hal itu.
Dua minggu berlalu begitu cepat semenjak perjalanan singkat bulan madu mereka, Jiwon dan Soohyun sama-sama disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Jadwal mereka yang sering berbeda membuat intensitas pertemuan mereka sedikit berkurang meskipun mereka nyatanya bekerja dirumah sakit yang sama. Dikarenakan kesibukannya itulah Jiwon pun juga melupakan niat awalnya untuk mencari tahu siapa pengirim pesan yang sempat membuatnya penasaran setengah mati ketika kembali ke Seoul.
Jiwon mengamati hasil Photo USG nya yang membuatnya mengukir senyuman indah diwajahnya. Kata Dokter Kwon—dokter kandungan yang memeriksa kehamilannya. Untuk pertumbuhan kandungannya selama ini baik-baik saja dan fakta yang mengejutkannya adalah Jiwon kini tengah mengandung bayi kembar, karena saat dicek kandungannya ternyata memiliki dua buah kantung didalam rahimnya. Pantas saja akhir-akhir ini Jiwon begitu sering mengalami morning sickness dan juga nafsu makannya sangat meningkat drastis, begitupula perutnya yang sudah terlihat mulai membuncit.
Jiwon mengusap-usap perutnya dengan usapan sayang. Wanita itu memutuskan untuk merahasiakan ini dari Soohyun—ayah dari anak-anaknya itu karena ingin memberikan pria itu kejutan. Ya, kebetulan Soohyun tidak sempat menemaninya untuk mengecek kandungannya karena pria itu sangat sibuk menjalani berbagai macam operasi pasiennya. Rencananya Jiwon akan memberitahu soal kehamilannya yang mengandung bayi kembar itu tepat pada saat ulang tahun suaminya, yaitu sekitar dua bulan lagi, yang artinya jatuh pada saat kandungannya berusia 22 minggu, Jiwon baru akan memberitahukannya pada Soohyun.
"Anak-anak Mommy, sehat-sehat didalam sana ya sayang. Mommy tidak sabar bertemu kalian. Daddy kalian pasti akan senang jika tahu kalian ternyata kembar." Jiwon berceloteh riang sambil terus mengusap-usap perutnya dan mengajak kedua buah hatinya itu berbicara.
Di masa-masa kehamilan yang memasuki trisemester kedua ini entah mengapa membuat Jiwon sering merasa lelah dan juga perubahan suasana hatinya seringkali berubah-ubah begitu cepat.
Bahkan ketika usia kandungannya sudah memasuki lima bulan, Jiwon semakin saja terlihat aneh dan manja. Ia bahkan seringkali meminta sesuatu yang membuat suaminya kewalahan. Ia sering mengidam di waktu yang tidak tepat. Soohyun bahkan kesulitan membagi waktu antara pekerjaannya dan juga memberikan perhatiannya untuk Jiwon.
Orang tua Soohyun dan juga orang tua Jiwon sudah mengetahui mengenai kehamilan Jiwon , karena memang Soohyun sengaja memberitahukannya sebulan setelah acara bulan madu singkat mereka. Ibunya Soohyun bahkan menawarkan diri untuk menitipkan Jiwon dirumahnya, karena memang Jiwon sedikit merepotkan jika sudah mengidam, jadi ia sedikit kasihan pada anaknya jika mengurus Jiwon seorang diri.
Namun Soohyun bersitegas untuk menolak, ia lebih memilih Jiwon tinggal diapartemen saja, karena memang usia kandungannya masih cukup muda dan Busan juga terlalu jauh untuk Soohyun memantau istrinya nanti, lagipula Jiwon masih bisa melakukan apa saja yang ia mau dengan perutnya yang belum terlalu membesar itu, dan Jiwon sendiri pun membenarkan hal tersebut karena memang ia juga masih perlu bekerja dikarenakan dirinya baru bisa mengambil cuti hamil pada usia kandungannya nanti yang akan menginjak tujuh bulan.
Jiwon terbangun dari tidurnya, kemudian menoleh dan membangunkan Soohyun yang tidur disampingnya, hingga pria itu akhirnya terusik dari alam mimpinya.
"Ada apa Ji? Ini masih jam dua pagi, kau tahu?" ucap Soohyun dengan matanya yang sayu khas bangun tidur.
"Tiba-tiba aku ingin makan ayam goreng Soohyun-ah,"
"Apa? ayam goreng? dini hari begini?" Soohyun melotot terkejut, sedangkan Jiwon mengangguk mengiyakan.
"Baiklah, aku akan memesannya" Soohyun mengambil ponselnya diatas meja nakas samping tempat tidurnya, bermaksud menelepon toko ayam cepat saji yang buka dua puluh empat jam. Namun kegiatan Soohyun harus terhenti karena Jiwon menarik ponselnya.
"Aku ingin ayam goreng buatan ibuku,"
"Tapi Ji..."
"Tidak ada tapi-tapi, apa kau mau menjadi suami durhaka karena menolak permintaan istrimu yang sedang mengidam? Apa kau mau anak kita terus-terusan mengeluarkan air liurnya saat ia lahir karena perbuatanmu yang tidak menuruti permintaan ibunya?"
Skak mat.
Jika sudah begini, mau tidak mau Soohyun harus menurutinya. Ia tidak mau di cap sebagai suami dan ayah durhaka karena tidak mau menuruti apa yang diminta istri dan anaknya yang ada didalam perut buncit Jiwon.
Pria itu kemudian beranjak mengambil jaket dilemari dan memakainya, lalu keluar dari apartemen bergegas ke parkiran, dan masuk kedalam mobilnya yang akan ia kemudikan menuju kediaman orang tua Jiwon.
-Married By Accident-
Tuk
Jiwon hanya menatap piring berisikan ayam goreng buatan ibunya yang dibawa Soohyun. Bukannya memakannya ia malah mendorong piring itu menjauh dengan wajah juteknya, membuat Soohyun mengusap wajahnya kasar seperti menahan emosi.
"Ada apa lagi? bukankah ini yang kau minta?" tanya Soohyun dengan penuh kesabaran.
"Ya, tapi kau datang begitu lama, aku sudah makan ramen barusan dan sekarang aku sudah kenyang," ucap Jiwon dengan nada bicaranya yang ketus.
BRAKKKK
Jiwon terlonjak kaget, ia menatap Soohyun yang terlihat sangat marah seusai menggebrak meja.
"APA MAUMU SEBENARNYA? APA KAU SAMA SEKALI TIDAK MAU MENGHARGAI USAHAKU, KAU BAHKAN DENGAN GILANYA MEMBANGUNKANKU DITENGAH MALAM HANYA UNTUK MENURUTI PERMINTAAN ANEHMU, DAN SEKARANG KAU BAHKAN TIDAK MAU MEMAKAN APA YANG MENJADI PERMINTAANMU INI. APA KAU TIDAK TAHU JIKA HARI INI AKU BEGITU LELAH JIWON, HAHHHH!?" Jiwon terdiam, ia mencoba menahan air matanya untuk tidak tumpah, Soohyun benar-benar sedang kalap saat ini. Air mukanya benar-benar menyiratkan kekecewaan dan amarah yang memuncak , yang mungkin saja sedari tadi sudah ditahannya.
Soohyun bangkit dari duduknya tanpa memperdulikan Jiwon yang mungkin saja terkejut karena bentakannya, biarkan saja, ia tidak peduli. Sekali-sekali Jiwon memang harus diberi pelajaran agar istrinya itu tidak bersikap seenaknya. Soohyun menghela napas berat dan berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti karena Jiwon menahan lengannya untuk tidak pergi.
Soohyun menatap Jiwon dengan wajahnya yang terlihat begitu kacau, bagaimana tidak? Ia baru saja tidur dua jam setelah menjalankan operasi usus buntu pasiennya, dan harus terbangun karena istrinya yang tiba-tiba saja mengidam, ia bahkan mengabaikan rasa kantuk dan lelahnya demi sang istri, namun apa yang ia dapat? Istrinya sama sekali tak menghargai usahanya ck, istrinya itu benar-benar huh~
Jiwon menatap Soohyun dengan matanya yang berkaca-kaca, sesungguhnya Soohyun tidak tega, tapi ia tetap mempertahankan egonya, menunggu apa yang akan dikatakan Jiwon padanya.
Jiwon memajukan wajahnya, ia berjinjit untuk menggapai bibir Soohyun. Tangannya ia letakkan di kerah jaket suaminya itu.
Cup
Awalnya hanya sebuah kecupan, namun Jiwon mencoba untuk melumat bibir bawah Soohyun, mengulumnya dan menjilatnya. Sedangkan Soohyun? Ia hanya diam dan menutup mata tanpa bergerak sedikitpun. Jiwon mencoba untuk menggigit bibir Soohyun, membuat sang empunya membuka mulutnya. Jiwon bermain disana, didalam rongga hangat milik Soohyun, mengabsen gigi Soohyun satu-persatu dan bermain dengan lidah Soohyun seorang diri, karena suaminya itu sama sekali tidak membalas ciumannya, akhirnya Jiwon melepaskan ciumannya dan menatap teduh mata milik suaminya.
"Apa kau begitu marah padaku,?" tanya Jiwon dengan suaranya yang agak serak.
"Menurutmu?" balas Soohyun dingin.
Jiwon tak menjawabnya, ia berhambur memeluk tubuh Soohyun, menghirup wangi maskulin suaminya itu yang menjadi kesukaannya.
"Maafkan aku," Soohyun hanya diam tak menjawab, bahkan tak ada tanda-tanda ia akan membalas pelukan istrinya itu.
"Hikss, aku mohon maafkan aku, jangan diamkan aku seperti ini Soohyun-ah, hiksss" Jiwon semakin mengeratkan pelukannya untuk meredamkan isakannya didada bidang milik suaminya itu.
Soohyun memejamkan matanya sesaat, tangannya mulai terangkat untuk membalas pelukan istrinya, ia mengusap-usap punggung istrinya dan mengelus surai hitam yang seringkali menjadi spot untuk ia mendaratkan sebuah kecupan. Soohyun menaruh dagunya diatas puncak kepala istrinya. Menghirup wangi lavender yang menguar dari rambut milik Jiwon yang tentunya menjadi kesukaannya juga.
CUP
Soohyun mengecup puncak kepala Jiwon dan melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah istri mungilnya itu yang telah dibanjiri oleh air mata. Soohyun mengusap pipi Jiwon yang berisi karena wanita itu terlihat semakin bulat saja semenjak hamil, dan kemudian mengecup kedua kelopak mata Jiwon secara bergantian.
"Aku memaafkanmu, jadi berhentilah menangis. Kau tahu, wajahmu terlihat jelek saat menangis" ledek Soohyun, mencoba mencairkan suasana. Jiwon sempat mengerucutkan bibirnya lucu, namun dengan cepat ia menyusul suaminya itu yang kini tengah pergi menghindar dari pukulan mautnya menuju ke dalam kamar mereka.
CHAPTER 11
.
Mungkin mereka memang telah berbaikan usai kejadian Soohyun membentak Jiwon belum lama ini, namun nyatanya hal tersebut tidak berlangsung lama, karena Jiwon kembali lagi bertingkah menyebalkan, dan Soohyun sebagai suami mencoba untuk memakluminya lagi, di saat seperti ini ibu hamil memang suka sekali berganti-ganti mood. Ia akan dengan mudahnya menunjukkan perubahan moodnya disaat suka ataupun tidak menyukai sesuatu hal.
'Ganti parfume mu Kim, aku tidak suka baunya'
'Aku tidak jadi makan es krim coklat ini, aku mau permen kapas saja'
'Aku tidak suka susu, berhentilah menyuguhiku susu atau aku akan menyemburkannya ke wajahmu'
'Kenapa pakai kemeja berwarna ungu? Kau masih memiliki istri, pakai warna pink saja, itu akan membuatmu terlihat cute'
'Berhenti menaikkan ponimu ke atas Kim! apa kau sedang tebar pesona dengan dahi yang kau bangga-banggakan itu'
'Jangan terlalu banyak olahraga, tubuhmu sudah cukup bagus. Aku tidak suka tubuh yang terlalu kekar, itu akan terlihat lebih menyeramkan'
'Jangan terlalu sering menciumku jika baru pulang bekerja, kau tahu. Aku tidak suka bau keringat'
'argh, aku menyesal membeli dress ini, warnanya terlihat norak, Seharusnya tadi aku beli saja warna peach, aku menyesal mengikuti saranmu'
Dan masih banyak lagi perubahan mood Jiwon lainnya, yang jika dijabarkan akan membentuk rel kereta yang sangat panjang. Ck~ ibu hamil memang menyusahkan.
Drrrrtttttt
Ponsel Soohyun bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk yang ternyata dari istri mungilnya.
"Yeobose..."
"Soohyun-ah, cepat pulang," Soohyun memejamkan matanya sebentar karena Jiwon memotong ucapannya.
"Ada ap..."
"Aku bilang cepat pulang, hikss" sambar Jiwon lagi.
"Iya iya, tapi ada apa Ji?" tanya Soohyun dengan nada khawatir.
"Cepat pulang, aku membutuhkanmu, hiks" Soohyun yang mendengar Jiwon menangis pun dengan segera memutuskan sambungan teleponnya dan bergegas untuk pulang, ia takut terjadi sesuatu dengan istri mungilnya itu. Soohyun terlihat begitu tergesa-gesa menuju mobil hingga melupakan seseorang yang sedari tadi bersamanya. Pikirannya benar-benar kalang kabut, dan istrinya jauh lebih penting saat ini.
'Maafkan aku Yoona'
--
Soohyun sampai di apartemennya, ia memarkirkan mobilnya sembarangan di basement dan terlihat berlari-larian di lobby. Hatinya sungguh kalut, saat mendengar Jiwon—istrinya menangis. Ia bahkan tidak dapat berkonsentrasi saat menekan password apartemennya sendiri.
Soohyun melepas alas kakinya dengan terburu-buru, dan berteriak memanggil-manggil Jiwon.
Ia menghampiri Jiwon yang terlihat sedang duduk santai di sofa ruang tamu.
"Ji," panggil Soohyun.
"Ah, Soohyun, kau datang" Jiwon beranjak dari duduknya dan tersenyum menghampiri Soohyun yang terlihat masih lengkap dengan jas dokternya.
"Apa terjadi sesuatu? Apa kau terluka? Dimana lukanya?" Soohyun memutar tubuh Jiwon untuk mengecek keadaan istrinya.
"Hei, aku tidak apa-apa," ucap Jiwon menenangkan kegelisahan Soohyun.
"Hahh, syukurlah" Soohyun bernapas lega.
"Lalu, ada apa kau memintaku untuk cepat pulang?" Soohyun bertanya dengan raut wajah bingung.
"Hmm, aku ingin makan bibimpap direstoran baru itu, kau mau kan mengantarku kesana?" ucap Jiwon dengan santainya sambil menunjuk ke arah televisi yang sedang menayangkan acara kuliner, kebetulan hari ini Jiwon juga tidak ada jadwal praktek. Jadi seharian ini ia menghabiskan waktunya hanya dirumah.
Sebenarnya itu hanyalah akal-akalan Jiwon saja. Ia memang sengaja ingin mengajak Soohyun pergi sekaligus merayakan ulang tahun suaminya itu. Jiwon juga sudah menyiapkan hadiah yang dibelinya kemarin di mall sekaligus akan memberitahu Soohyun tentang kehamilannya yang mengandung anak kembar sebagai hadiah kejutannya.
Rahang Soohyun mengeras, Pria itu lalu menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
"DEMI TUHAN JI, KAU MENYURUHKU PULANG HANYA KARENA INGIN AKU MENGANTARKANMU KE RESTORAN , YANG BAHKAN BISA KAU GAPAI DENGAN JARAK TIGA KILO METER DARI APARTEMEN MENGGUNAKAN TAKSI!?" Soohyun membentak Jiwon tepat di wajahnya. Soohyun benar-benar tak habis pikir dengan istrinya ini, ia bahkan mengorbankan rapat penting untuk membahas operasi bedah yang akan dilakukannya besok pagi bersama Yoona—seniornya dirumah sakit.
Soohyun bahkan harus menempuh jarak tujuh kilo meter dari rumah sakit ke apartemennya, dan sampai apartemen apa yang ia dapat? Sebuah lelucon yang benar-benar sangat tidak lucu.
"KAU TAHU? KAU BAHKAN MERUSAK ACARA MAKAN MALAMKU DENGAN YOONA UNTUK MEMBAHAS OPERASI YANG AKAN AKU LAKUKAN BERSAMANYA BESOK, DAN DEMI TUHAN JI, INI SAMA SEKALI TIDAK LUCU!" bentak Soohyun lagi.
Soohyun mengusap wajahnya kasar. Sementara Jiwon, ia menatap Soohyun dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa Yoona sebegitu pentingnya untukmu,?" Jiwon mulai membuka suaranya.
"Apa meeting dan juga makan dengan Yoona lebih penting daripada istrimu?" tanya Jiwon lagi.
"APA KAU MASIH MENYUKAI YOONA? JAWAB AKU KIM SOOHYUN!"
"DIAM!"
Jiwon tersentak mendengar teriakan Soohyun.
"YA, MEETING BERSAMA YOONA TENTU JAUH LEBIH PENTING DARIPADA AKU HARUS PULANG, NAMUN YANG AKU DAPAT ADALAH PERMINTAAN ANEHMU YANG SANGAT TIDAK PENTING, KAU PUASSS?!"
Jawaban Soohyun barusan membuat Jiwon tersenyum miris.
"Jika kau tidak mau mengantarkanku, baiklah. Aku bisa pergi sendiri, mungkin setelah ini sebaiknya kau tidak usah memperdulikanku lagi, karena memang aku sama sekali tak penting untukmu," Jiwon berkata dengan suaranya yang serak karena menahan tangis, bulir air matanya jatuh begitu saja saat matanya bersibobrokan dengan manik mata milik Soohyun.
"Ji, bukan seperti itu mak...." Soohyun mencoba menjelaskan, namun Jiwon langsung melenggang pergi meninggalkan apartemen mereka, Jiwon berlari kecil saat dirasa Soohyun ternyata mulai mengejarnya. Ia buru-buru berlari tertatih dengan perut buncitnya tanpa melihat jalan, dan hampir saja Jiwon tertabrak mobil jika saja pengendara yang hampir menabrak Jiwon itu tidak mengerem mendadak.
Jiwon terdiam dan terlihat shock, tangannya bergetar dan mengeluarkan keringat dingin, sepintas bayangan kecelakaan masa lalu tiba-tiba lewat dalam ingatannya.
Si pengendara mobil keluar datang menghampiri Jiwon dengan raut wajah khawatir.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya si pengendara mobil yang ternyata adalah seorang wanita.
"A-aku tidak apa-apa" Jiwon berujar lirih, ia menatap wanita yang hampir saja menabraknya, wanita ini. Kenapa wajahnya terlihat tidak asing?
"Ah, sebaiknya kau ikut ke rumahku, aku takut kau ada yang terluka" Wanita itu mengajak Jiwon menuju mobilnya, Jiwon menoleh ke arah belakang, dimana Soohyun terlihat masih mencoba mengejarnya.
Jiwon akhirnya langsung masuk kedalam mobil, meninggalkan Soohyun yang terengah-engah karena tidak berhasil mengejar mobil yang membawanya pergi.
Soohyun memeluk lututnya lemas dan menatap mobil yang telah jauh dari pandangannya itu.
'Bukankah dia...'
.
.
--
.
.
Ceklek
"Ayo masuk" ajak wanita yang membawa Jiwon itu dengan tersenyum ramah.
"Kau mau minum apa?" tanya wanita itu lagi setelah Jiwon duduk diatas sofa apartemennya.
"Apa saja, kau tidak perlu repot-repot" ujar Jiwon agak canggung.
"Baiklah, kau tunggu saja disini, aku akan membuatkan minum untukmu" kata wanita itu, lalu pergi menuju dapur.
Jiwon berjalan menyusuri apartemen milik wanita yang hampir menabraknya itu, banyak lukisan dan hiasan indah yang menggantung di dinding apartemen berwarna abu-abu tersebut. Tanpa sadar matanya tertuju pada sebuah foto berukuran sedang yang terpajang disalah satu lemari pajangan. Foto tersebut merupakan foto wanita itu yang terlihat berdiri ditengah diapit oleh dua orang pria tinggi yang saling merangkul satu sama lain.
"Mereka berdua pria yang sangat berarti dalam hidupku" lamunan Jiwon terhenti saat wanita yang hampir menabraknya itu datang dari arah dapur membawakan dua buah gelas berisikan juice strawberry.
"Minumlah," ujar wanita itu memberikan gelas yang satunya pada Jiwon. Jiwon menerimanya dengan senyuman yang agak dipaksakan.
"Siapa namamu?" tanya wanita itu.
"Ah, namaku Jiwon" ujar Jiwon memperkenalkan diri, dan wanita itu mengangguk kecil di ikuti dengan senyumannya yang terlihat menawan.
"Baiklah Jiwon, perkenalkan aku Lee Jieun, kau bisa memanggilku Jieun."
.
.
--
.
.
"Jieun-ssi, kalungmu bagus" ucap Jiwon tiba-tiba.
Jieun menyentuh kalungnya yang menyembul keluar dari dalam bajunya dan ia tersenyum tipis.
"Yah, ini merupakan pemberian seseorang" ucap Jieun masih dengan mempertahankan senyumannya.
Jiwon mengangguk mengerti.
"Apa yang memberikannya, pria yang lebih tinggi didalam fotomu tadi?" tanya Jiwon hati-hati.
Jieun tersenyum, ia menggeleng pelan.
"Lebih tepatnya, pria yang tersenyum idiot itulah yang memberikannya"
DEG
Dada Jiwon seperti dihantam ribuan jarum tak kasat mata. Ia mencoba untuk menahan tangisnya agar tidak pecah saat ini juga.
"Dia memberikannya saat kami dipertemukan kembali dikorea, saat itu aku tengah berlibur di Pulau Jeju, aku selama ini tinggal di Jepang, dan tanpa sengaja aku dipertemukan kembali olehnya saat ia mengembalikan dompetku yang terjatuh disebuah kedai ramen, dan esoknya kami kembali bertemu, yah pertemuan singkat namun cukup berkesan untukku" cerita Jieun panjang lebar, tanpa sadar jika lawan bicaranya tampak tidak fokus dengan apa yang diceritakannya.
'Jadi, wanita yang berpelukan dengan Soohyun waktu itu adalah Lee Jieun ini?' batin Jiwon miris.
"Kau tahu? Dia laki-laki yang sangat baik dan perhatian" ucap Jieun memuji pria yang ia maksud.
'ya dia memang sangat baik dan perhatian namun juga menyebalkan ketika sedang marah'
"Dia pria yang pantang menyerah dan pekerja keras" lanjut Jieun lagi.
'Ya, dia memang seperti itu'
"Ia juga sangat pintar dan tumbuh menjadi dokter muda yang berbakat"
'Ya, Soohyun memang pintar'
"Dan dia mencintaiku"
Deg
Jiwon menatap Jieun dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Tapi itu dulu, karena saat itu aku menolaknya dan lebih memilih Jongsuk, pria yang lebih tinggi itu, yang juga merupakan sahabatnya"
"Kau tahu? Ia bahkan mengatakan jika aku cinta pertamanya, dan ia mengeluh karena sulit sekali melupakanku saat itu" ujar Jieun terkekeh menceritakan kenangan masa lalunya.
Jiwon mencoba untuk ikut tertawa canggung, namun ada sesuatu yang mengganjal pikirannya saat ini.
Drrrttttt
Dering ponsel milik Jieun berbunyi, ada sebuah panggilan masuk yang sempat Jiwon baca saat layar itu berkedip.
Soohyun Kim is calling
"Yeoboseyo"
"....."
"Ya aku dirumah, ada apa Soohyunnie?"
'Tsk, bahkan Jieun memanggilnya seperti itu, apa mereka memang sangat dekat?'
"...."
"Tentu saja boleh"
"..."
"Baiklah, hati-hati dijalan"
Dan Klik, sambungan terputus. Jieun menatap Jiwon yang terlihat sibuk melamun.
"Jiwon, aku tinggal sebentar ya. Aku ingin memasak ramen dan juga sup rumput laut kesukaan Soohyun, karena Soohyun hari ini berulang tahun dan ia sedang dalam perjalanan kesini"
"Soo-Soohyun?"
"Ya, Soohyun. Orang yang sedari tadi aku ceritakan, baiklah aku tinggal sebentar ya" Jieun beranjak dari duduknya dan melenggang pergi menuju dapur.
Lima belas menit berlalu, Jiwon nampak terlihat mondar-mandir diruang tamu apartemen milik Jieun.
Ting Tong.
Bunyi bel apartemen mengejutkan Jiwon, ia melihat layar intercome dan benar dugaannya, itu Soohyun suaminya.
'Bagaimana ini? jika aku membukanya, ia akan tahu aku berada disini' monolog Jiwon dalam hati.
'ah, lebih baik aku bersembunyi saja dikamar mandi'batin Jiwon ketika mendapatkan ide.
Jiwon langsung berjalan tertatih ke kamar mandi yang tidak begitu jauh dari ruang tamu tempatnya berdiri, ia menghiraukan suara bel yang berbunyi, hingga akhirnya Jieun datang membukanya. Jiwon mengintip dari celah pintu yang ia tutup tidak rapat. Ia penasaran apa yang dilakukan Soohyun disini? 'Apa Soohyun berniat selingkuh dibelakangnya?' rutuk Jiwon dalam hati.
"Soohyunnie, akhirnya kau datang" teriak Jieun girang, langsung berhambur memeluk Soohyun, yang tentunya dibalas pelukan hangat juga dari Soohyun.
"Kau tahu? Aku merindukanmu, kenapa kau baru menghubungiku lagi eoh?" tanya Jieun dengan nada jutek yang dibuat-buat setelah melepas pelukannya.
"Maaf. Akhir-akhir ini aku begitu sibuk, jadi tidak sempat untuk menghubungimu" ujar Soohyun memperlihatkan raut wajah yang sedikit menyesal. Ia mengusak surai coklat milik Jieun dan matanya beralih menyusuri isi apartemen Jieun.
"Baiklah, aku maafkan. Ayo, kita ke dapur . Aku sudah memasakkan ramen dan juga sup rumput laut kesukaanmu" ajak Jieun menggandeng tangan Soohyun.
"Sup rumput laut?"
Jieun mengangguk. "Apa kau lupa? hari ini kan hari ulang tahunmu Soohyunnie."
Soohyun membulatkan matanya terkejut ketika menyadari jika hari ini adalah hari kelahirannya. Kenapa ia bisa melupakannya?
Jieun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat reaksi Soohyun yang sepertinya memang lupa jika dia berulang tahun hari ini. Tanpa membuang-buang waktu, wanita itu segera menarik tangan Soohyun dan mengajak pria itu mengikutinya ke dapur.
Di dapur
"Nah, ayo silahkan dicoba" Jieun membawa mangkuk berisi ramen ditangannya dan menyodorkan sumpit yang berada didalam mangkuk tersebut ke arah Soohyun.
Soohyun mengambil sumpit tersebut lalu mulai menyuapkan ramen itu kedalam mulutnya.
Mereka tidak sadar jika sedari tadi ada sepasang mata sedang mengamati kegiataan mereka.
Orang tersebut adalah Jiwon, wanita itu sedikit mengintip ke arah dapur, namun ia tidak bisa melihat dengan jelas karena Soohyun membelakangi tubuhnya. Yang Jiwon tahu, Soohyun sepertinya sedang mencicipi ramen buatan Jieun?
Soohyun selesai dengan satu suapan ramennya dan meletakkan sumpitnya, namun karena tidak hati-hati, sumpit yang Soohyun letakkan menyebabkan kuah ramen dimangkuk yang Jieun pegang sedikit terciprat dan mengenai mata Jieun, membuat mata Jieun perih karena cipratan kuah ramen yang begitu pedas.
Jiwon menutup mulutnya terkejut, melihat apa yang menjadi pemandangannya dihadapannya kini.
'Soohyun dan Jieun berciuman?'
--
Entah apa yang dipikirkan Jiwon, ia langsung diam-diam keluar apartemennya Jieun tanpa berpamitan.
Hatinya begitu ngilu seperti tercubit melihat suaminya berciuman dengan wanita lain?
Sakit, itulah yang dirasakannya kini.
"Apa sudah baikkan?" tanya Soohyun lembut setelah cukup lama ia meniup mata Jieun agar matanya tidak memerah karena ulahnya.
"Hmm yah, ini sudah lebih baik. Terimakasih Soohyun-ah" Jieun tersenyum.
"Ya, tidak masalah. Tapi Jieun-ah aku sepertinya harus segera pergi, karena masih ada urusan penting. Aku tinggal tidak apa kan?" tanya Soohyun.
"Ya, pergilah. Hati-hati" ujar Jieun tersenyum melepas kepergian Soohyun.
Soohyun berjalan menuju mobilnya, bergegas untuk pulang. Mungkin saja Jiwon nya itu sudah berada di apartemen karena ia sama sekali tak menemukan batang hidungnya di apartemen Jieun. Ya, Soohyun memang sengaja datang ke apartemen Jieun karena ia mencurigai mobil yang membawa istrinya pergi itu mobil Jieun, dan ia juga sempat melihat Jieun masuk kedalam mobil tersebut.
'Sebenarnya kau itu dimana Jiwon-ah' batin Soohyun gelisah.
--
Nyatanya Jiwon tak langsung pulang ke apartemen, ia berhenti disebuah restoran bibimpap yang tadi sempat ingin ia kunjungi.
Jiwon duduk lalu memesan satu porsi bibimpap dan segelas orange juice, setelah itu ia duduk termenung menunggu pesanannya sambil membayangkan kejadian tadi yang sedikit menyayat hatinya.
Bulir air matanya jatuh begitu saja tanpa diminta.
'Kenapa Soohyun jahat padanya?'
'Apa suaminya itu masih mencintai Jieun?'
'Lalu sebenarnya apa arti dirinya dikehidupan Soohyun saat ini?'
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang datang berkelebat memenuhi pikiran Jiwon saat ini.
Lamunan Jiwon terhenti karena seseorang tiba-tiba memanggilnya.
"Oh, Jiwon. Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya seseorang yang memanggilnya itu. Jiwon dengan cepat menghapus jejak air matanya dan beralih menatap orang yang memanggilnya.
"Haein?" cicit Jiwon sedikit terkejut.
"Kau disini? Dengan siapa?" tanya Jiwon, sambil celingak-celinguk mencari seseorang.
"Aku bersama Somin, ia sedang ke kamar mandi. Kami akan bertemu salah satu kolega ku disini, kau sendiri. Sedang apa disini? Sendirian ?" tanya Haein.
"Ya,aku sendiri. Aku sedang mengidam ingin makan bibimpap, makanya aku datang kemari"
Haein mengangguk paham. Ia beralih menatap istrinya yang berjalan kearahnya.
"Eh, Jiwon. Kau disini? Dimana Soohyun ?" tanya Somin menatap bangku kosong disebelah Jiwon.
"Dia sendiri, Soohyun hyung mungkin sedang dinas. Kau tahu bukan, dokter muda itu sangat sibuk sayang. Benarkan Jiwon?" ucap Haein sok tahu.
"Ah, Ya" Jiwon hanya mengangguk pelan menanggapi.
"Ah kebetulan sekali, bagaimana jika kita makan bersama. Eoh Haein-ah apa kolega yang kau maksud belum juga datang?" tanya Somin menatap suaminya.
"Mereka sedang dalam perjalanan, Ah itu mereka datang" ujar Haein setelah melihat kolega yang ia maksud berjalan menuju kearahnya.
"Maaf, terlambat. Jalanan sedikit macet" ucap orang itu dengan nada menyesal.
"Ah, tidak apa-apa. Kami juga baru saja sampai" ujar Haein memaklumi.
"Oh ya perkenalkan, ini Yoona istriku, aku sengaja mengajaknya karena ia bilang tadi belum sempat makan malam. Jadilah aku mengajaknya untuk makan bersama. Tidak apa kan?"
"Ya, tentu saja tidak apa-apa brother"
"Kenalkan, ini istriku Somin sekaligus sekretarisku dan diseberang sana namanya Jiwon, kakak iparku" ucap Haein memperkenalkan Somin dan Jiwon pada koleganya itu.
"Aku Lee Junho, dan ini istriku Lim Yoona." ujar kolega yang Haein maksud memperkenalkan dirinya dan juga wanita yang duduk disampingnya sebagai istrinya.
'Jadi Yoona sudah bersuami? Ah sepertinya lain kali jiwon harus meminta maaf karena sudah menuduh Soohyun yang tidak-tidak' batin Jiwon merasa bersalah. Jiwon benar-benar tidak tahu jika seniornya yang sempat dekat dengan suaminya itu sudah menikah, dan memang tidak banyak yang tahu karena Yoona sendiri baru saja menikah dua minggu yang lalu dengan suaminya itu.
Mereka makan dengan khidmat setelah pesanan mereka datang, sambil sesekali Haein membahas proyeknya bersama Junho, dengan Haein yang sesekali disuapi oleh Somin atau Junho yang juga sesekali disuapi oleh istrinya—Yoona. Jiwon hanya tersenyum miris melihat mereka yang terlihat sangat sibuk , hingga akhirnya memutuskan untuk berpamitan duluan setelah selesai dengan makanannya.
--
Jiwon sampai di apartemen tepat pukul sebelas malam, karena ia sempat berjalan-jalan sebentar ditaman seusai makan bersama pasangan JungJung dan juga Yoona-Junho.
"Dari mana saja kau Kim Jiwon, kenapa jam segini baru pulang?" tanya Soohyun tiba-tiba setelah beranjak dari tempat duduknya.
Jiwon menghiraukan ucapan Soohyun, ia sama sekali tidak menggubris pertanyaan Soohyun yang dilayangkan padanya.
"Aku bertanya padamu Jiwon. Dari mana saja kau? Kenapa tidak menghubungi dan menjawab teleponku hah?" tanya Soohyun lagi setelah menghampiri Jiwon dan berdiri dihadapannya.
"Memangnya apa pedulimu?" datar namun terkesan dingin, itulah yang Soohyun tangkap dari nada bicara Jiwon.
"Tentu saja aku peduli, aku ini suamimu Kim Jiwon!" ujar Soohyun sedikit berteriak.
"LALU JIKA KAU SUAMIKU, UNTUK APA KAU BERSENANG-SENANG DENGAN WANITA LAIN HAH?" Jiwon juga tak kalah balas berteriak.
"Apa maksudmu? Siapa yang bersenang-senang dengan wanita lain? Dia rekan kerjaku, kenapa kau begitu posesif sekali hah? Aku bahkan tidak ada hubungan apapun dengan Yoona lagi, asal kau tahu?!"
"OH YA? Bagaimana dengan Jieun?" Soohyun terdiam, ia terkejut dengan ucapan Jiwon barusan.
"KAU BAHKAN BERCIUMAN DENGANNYA, DAN TANPA SEPENGETAHUANKU KAU BERTEMU DENGANNYA DIBELAKANGKU , APA SELAMA INI KAU TIDAK PUAS DENGANKU SAMPAI-SAMPAI KAU BERSELINGKUH? KAU BERSELINGKUH DENGAN WANITA JALANG ITU, IYA HAHH?"
PLAAAKKKK
Jiwon menyentuh pipi kirinya yang baru saja mendapat tamparan keras dari Soohyun. Ia menatap Soohyun tak percaya diikuti dengan air matanya yang sudah mengalir dengan derasnya. Soohyun terlihat sangat murka dengan wajah dan matanya yang memerah.
"DIA WANITA TERHORMAT, KAU TIDAK PANTAS MENYEBUTNYA SEPERTI ITU!"
Jiwon menangis, Soohyun bahkan berteriak padanya demi membela Jieun, apa sebegitu berharganya gadis itu untuk hidupnya?
"KAU BAHKAN MEMBELANYA, KAU BAHKAN MENAMPAR ISTRIMU SENDIRI DEMI MEMBELA WANITA MURAHAN ITU!"
"KAUUUU!!" Jiwon sempat memejamkan matanya saat Soohyun kembali mengangkat tangannya bersiap untuk menamparnya kembali. Namun tangan Soohyun terhenti melayang di udara, membuat Jiwon menatap kearah Soohyun lagi.
"KENAPA? LAKUKAN! TAMPAR AKU KEMBALI AGAR KAU PUAS! BILA PERLU BUNUH SAJA AKU DENGAN TANGANMU INI KIM SOOHYUN. MUNGKIN SELAMA INI AKU MEMANG TIDAK LAYAK HIDUP DAN TIDAK PERNAH PENTING UNTUKMU KARENA KAU BERANGGAPAN JIKA AKU MERUPAKAN PENGHALANG DAN JUGA AKU TERLALU POSESIF DAN KAU MERASA TERKEKANG, KAU BISA MEMBUNUHKU SEKARANG JUGA! DENGAN BEGITU KAU BISA TERBEBAS DARIKU DAN MENIKAH DENGAN WANITA MURAHAN ITU!"
"KIM JIWON, CUKUPPPP!"
"DIAM KIM SOOHYUN, AKU BELUM SELESAI BICARA!"
"KAULAH YANG DIAM!"
Jiwon terlonjak, ia terdiam karena bentakan Soohyun yang begitu keras dihadapan wajahnya.
"AKU MUAKKK DENGAN SIKAPMU SELAMA INI, AKU MUAK DENGAN TINGKAHMU YANG BEGITU MENYEBALKAN SETIAP WAKTU, AKU MUAK DENGAN PERMINTAAN ANEHMU YANG SANGAT MEMBUANG-BUANG WAKTUKU, KAU TAHU? AKU LELAH! AKU LELAH JIKA HARUS BERDEBAT DENGANMU, JADI TOLONG HENTIKAN SEMUA INI!"
"Dan satu lagi, jangan menuduh Jieun yang tidak-tidak. Karena ya, kau benar, dia sangat berharga untukku" ucap Soohyun dengan tenang dan berbalik, lalu melangkah menuju ke kamarnya .
"Kalau begitu, lebih baik kita bercerai"
Deg
Langkah Soohyun terhenti ketika Jiwon mengeluarkan kata-kata yang sangat ia hindari, Soohyun memejamkan mata sesaat sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Baiklah, bukankah itu memang tujuan awal kita menikah?" ucap Soohyun tanpa berbalik.
"Tiga bulan dari sekarang setelah anak itu lahir, kita akan bercerai sesuai kesepakatan kita dulu sebelum menikah, jadi persiapkan dirimu baik-baik" Soohyun langsung berlalu setelah mengatakannya. Dan...
BRAAKKKK
Dengan kasar Soohyun membanting pintu kamarnya, membuat Jiwon yang melihatnya tersenyum miris.
Tes Tes
Jiwon menghapus air mata yang menggenangi pipinya, kemudian ia mengelus perutnya yang buncit.
"Maafkan Daddy dan Mommy mu ya sayang, karena sepertinya kami tidak bisa mempertahankan pernikahan ini" ujarnya lirih.
LANJUTAN, AFTER THIS PART SPECIAL CHAPTER (THE PAST)
.
CHAPTER 12
.
Usai pertengkaran hebat mereka, Soohyun termenung didalam kamar, ia menatap telapak tangannya sendiri yang dengan bodohnya menyakiti istrinya. Mengusap kasar wajahnya, ia melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Kakinya melangkah ke luar kamar bermaksud untuk melihat keadaan istrinya.
Tepat sesuai dugaannya. Istrinya itu kini tengah terbaring di salah satu sofa ruang tamu.
Soohyun terduduk dibawah sofa dan memandangi wajah Jiwon yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Wanita itu meracau tak jelas dan dahinya pun mengeluarkan keringat dingin. Pria itu kemudian melirik tangan Jiwon yang menggenggam sebuah botol obat anti depresan. Tangannya pun bergerak melepaskan genggaman Jiwon, dan menyimpan obat itu disaku celananya.
"Diam-diam kau masih mengkonsumsi obat ini ternyata." lirih Soohyun terdengar seperti sebuah bisikan.
"Eomma maafkan aku" racau Jiwon dalam tidurnya.
Soohyun yang mendengarnya pun menoleh dan beralih menggenggam tangan Jiwon agar wanita itu tenang.
"Chanyeol ma-af" Jiwon pun tak kuasa menahan isakannya, didalam tidurnya pun Jiwon menangis pilu. Membuat Soohyun yang melihatnya menjadi tak tega.
Selama ini Jiwon menyimpan segala kesedihannya sendirian. Wanita itu tidak pernah membagi segala kesedihannya itu padanya, hanya pernah mengatakan jika ia kehilangan orang-orang yang disayanginya itu karena kebodohannya.
Soohyun adalah orang yang selalu menjadi saksi bisu betapa rapuhnya Jiwon, istrinya itu selalu merasa takut ditinggalkan, traumanya pada masa lalu membuatnya mengalami depresi hingga sering melakukan tindakan self-harm. Hal itulah yang membuat Soohyun berusaha menjauhkan beberapa benda-benda tajam maupun tumpul yang berpotensi sebagai alat untuk Jiwon menyakiti dirinya sendiri didalam apartemennya. Soohyun hanya berjaga-jaga, takut jika sewaktu-waktu Jiwon kambuh dan tidak dapat mengendalikan emosinya, wanita itu bisa saja bertindak bodoh hingga melukai atau bahkan membahayakan bayi dalam kandungannya. Soohyun tentu tak menginginkan hal itu sampai terjadi.
.
.
Jiwon terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya telah berada di atas ranjang kamarnya, seingatnya semalam ia bertengkar dengan Soohyun, lalu menangis dan kemudian tertidur di sofa.
'Apa Soohyun yang memindahkannya ke dalam kamar?' pikirnya.
Tanpa sengaja mata bulatnya melihat secarik kertas dan semangkuk bubur di atas meja nakas, ia kemudian mengambil dan membaca kertas tersebut.
Makanlah bubur ini, mungkin aku tidak sehebat dirimu yang sangat pandai memasak, tapi aku bisa pastikan bubur ini layak untuk dikonsumsi, jadi jangan khawatir kau akan keracunan, aku juga membuatkanmu segelas susu, ku harap kau mau meminumnya, karena anakku perlu nutrisi di dalam sana. Aku ada operasi pagi ini dan kemungkinan akan lembur, jangan berangkat bekerja, karena aku sudah meminta izin jika kau tidak berangkat hari ini, ku harap kau tidak menungguku -Soohyun-
Jiwon melipat kertas yang berada di genggamannya, ia tersenyum miris dan meremas kertas tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.
Jiwon berdecih membaca tulisan tersebut.
"Lagipula untuk apa aku menunggumu, kau tidak pulang pun aku tidak peduli, cih"
"Bahkan setelah semua yang kau lakukan padaku, kau masih menganggap ini adalah anakmu? Tidak Soohyun, mereka milikku. Kau tidak berhak atas mereka" racau Jiwon didalam kamar, ia menangis meratapi kehidupannya yang di rasanya begitu sial.
Dulu ia berpikir, berkat bayi yang di kandungannya inilah yang akan membawa dan mengikat Soohyun selamanya kedalam hidupnya, namun ternyata dugaannya salah, ia terlalu percaya diri jika suatu saat Soohyun akan melihatnya. Mungkin memang ini sudah menjadi jalan takdirnya, Soohyun hanya terpaksa menikahinya karena harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya yang tak sengaja menghamilinya, dan Jiwon kini menyadari jika cinta dan obsesinya tidak membawanya pada kebahagiaan. Cinta? Ya, Jiwon merasa dia memang mencintai Soohyun, bukan hanya obsesi semata seperti apa yang pernah dituduhkan Yoona padanya.
Jiwon hanya tak ingin kehilangan Soohyun karena ia benci ditinggalkan lagi oleh orang-orang yang disayanginya.
Selama ini wanita itu bersikap seolah-olah tidak mencintai Soohyun karena egonya yang tinggi, namun pada kenyataannya berbanding terbalik dengan sikapnya, ia hanya tidak ingin Soohyun mengetahui perasaannya yang sebenarnya selama ini karena ia tidak terima jika cintanya tak berbalas, Jiwon merasa rendah diri, ia berpikir apakah dirinya ini tak pantas untuk dicintai? Soohyun adalah miliknya—itu yang selalu Jiwon tanamkan diotaknya semenjak mereka dekat menjadi sahabat.
Sekarang Jiwon mulai menyadarinya lagi, dari awal hubungan mereka memang salah, bahkan hubungan mereka akan sampai di ujung tanduk, dimana seharusnya mereka akan melangsungkan sebuah perceraian yang mereka sepakati dulu sebelum menikah jika anak ini telah lahir.
Jiwon terisak , ia memukul pelan dadanya yang terasa begitu menyesakkan. Ia meratapi kisah cintanya yang begitu menyakitkan—menurutnya. Mungkin ini memang salahnya karena telah jatuh ke dalam pesona Kim Soohyun, yang tidak lain merupakan sahabatnya sendiri.
'Mencintaimu, apa harus sesakit ini Soohyun-ah?'
.
--
.
Soohyun mengusap wajah lelahnya usai menjalankan operasi pasiennya, pria itu bersandar pada kursinya sejenak untuk melepas penatnya.
Ia memijat pelag pelipisnya, kemudian matanya menatap ke arah foto yang terpajang di atas meja , itu foto istrinya—Kim Jiwon. Ah tidak, mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya, semalam mereka telah sepakat untuk bercerai, Soohyun tersenyum miris mengingat pertengkaran mereka semalam. Hanya karena sebuah kesalahpahaman hubungan mereka menjadi di ambang batas kehancuran.
Soohyun mengusap foto itu, Jiwon terlihat sangat cantik dengan senyumannya yang siapapun melihatnya pasti akan terpesona dengannya. Tiba-tiba saja Soohyun merasa merindukan Jiwon, ia merindukan Jiwon berada dalam dekapannya. Oh shit, andai saja pertengkaran itu tidak pernah terjadi, mungkin saat ini Soohyun sudah bergegas lari menuju rumahnya dan menarik istri mungilnya itu kedalam dekapannya ketika sampai, lalu menghujaninya dengan ciuman-ciuman kecil di seluruh wajahnya yang mungil itu.
'Jiwon-ah, Aku merindukanmu' lirihnya pelan.
.
-Married By Accident-
.
Sehari tanpa Jiwon saja sudah membuat Soohyun seperti kehilangan jiwanya, bukan berarti setelah pertengkaran mereka malam itu Jiwon melarikan diri atau kabur dari apartemen miliknya, bukan. Jiwon tetap tinggal di apartemen miliknya, namun mereka bersikap seolah-olah tidak saling mengenal, saling mendiami satu sama lain tanpa adanya percakapan. Mereka melakukan aktivitas seperti biasa, hanya saja Soohyun tidak tidur di kamar, ia lebih memilih tidur di ruang tamu atau ruang kerjanya.
Sudah hampir empat pekan mereka bersikap seperti itu. Soohyun jadi bingung sendiri untuk memulai, ia ingin berbaikan dengan Jiwon dan mengakhiri perang dingin ini. Setidaknya mungkin hubungan mereka masih bisa di pertahankan mengingat saat itu mereka bertengkar karena sama-sama tersulut emosi dan sepertinya Jiwon begitu terluka karenanya.
Bukan bermaksud percaya diri, tapi Soohyun tahu jika Jiwon selalu menangis di dalam kamarnya setiap malam, meskipun Jiwon mencoba menutupinya, namun isakan pelan istrinya itu tetap saja Soohyun dapat mendengarnya, Ya berterimakasihlah karena Tuhan menciptakan telinga Soohyun yang berfungsi sangat baik sehingga ia bisa menguping dan mendengar apa yang dilakukan istrinya itu dimalam hari.
Jiwon telah selesai dengan sarapannya dan bersiap-siap untuk ke kamar mengambil tas kerjanya, namun langkahnya harus terhenti ketika Soohyun dengan tiba-tiba saja menarik lengannya.
"Kita harus bicara" ucap Soohyun menatap teduh Jiwon dengan kedua manik matanya.
Jiwon menghempaskan genggaman Soohyun di lengannya dengan kasar.
"Sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan diantara kita, bukankah malam itu sudah sangat jelas Kim Soohyun-ssi" balas Jiwon tanpa mau menatap wajah Soohyun.
"Ji..."
"Aku bahkan bisa hidup tanpa dirimu sekarang juga, lagipula aku sudah mengurus surat perceraian kita, aku tahu kau begitu sibuk. Jadi tunggu saja sampai surat cerai itu berada ditanganmu, aku permisi" ujar Jiwon memotong ucapan Soohyun dan bergegas menuju kamarnya, mengabaikan Soohyun yang mungkin terlihat terkejut dengan ucapannya barusan.
Soohyun tidak tinggal diam, ia menarik tangan Jiwon yang terlihat berjalan tertatih menuju kamarnya karena perutnya yang semakin terlihat membuncit itu.
Dengan cepat Soohyun menghujam bibir Jiwon begitu kasar ketika ia berhasil membalikkan tubuh Jiwon menghadap padanya. Jiwon membulatkan matanya terkejut atas apa yang Soohyun lakukan padanya, ia mencoba melepaskan tautan mereka namun Soohyun malah semakin menarik tengkuknya untuk memperdalam ciumannya. Jiwon mendorong dan memukul-mukul dada Soohyun, namun pria itu terlalu kuat, hingga akhirnya ia pasrah dan membiarkan Soohyun menciumnya tanpa membalas ciuman tersebut yang perlahan-lahan melembut.
"Aku ingin memperbaiki hubungan kita, Ji" bisik Soohyun lembut di sela-sela ciumannya.
Namun tiba-tiba saja Jiwon mengingat saat dimana Soohyun dan Jieun berciuman, Jiwon merutuki dirinya sendiri karena hampir saja terbuai, lantas dengan keras ia langsung mendorong dada Soohyun membuat ciuman mereka terlepas begitu saja. Soohyun terlihat kecewa dan ia melihat Jiwon menggelengkan kepalanya keras sambil melangkah mundur menjauhi Soohyun.
Soohyun berjalan mendekat, ia ingin sekali memeluk wanita itu, mendekapnya erat untuk meredakan tangisannya, hatinya begitu sakit melihat istrinya menangis karena dirinya, ia berusaha untuk mendekati Jiwon yang terus berjalan mundur, namun suara teriakan Jiwon seketika berhasil menghentikan langkahnya.
"AKU MEMBENCIMU KIM SOOHYUN! AKU MEMBENCIMU" teriak Jiwon sambil menahan isakannya, hingga langkahnya sampai di depan pintu kamarnya, lalu dengan cepat ia masuk ke dalam kamar sebelum Soohyun menariknya kembali.
Tubuh Jiwon langsung meluruh dibalik pintu, ia bersandar dan menangis disana, mengabaikan Soohyun yang terus-terusan berulang kali memintanya untuk membukakan pintu.
"Jiwon-ah, aku mohon buka pintunya, kita harus bicara" pinta Soohyun memohon.
"Tidak ada yang harus dibicarakan Soohyun. Hubungan kita bahkan telah berakhir sejak pertengkaran itu," hati Soohyun sakit mendengarnya. Ia ingin menangis dan merutuki kebodohannya sendiri saat dirinya mengiyakan permintaan Jiwon untuk bercerai.
"Ji..."
"PERGI DARI DEPAN KAMARKU! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR SUARAMU LAGI !" bentak Jiwon, membuat Soohyun terdiam, Soohyun memejamkan matanya menahan kekecewaannya, apa Jiwon sebegitu inginnya berpisah dengannya? Apa tidak ada celah untuk dirinya memperbaiki semua kesalahpahaman yang terjadi?
Soohyun mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Ia beranjak pergi menuju ruang kerjanya yang berjarak tidak begitu jauh dari kamar tidur mereka. Menghela napas pelan, sepertinya menghilang untuk beberapa hari ke depan bukan ide yang buruk. Ya, ia memang harus menata hatinya kembali yang telah hancur. Berada satu atap dengan Jiwon membuatnya gusar, ia akan terus-terusan merasa bersalah jika melihat wajah sembab wanita yang tengah mengandung buah hatinya itu karena terlalu sering menangisinya.
Soohyun mengemas beberapa setel baju yang berada di keranjang pakaian yang telah dicuci, membawanya beberapa untuk keperluannya selama meninggalkan apartemennya. Ia keluar dari kamar dan menatap pintu kamar mereka sejenak. Soohyun lalu menarik kopernya dan berjalan keluar menuju basemant untuk mengambil mobilnya yang terparkir disana.
"Baiklah, sekarang aku harus kemana?" monolog Soohyun sendiri ketika telah duduk di kursi pengemudi.
Lama Soohyun berpikir, akhirnya ia pun memiliki ide dan langsung melajukan mobilnya membelah jalan menuju tempat yang ia tuju.
.
-Married By Accident-
.
Haein sedikit menggeliat saat istrinya yang berada dalam pelukannya itu menguncang-guncangkan tubuhnya pelan. Ia membuka matanya sedikit dan melihat istri cantiknya itu sedang sibuk menepuk-nepuk pipinya agar segera bangun dari tidurnya.
Bukannya terbangun, Haein malah semakin mengeratkan pelukannya pada istrinya, membuat tubuh mungil yang dipelukannya itu meronta-ronta minta dilepaskan.
"Yakk! Jung Haein cepat bangun!" teriak Somin yang sedikit teredam karena terhimpit dada Haein.
"Lima menit lagi sayang, aku masih mengantuk" balas Haein sambil mengecup kening Somin sekilas, lalu tertidur kembali dengan menumpukan dagunya di kepala Somin.
"Apa kau tidak pergi bekerja? Ini sudah jam delapan pagi, kau tahu?" tanya Somin yang masih berada dalam pelukan hangat suaminya itu.
"Baiklah-baiklah, aku akan bangun. Tapi kau harus memberikanku morning kiss" putus Haein lalu sedikit melonggarkan pelukannya untuk berhadapan dengan wajah cantik istrinya itu. Ohhh sepertinya hamil membuat wajah istrinya itu menjadi sedikit terlihat chubby.
CUP
Somin mengecup bibir Haein sekilas, namun Haein malah memajukan bibirnya, membuat Somin mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa?" tanya Somin sambil mengerutkan kedua alisnya. Haein tidak menjawab, ia malah langsung menyambar bibir Somin dan melumatnya dengan lembut.
"Kau tahu? Berciuman dengamu dipagi hari ini telah membuat Haein junior keras minta di puaskan" bisik Haein seduktif mungkin setelah melepaskan ciumannya.
"Sepertinya morning seks tidak buruk, mengingat sudah lama sekali kita tidak melakukannya" keluh Haein, membuat Somin memutar bola matanya malas.
"Cukup Haein, kita bahkan bercinta tiga hari yang lalu. Tidak ada alasan, kau harus bekerja sekarang, cepat bangun atau kau akan terlambat sampai dikantor!" perintah Somin yang terlihat marah namun sayangnya terlihat imut dimata Haein.
"Ayolah sayang, aku ini direkturnya jadi tidak masalah jika aku terlambat, lagipula aku hanya meminta jatahku, jika biasanya aku mendapatkannya di kantor, kini tidak lagi karena kau cuti dari pekerjaanmu dan aku menjadi tidak semangat ke kantor karena tidak ada kau yang bisa ku makan di siang hari" perkataan Haein yang ambigu membuat pipi Somin sedikit memerah. Aigo suaminya ini tidak bisakah mengontrol sedikit ucapannya.
"Tidak ada alasan, cepat bangun dan..." perkataan Somin langsung terputus karena Haein dengan cepat memotongnya dengan ciuman penuh nafsu di bibir Somin. Somin hanya pasrah jika Haein sudah seperti ini, ia tidak menolak karena Somin sendiri pun juga menikmatinya.
Namun suara bel menghentikan kegiatan mereka berdua, Haein yang sedang menindih Somin pun menghentikan kegiatannya yang tadi sedang asik menciumi dan memberi tanda di sekitar leher istrinya. Ia mengumpat dan mengutuk orang yang mengganggu kegiatan intimnya dipagi hari.
Somin menahan senyumannya ketika suami tampannya itu beranjak dari atas tubuhnya sambil menggerutu.
Haein terlihat sangat kesal dan langsung melesat menuju kamar mandi, meninggalkan Somin sendiri dan membiarkan istrinya itu yang membuka pintu apartemen mereka karena ulah tamu tak di undang yang merusak morning seksnya itu.
Somin membuka pintu apartemennya dan cukup terkejut dengan tamu yang datang ke apartemennya pagi-pagi seperti ini.
"Ohhh... Kau.."
To Be Continue
LANJUTAN ADA DI PART CHAPTER 13-END
.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
