SWEET MR. OLD

3
0
Terkunci
Deskripsi

[Terdiri dari 30 part, sebagian besar berisi adegan dewasa]

BLURB


*********

Lynaca Brown tetap ingin mendapatkan harta keluarganya, walau tak ikut menjalankan bisnis-bisnis orangtuanya. Ia tergoda memiliki milyaran dollar.

Impiannya pun bisa direalisasikan oleh Dozz Rodgiuez yang diangkat menjadi CEO perusahaan induk keluarganya.

Ditawari sebagai kekasih palsu Dozz, bukanlah pilihan yang salah. Hubungan mereka berkembang jadi teman tidur yang memuaskan bagi satu sama lain.

Julukan Paman Tua diberikan...

17,541 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
100
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya SINGLE DADDY & SECOND PREGNANCY
1
0
[Terdiri dari 30 part, sebagian besar berisi adegan dewasa]BLURB Harusnya bayi laki-laki dulu bukan perempuan, Lorendo. Maafkan aku.Tidak apa, Zillsie. Aku tidak masalah harus memiliki bayi perempuan. Aku menyayangi Silly sepenuh hati.Tapi, apakah kau mau mengandung benihku lagi sampai aku mendapatkan pewaris baruku? Anak laki-laki?Zillisie Martinez diminta untuk hamil anak kedua Lorendo Sanz. Tawaran yang amat menguntungkan baginya. Ia suka mengandung bayi kembali.Dalam proses mendapatkan pewaris barunya, Lorendo juga menaruh rasa ketertarikan tinggi pada Zillisie.Maka dari itu, diminta wanita itu tidur dengannya. Akan ditaklukan Zillisie di ranjang. Begitu misi rahasia Lorendo. ****************************************  — BAGIAN 01 — Zillisie langsung jadi berhenti berjalan, saat menyadari restoran akan dimasuki adalah jenis tempat yang mahal. Malah termasuk dalam bintang lima.Zillisie bahkan memundurkan langkah kaki lagi karena ada beberapa orang yang keluar. Ia harus berikan ruang.Ada keinginan pula untuk pergi. Tentu harus membatalkan pertemuannya juga dengan Luzy Sanz yang telah dijadwal.Terus terang, Zillisie takut akan tagihan makanan di restoran. Uang dibawanya terbatas, tak sampai seratus euro.Mungkin bisa dikirimkan pesan pada Luzy dan memberi tahu untuk tunda bertemu. Dipindahkan ke hari lain.Tentu juga, memilih tempat berbeda.Hanya pilihan tersebutlah yang dimiliki dan bisa dipikirkan. Dibanding harus memaksakan diri dan tak akan bisa membayar tagihan makanan nanti.Uang bulanan dipegang amat menipis. Tak ada kartu kredit. Tabungan pun sudah berjanji tidak akan dipakai.Keputusan membatalkan acara sudah mantap. Ia segera mengambil ponselnya dari dalam tas guna mengirimkan pesan pada Luzy tentang penundaan bertemu.Namun, saat ingin mengetik, tiba-tiba saja ada telepon yang masuk.Nama Luzy Sanz muncul di layar.Ketegangan langsung menyerangnya dan merambat hingga ke bagian kaki. Membuat cara berdirinya lebih kaku.Namun, tangan masih dapat digunakan untuk menyentuh layar ponsel, ditekan tombol hijau, guna menerima telepon.Tak mungkin tidak diangkat. Apalagi, berasal dari Luzy Sanz yang notabene akan ditemuinya sebentar lagi.Dan rencana untuk tak masuk ke dalam restoran, sepertinya harus dibatalkan karena Luzy Sanz menghubunginya.Sudah jelas, mengarang alasan apa pun supaya tak perlu bertemu di restoran, pasti akan sia-sia belaka dilakukan.Hai! Kau yang di bawah sana?Walau cukup kaget dengan pertanyaan yang diajukan oleh Luzy Sanz setelah panggilan video tersambung, tetap berusaha cepat ditunjukkan balasan.Hanya berupa anggukan pelan memang.Ternyata benar kau. Aku kira aku salah mengenali orang. Bagus jika itu kau.Ayo masuk, Zillisie. Aku ada di lantai dua. Di meja dekat dengan jendela.Dehaman kecil dikeluarkan lebih dulu. Tentu, kepala dianggukan kembali guna menanggapi ucapan Luzy Sanz.Tak lupa memamerkan senyuman yang paling ramah agar ekspresinya tampak bersahabat di dalam video.Aku tidak sabar ingin bertemu dengan kau dan membicarakan Baby Silly.Baby Silly. Bayi perempuan pertama yang dikandung untuk dilahirkannya menjadi keponakan perdana Luzy Sanz.Lalu, berstatus sebagai pewaris utama dari Lorenzo Sanz, saudara Luzy.Setiap kali mendengar nama Silly Sanz, maka memori-memori tatkala dirinya masih hamil sampai melahirkan pun muncul di kepala bagaikan film.Rasa haru menghantam dadanya dan menjadi reaksi atas ingatan tersebut.Miss Zillisie, kau baik-baik saja?Pertanyaan dilontarkan oleh Luzy Sanz, sudah pasti mampu dalam membawa kesadaran kembali diraih Zillisie.Memang harus dihentikan dan fokus saja pada apa yang masih dilakukan.Lalu, reaksi pertama adalah gelengan pelan disertai melebarkan senyuman.Tak akan dilontarkan sepatah kata. Ia belum menemukan jawaban yang tepat.Menjelaskan alasan atas balasan tadi, tidak akan cukup dapat membantunya.Lebih baik diam saja.Kau tampak aneh. Ada apa? Mau kau berbagi cerita denganku? Akan aku dengarkan semua yang kau ceritakan.Aku rindu dengan Silly.Aku ingin bisa tinggal dengan putriku itu, tapi aku tahu itu tidak mungkin.Siapa yang bilang? Kau boleh tinggal dengan keponakanku, asalkan kau mau lagi menjadi ibu pengganti, Zillisie.Bagaimana?Kakakku berencana ingin punya anak lagi. Tapi, dia tidak mau menikah. Dia juga tidak mau mencari wanita lain.Maksudku wanita lain untuk hamil anak dia lagi. Kau yang dia mau.Aku? Zillisie pun merespons dengan rasa kaget masih besarnya di hati.Benar, Zillisie.Aku harap kau mau menjadi lagi ibu pengganti. Kau akan tinggal bersama Sally dan mendapat bayaran tinggi.       — BAGIAN 02 — Kita sudah sampai!Seruan dilontarkan tentu memanglah bertujuan menyadarkan Zillisie dari lamunan. Upaya Luzy pun sukses hanya dalam kurun waktu beberapa detik.Sebenarnya tidak cukup enak hati, tapi harus dilakukan karena mereka berdua telah sampai di tempat yang dituju.Cengiran semakin dilebarkan.Kita sudah sampai.Sudah sampai? Lumayan cepat, ya. Aku kira belum. Zillisie menanggapi secara refleks. Terlontar tanpa dipikirkan.Otak belum dapat difungsikan dengan sebagaimana mestinya, selepas hanyut akan lamunan yang terjadi begitu saja.Segenap pemikiran tentang keputusan pergi ke Amerika untuk bekerja pun buyar. Fokus kembali ke dunia nyata dengan kebingungan yang mendera.Dan, tak disadari sudah tiba di bandara jika saja Luzy tidak berseru. Pandangan sempat digunakan untuk memerhatikan sekeliling. Banyak orang berlalu-lalang.Miss Zillisie ...,Ditolehkan kembali kepala pada sosok Luzy karena namanya dipanggil. Tak dilontarkan pertanyaan karena merasa bingung. Lebih baik menunggu.Ya, menanti apa akan dikatakan.Kau harus turun sekarang. Mobil di belakang kita banyak mengantre.Aku akan mencari parkir dulu. Aku akan menemanimu sampai kau terbang. Oke? Jangan pergi kemana-mana.Dengan cepat ditunjukkan balasannya yakni anggukan pelan. Lalu, bergegas keluar menuju bagian belakang mobil guna mengambil barang-barangnya.Gerakan tangan pun gesit. Bisa dibawa dua koper keluar. Lalu, kendaraan Luzy pun langsung pergi dari hadapannya.Tak kesulitan bagi Zillisie menyeret dua koper dan juga tasnya mencari tempat duduk guna menunggu Luzy.Deretan kursi kosong dekat pintu utama bandara, tampak lenggang. Hanya ada tiga orang yang tengah menempati.Penantian tidak lama karena Luzy pun kembali cepat dalam hitungan beberapa menit saja. Lalu, duduk di sebelahnya.Luzy membawa dua botol coke. Salah satu untuk dirinya, tentu diterima. Dan kebetulan, ia juga merasa haus.Langsung ditenggak cepat, sehingga sisa hanya setengah. Kerongkongan kembali basah dan segar karena sudah minum.Namun, tak dengan otaknya yang tetap saja sibuk memikirkan keputusannya.Sungguh masing menimang-menimang apakah sudah benar seperti ini akan diambil jalan di hidupnya agar tidak sampai ada penyesalan belakangan.Hai, Miss Zillisie.Saat tercetus pertanyaan tentang niat untuk mundur, sapaan dari Luzy tentu sukses membuatnya berhenti sibuk akan pemikirannya tersebut.Kembali mendapat kesadarannya.Sudah selesai memarkirkan mobilmu?Sedetik selepas bertanya, baru tersentak jika apa yang dilontarkan merupakan topik bodoh. Namun, sudah telanjur keluar dari mulut. Tak akan bisa ditarik.Sudah. Aku dapat tidak jauh dari sini.Setelah mendengar jawaban Luzy, tak bisa diperpanjang topik pembicaraan. Ia  hanya beri balasan dengan anggukan pelan sembari pamerkan senyuman.Aku sudah mengirimi kau deposit.Deposit? Zillisie mengonfirmasi. Tidak paham akan apa yang Luzy katakan.Iya, uang dari kakakku.Kenapa? Hanyalah dapat sepatah kata terlontar dari mulut akibat rasa kaget yang belum mampu dihilangkan.Lagi pula, apa dilontarkan sudah dapat mewakili jawaban ingin diketahui. Dan tentu berharap Luzy akan paham.Reaksi pertama dilihat dari wanita itu adalah sunggingan senyum kian lebar. Entah apa artinya, belum dimengerti.Kau sudah mau menjadi ibu pengganti lagi, kau wajar dibayar oleh kakakku.Apa uangnya kurang untukmu, Zill?Mata langsung membeliak. Kaget akan kesimpulan yang dipikirkan Luzy. Tentu lekas dibantah dengan gelengan.Namun, tak akan cukup rasanya. Mesti dengan kata-kata juga ditampiknya.Bukan begitu.Malah uang yang diberikan sangatlah besar. Aku sampai berpikir ulang untuk menerima semua bayaran itu.Kau berubah pikiran, Zill?Berubah pikiran? Tidak. Zillisie pun dengan mantap melontarkan jawaban.Aku akan tetap menjadi ibu pengganti, tapi aku tidak akan menerima bayaran. Aku mau mengembalikan uangnya.Lagi pula, ini akan menjadi bayiku juga, Luzy. Zillisie menambahkan.        — BAGIAN 03 — Tepat setelah diparkirkan kendaraan, ponsel pun berdering, tanda bahwa ada telepon yang tengah masuk, tentunya.Lekas diambil karena menduga kuat jika saudari bungsunya menghubungi.Dan ternyata memang benar.Tak akan ragu untuk segera diangkat telepon dari sang adik. Walaupun tidak bisa memprediksi nanti topiknya.Hmm, ada apa, Luzy?Ya, jenis kalimat pembuka sederhana. Ia lontarkan dengan nada datarnya.Luzy menyapa ramah. Tak diberikan jawaban pasti atas apa yang ditanya. Ia tentu juga tidak menyapa balik. Malas berbasa-basi pada waktu kurang tepat.Aku sudah di bandara. Disahuti cepat pertanyaan sang adik yang menanyakan keberadaan dirinya sekarang ini.Lantas, Luzy menanyai soal apakah ia tahu maskapai digunakan Zillisie dan pukul berapa akan sampai di California.Tak dijawab karena informasi tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut, tidak satu pun diberitahukan sang adik.Dan diyakini jika tujuan Luzy bertanya, hanya demi mengujinya. Lalu, jika salah membalas, dirinya akan ditertawai.Semacam dijadikan lelucon. Tentu juga dalam usaha untuk mengguyoninya.Sangat dihafal karena lumayan sering melakukan aksi seperti ini kepadanya. Bahkan, tak mengenal waktu, termasuk juga yang diterapkan sekarang.Sifat Luzy memanglah begitu sejak dulu. Suka mengejeknya dengan cara yang terkadang, tidak bisa ditebaknya.Mungkin kali ini, tujuan tetap sama.Dan kebungkaman yang ditunjukkan olehnya, memancing sang adik untuk mengajukan pertanyaan ulang.Bahasan tidak berubah. Hanya dipakai cara bicara dan pemilihan kata yang berbeda. Namun, masih bisa dipahami.Mau tak mau, harus diberi tanggapan.Jika tidak, maka Luzy akan mendesak dirinya lagi. Hal tersebut malah dapat menimbulkan rasa jengkel kian besar.Sang adik menelepon saja, sudah bisa menumbuhkan kekesalannya.Jarang Luzy menghubungi, jika terjadi maka sudah pasti dengan suatu tujuan tertentu. Ia cukup hafal sifat adiknya.Aku tidak tahu. Dilontarkan jawaban dengan mantap. Nada sedikit dingin.Tak akan disembunyikannya kekesalan yang tengah dirasa. Terang-terangan saja ditunjukkan kepada sang adik.Dan, atas apa dijawabnya, Luzy berikan tanggapan segera dengan decakan. Tak heran akan balasan adiknya itu.Sudah jelas sambungan panggilan ingin diakhiri karena sangat malas dengarkan celotehan komentar saudarinya.Namun, Luzy lebih dulu peka. Ia pun mengeluarkan sejenis ancaman. Berisi penolakan memberitahukan maskapai yang tengah digunakan Zillisie.Aku serius, Kakakku. Kau tidak akan tahu, kalau aku tidak buka suara.Mode telepon dalam loudspeaker.Telinga sudah panas. Lebih baik untuk dijauhkan dari indera pendengarannya sebentar agar tak membuat kesal.Tentu, selama masih telinganya harus menangkap suara Luzy dengan segenap celotehan, maka kejengkelan dirasakan tidak akan pernah bisa berkurang.Kau di sana, Kakakku?Hanya dehaman pelan dikeluarkannya sebagai balasan. Tak akan menunjukkan bagaimana kian tidak suka dengan aksi dilakukan oleh saudari bungsunya.Iya, aku di sini.Ada apa? Langsung ditanyakan saja motif sang adik menghubunginya.Sudah pasti ada tujuan karena tipikal saudari seperti Luzy yang sibuk, tidak akan menelepon untuk basa-basi.Jadi, harus disiapkan diri menghadapi apa pun hendak ditanyakan padanya.Kau sungguh akan menjemput Zillisie tepat waktu dan seorang diri, Lorendo?Iya. Dilontarkan jawaban mantap.Kau tidak membawa ajudanmu?Tidak, Luzy. Aku sendiri.Sedetik kemudian, sudah didengarkan kikikan tawa sang adik. Jenis gelakan yang menunjukkan rasa senang.Sudah ribuan kali dikeluarkan saudari bungsunya itu, maka ia cukup hafal.Diputuskan untuk mengakhiri telepon lebih dulu. Bukan merasa sangat muak, namun melihat sosok yang dicari.Benar, Zillisie Martinez.Lorendo lekas menghampiri wanita itu. Ia berjalan amat cepat agar bisa segera sampai di hadapan Zillisie.Muncul perasaan sedikit gugup sebab akan bertatap muka dengan waniga itu. Walaupun bukan pertemuan pertama, Lorendo belum terlalu merasa akrab.Hai.Langkah kaki langsung terhenti karena mendengar sapaan lembut Zillisie. Dan aliran darah berdesir begitu.Senang bisa bertemu kau lagi, Lorendo. Terima kasih sudah menjemputku.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan