1. Anak Kurus Tuh Beneran Sehat Asal Aktif?

13
7
Deskripsi

Urusan gizi anak bukan hanya tentang membuat berat badan dan tinggi badan anak jadi sesuai dengan standar bayi sehat dalam KMS, tapi juga untuk pertumbuhan mental dan kecerdasan anak. Dalam proses pertumbuhan, otak anak pun dibentuk dari makanan yang dimakan oleh anak. Jika makanan anak tidak menghasilakn bahan yang cukup untuk menyehatkan sel otak, sel otak tidak akan berkembang dengan maksimal.

Selain itu, makanan yang sehat dan stimulasi yang baik akan sangat menghemat pengeluaran orang tua. Makanan...

Dua anak di gambar ini adalah anak yang sama, anak pertama saya. Berat badan dan tinggi badannya melejit setelah saya melakukan perbaikan gizi dan perbaikan pola makan anak saya.

Tadinya, dia sama sekali nggak mau makan karena masalah pencernaan dan masalah sensori yang lumayan parah saat autis kemarin. Kini, dia sudah mau makan dengan benar dan alhamdulillah dari hasil pemeriksaan terakhir masalahnya tinggal di hiperaktif. Tanda-tanda autisnya sudah minim.

Kita tidak membicarakan tentang autisnya dulu, yak. Kita bicara tentang masalah makan dulu. Entar kita obrolin di status yang lainnya lagi saja, ya.

Anak saya ini tadinya punya gangguan makan. Penyebabnya:
1. Saya memaksanya makan sejak awal pemberian MPASI 
Saya tuh dikejar sama pihak keluarga untuk ngegemukin dia. Keluarga tuh maksa banget anak harus begini dan begitu sampai akhirnya saya stres sendiri. Jadinya, saya melampiaskan rasa stres saya itu ke anak dan memaksa anak saya untuk menelan semua yang saya makan.

Hasilnya, bukannya anak mau makan, dia malah trauma sama makan dan proses makan. Akhirnya, dia menolak makan sama sekali, bahkan sampai sekarang dia menolak mengunyah nasi. Iya, nasi tuh langsung telen aja, padahal ngunyah daging lho bisa dia.

2. Dia memiliki sensori integrasi yang buruk sekali. Dia jijikan hampir pada banyak hal yang sifatnya lengket kayak nasi. Sampai sekarang dia muntah kalau lihat bubur dan jajanan basah.

3. Tadinya dia diet CFGFSF yang bikin dia jadi malnutrisi dan intoleran terhadap variasi makanan. Ini juga saya sesali sekali.

4. Saya berikan anak saya jajanan saat dia nggak mau makan. Dalam pikiran saya, yang penting masuk makanan. Yang penting anak saya kelaparan. Ternyata, saya salah besar.

5. Saya nyerah dalam menuntut ilmu. Saya pasrah anak saya maunya cuma makan nasi+kuah doang. Saya nggak buatkan dia makanan lain yang bisa menunjang pertumbuhannya, padahal pada masa golden age, anak tuh butuh banget nutrisi-nutrisi bagus, bukan cuma kuah sayur dan nasi doang. Bahkan, yaaa... nasi itu menjadi kebutuhan ke sekian anak sebenarnya. Yang terpenting harus masuk ke badan anak tuh protein hewani untuk pembentukan otak hingga sel tubuh anak.

Jadilah akhirnya anak saya mengalami stunting begitu.

Stunting tuh apa sih?

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Ini definisi dari kemenkes, yak.

Jadi, kalau masih kurus saja, itu tidak bisa disebut stunting, tapi sudah masuk ke kurang gizi. Dia disebut stunting kalau kondisinya kek anak saya gini, kurus dan lebih pendek dari seusianya.

Nah, kurus ini juga nggak bisa patokan pandangan mata, yak. 
Ada anak yang badannya kelihatan langsing-langsing aja, tapi bobotnya berat. Biasanya anak dengan tipe badan begini ini kayak bayi saya yang anggota gerak tubuhnya sering dipakai.

Bayi saya alhamdulillah diizinkan Allah untuk memiliki kemampuan fisik lebih dari anak seusianya. Setelah tummy time segera setelah lahir, anak saya sudah bisa merayap pada usia 3 bulan, duduk mandiri usia 3 bulan lewat, dan milestone fisik lainnya lebih cepat dari usianya sampai di usia 5,5 bulan dia sudah bisa mencari pegangan untuk belajar berdiri sendiri. Orang Jawa bilang "rambatan.

Nah, untuk anak yang begini, perlakuannya juga berbeda dari bayi biasa. Badannya kelihatan langsing-langsing aja, tapi sebenarnya bobotnya sudah naik. Masyallah tabarakallah.

Kurus atau gemuk di sini ini berdasarkan grafik pertumbuhan anak yang ada di buku pink, bukan berdasarkan pandangan mata, ya. 

Kalau saya pakai aplikasi Tentang Anak karena nggak ada posyandu di dekat sini dan dokter anaknya si adek sempet ke luar kota beberapa waktu lalu. Jadi, saya catat manual, deh.

Di aplikasi Tentang Anak ada grafik yang sama juga. Saya tinggal input bobot, tinggi dan lingkar kepala anak, terus entar keluar tuh di grafiknya, kira-kira anak saya ini sudah pas belum sih menurut tumbuh kembang anak?

Jadi, jangan pakai takaran ukuran diaper atau pandangan mata, ya.

Kembali lagi ke pembahasan si abang yang fotonya ada di bawah sini.

Setelah saya akhirnya belajar banyak, barulah saya mengerti kalau besar kecilnya tubuh anak tuh sama sekali bukan karena keturunan. Genetik memegang peran cuma sekian pesen dari pertumbuhan anak. Yang banyak memegang peran adalah gizi yang diberikan pada anak pada masa pertumbuhannya.

Manusia berhenti tumbuh setelah usia 20 tahun untuk laki-laki. jadi, masih banyak sekali waktu untuk memperbaiki pertumbuhan anak.

Alhamdulillah, saya bersyukur sekali anak saya mendapatkan kesempatan untuk jadi lebih baik. Saya benar-benar senang Allah mengizinkan saya memiliki pengetahuan ini untuk memperbaiki anak saya dan memberikan yang terbaik untuk anak kedua saya.

Makanya sekarang saya bagi ilmu ini buat emak-emak. Semoga membantu, ya.

Hal pertama yang saya lakukan adalah memperbaiki hubungan anak saya dengan makanan dan kenali apa yang disukai anak.

Ternyata dia suka makanan yang digoreng karena anak saya termasuk yang punya masalah sensory. Jadilah saya buatkan dia nasi goreng, ayam goreng, daging goreng, dan semua makanan pokoknya digoreng dulu biar dia mau makan.

Anak saya juga suka bumbu yang gurih dan agak pedas. Pertama kali saya tahu tuh gegara anak saya makan pepes pindang buatan neneknya. Pepes itu tuh pedes bener, eh dia suka. Dia gado gitu aja sebungkus pepes tanpa nasi. Ya udah. Saya kasih.

Anak saya juga sukanya makan tuh terpisah antara nasi sama lauknya. Ya udah. Saya ikuti. Saya kasih dulu dia makan nasi sesuai dengan porsinya, setengah atau satu jam kemudian baru dia makan lauknya.

Nah, lauk inilah yang menjadi bekal seorang anak jadi tumbuh lebih baik, Mak. Sumber protein hewani inilah yang bikin anak-anak jadi bagus badannya.

Protein itu gunanya untuk memperbaiki sel, membentuk sel baru, sampai memperbaiki fungsi organ biar bisa bekerja sebagaimana mestinya. Kalau tubuh kita mau bertumbuh tuh selnya nambah, Mak. Sel inilah yang mmebentuk jaringan. Kalau nggak ada bahan bakunya (protein), gimana sel tadi bisa nambah?

Bukan hanya buat anak, buat emak-emak pun kalau mau sembuh dari sakit, kalau mau membentuk otot biar tuh lemak nggak kek squishy, kudu makan protein yang banyak, bukan karbo. Percuma olahraga sampai dengkul lepas kalau makanannya masih lebih banyak karbo. Bentuk tubuh emak nggak bakalan cepet bagusnya.

Protein ini juga yang memberikan kekuatan pada tulang dan bikin anak cepet tinggi, Mak.

Jadilah saya langsung genjot di proteinnya ini dulu.

Anak saya bisa makan cumi-cumi tuh sekilo sendirian. Dia bisa makan tiga atau empat potong ayam (bertulang) sendirian dalam sekali makan. Untuk telur yang dia nggak terlalu suka, harus saya ubah jadi martabak atau telur gulung dulu biar dia mau.

Memang modalnya gede banget, Mak. 
Mana waktu itu Odey lagi pailit. Jadilah kami kasihkan semua telur buat dia, sementara kami makan nasi sama sambal atau kecap aja.

Namanya juga demi anak, Mak.

Sekalipun orang tua saya tinggal satu kota sama saya, tapi saya nggak mau ngerepotin mereka. Toh kami masih bisa makan. Insyallah kami akan baik-baik saja. Alhamdulillah, pertolongan Allah selalu datang. Allah Maha Kaya dan Maha Baik. Tugas saya cuma minta doang dalam doa. Insyallah nanti Allah akan tunjukkan jalan.

Alhamdulillah, Allah kasih saya yang punya niat baik ini banyak kemudahan. Perekonomian keluarga membaik dan saya bisa terus memberikan asupan gizi terbaik buat anak.

Saya usahakan dalam sehari dia mendapatkan protein sebanyak yang dia bisa makan. Nasi boleh skip, tapi jangan sampai proteinnya skip.

Kalau anak saya sakit atau males makan, saya buatkan sop telur. 
Bikinnya guampang, Mak.

Bamer, baput, jahe, cabe diulek atau cincang halus, terus kasih air secukupnya sampai jadi sop. Masukin sayuran yang disukai anak (Saya biasanya wortel, jamur, tomat, jagung, atau buncis), masukin bumbu kaldu atau gula garem atau perasa lainnya, terus masukin daun sop sama daun bawang. Terakhir masukin telur kocok. Banyaknya telur ini sesuka anaknya dan seikhlasnya emaknya. Kalau saya, untuk sehari biasanya tiga telur buat sepanci sayur. Pokoknya sekali makan harus 1 telur yang masuk.

Pas telurnya masuk, matikan kompor, terus tutup pancinya. Ini biar tekstur telurnya nggak keras. Entar lembuttt banget gitu di mulut.
Udah, Jadi.

Dalam sup telur ini sajiannya sudah lengkap banget. Ada bawang-bawangan yang bisa memberikan sulfur (buat detox alami) dan zat antibiotik yang bisa merawat pencernaan anak (Biasanya saya kasih agak banyak), ada jahe yang punya efek melancarkan peredaran darah dan membantu memperbaiki pencernaan juga, ada sayuran yang memberikan asupan serat, dan telur yang full protein.

Emak bisa mengganti telur ayam jadi telur bebek atau telur puyuh. Memang, kelihatannya sama aja telurnya, tapi kandungan gizinya berbeda. Jadi, bagus banget kalau diberikan secara bergantian ke anak.

Mau dikasih ayam atau potongan daging malah lebih bagus lagi.

Nah, yang perlu diperhatikan, saya selalu memasak protein hewani ini 1x proses pemanasan saja. Kalau protein hewani ini dimasak berkali-kali (Contohnya ayam diungkep dulu, baru digoreng) tuh bikin kandungan proteinnya menyusut dan ini tak bagus jadinya.

Kalau emak suka ungkep ayah atau daging atau bikin soto/sop, jangan buang air rebusannya, yak. Bersihkan aja busa yang ngapung-ngapung itu, tapi rebusannya jangan. Itu mah kaldunya. Kalau dibuang, sisa ampas doang entar yang emak kasih ke anak.

Sambil memperbaiki zat gizi dan cara makan anak, saya juga memperbaiki pencernaannya, Mak.

Saya kasih anak probiotik dan prebiotik secara rutin. 
Maksudnya rutin ini beneran setiap hari ya, Mak. Bukannya sesekali doang.

Probiotiknya sudah saya share waktu itu di story.

Nah, suplemen penunjang lainnya juga saya masukin. 
Gimana tahunya anak ini butuh suplemen apa?

Cek darah, Mak.
Ini cara paling mudah dan akurat.
Ambil darah anak di lab dan tes sebenarnya anak kekurangan zat besi apa, nah ini dipenuhi dengan suplementasi.

Kemudian, saya cek apakah anak memiliki silent disease.
Silent disease ini penyakit yang tidak kelihatan dari luar, Mak. 
Anak nggak demam, nggak sakit, kelihatan sehat aja, tapi kurus. Sudah pasti di dalam dirinya ada masalah yang belum terselesaikan. Inilah yang namanya silent disease.

Kebanyakan sih anak-anak begini ini karena kekurangan zat besi. Makanya jadi males makan dan akhirnya tubuh mengalami malnutrisi sehingga nggak bisa mencerna makanan dengan baik.

Anak saya dulu punya masalah TBC, Mak. Dia kena rokok opungnya. Sedih banget sebenarnya, tapi yah mau gimana? 
Alhamdulillah setelah berobat, anak saya semakin lama semakin bagus badannya.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah mengajak anak olahraga. Ini yang bakal bikin cepet banget naikin tinggi badan anak, Mak.

Olahraganya yang simpel aja, lompat di kasur, lari-larian di jalanan depan rumah, jalan kaki di sekitar lingkungan rumah, berenang setiap minggu, main sepeda, atau olahraga lain yang memang disukai anak. Nggak usah yang muluklah. Yang penting keringetan aja dulu.

Nah, di sinilah saya ketabok sama omongan seorang selebgram bule yang rajin banget ngajak anaknya joging. Katanya, "Ibu pemalas akan menghasilkan anak pemalas dan tidak memiliki kepercayaan diri."

Jadilah saya langsung angkat pantat dan mengajak anak saya berolahraga. Sekarang, anak ini alhamdulillah sudah bisa lari 3,5 km sampai 4 km kata coach-nya. Iya, walau gendut gitu dia kuat banget larinya. Bapaknya aja kalah. Hahaha...

Yang paling penting untuk dilakukan adalah HINDARKAN ANAK DARI ROKOK.

Rokok ini adalah setan yang paling jahat untuk kesehatan, Mak. Perokok pasif jauh lebih berbahaya sebenarnya. Teman saya meninggal karena kanker paru, padahal dia seumur hidup tidak merokok. Dia mendapatkan asap dari suami dan keluarganya yang perokok.

Anak yang hidup bersama perokok biasanya memiliki tubuh yang ekstrem, kalau kurus ya kurus banget. Kalau gemuk ya gemuk banget. πŸ™ˆ

Kenapa begini?

Karena masalah metabolisme, Mak. Puanjang ini ceritanya πŸ₯²

"Mak, anak saya hidup sama perokok, tapi baik-baik saja."

Ya udah. Terserah, Mak. Itu anak emak, tanggung jawab emak.

Hal terakhir yang perlu dilakukan sama emak-emak adalah BELAJAR. Sering-sering mengikuti akun yang mmebahas tentang gizi dan pola makan anak, Mak. Ini biar pikiran emak bisa terbuka dan nggak lagi denial tentang tumbuh kembang anak.

Kalau semisalnya anak sudah ada tanda red flag, jangan malu untuk konsul. 
Anak umur 6 bulan belum bisa tengkurap mandiri, emak harus langsung mencari tahu sebabnya. Paling nggak, tanya ke orang yang paham biar tahu entar harus ke mana. 
Anak pas tengkurap kepalanya jatuh ke salah satu sisi ini juga sebenarnya tanda masalah. Emak harus segera cari tahu. 
Semakin cepat emak mencari tahu, semakin cepat juga penangannya.

Nggak usah lagi nontonin video nggak jelas. Sudah tua, Mak. Bukan zamannya lagi emak nonton gituan. Sekarang ini saatnya kita belajar biar semakin pinter buat anak karena kita ini madrasah utama dan pertama untuk anak. Kalau kitanya cuma ngerti cara pargoy dan cuma nontonin selebgram yang nyari sensasi, kasihan anak emak nantinya.

Jangan jadi kek saya dulu, Mak.
Saya dulu bodoh banget jadi emak. Saya dulu blas nggak bisa apa-apa, tapi dikasih tahu tetap denial. Ya Allah ... astaghfirullah al azim

Banyak banget kan mak yang saya lakukan cuma untuk memperbaiki gizi satu orang anak?
Sekarang tambah satu lagi yang harus saya perhatikan kebutuhan gizinya. Anak cewek dan cowok itu memiliki kebutuhan yang berbeda. Yang sama adalah keduanya harus makan real food. Saya sudah berhenti memberikan anak saya makanan olahan. Udah insaf saya, Mak. Ampun...

Makanya kalau ada yang macem-macem sama anak saya tuh pengin langsung saya jadilan tumbal ke sirael sana. Nih anak dirawat dengan kemampuan terbaik, eh, malah dimacem-macemin. 
Apalagi kalau ada yang bilang, "Enak ya anaknya bisa gede sendiri."
Duh, pengin saya keriting bibirnya.

Yah, emang kadang orang tuh kalau ngomong mulutnya kayak nggak pernah makan bangku sekolahan. Heran saya.

Sudah tunai utang saya ke emak-emak semuanya.
Alhamdulillah.
Berapa hari ini saya sibuk mantengin bayi yang lagi seneng manjat-manjat. Ya Allah, Mak ... baru ditinggal kedip sudah ada aja yang dipanjat. Tapi, emaknya nggak boleh teriak-teriak. Emaknya kudu tetap kontrol emosi sambil mantengin tanpa kedip.

Nggak bisa kontrol emosi?
Harus bisa, Mak.
Jangan sampai kita meluapkan emosi sehabis-habisnya saat anak kita kecil, lalu menangis darah nanti melihat anak kita tumbuh sebagai remaja yang juga tidak bisa mengontrol emosi.
Naudzubillahiminzalik.

Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang bisa menyejukkan hati orang tuanya. Aamiin.

***

Tulisan di atas saya ambil dari tulisan di Facebook beberapa waktu lalu yang bolak-balik diblokir sama Facebook. Dari tulisan itulah akhirnya saya memutuskan untuk memindahkan tulisan tentang anak-anak dan gizi anak di Karyakarsa ini karena ternyata banyak banget yang membutuhkan bacaan yang baik tentang kesehatan ini. 

Saya bukan nakes. Saya bukan ahli gizi. Semua tulisan saya berdasarkan pengalaman saya dalam mengasuh anak-anak saya. 

Saya tidak akan memberikan resep atau saran merek obat dan suplemen. Saya hanya akan memberikan apa yang saya gunakan. Tolong jangan ikuti 100% karena bisa jadi apa yang cocok bagi anak saya ternyata tidak cocok bagi anak emak. 

Jika emak sudah memutuskan untuk membaca, tolong baca sampai habis. Jangan skip-skip terus tanya hal yang sudah saya jelaskan dalam tulisan, ya. 

Kesehatan anak kita adalah tanggung jawab kita, bukan orang lain. Jadi, kitalah yang seharusnya benar-benar peduli dan belajar demi anak-anak kita. Kalau perlu, tulis ulang di buku biar nanti jika suatu hari kita nggak bisa buka gadget atau buka laptop, kita masih punya pegangan. Saya juga punya satu buku yang saya gunakan untuk merangkum hal-hal penting tentang anak saya. 

Agak kejam ini penulisnya. Hahaha…

Tulisan ini juga nggak akan saya update setiap hari. Kalau saya nulis begini terus setiap hari, kek mana anak-anak saya? Bisa nggak makan entar mereka. Jadi, saya hanya akan menulis pada waktu luang, yak. Harap mengerti dan bersabar. 

Jika ada pertanyaan, tanyakan di kolom komentar, ya. Belum tentu saya ada waktu buat bukain inbox. Enak kalau di sini siapa aja bisa komen. Kalau di Facebook kan dibatasi komennya. Hihihi…

Sampai jumpa di bab berikutnya, ya. 

Salam,

Hanny Dewanti

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Selanjutnya 2. Gemuk dan Tinggi Badan Apakah Genetik?
10
1
Menjawab pertanyaan emak-emak tentang pernyataan, β€œAnaknya kurus itu karena turunan orang tuanya, kok.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan