(Free) Ketulusan hati wanita gendut

5
0
Deskripsi

Noah awalnya tidak menyukai Aira,  wali kelas Andy. Namun,  melihat tulusnya kasih sayang Aira kepada anaknya. Hatinya jatuh cinta pada saat itu juga.

*Pov Noah

Aku sedang mengantarkan anak semata wayang ku ke sekolahnya. Dia bernama Andy berumur 7 tahun. Selama sekolah,  aku tidak pernah mengantarnya karena sibuk mencari uang sehingga melupakan hal seperti ini. Andy sudah kehilangan ibunya sejak dia lahir. Dan itu juga yang membuatku melajang sampai detik ini. Belum ada wanita yang dapat meluluhkan hatinya.

Andy memiliki baby sitter yang bernama sinta. Wanita muda yang terlihat menyukainya. Namun,  dengan tegas. Aku katakan bahwa tidak akan pernah terjadi yang namanya cinta di antara mereka.

"Andy, sudah di siapkan bekal tadi?" Tanyaku.

Andy mengangguk. "Sudah ayah."

Aku berlutut di hadapannya dan memegang kedua tangannya. "Jadi anak pintar. Jangan nakal,  dan suatu saat nanti kamu akan menggantikan ayah di kantor."

"Ayah kenapa semua anak di antar ibunya. Sedangkan aku hanya sama bu Sinta dan ayah pun baru sekali mengantarku ke sekolah."

"Mereka beruntung masih memiliki ibu,  tapi bukan berarti kamu juga tidak beruntung. Kamu masih punya ayah dan cinta ayah cuman buat kamu. Dan ayah juga yakin ibu di sana selalu mendoakan Andy. Dia ibu yang paling hebat telah melahirkanmu."

"Kata teman aku,  kenapa ayah ga nikah lagi aja? Biar aku punya ibu baru."

"Kamu mau ibu baru?" Andy mengangguk dengan semangat. "Ya udah nanti ayah cari."

Andy menggelengkan kepalanya. "Ayah ga perlu cari,  aku sudah mempunyai pengganti ibu buat ayah."

"Andy.. Ayo masuk bellnya sudah berbunyi." Ucap seseorang dari belakang Andy.

"Ini ayah,  bu Aira. Ibu kenalin ini ayah aku."

Aira tersenyum lebar. "Salam kenal pak,  saya wali kelasnya Andy. Maaf tapi saya harus mengajar,  ayo Andy salam sama Ayah."

Andy mencium tangan kanannya, lalu memegang tangan kanan wanita itu masuk ke dalam kelas. Aku masih tidak percaya kalau anaknya mau aku menikah dengan wali kelasnya. Dan dia wanita gendut.

Aku sempat terpesona dengan senyumnya yang manis. Namun,  itu terpatahkan dengan melihat badan wanita itu yang besar. Bisa di bilang mungkin berat badannya 80kg.

"Anak itu ada-ada saja,  masa aku harus menikahi gajah."

***

Sepulangnya aku berkerja,  Andy tidak tidur. Anak itu menunggunya di kamar. Dia menghampiriku yang baru saja pulang.

"Kenapa belum tidur? Ini sudah jam 10 malam loh. Bu Sinta tidak menyuruhmu tidur?"

"Nyuruh ko yah,  cuman aku ga bisa tidur kalau ayah ga jawab pertanyaan Andy."

"Ya udah sekarang Andy mau tanya apa ke ayah?"

"Ayah mau kan menikahi bu Aira? Dia cantik,  baik dan cocok sama ayah."

Aku menggendong Andy dan membawanya ke ranjang. Di tidurkan nya Andy di ranjang. "Andy,  orang dewasa seperti ayah. Punya caranya sendiri untuk memilih pasangan. Andy ga bisa sembarangan memilih pasangan."

"Aku ga sembarangan ayah,  dia guru aku. Dia baikkk bangett."

"Walau pun dia baik,  dia belum tentu cocok sama ayah."

"Seperti apa yang cocok sama ayah?"

"Ibu,  kaya ibu kamu. Coba deh kamu nanti liat foto ibu."

"Aku maunya ayah sama bu Aira. Coba ayah ajak bu Aira makan malam sekali aja. Kalau ayah merasa tidak cocok. Aku ga akan nyuruh ayah sama bu Aira lagi. Ayo dong ayah,  bentar lagi aku ulang tahun loh ayah."

Aku mengangguk. "Baiklah,  besok ayah akan ajak bu Aira makan malam. Sekarang kamu tidur."

"Makasih ayah."

***

Sesuai janji, saat mengantarkan anaknya sekolah untuk kedua kalinya. Aku masuk ke dalam kelas Andy. Ternyata Aira belum ada di kelas. Aku sabar menunggu,  hingga beberapa menit kemudian dia datang dengan buku di tangannya.

"Hai." Sapa ku kaku.

"Oh hai pak,  ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya dengan senyum ramah.

"Boleh bicara berdua dulu? Ini tentang Andy."

"Boleh pak." Aira mengajakku untuk duduk di kursi yang ada di luar kelas. "Jadi ada apa dengan Andy? Dia baik-baik saja kan?"

"Dia baik,  cuman beberapa hari ini. Dia menyuruh saya untuk mengajak bu Aira makan malam bersama kami. Maaf,  mungkin ini tidak sopan. Apakah bu Aira bersedia?"

"Emm bagaimana ya pak,  saya tidak terbiasa pergi malam-malam. Apalagi ini di luar kegiatan sekolah."

"Saya mohon,  Andy berharap ibu mau."

"Baiklah,  tapi saya hanya bisa sampai jam 9 malam."

"Makasih bu Aira."

"Saya permisi." Aku menahan tangannya sebelum berdiri masuk ke dalam kelas.

"Boleh saya minta nomor teleponnya?" Aira memberikan kartu namanya. Lalu dia masuk ke dalam kelas.

Nomor Aira langsung di save olehku,  dan acara nanti malam pun. Siangnya,  aku menghubungi Andy. Dan memberitahunya kalau Bu Aira mau makan malam bersama mereka. Anaknya itu sangat kegirangan. Sampai-sampai dia berteriak saat telepon.

Aku berfikir lebih baik makan malam di rumah saja. Aku memesan beberapa makanan enak dan menyuruh asisten rumah tangganya menyiapkan keperluan yang di butuhkan.

***

*Pov Aira

Aneh sekali,  baru kali ini aku di ajak untuk makan malam dengan orangtua siswa. Mau nolak tidak enak dan lagi pula tidak ada salahnya makan malam bersama.

Ayah Andy yang bernama Noah itu,  yah aku tau namanya dari data siswa. Dia meneleponku akan menjemputnya nanti malam. Aku sih senang-senang aja di jemput. Jadi kan irit ongkos.

Beberapa pakaian terbagus dan termahal aku keluarkan dari lemari. Bingung mau pakai baju yang mana. Mengingat Noah bukanlah orang sembarangan. Dia orang kaya,  tempatku mengajar memang bukanlah sekolah negri melainkan sekolah internasional. Aku bukan dari kalangan kaya seperti mereka. Aku cuman beruntung memiliki otak yang pintar sehingga bisa masuk ke sana dan menjadi wali kelas.

"Mah bagus ga aku pakai baju ini?" Tanyaku.

"Bagus,  mau kemana anak mamah?"

"Ada undangan makan malam mah. Jadi aku harus pergi,  tapi jam 9 aku pulang ko."

"Ya udah,  hati-hati."

Jam setengah delapan,  Noah menghubungiku dan mengatakan kalau dia sudah di depan rumahnya. Benar saja mobil hitamnya terparkir indah di sana.

Aku berjalan pelan,  duh jantungku tidak karuan seperti ini. Sudah di dekat mobilnya,  Noah keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Terima kasih." Ucapku,  Noah hanya diam saja. Selama perjalanan pun dia tidak mengatakan apapun. Aku juga tidak berniat untuk memulai pembicaraan.

Satu jam kemudian,  kita sampai di rumah Noah. Dia mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam rumahnya yang mewah.

"Maaf kalau makan malamnya di rumah saja." Ucap Noah,  akhirnya dia membuka suara juga.

"Ya ga apa-apa pak. Dimana Andy?"

"Andy!" Panggil Noah,  namun anak itu tidak muncul juga. "Kemana anak itu ya."

Seorang wanita datang dan menghampiri Noah. "Maaf pak,  tadi Andy ga diam dan jatuh dari atas tangga. Sampai kakinya memar dan sekarang Andy demam panas."

Plak! Noah menampar Sinta. Itu membuatku kaget. "Kamu! Seharusnya kamu memberitahu saya! Bukannya diam saja."

"Maaf pak,  saya takut."

Aku menahan Noah yang ingin memukul Sinta lagi. "Sudah pak, mba sudah panggilkan dokter?"

"Sudah bu."

"Dimana kamar Andy?"

"Di atas bu."

"Pak,  lebih baik kita liat Andy sekarang." Aku berjalan naik ke lantai dua dan membuka kamar Andy. Di sana anak itu melihatnya. "Andy sayang."

Aku mengurus Andy,  mengompresnya,  memberinya makan dan menemaninya tidur.

***

*Pov Noah

Aku melihatnya sendiri betapa tulusnya Aira mengurus anaknya. Bahkan dia tidak terikat apapun dengannya. Hingga Andy tertidur,  Aira ikut tertidur di sebelahnya. Tidak tega untuk membangunkannya,  aku membiarkan dia tidur di rumah ini.

Sinta sudah di pecat,  aku tidak suka dengan sikap dia. Tidak becus mengurus anaknya sampai terjatuh dari tangga. Dan tidak memberitahunya sama sekali. Itu sangatlah fatal.

Paginya,  Aku sudah menyuruh asisten rumah untuk menyiapkan sarapan. Sementara aku membangunkan Aira di kamar Andy.

"Bu Aira.." Aku menggoyangkan pundaknya. "Bu.."

Aira terbangun dengan kepala yang pusing. "Aku dimana ya? Oh ya lupa."

"Bu Aira."

Aira menatap Noah. "Maaf pak saya jadi ketiduran di sini. ASTAGA! sekarang jam 8. Telat masuk sekolah,  aduh gimana ini."

"Tenang, saya sudah memberitahu pihak sekolah,  kalau ibu ga bisa masuk."

"Taa..tapi hari ini.." Aku mendekat dan memegang kedua tangannya.

"Tidak ada tapi, sekarang bu Aira mandi. Aku sudah siapkan bajunya dan keperluan lainnya. Lalu turun kita sarapan bersama." Wajahku mendekat ke Aira,  lalu mengecup bibir wanita itu. Dia terdiam. Lalu aku pergi meninggalkan Aira yang masih terbengong.

***

Semenjak hari itu,  aku selalu mengantarkan Andy ke sekolah hanya untuk sekedar bertemu dengan Aira. Namun,  wanita itu selalu menghindar darinya. Entah apa,  tapi aku merasa kalau Aira begitu cantik. Di tambah dia perhatian kepada anaknya. Dia merawat Andy sampai sembuh,  walau dia tidak menginap di rumah hanya menyempatkan waktu sepulang mengajar. Menurutku itu bentuk kasih sayang yang tidak terhingga.

"Bu Aira!" Teriakku di lapangan sekolah.

Aira terlihat berlari masuk ke dalam ruangan. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Setiap hari aku mengantarkan Andy sekolah,  Aira selalu menghindar darinya. Untuk kali ini,  aku ingin bicara dengan Aira.

"Andy kamu masuk kelas,  ayah ada keperluan." Aku berlari masuk ke dalam ruangan yang di masuki Aira. Wanita itu terlihat bingung.

"Maaf,  kenapa bapak masuk ke ruangan ini ya?" Tanyanya yang berpura-pura tidak tau.

"Kenapa ya?"

"Kalau bapak ada perlu silahkan,  saya akan keluar." Sebelum Aira pergi,  aku menariknya dan memeluknya.

"Kenapa selalu menghindar dariku?"

"Siapa yang menghindar? Ga ada ko."

"Ok kalau begitu." Aku melepaskan pelukannya, beralih dengan memegang kedua pundaknya. Aku mendekatkan wajahnya,  bibirku menyatu dengan bibir ranum Aira. Wanita itu diam seperti terakhir aku menciumnya. Karena tidak adanya penolakan. Aku semakin memperdalam ciuman itu,  tanpa sadar kalau Aira sudah kehabisan nafas.

"Kenapa bapak menciumku?" Tanya dia sambil menghapus sisa-sisa ciumannya.

"Aku sayang kamu." Jawabku.

"Apa?"

"Kurang jelas? Aku sayang kamu."

"Bapak ada-ada saja."

"Kamu cantik,  sangat cantik. Aku mau kamu jadi istriku."

Aira melepaskan tanganku dari pundaknya. "Ini ga boleh. aku sempat mendengar kalau bapak mengatakan aku gajah. Dan bapak mau aku jadi istri bapak?"

"Kapan aku mengatakan itu?"

"Aku mendengarnya ketika kita bertemu pertama kali. Dan bapak berbicara seperti itu."

"Maaf itu tidak sengaja."

"Pandangan bapak pertama kali itu yang menjadi kejujuran hati bapak. Kalau bapak mau menikah denganku karena aku sayang sama Andy. Sebaiknya bapak cari wanita lain. Karena aku hanya ingin menikah dengan pria yang mencintaiku." Aira pergi meninggalkanku yang sedih mendengar penolakan itu.

Bodohnya aku yang mengatakan Aira gajah dengan suara keras saat pertama kali bertemu,  aku kira hatiku tidak akan berubah. Ternyata ketulusan hati bisa mengubah perasaan seseorang. Tidak peduli dia seperti apa.

***

Aira masih menjauhiku, aku sudah mencoba dengan berbagai cara untuk dekat dengannya. Hari ini ada rapat orang tua siswa. Yah tentunya wanita itu tidak bisa menghindar darinya lagi.

Sepanjang Aira menerangkan di depan,  pandanganku tidak pernah lepas darinya. Aira begitu cantik dimatanya saat ini.

"Ada yang di pertanyakan?" Tanya Aira yang telah selesai menjelaskan tentang nilai dan perilaku siswa.

Aku mengangkat tangannya tapi tidak di gubris oleh Aira. Dia menjawab pertanyaan orangtua yang lain. Tiba-tiba saja ada seorang pria yang datang ke kelas dan menyentuh pundak Aira. Mereka begitu intens dan itu membuatnya cemburu.

Selesai rapat,  semua orangtua keluar dari kelas. Kecuali dirinya,  aku menunggu semua orang keluar.

"Bu Aira."

Aira tidak memandangku,  dia sibuk dengan membereskan buku-bukunya. "Ada apa pak?"

Aku mendorong tubuh Aira hingga menempel ke tembok. "Jangan seperti ini,  jangan membuatku cemburu."

"Bapak bicara apa sih" Aira mencoba keluar dari kurunganku.

"Aku ingin kamu menjadi istriku titik."

"Bapak yakin? Bapak ganteng,  kaya dan bapak bisa mendapatkan wanita lain yang jauh lebih cantik."

Aku memeluknya. "Aku mau kamu,  aku mau kamu.. Kamu mempunyai hati yang tulus. Dan bodohnya aku yang sudah menghinamu,  aku mencintaimu Aira."

"Bukan karena Andy,  bapak bilang cinta padaku kan?"

"Bukan,  ini karena hatiku sendiri yang mengatakannya."

"Aku juga mencintai bapak,  pertama bertemu dengan bapak. Aku sudah jatuh cinta. Tapi aku sakit hati karena bapak mengatakan aku seperti gajah."

Aku melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Aira. "Maafkan aku ok,  aku akan katakan pada semua orang. Kalau kamu adalah wanita cantik yang sangat aku cintai."

"Andy akan senang mendengar kamu akan jadi ibunya. Karena anakku yang pertama kali jatuh cinta padamu."

"Dan sekarang aku mendapatkan ayahnya?" Aira tertawa kecil.

"Ya haha." 
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Kategori
Short Story
Selanjutnya (Chapter spesial 4) Leave me alone, please!
2
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan