
"Selamat ya"
Harapannya pudar. Wanita merah muda itu tidak menangis ataupun memohon. Ia tersenyum kearahnya sambil memberikannya ucapan selamat dengan tulus.
"Sasuke, aku harap kau bahagia dengan pernikahanmu"
Suara garpu dan pisau saling beradu diatas piring. Main course kali ini adalah steak sapi kobe medium-rare . Hinata diam-diam memperhatikan wajah pria di depannya dengan malu-malu sambil menunduk. Rahang Uchiha sasuke yang tegak dan bola matanya yang berwarna raven gelap membuat aura pria itu terpancar hingga dadanya bergemuruh. Hinata tersenyum kecil, baru beberapa menit setelah pertemuan pertama mereka tapi ia merasa sudah jatuh cinta pada pria itu.
"Wine?" Hyuuga Hiashi mengangkat gelasnya tinggi-tinggi ke udara. Pelayan secara otomatis berjalan menghampirinya dan tersenyum, sambil menuangkan wine berkualitas tinggi pada gelasnya yang kosong.
Uchiha Fugaku tersenyum kecil dan mengangkat gelas kosongnya juga. "Terimakasih" katanya singkat, tapi kemudian ia melirik kearah sasuke yang sedari tadi menatap makanannya dengan tatapan nanar. Ia sama sekali tidak kelihatan peduli dengan pertemuan itu. "Ehem, sasuke angkat gelasmu juga."
Itachi ikut melirik ke arah adiknya dan menyenggol perut adiknya dengan siku keras-keras. Membuat Sasuke tersadar akan lamunannya dan mengangkat gelasnya juga dengan perasaan hambar. "Ya .."
Ketiganya bersulang dan meminum wine itu secara bersamaan. Sementara Hinata sedari tadi tidak mengalihkan tatapannya pada wajah Sasuke.
"Kau suka minum wine, sasuke ... " suara Hinata berubah menjadi gugup "-kun?"
Itachi tersedak dan menatap hinata dengan pandangan menyipit. Ia merasa panggilan itu menggelikan, sementara Hiashi dan Fugaku tertawa renyah mendengar panggilan Hinata untuk bungsu Uchiha itu. Sasuke hanya menatap steaknya tanpa minat atau gairah menanggapi gadis di hadapannya. Sakura masih menyita seluruh. Wanita bersurai rambut merah muda dan perasaan rumit.
Sasuke dengan malas mengangguk pelan. "Hm"
"Kalian sangat serasi" Fugaku tersenyum sambil menepuk kuat-kuat bahu Sasuke.
"Apakah kau begitu menyukainya Hinata? Ayah lihat wajahmu sudah memerah sejak tadi"
Hinata tersipu karena malu "Ayah, berhenti menggodaku"
Kedua pria tua itu tertawa dan bercengkrama layaknya sebuah keluarga besar. Sementara Itachi melirik kearah adiknya yang sama sekali tidak mengatakan apapun sambil terus menundukkan wajahnya.
====
"Sialan" Sasuke refleks mengumpat sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya.
Itachi mengekor di belakang Sasuke. Ia berniat berbicara serius mengenai perjodohan tadi atau setidaknya melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk menenangkan perasaan adiknya.
Tapi aura kemarahan Sasuke semakin besar. Itachi hanya meringis sedikit ketika pria itu memukul lemari kayunya kuat-kuat.
"Hei, hei tanganmu bisa terluka"
"Diamlah, jangan mengguruiku" Sasuke menatap kesal kakaknya yang saat ini memegangi bahunya. "Jika saja kau tidak bersikeras menjadi dokter dan tetap meneruskan posisi ayah sebagai direktur, aku tidak harus duduk di sana dan dijodohkan dengan wanita itu."
"Jadi kau pikir semua ini salahku?"
"Salahmu! Itu semua salahmu, brengsek" Sasuke mengumpat. Lalu ia jatuh terduduk dengan posisi tangan yang terkepal kuat dengan darah yang mengalir segar di sela-sela jarinya. "Kau tidak pernah tahu seberapa berat bebanku menjadi pengganti ayah dalam meneruskan perusahaan." Sasuke menatap kakaknya dalam-dalam. Tatapannya terluka dan putus asa.
"Aku sudah mengorbankan impian, waktu dan tenaga. Semua hal yang kumiliki dalam hidup ini untuk hidup sesuai dengan harapan ayah." Tanpa ia sadari bibirnya gemetar.
Baru pertama kali ia melihat adiknya begitu terluka dan rapuh. Itachi mencoba mendekat dan memeluknya, tapi tangannya segera ditepis oleh sasuke.
"Aku minta maaf.."
"Kau tidak mengerti Itachi. Aku bisa mengorbankan segala yang kumiliki asalkan itu bukan mencampuri pernikahanku." Sasuke menggenggam tangan Itachi yang saat ini meremas bahunya. "Jika kau merasa bersalah, Kau harus membantuku."
Itachi membalas genggaman tangan adiknya dengan remasan lembut. Ia mengangguk.
"Apapun akan kulakukan jika itu membuatmu lebih baik"
"Aku ingin menikahi wanita lain."
Itachi tertegun mendengar pengakuan Sasuke. Wanita lain? selama ini ia tidak pernah tahu Sasuke menjalin hubungan dengan seorang wanita. Adiknya tidak pernah terlihat bersama seorang wanita, ia juga sering menolak perjodohan yang disodorkan ayahnya. Kali ini ia dengan terpaksa menyetujuinya karena ada ancaman pengambil alihan saham dan pembekuan asetnya. Tapi tunggu, Ia ingat pernah memergoki sasuke berciuman di belakang sekolah sekitar 6-7 tahun lalu.. Apakah dia?
"Haruno Sakura" Nama itu membuat Itachi mengingat sosoknya dengan jelas. Seorang gadis dengan senyuman manis dan berambut merah muda, pemilik toko kelontong di sebrang jalan menuju sekolahnya. "Bantu aku menikah dengannya."
Itachi menggeleng pelan. Kenangan itu sudah sangat lama. Apakah Sasuke masih terobsesi dengan cinta pertamanya? "Sasuke, kita tidak tahu dimana dia sekarang dan itu sudah sangat lama.."
"Hari ini aku baru saja bertemu dengannya." Sasuke menatapnya dengan penuh keyakinan. Namun dengan pelan ia meneruskan kata-katanya. "dan aku yakin jika dia akan segera mengandung bayiku."
====
Satu bulan berlalu sejak perjodohannya dengan keluarga Hyuuga.
Sasuke masih berusaha tenang untuk tidak gegabah dalam bertindak. Beberapa minggu ini ia sudah membayar seseorang untuk mengikuti setiap kegiatan Sakura. Ia bertindak seperti mata-mata atau lebih seperti penguntit? Jika Sakura tahu, ia mungkin marah besar padanya. Tapi Sasuke tidak peduli. Ini satu-satunya cara untuk mengetahui keadaannya.
Ia tidak bisa menemui Sakura sesuka hati seperti sebelumnya. Tidak setelah ayahnya menanda tangani kontrak dengan tim hukum Hyuuga untuk mengurus perusahaan mereka. Kadang Sasuke mengira dirinya adalah seseorang yang pengecut. Tapi ia tidak mau ayahnya menyingkirkan Sakura dengan cara menyakiti wanita itu. Sasuke harus memastikan apakah Sakura benar-benar hamil sampai ia bisa memutuskan apa yang akan dia lakukan kedepannya?
Menikahi wanita itu secara paksa
atau
Memohon agar wanita itu menerimanya kembali.
Sasuke menggerang frustasi. Ia mengacak rambutnya dan berteriak keras hingga suaranya memenuhi ruangan. Naruto-Sekretaris Sasuke yang memiliki meja di dalam ruangan yang sama menyipit padanya. lagi-lagi si bungsu uchiha itu bersikap uring-uringan.
"Apakah hubunganmu dengan wanita berambut pink itu belum ada kemajuan?"
Sasuke melotot kearahnya. Naruto brengsek, pasti kali ini ia akan menceramahinya lagi.
"Kau itu terlalu berbelit, Sasuke." Saat ini Naruto sudah berdiri di hadapannya. "Kau tinggal menyeretnya ke bagian administrasi negara. Ambil kartu penduduknya dan kau daftarkan pernikahan kalian." Ia melipat kedua tangannya bersamaan seakan-akan idenya adalah hal yang luar biasa. "Aku bisa bantu memberikan obat tidur padanya jika kau mau"
"KAU PIKIR DIA GAMPANGAN ATAU APA HAH?" Sasuke kesal dan memukul meja seketika. Naruto mengerutkan wajah dan mundur sedikit dari posisinya saat ini. Gawat, Sasuke benar-benar marah. "Kau tahu, aku hampir gila menunggunya membuka hati padaku."
"Makanya kubilang kau tidak perlu menunggunya. Kau kan bisa langsung membawanya ke apartemenmu atau apalah.. Sasuke kau bisa memaksanya!"
Sasuke meringis. Naruto benar, Ia memiliki kuasa yang sangat mungkin membuat Sakura datang kepadanya atau jika ia memang tidak sabar, Sasuke bisa mengurungnya di apartemennya dan membuatnya menjadi tahanan rumah. Tapi apakah itu yang benar-benar ia inginkan?
"Aku ingin dicintai, Naruto.." Sasuke merasakan sesak yang luar biasa. "Bukan hanya tubuhnya. Aku ingin Sakura mencintaiku lagi seperti dulu. Kau tahu-perasaanku, ah tidak aku pikir perasaan kami belum sepenuhnya hilang." buku-buku jemarinya berkeringat. "Karena saat-saat kami saling mencintai adalah yang paling menyenangkan. Aku ingin menunggunya."
"Tapi kau akan kehabisan waktu" Naruto mendesah kesal. "Peresmian surat audit pajak dari pengadilan akan resmi dibuka 2 minggu lagi. Jika kau belum menentukan pilihan, aku yakin ayahmu akan segera mengumumkan pernikahanmu dengan gadis hyuuga itu untuk memperkuat kepercayaan publik."
Sasuke memucat. Ia lupa jika waktunya semakin sedikit.
"Kau harus cepat bertindak, sebelum kehilangan semuanya."
===
Saat ini jam sudah hampir menunjukkan tengah malam. Sakura terlihat masih menggunakan celemek restauran dan bando bertuliskan nama restaurannya besar-besar hingga hampir menutupi kepalanya. Ia berusaha tersenyum ceria kepada setiap orang yang lewat untuk membagikan brosure pamflet di jalanan.
Sudah 15 menit Sasuke mengamatinya dari dalam mobil. Sedari tadi ia melihat sesekali Sakura menggosokan kedua tangannya untuk menghangatkan badan, sesekali juga tubuhnya gemetar karena udara malam yang berhembus terlalu cepat. Ia sudah tidak tahan melihat keadaan ini. Lelaki itu memberanikan diri untuk keluar dari mobil dan segera berjalan menuju Sakura.
"Silahkan, kunjungi restauran kami. Ada macam-macam menu yang enak hari ini-" Sakura terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai ia tidak menyadari kedatangan Sasuke. Pria itu berdiri di hadapannya dengan jaket musim gugur panjang berwarna hitam. Sasuke menatapnya dalam diam, lalu kemudian ia memeluk Sakura erat-erat.
"Sakura.."
"Lepas-" Sakura berusaha mendorong Sasuke menjauh. Tapi pelukannya semakin erat. "Lepaskan aku Tuan Uchiha! Aku mohon lepas!"
Sasuke membiarkan Sakura mendorong dadanya menjauh. Ia bisa melihat jika wajah Sakura merah padam. Kali ini Sasuke mencoba menggenggam tangannya tapi Sakura menepisnya.
"Katakan padaku kenapa kau masih bekerja sampai larut seperti ini?"
"Itu bukan urusanmu."
"Urusanku karena aku mengkhawatirkanmu!!" Sasuke berusaha menggenggam tangan Sakura kembali. Kali ini ia berhasil. lalu dengan segera ia mengenggamnya erat-erat. "Dengar sakura, Kau tidak perlu bekerja keras seperti ini jika kita menikah. Kau hanya perlu menjadi istriku dan aku akan memenuhi semua kebutuhanmu-"
Brakkk
Pada hitungan satu detik, Sakura dengan refleks melempar semua pamflet di tangannya ke wajah Sasuke. Lalu dengan segera ia melepaskan genggaman tangan pria itu pada tangan sebelahnya. Wajahnya terlihat lebih merah padam dari pada sebelumnya. "Kau pikir aku seorang pengemis?"
"Kapan aku-?"
"Aku tidak butuh belas kasihanmu, kau mengerti?" Sakura memunguti kembali pamfletnya lagi satu persatu. "Aku tidak ingin melihatmu lagi dan kita tidak punya alasan untuk terus bertemu. Aku harap kau segera pergi."
"Aku tidak mau." Kali ini tatapan Sasuke bersengit padanya. "Apakah sulit hanya untuk menikah denganku? DEMI TUHAN SAKURA, AKU SUDAH MENYENTUHMU!"
"AKU TIDAK HAMIL!" Sakura berteriak keras-keras. "Kau puas?" Sesaat mereka menjadi pusat perhatiaan orang-orang yang lewat "Aku akan melaporkanmu ke polisi atas tuduhan pelecehan jika kau tetap bersikeras. Kau mengerti?"
Sakura mengakhiri perdebatan mereka dengan berjalan masuk ke dalam restauran tempatnya bekerja. Pamfletnya belum habis dibagikan, itu berarti ia akan dimarahi atau upahnya dikurangi. Tapi Sakura tidak punya pilihan lain. Ia sudah kehabisan energi saat ini.
"Kau akan menyesal."
Sakura menghentikan langkahnya sesaat setelah Sasuke berbicara.
"KAU AKAN SANGAT MENYESAL KARENA TELAH MENCAMPAKKAN AKU LAGI!!!" Sasuke berteriak lantang. "AKU AKAN BERTUNANGAN DENGAN PUTRI HYUUGA FIRM MINGGU DEPAN!!"
Sakura tertawa getir. Ia selalu tahu Sasuke akan menikah dengan seseorang yang selevel dengannya. Tapi kenapa dadanya tiba-tiba menjadi sangat sakit.
"Ini kesempatan terakhirmu untuk menerimaku."
Sasuke berharap Sakura berbalik dan berlari untuk memeluknya begitu ia mendengar hal ini. Sasuke berharap Sakura menangis dalam dekapannya dan memohon padanya untuk tidak menikahi wanita lain selain dirinya. Ia sangat berharap.. Sakura bersedia menerima lamarannya..
"Selamat ya"
Harapannya pudar. Wanita merah muda itu tidak menangis ataupun memohon. Ia tersenyum kearahnya sambil memberikannya ucapan selamat dengan tulus.
"Sasuke, aku harap kau bahagia dengan pernikahanmu"
'Sakura, kau menghancurkanku'
===
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
