PART 8 : ILUSI

0
0
Deskripsi

Jaehyun, Doyoung, Jihyo, Jungjae, Baekhyun dan Jimin menatap kearah sertifikat online yang tertera di tablet milik Hyunbin. 

“Kuncinya aku berikan padamu kalau kita sudah pulang,” kata Hyunbin. 

“Kau tidak mau memberiku sesuatu setelah menciumku.. setelah me…” Jihyo menghentikan ucapannya, ia menatap dengan senyuman lebar pada Hyunbin, “Aku tulus mencintaimu kok eonni.. cup cup.”

 

“Kan kau bisa tinggal denganku,” balas Hyunbin, “Unitku di Paradise Tower sebelahan dengan unit milik Jaehyun ini. Nanti kalau sudah pulang, aku ajak jalan - jalan.”

Jihyo semakin lebar senyumannya dan tidak ada protes lagi karena sudah dijanjikan jalan - jalan. 

“Usia kita hanya selisih satu tahun, tapi uangmu banyak sekali ya nunna,” kata Doyoung, “Anak orang kaya memang berbeda.”

“Jangan salah, aku bisnis sejak umurku 14 tahun,” kata Hyunbin. 

“Bisnis apa?” tanya Doyoung. 

“Judi,” jawab Baekhyun singkat padat dan benar. 

Semua orang kembali menatap heran kearah Hyunbin. 

“Memangnya judi bisa membuat orang jadi kaya?” tanya Jihyo. 

“Bisa…” Hyunbin merangkulkan tangannya pada Jihyo, ia mendekatkan wajahnya dan tersenyum lebar, “Kalau kau bandarnya.”

Jihyo mengerutkan kening, sejujurnya dia tidak begitu paham dengan perjudian yang disinggung oleh Hyunbin ini. 

“Sudah lunas ya hadiahnya,” kata Hyunbin yang melepaskan rangkulannya dan mengambil tabletnya, “Aku mau mandi… badanku rasanya panas karena tersesat di labirin. Ayo ikut mandi Jihyo.”

“Tidak mau… aku mau mandi sendiri…” tolak Jihyo. 

“Sudah ayo ikut…” Hyunbin menarik tangan Jihyo dengan cukup memaksa. Tapi meski begitu Jihyo menurut saja. 

Orang - orang yang tersisa di ruang santai rumah belakang menatap kearah Hyunbin dan Jihyo hingga keduanya menghilang. 

“Apa kau sudah dibaiat menjadi keluarga Hyunbin - ssi, Jaehyun?”

Jaehyun menolehkan kepala, heran mendengar pertanyaan dari Jimin. Tapi jika Jimin  bertanya seperti ini, itu artinya….

“Aku juga disebut keluarga,” kata Doyoung. 

“Dia kemarin membelikan anakku boneka besar dan memberiku uang tambahan, katanya untuk uang pendidikan anakku,” sahut Jungjae. 

“Hyunbin memang baik… walau kadang agak aneh,” komentar Baekhyun menjadi penutup, “Setelah mandi dan istirahat… kembali ke dapur jam 5 sore untuk persiapan makan malam ya.”

“Baik…”

@@@@@

Mark menyelinap keluar dari kamar tempatnya tidur ketika memastikan Haechan mulai melepaskan pakaian dan bersiap untuk mandi. Ia buru - buru berjalan cepat menuju ruang musik, tempatnya berjanji bertemu dengan Renjun. 

Begitu kakinya melangkah masuk kedalam ruang musik, ia langsung melihat sosok Renjun yang duduk di depan piano. 

“Aku pikir tidak akan datang,” kata Renjun.

“Mana informasinya?” tanya Mark. 

“Tidak akan kuberikan sebelum kau memberikan yang aku inginkan,” kata Renjun. 

“Haechan ada di kamar, bahaya kalau ketahuan,” Mark mendekat pada Renjun, “Aku akan benar - benar memberikan yang kau mau setelah kita kembali ke Seoul. Akan kucari waktu agar kita bisa melakukannya.”

“Tidak mau… nanti malam…” kata Renjun, “Aku tunggu di rumah kaca karena pasti jarang ada yang datang kesana ketika malam hari.”

Mark menarik nafas dalam - dalam dan mendengus kesal. 

“Tidak mau ya sudah..” kata Renjun. 

“Okey.. okey.. jam berapa kita bertemu?” tanya Mark, “Jangan sampai telat.. karena handphoneku sudah rusak, aku tidak bisa menghubungimu.”

“Jam 11 malam,” jawab Renjun, “Haechan selalu tidur jam 10 malam, tidak lebih jadi seharusnya sudah aman.”

“Baiklah… jadi sekarang, apa yang bisa aku dapatkan mengenai Haechan?” Mark menatap serius kearah Renjun. 

Mark menunjukkan sebuah berkas yang ditampilkan pada tabletnya. Mark mengambil tablet dari tangan Renjun dan membacanya dengan seksama. 

“Tidak jelas Haechan itu anak dari siapa.. di catatan sipil dia tertulis sebagai anak dari laki - laki bernama Song Joongki tapi setelah aku selidiki ternyata adalah orangtua angkat Haechan. Orangtua kandung Haechan tidak tahu siapa. Orangtua angkat ini pun aneh karena Haechan tetap memakai marga Lee sementara ayah angkatnya bermarga Song,” Renjun menunjuk pada sebuah catatan, “Di catatan ternyata Haechan pernah tercatat melakukan perbuatan kriminal pada usia 13 tahun. Aku rasa kau harus berhati - hati padanya.”

“Kalau sampai kau mengkhianatiku.. berselingkuh.. atau menyentuh orang lain walau tanpa cinta.. aku akan membunuhmu…”

Mark langsung teringat dengan ucapan Haechan yang bernada mengancam. Ancaman yang cukup mengerikan untuk Mark, apalagi… Mark menatap kearah Renjun, meski ia tidak mencintai Renjun tetapi dia pernah menyentuh Renjun apakah itu artinya dia sudah menyentuh Renjun seperti yang dimaksud oleh Haechan.

@@@@@

Jihyo yang membaringkan tubuhnya pada tubuh Hyunbin di dalam bathup masih menatap pada foto - foto promosi penthouse di Paradise Tower. 

“Mewah sekali ya… aku pikir apartemen itu tidak ada yang bertingkat,” kata Jihyo, “Ini sudah di dalam gedung bertingkat, penthouse nya juga tingkat 3.”

“Makanya mahal kan,” kata Hyunbin menggerakkan jari jemarinya menelusuri lengan Jihyo dan berakhir bermain - main di atas perut Jihyo, “Nanti setelah sampai Seoul segera pindah denganku ya.”

“Apa kau benar - benar mencintaiku nunna?” Jihyo meletakkan handphone bututnya di pinggiran bathup. Ia bisa merasakan dan mendengar dengusan kesal dari Hyunbin. Jihyo membangkitkan tubuhnya, ia duduk menghadap pada Hyunbin. Tatap matanya agak teralihkan dengan tato naga yang ada di antara dada Hyunbin. Bagian kepala naga berada tepat di atas puting kanan Hyunbin yang berwarna kecoklatan, sementara tubuh naga menjulur ke bawah hingga kemudian buntut dari si naga berada tepat di atas pusar Hyunbin. Tato yang cukup unik tapi dia harus tetap konsentrasi pada apa yang akan dikatakannya, “Aku sangat bersyukur karena kau mencintaiku tapi… pertemuan kita terlalu singkat jadi wajar jika aku menyangsikan perasaan cintamu bukan.”

Hyunbin menganggukkan kepala, “Benar… wajar… aku juga jarang pacaran apalagi dengan orang yang baru aku temui.”

“Kau tertarik padaku karena penjelasanku mengenai sungai merah pada lukisanmu,” Jihyo menatap pada tangan Hyunbin yang sudah menangkup dua payudaranya. 

“Nanti tersinggung kalau aku bilang aku suka pada payudaramu yang sekal ini,” Hyunbin tersenyum lebar. 

“Konsentrasi eonni, jangan berpikiran mesum dulu,” Jihyo menyingkirkan tangan Hyunbin. Matanya menatap lurus kearah Hyunbin, “Kau terlalu baik, kau juga cantik dan tampan dalam waktu bersamaan. Biasanya orang - orang yang terlihat sempurna sepertimu ini memiliki sisi aneh atau menakutkan.”

Hyunbin memilih tersenyum saja, tangannya bergerak mengelus pada paha Jihyo kali ini, “Aku tidak menawarkan ilusi penuh kebohongan pada orang - orang. Kebaikan yang aku berikan pada beberapa orang karena mereka memang pantas menerimanya. Begitupun denganmu, aku tertarik padamu dan aku mencintaimu. Jika kau tidak yakin padaku kau boleh meninggalkanku.”

Mendapatkan sebuah pilihan yang begitu menakutkan, Jihyo memilih untuk mendekat kembali pada Hyunbin dan memeluk tubuh perempuan berambut cepak didepannya ini. 

“Jika aku jujur padamu.. apa adanya.. menyingkirkan semua ilusi yang ada.. dan benar - benar menunjukkan wajah asliku apa kau akan mampu bertahan denganku?” tanya Hyunbin. 

Jihyo tidak begitu mengerti dengan ucapan Hyunbin, ia melonggarkan pelukannya dan menatap pada Hyunbin, “Apa ada banyak hal yang kau sembunyikan?”

Hyunbin menganggukkan kepala, “Cukup banyak… hingga membuatku akan mual dan muntah saat mengetahui semuanya.”

“Beritahu aku ketika kau siap,” kata Jihyo, tangannya mengelus lembut pada wajah Hyunbin. 

Hyunbin balas tersenyum, ia mencium lembut pada bibir Jihyo dan tidak terlalu banyak berharap jika Jihyo akan menerima dirinya apa adanya. Mengingat ibunya sendiri yang tidak bisa menerimanya, apa yang dia harapkan dari orang yang baru ditemuinya beberapa hari lalu.

@@@@@

Kepala Haechan menatap ke arah pintu, memastikan jika ia sudah mengunci pintu dengan benar. Tubuhnya yang masih telanjang dan basah, ia bawa melangkah menuju pada depan cermin besar. Cemin satu badan yang bisa membantunya melihat keseluruhan tubuhnya dengan sempurna. Haechan memiringkan tubuhnya dan melihat bekas luka di bagian punggungnya. Bekas luka cukup dalam seperti sabetan pedang pada punggungnya. Luka yang memang tidak terlalu besar dan panjang karena itu Ia tidak yakin Mark menyadari luka ditubuhnya ini. Namun Haechan seringkali takut jika Mark melihat luka ditubuhnya dan luka ini lah alasan Mark tidak mau bersamanya lagi dan lebih memilih bersama Renjun. 

Rasanya sakit, begitu sakit, hanya membayangkan kemungkinan - kemungkinan yang ada saja membuat dadanya terasa sesak. Namun anehnya, di tengah kesendiriannya ia mulai berhalusinasi melihat sosok Jaehyun yang berjalan pelan menuju padanya. Jaehyun yang dalam sosok telanjang - apa adanya - menanggalkan semua keduniawian mendekat padanya. Seakan matanya melihat Jaehyun yang kemudian memeluknya dan mencium lembut pada bekas lukanya. Seakan mendengar Jaehyun berbisik lembut pada telinganya. 

“Kau cantik dengan apa adanya dirimu… jangan takut.. tunjukkan saja… tunjukkan apa adanya dirimu pada dunia…”

Mata nanar Haechan yang masih terus menatap kearah cermin perlahan mulai gelap karena bulir - bulir airmata yang memenuhi matanya. Ia melihat bayangan Jaehyun perlahan - lahan menghilang. Ia tahu, dia gila karena membayangkan laki - laki lain sementara hatinya masih milik Mark. Dia tahu, dia juga bersalah pada Mark namun dia juga tahu jika bayangannya, jika khayalannya mengenai Jaehyun adalah sebuah pengharapan yang mungkin mendekati kenyataan. 

@@@@@

Jaehyun berdiri tegak di depan cermin yang ada di kamar mandi tempatnya menginap. Ia berdiri telanjang tanpa satupun benang menempel di tubuhnya. Matanya menatap pada tubuhnya sendiri, dari atas hingga bawah. Matanya terus menatap kearah cermin hingga kemudian ia seperti melihat sosok Haechan muncul di hadapannya. Sosok Haechan yang berdiri telanjang tepat di depannya. Kepala Jaehyun sedikit menunduk, menatap pada punggung Haechan yang terdapat sebuah luka. 

Meski Jaehyun tahu Haechan yang ada dihadapannya hanyalah bayangan, namun ia benar - benar menundukkan tubuhnya. BIbirnya menyapu memberikan kecupan pada bekas luka di punggung Haechan. 

“Kau cantik dengan apa adanya dirimu… jangan takut.. tunjukkan saja… tunjukkan apa adanya dirimu pada dunia…”

Jaehyun bertekad, suatu hari nanti apa yang ia ucapkan hari ini akan menjadi kenyataan. Akan ia ucapkan dihadapan Haechan dengan pengharapan yang berubah menjadi kenyataan. 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PART 9 : PEWARIS YANG DIBUANG
0
0
Haechan sedang ikut menata makanan di atas meja makan ketika Yeonjun dan HueningKai masuk kedalam ruang makan dengan wajah yang terlihat sangat tidak baik. Haechan menghentikan semua gerakannya, ia menunggu salah satu dari pasangan kekasih itu mengatakan sesuatu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan