
Jake melangkah pelan dengan senyuman lebar pada Heeseung yang sedang duduk di salah satu bangku kafe di sebelah seorang laki - laki yang sepertinya seusia dengannya. Tangan Heeseung yang merangkul pada bahu si laki - laki membuat Jake sudah mendidih marah, tapi dia memilih untuk tetap tersenyum dan duduk tepat di hadapan Heeseung dan si laki - laki.
Wajah terkejut Heeseung terlihat sekali, ia terburu - buru menurunkan rangkulan tangannya dan menatap panik ke sekeliling. Tatap matanya langsung berubah menjadi tajam saat melihat Sunghoon.
“Jangan marah pada Sunghoon.. aku tahu sendiri, kami kebetulan bertemu saja,” kata Jake yang langsung paham jika Heeseung ingin melampiaskan kemarahannya pada Sunghoon.
“Aku bisa jelaskan Jake, jangan marah dulu,” kata Heeseung.
“Aku sudah marah…”
“Siapa dia?” tanya si laki - laki yang ada di sebelah Heeseung.
Jake menatap tajam kearah si laki - laki, “Kuberi waktu kau 10 detik untuk pergi dari hadapanku, jika tidak akan kupastikan hidupmu berada di dalam neraka.”
“Diih.. apa - apaan sih…” cibir si laki - laki.
“Eunseok jangan membantah, sudah pergi saja dari sini,” kata Heeseung.
“Kenapa sih? Dia pacarmu ya,” sahut Eunseok dengan nada meninggi.
Sunghoon yang duduk di meja lain hanya diam dan mengamati saja, ia melihat Jake mulai duduk menyandar, menyilangkan tangan di depan dada dan…
“1….2…”
Jake mulai menghitung.
“Sudah pergi cepat,” kata Heeseung dengan wajah panik.
Jake melanjutkan hitungannya, dengan amarah yang semakin meledak karena melihat perhatian Heeseung pada orang bernama Eunseok ini.
“7…8…”
Pada akhirnya Eunseok bangkit berdiri dan berlari menjauh dari hadapan Jake.
Jake menghentikan hitungannya namun tetap menatap tajam pada Heeseung.
Heeseung bergegas berpindah duduk di samping Jake, tangannya segera menggenggam erat pada tangan Jake, “Aku tahu aku salah.. maafkan aku. Jangan putuskan aku.”
“Apa saja yang sudah kalian lakukan?” tanya Jake.
“Aku tidak melakukan apapun… kami hanya bertemu dan mengobrol. Aku baru bertemu dengannya hari ini, sebelumnya hanya saling berkirim pesan saja,” jawab Heeseung, “Aku bahkan tidak ada hubungan apapun dengan Eunseok. Sungguh.. jangan tinggalkan aku.”
@@@@@
Sunghoon yang melihat Heeseung mengemis cinta pada Jake mengeluarkan ejekan meski hanya didalam hati saja. Dia memang miskin, dia memang pernah ditolak karena di bilang jelek dan miskin, tetapi.. mengemis cinta? Itu sama sekali bukan gaya Sunghoon. Jika menyadari sudah tidak akan bisa mendapatkan Sunghoon akan memilih untuk menyerah dan melupakan. Tapi.. jika orang yang dikejar seperti Jake, sepertinya Sunghoon juga akan mengemis.
“Berterima kasihlah pada Sunghoon…”
Mendadak namanya disebut, Sunghoon menjadi duduk dengan lebih tegak. Matanya menatap pada Jake dan jantungnya mulai berdebar - debar tidak karuan.
“Sunghoon memberiku nasehat agar tidak meninggalkanmu jika kau hanya sekedar berciuman dengan laki - laki tadi, tapi bahkan kau hanya merangkulkan tanganmu saja.. jadi.. aku tidak akan memutuskan hubungan kita,” kata Jake.
Sunghoon hanya bisa tersenyum kecut ketika melihat Heeseung menatap padanya.
“Kenapa Sunghoon bisa memberimu nasehat seperti itu?” tanya Heeseung.
Sunghoon seharusnya diam. Sunghoon seharusnya bersikap seperti anak kampung yang terkejut dengan pergaulan anak - anak kota. Sunghoon seharusnya bersikap pura - pura polos. Sunghoon seharusnya tidak mengatakan kalimat yang ada didalam kepalanya.
“Karena saat di Paris, aku dan Jake berciuman…”
@@@@@
“Bodoh…”
Sunghoon diam saja mendengar makian Jimin untuknya. Ia hanya merintih kesakitan lirih ketika Jimin mengoleskan obat merah di sudut bibirnya yang terluka karena mendapat pukulan Heeseung.
“Namanya juga anak muda, biarkan saja tidak apa - apa sesekali terkena pukulan,” kata Jungkook yang meletakkan minuman hangat di atas meja, “Diminum nanti setelah selesai diobati.”
“Aku kesal karena Sunghoon tidak membalas,” kata Jimin, “Dan aku kesal karena tidak bisa marah pada anak bosmu.”
Sunghoon menatap terkejut pada Jimin yang matanya sudah berkaca - kaca, “Jimin - ssi kenapa kau mau menangis. Aku hanya dipukul sedikit, bukan tertembak atau ditusuk.”
“Aku kesal… sudah aku bilang padamu aku kesal. Aku yang ingin punya anak.. tapi ketika anakku disakiti aku tidak bisa berbuat apapun,” airmata Jimin menetes, kepalanya tertunduk sambil sesekali tangannya menghapus airmatanya sendiri.
Sunghoon menatap kebingungan bersamaan dengan hatinya yang ikut merasakan sakit. Dia tidak suka melihat orang lain menangis karenanya, dia tidak suka melihat orang lain terluka karenanya. Dan dia tidak terbiasa dengan perhatian seseorang yang begini besar padanya. Dia pikir selama ini Jimin menyayanginya hanya karena dia bisa memuaskan hasrat seksual Jimin.. tapi… dia lupa jika niat pertama Jimin datang ke panti asuhannya adalah untuk mengadopsi anak.
Kepala Sunghoon mendongak, dia merasa harus meminta pendapat pada Jungkook dalam situasi seperti ini. Sunghoon melihat bibir Jungkook bergerak.
‘Peluk Jimin… peluk ibumu…’
Sunghoon membeku untuk beberapa saat melihat apa yang di sarankan oleh Jungkook. Ia yang melihat kode terus menerus dari Jungkook akhirnya bergerak memeluk lembut pada tubuh Jimin. Ia merasa ada yang salah.. tidak seharusnya seperti ini. Tidak… jika seperti ini dia akan semakin sulit lepas dari Jimin. Tidak… seharusnya tidak boleh seperti ini. Jantungnya tidak boleh berdebar untuk Jimin dan memang tidak.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
