78. Mark X Haechan

0
0
Deskripsi

Mark baru saja duduk di kursi taman belakang ketika tiba - tiba saja seorang adik kelasnya dengan senyuman lebar berdiri dihadapannya. Mark mendengus kesal, adik kelasnya yang bernama Haechan ini tidak pernah bosan menyerah untuk mendekatinya padahal dia sudah berkali - kali bilang jika Mark tidak tertarik pada Haechan. 

"Mau apa kau?" tanya Mark dengan nada begitu sadis dan sinis. 

"Aku tahu kau tidak menyukaiku hyung, tapi aku hanya ingin memberimu kue ini," Haechan duduk dihadapan Mark, membuka tutup bekal makanan dan memperlihatkan kue buatannya sendiri, “Dimakan hyung... ini enak sekali lho. Aku belajar membuatnya dengan kakak - kakakku dan juga eomma...”

Mark mengambil kue yang ada dihadapannya dan melemparkan begitu saja di atas tanah hingga hancur berantakan. 

"Ketika aku bilang aku tidak menyukaimu itu artinya aku membencimu... dan ketika aku bilang aku membencimu itu artinya aku tidak mau melihatmu dan berurusan denganmu lagi.. apapun itu..." kata Mark yang kemudian bangkit berdiri dan meninggalkan Haechan seorang diri. 

Mark yang baru melangkah beberapa langkah, bertemu tatap dengan beberapa temannya. 

"Lho itu Haechan kenapa kok memunguti kue dari tanah?" tanya Yeonjun. 

"Sudah biarkan saja," kata Mark, “Kita cari tempat makan lainnya.”

"Kau ya yang membuang kue Haechan," tebak Xiaojun. 

"Iya... sudah ayo pergi," kata Mark yang menarik tangan Changbin karena paling dekat dengannya. 

"Kau terlalu kasar pada Haechan," kata Xiaojun, “Disamperin keluarganya mampus kau... dan aku tidak akan membelamu.”

Mark menatap pada Xiaojun yang melangkah mendekat pada Haechan, terlihat menenangkan Haechan yang sudah menangis sesenggukan. 

"Memang siapa keluarga bocah dekil itu?" tanya Mark, “Paling juga cuma keluarga miskin pada umumnya kan.”

"Walaupun keluarga Haechan hanya keluarga miskin seperti yang kau duga itu, tetap saja kau tidak boleh sekasar itu pada Haechan," kata Yeonjun yang kemudian juga mendekati Haechan. 

Mark menatap pada Changbin yang masih ia pegangi tangannya. Changbin juga ikut melepaskan pegangan tangan Mark dan mendekat pada Haechan. 

Mark mendengus kesal ketika melihat 3 temannya malah lebih memilih untuk bersama dengan Haechan. Ia membalikkan badan dan pergi saja, tidak peduli pada teman - temannya yang lebih memilih Haechan. Prinsipnya masih sama, dia tidak suka Haechan dan Haechan tidak akan pernah bisa memenangkan hatinya dengan cara apapun. 

@@@@@

“Kuenya dimakan tidak oleh Mark?”

Haechan menatap pada eomma - nya, Yuta Nakamoto yang balik menatap padanya dan menunggu jawabannya. Haechan menganggukkan kepala dengan senyuman lebar, “Iya eomma... dia suka sekali.. katanya enak luar biasa.”

"Syukurlah kalau Mark menyukainya," Yuta mengelus lembut pada rambut Haechan, “Tapi.. kalau kau menyerah pada Mark masih banyak orang lain yang mau denganmu lho.”

"Memang Haechan sejelek itu ya sampai Mark hyung enggak mau denganku?" tanya Haechan. 

"Bukannya kau jelek," kata Yuta, “Tapi kan yang namanya cinta tidak bisa dipaksakan. Kalau Mark tidak mencintaimu ya sudah cari yang lain.”

"Kalau begitu, carikan laki - laki untukku eomma," kata Haechan. 

"Heh!!!! Yang tua duluan!! Masa aku masih jomblo kau sudah mau punya pacar," protes dari kakak Haechan - Jungwoo yang terlihat baru masuk rumah. 

"Aku saja masih jomblo santai saja..." kali ini Taeil yang melangkah masuk dengan santainya sembari menjilati es krim batangan di tangannya.

"Ya siapa juga yang mau pacaran denganmu hyung.. kau selain psikopat dijagain dua psikopat gila," kata Jungwoo. 

"Aku bukan psikopat ya!!" Taeil yang kesal melemparkan es ditangannya pada Jungwoo. 

"Ya!!! Jaketku kena es!!!" Jungwoo melangkah mendekat pada Taeil dan langsung saja tanpa basa - basi menjambak rambut Taeil. 

"Kau yang kurang ajar duluan!!!" Taeil  balas menjambak. 

"Ya!!! Hentikan anak - anak!!!" teriak Yuta panik, “Pengawal!!!!!”

Haechan berdiri diam ketika lebih dari 30 orang laki - laki dewasa yang datang mendekat tapi pada akhirnya bingung juga bagaimana memisahkan Taeil dan Jungwoo yang masih jambak - jambakkan dan kini mulai saling menendang. 

"Keluarga yang sangat menyenangkan..." Haechan terkekeh geli melihat tingkah dua kakaknya, diikuti kekehan dari beberapa pengawal yang sepertinya lupa dengan tugas mereka. 

@@@@@

Mark masih senyum - senyum lebar sambil membenarkan risletingnya ketika ia baru saja menyelesaiakan pipisnya. Mark sudah membayangkan jika setelah ini dia akan kembali bercengkrama dengan adik kelas incarannya yang sudah ia taksir semenjak sebulan lalu. 

Mark membuka pintu ruang karaoke nomor 5, senyumannya langsung menghilang ketika melihat adik kelasnya - Jaemin yang malah duduk di samping seorang laki - laki yang tidak ia ketahui. Dan yang lebih menyebalkan Jaemin malah terlihat bahagia dengan si laki - laki ini. 

"Kau siapa?" tanya Mark. 

Si laki - laki yang duduk disamping Jaemin menolehkan kepala pada Mark.

"Kau tidak tanya aku siapa..." 

Mark dikejutkan oleh sosok laki - laki berambut cokelat kemerahan yang memakai jaket berbulu berwarna cokelat keemasan. 

"Duduk dulu sini," kata si laki - laki yang duduk disamping Jaemin melambaikan tangan pada Mark. 

Mark tidak bergerak sama sekali sampai kemudian tubuhnya di seret paksa oleh laki - laki berjaket bulu. Tubuh Mark bergerak dengan paksa dan di dudukkan di antara si laki - laki berjaket bulu dan laki - laki lainnya. 

"Nanti lagi ya Jaemin sayang.. kau tunggu diluar dulu," ucap si laki - laki yang terlihat memberikan uang jajan cukup banyak untuk Jaemin. 

"Okey Jackson hyung.." 

Mark terdiam, ia menatap pada dua laki - laki yang masih duduk disamping kanan dan kirinya. 

"Jadi perkenalkan.. namaku Taehyung," kata si laki - laki berjaket bulu, “Dan aku kakak kedua Haechan.”

"Kalau aku.. tadi namaku sudah disebutkan," kata Jackson, “Dan aku kakak tertua Haechan.”

Mark terdiam, ia menelan salivanya yang terasa begitu pahit. 

"Kami tahu apa yang kau lakukan pada Haechan," kata Taehyung, tangannya mengambil segenggam es batu dan memindahkan pada tangan Mark, “Pegang.. jangan dilepaskan sampai kami selesai bicara.”

Mark sudah merasakan dingin ketika Taehyung mengenggamkan es pada tangannya. 

"Anak itu saking polosnya dan percaya kalau kau akan membalas cintanya sampai membuat kue dari jam 4 pagi," kata Jackson. 

"Dan kau membuang kue yang dia buat dari jam 4 pagi itu..." sambung Taehyung. 

"Jangan terlalu kasar dan dingin pada adik kami," kata Jackson, “Kalau memang tidak suka ya tolak saja dengan baik - baik.”

"Toh kalau kalian memang tidak berjodoh ya tidak akan dipertemukan juga," kata Taehyung, “Tapi sikapmu yang kasar membuat kami marah dan tidak suka.”

"Untung saja ayah kami tidak tahu ini... kalau tahu bagaimana ya kira - kira Taehyung?" 

Mark yang ada ditengah - tengah Jackson dan Taehyung melihat dua kakak Haechan yang saling berpandangan. Tangannya yang dingin lama - lama menjadi mati rasa. 

"Tidak tahu juga, mungkin dilempar ke kandang Elizabeth," tebak Taehyung. 

"Elizabeth itu nama buaya peliharaan ayah kami..." Jackson merangkulkan tangan bahu Mark, “Ingat ya.. ini peringatan terakhir.. besok - besok kalau kami mendengar kau melukai Haechan tersayang kami akan benar - benar akan kami beri pelajaran yang keras.”

Taehyung bangkit berdiri, “Ayo hyung pulang.”

“Aku mau main dengan Jaemin dulu ah....”

Mark terdiam di kursi ruang karaoke nomor 5 dengan perasaan kesal dan benci pada Haechan yang semakin membesar. Mark membuka tangannya dengan beberapa es batu yang sudah tidak berwujud, mungkin karena ia terlalu panas sehingga es batu ditangannya cepat mencair. Sayangnya, kemarahannya justru semakin mengeras. 

@@@@@

Haechan sedang duduk dan bercanda dengan beberapa temannya di ruang kelas ketika pintu ruang kelas 10 - 1 terbuka dengan kasar. Kepala Haechan menoleh dan menatap pada Mark yang datang mendekat padanya dengan mata mendelik tajam dan sepertinya kemarahan yang begitu luar biasa. 

Dan sepertinya karena wajah marah Mark yang memang terlihat sekali, salah satu teman Haechan - Jeno berdiri dengan cepat dan menahan tubuh Mark yang meman mau mendekat pada Haechan. 

"Kenapa sih hyung, datang marah - marah begini?" tanya sahabat Haechan lainnya - Renjun yang sudah lama kesal dengan tingkah Mark. 

"Kau ya..." Mark menunjuk kesal kearah Haechan, “Aku sudah bilang berkali - kali aku tidak akan mencintaimu. Tidak sudi sama sekali.”

"Iya, aku sudah tahu.." balas Haechan dengan santai, “Makanya hari ini aku tidak membawakan bekal apapun untukmu kan.”

"Terus apa maksudmu mengadu pada dua kakakmu itu sampai mereka mengancamku?" tanya Mark. 

"Kakak yang mana?" tanya Haechan, ia membuka handphonennya dan memperlihatkan sebuah foto, “Kakak yang ini namanya Chanyeol, dia kebetulan sedang ada di Busan. terus yang ini..”

Mark yang sudah benar - benar kesal mengambil handphone Haechan dan membantingnya keras hingga hancur berkeping - keping. 

Suasana kelas menjadi hening karena kemarahan Mark yang luar biasa. 

"Dua kakakmu yang bodoh itu mengancam akan memberiku pelajaran kalau menyakitimu.." Mark mendorong tubuh Jeno dan Renjun yang mau mendekat pada Haechan. Ia mencengkeram pada kerah seragam Haechan, “Memang apa yang bisa keluargamu itu lakukan padaku heh?? Kalau hanya sedikit kaya.. keluargaku juga kaya raya.”

Haechan menatap tajam pada Mark tanpa berkata apapun. Ia membiarkan Mark mengeluarkan apapun yang ingin dikeluarkan.

"Karena tingkah menyebalkan keluargamu.. aku malah jadi ingin 'bermain' denganmu," Mark menyeringai lebar. 

Haechan memegangi tangan Mark dan melepaskan cengkraman pada kerah bajunya, “Bukankah aku sudah meminta maaf kemarin.. dan aku juga sudah tidak mendekatimu hari ini.. seharusnya kau tidak usah mencari gara - gara. Dan.. aku sama sekali tidak mengadu pada kakakku. Bahkan aku masih bilang jika kau memakan kue ku dan bilang bahwa kue ku enak.”

"Lalu darimana kakakmu tahu kalau aku membuang kue mu?" tanya Mark. 

"Mungkin dari ratusan anak buah mereka yang tersebar di seluruh kota," jawab Haechan yang tersenyum lebar kearah Mark, “Sudah ya hyung.. seranganmu hari ini aku tidak akan mempermasalahkan.. tapi jangan mencari masalah lagi karena aku juga tidak akan mengejarmu lagi.”

Mark memundurkan tubuhnya dan menatap pada Haechan yang masih tersenyum padanya, “Okey... aku tidak akan mencari masalah lagi denganmu. Dan kuharap kau tidak lagi muncul dalam hidupku.”

"Kalau itu... sepertinya tidak bisa," kata Haechan yang menatap prihatin pada handphonenya, “Btw.. ganti handphoneku.”

Mark mendengus kesal, “Iya.. akan aku ganti yang lebih mahal.”

Haechan menatap pada Mark yang melangkah pergi dari kelasnya. Ia bangkit berdiri dan memunguti handphonenya yang hancur. Haechan menghela nafas panjang. 

Sakit tapi ia sudah terbiasa. 

Sakit tapi.. ya sudahlah.

@@@@@

Mark membeku ditempatnya berdiri, lebih tepatnya di depan pintu sebuah rumah pohon yang ada di belakang rumah Yeonjun yang memang biasa mereka gunakan untuk bermain dan berkumpul. 

"Kenapa kau? Membeku seperti patung?" tanya Changbin menatap pada Mark dengan heran. 

"Changbin hyung sayang.. katanya mau mengajari pr," kata kekasih Changbin - Felix yang menarik tangan Changbin menuju pada meja untuk belajar. 

Mata Mark kembali menatap pada sosok Haechan yang duduk dipangkuan Yeonjun dan keduanya terlihat sedang membahas pr. 

"Kenapa kau?" kali ini Xiaojun yang bertanya. 

"Justru aku yang harus bertanya," Mark menarik tangan Xiaojun menuju ke balkon rumah kayu, “Kenapa ada Haechan disini?”

"Mereka sepertinya jadian," kata Xiaojun, “Semenjak seminggu lalu kau menitipkan handphone Haechan yang kau banting itu pada Yeonjun, mereka semakin dekat.”

"Terus.. kenapa bocah itu harus ada disini?" tanya Mark. 

"Ya.. memang kenapa?" Xiaojun balik bertanya, “Changbin dan Soobin sering membawa pacar mereka kesini.”

"Waaah sedang membicarakanku ternyata ya.." sahabat lain Mark, Soobin melangkah masuk kedalam rumah kayu dengan kekasihnya yang merupakan adik kelas mereka juga. Satu angkatan dengan Haechan. 

"Kau tidak pernah membawa pacarmu kesini," kata Mark pada Xiaojun. 

"Ya kan tidak mungkin aku bawa kesini.." kata XIaojun dengan sneyuman lebar, “Masa iya om - om umur 32 tahun mau ikut belajar matematika juga. Sudah ayo kerjakan pr nya.”

Mark melangkah malas kedalam rumah kayu. Sialnya, ia mendapat bagian duduk di depan Haechan dan Yeonjun. 

"Bisa tidak kalian jangan pangkuan," kata Mark. 

Haechan dan Yeonjun mendongak menatap pada Mark. Haechan menggeser duduknya, berpindah dari pangkuan Yeonjun. 

Mark mengeluarkan alat tulisnya, ia siap untuk belajar sampai kemudian matanya menatap pada handphone yang ada ditangan Haechan. 

"Kok handphonemu ganti Haechan? Mana handphone yang aku belikan?" tanya Mark. 

"Sudah aku belikan yang baru," Yeonjun yang menjawab, “Aku tidak mau Haechan memakai apapun darimu.”

Mark menatap tajam pada Yeonjun, kekesalannya mulai muncul lagi setelah seminggu hidupnya mulai tenang karena tanpa Haechan. Mark memilih untuk tidak berkomentar apapun, ia membuka bukunya dan mulai untuk berkonsentrasi tetapi beberapa kali ia menatap kearah Haechan dan Yeonjun yang terlihat begitu akrab dan juga intim. Tatap Mark tidak bisa lepas dari Haechan yang tersenyum dan tertawa. Ternyata, jika Haechan tersenyum wajahnya begitu damai. Wajahnya terlihat lebih manis dan.. Mark menggelengkan kepala dengan cepat. Ia tidak boleh jatuh cinta pada Haechan. Tidak boleh.

@@@@@

Mark menolehkan kepala ketika melihat Haechan datang dengan membawa bekal makanan. 

"Dimakan hyung," ucap Haechan yang menyodorkan bekal makan siang pada Yeonjun. 

"Kau memasak apa?" Yeonjun membuka bekal makan siang dan membuka matanya lebih lebar, “Kau apakan cumi - cumi ini kenapa tepungnya lembek begini?”

"Jangan menghina ih... bentuknya emang aneh tapi enak," kata Haechan. 

"Apaan.. yang kemarin saja asin.." 

"Ahhh hyung...." 

Mark cukup kesal ketika melihat Haechan yang sok - sok malu dan manja dengan memeluk lengan Yeonjun. 

"Tapi aku makan kok, kalau yang tidak terlalu parah rasanya ya," kata Yeonjun yang mengambil sumpit dan memakan cumi - cumi goreng tepung lembek. 

"Kami tidak ditawarin nih?" tanya Soobin. 

"Naaah!!!!" Haechan mengeluarkan bekal makanan lain yang ternyata ada lebih dari 3 tumpuk, “Silahkan hyung...”

Xiaojun dan Changbin langsung menatap tajam pada Soobin. 

"Selamat makan.." kata Soobin dengan senyuman lebar sembari mengambil satu bekal makanan, dia sih tidak terlalu peduli dengan rasa yang penting gratis.

"Silahkan hyung.." Haechan menyodorkan sumpit pada Mark. 

"Aku mau makan di kantin..." Mark bangkit berdiri dan meninggalkan teman - temannya yang sedang menikmati makan siang buatan Haechan. 

Sepanjang langkah kaki Mark menjauh, ia merasa semakin berat. Suara tawa Haechan yang terdengar begitu renyah membuat Mark membayangkan wajah bahagia dan senyuman manis dari Haechan. Bayangan - bayangan yang membuatnya sakit karena selama beberapa bulan ia diberi kesempatan untuk menciptakan senyuman itu, Mark justru memberikan rasa sakit dan justru membuat Haechan menangis. 

Penyesalan memang selalu dibelakang tapi Mark tidak tahu jika penyesalan akan sesakit ini. 

Mungkin Mark bisa berharap jika di dimensi lain atau di kehidupan lain dialah yang akan membuat Haechan tersenyum dan Haechan bahagia. Dan berharap jika ia tidak akan membuat Haechan menangis. 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 79. Bangchan X Hyunjin
0
0
Mau beli mainan!!!! teriak Jeongin didalam kamar khusus mainannya yang sebenarnya sudah dipenuhi banyak mainan. Bangchan dan Hyunjin hanya saling tatap melihat anak mereka yang sudah jatuh berguling - guling dan meraung - raung keras.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan