
PART 3 DAN PART 4
PART 3
FLASHBACK TIGA TAHUN LALU.
Maudy baru saja sampai di tokonya ketika keributan itu terjadi.
Hari ini ia baru saja dari bank guna menyetor uang penjualan kemarin.
Keningnya melipat melihat ada kerumunan di depan rukonya.
"Saya gak mau tahu! Saya sudah pesan sejak sebulan lalu! Masa sampai saat ini belum sampai juga!"
Seorang ibu tampak emosi.
"Iya, saya juga sama! Mana udah bayar lagi. Katanya mau kirim, mau kirim! Nyatanya mana! Ini toko kok jadi gak amanah sih!"
Ibu yang lain...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
Kategori
Menumpas Pelakor Sampai Ke Akar
Selanjutnya
MENUMPAS PELAKOR SAMPA KE AKAR - 3
0
0
PART 5 DAN 6 PART 5Baru kali ini sepanjang pernikahannya dengan Wisnu, Maudy tak tenang pikiran.Biasanya, dia tak pernah menaruh curiga, meskipun suaminya pergi ke luar kota. Apalagi ketika sikap dan perilaku suaminya pun tak berubah. Masih sayang dan penuh cinta.Namun, pertemuan dengan Rafika, di tambah ponsel suaminya yang tak bisa dihubungi, bagaikan sebuah mimpi buruk yang terus menghantui.Kamu haru sabar Maudy. Bisa jadi Rafika hanya ingin membuat drama di dalam hidupmu. Begitu bisik hatinya yang lain.Tapi Rafika bukan orang yang senang melihat orang lain susah! Sebelah hatinya bicara berbeda.Sayang! Aku pulang!Suara dari depan membuat Maudy menoleh.Hari ini ia sedang malas pergi ke ruko.Siapa sangka suaminya pulang lebih cepat dan tak memberitahukan sebelumnya.Senyum mengembang yang biasa ia terima dari suaminya, kali ini hanya disambut dengan sikap biasa saja.Bahkan ketika Wisnu memeluknya Maudy tak membalas.
Padahal pelukan itu tetap sama. Kecupan di puncak kepala tetap mesra. Namun Maudy tetap merasa ada yang berbeda.Maaf, aku pulang tanpa memberitahu dulu.Wisnu melepaskan pelukan.
Ia rangkum pipi istrinya dan membelainya mesra.Aku ingin memberi surpraise.Dia tatap wajah sang istri dan mencipta kernyitan di kening.Kamu gak suka aku pulang cepat? tanya Wisnu sambil menatap detail wajah sang istri.Seharusnya Wisnu pergi tiga hari, dan di hari ke empat dia baru kembali. Tapi ini, di hari ketiga dia sudah tiba di rumah.Tumben Mas pulang cepat? tanya Maudy sambil meraih tas dari tangan suaminya.Alis Wisnu menyatu.Istrinya tak manis seperti biasa. Ada apa gerangan?Aku memang berencana pulang cepat saat semua urusan sudah selesai. Lagipula kangen sama istri masa gak boleh? lirihnya sambil kembali meraih pinggang sang istri. Wisnu menghirup aroma Maudy yang menenangkan.Boleh kok. Tapi kalau kangen, kenapa ponselnya susah di hubungi? ketus Maudy yang kembali melepaskan pelukan suaminya.Wisnu tersenyum.Sorry, aku juga gak tahu kenapa ponselku mendadak nge-hang dan dia tiba-tiba rusak. Aku sudah berusaha bawa ke tukang service dan tetap tak bisa.Mata Maudy menyelidik.Jadi selama di sana, Mas sama sekali gak bawa ponsel? tanya Maudy tak percaya.Wisnu mengikuti langkah istrinya ke dalam kamar.
Mau ganti tapi kok sayang. Nanti saja aku beli di sini.Mas, Mas itu kan pebisnis. Masa tahan gak pegang ponsel?Siapa sangka Wisnu hanya terkekeh.Mas bukan kamu, istriku sayang! Ia pijit tulang hidung Maudy.Mas punya ponsel hanya untuk menghubungi yang penting saja. Mas gak suka main medsos, gak kayak kamu kan?Memang benar sih, suaminya ini gak punya media sosial. Buat apa juga?
Toh Maudy yang punya.Mas mandi dulu ya, gerah nih. Mau istirahat sebentar sebelum tar malam ya sayang, bisiknya mesra.Jika biasa Maudy tersipu tapi tidak kali ini.Begitu suaminya ke kamar mandi, dia periksa semua koper suaminya. Baju kotor dia keluarkan dan baju bersih dia letakkan lagi di lemari. Sampai ke kantong semua dia periksa. Tapi tak ada yang mencurigakan.Maudy terngiang kata-kata Silvana sahabatnya.Kalau sejenis suamimu saja macam-macam, terus aku cari yang model apa lagi sih Dy? Kok serem ya?Ia memang sengaja menceritakan kegundahan hatinya pada sahabat dekatnya.Maudy ingin meringankan beban pikirannya, meskipun sahabatnya tak bisa memberi solusi. Maklum Silvana masih gadis.Maudy mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang.Tak ada yang mencurigakan di koper yang dia bawa.Tak lama pintu kamar mandi terbuka.Sosok tampan dengan kulit putih bersih itu tersenyum padanya.Air yang menetes dari kepala semakin menambah ketampanan suaminya.Siapa yang menolak menatap suaminya ini?
Kemana pun dia berjalan bersama Wisnu, pasti banyak mata kaum hawa yang melirik.Meskipun banyak kaum adam yang juga melirik padanya dan membuat Wisnu cemburu.Mas kamu ingat gak sama teman aku Rafika? tanya Maudy iseng.Teman kamu? Yang mana ya? Teman kamu kan banyak.Mata Maudy memperhatikan sikap suaminya. Ia tak mau kecolongan.Yang nikah sama orang bule itu lho Mas.
Oh yang itu. Mas sedikit lupa sih sama mukanya.Lupa? Masa sih Mas? Dia cantik lho orangnya.Wisnu terkekeh.Lebih cantik kamu kok say.Maudy mengangguk dan menghela napas.Mas, kamu beberapa bulan lalu pernah ke Bali gak?
Kali ini Maudy mau bertanya tentang prasangka Rafika, teman sekolahnya.Bali, gak tuh. Memang kenapa? Kamu mau ke Bali, kita bisa kok jadwalkan-
Dua bulan yang lalu Mas ke Bali kan? tuduh Maudy.Kamu ngomong apa sih?Gerakan Wisnu yang mau mengambil baju di lemari, terpaksa berhenti.Lelaki itu menatap raut wajah istrinya dengan aneh.Aku yang tanya sama Mas dan aku harap Mas jujur sama aku.Kini Wisnu mendekati istrinya.Sayang, aku gak ngerti?Raut wajah lelaki itu tampak bingung.Mas pernah ketemu Rafika di Bali kan? Dua bulan lalu? Jangan bilang Mas gak ngaku. Karena aku punya nomer telepon Rafika. Dan aku bisa telepon dia sekarang juga.
Nada suara Maudy seperti mengancam.Wisnu tersentak.Ia tatap sorot mata Maudy yang tampak berbeda.Tunggu-tunggu! Ke Bali ya, coba aku ingat-ingat dulu.Wisnu berusaha mengingat-ingat dengan mengetuk dahinya.Oh mungkin yang itu say! Mata lelaki itu berbinar.Yang itu? Yang itu yang mana? selidik Maudy.Yang saat aku mau pulang dari Kalimantan, terus anak buahku mengatakan ada masalah di Bali. Salah satu kendaraan hilang, padahal sedang di sewa sebulan di sana oleh turis mancanegara.Kini mata Maudy yang menyipit.Yang mana? Setahu aku selama ini, aku yang pesankan tiket kamu, pulang dan pergi dari Kalimantan dan daerah lain. Gak ada yang dari Bali.Dan selama ini kamu gak pernah cerita ada mobil taxi online kamu yang mogok.Rasanya kecurigaan Maudy kian menjadi.Wisnu berbalik dan meraih kaosnya. Dia kenakan dengan cepat.Lalu meraih sisir dan mulai merapihkan rambutnya.Ada, waktu itu kamu sibuk dengan pertemuan kamu dengan tukang jahit, yang katanya ada masalah dengan bahan baku. Aku ada telepon kamu kok. Masa gak ingat?
Pandangan mereka bertemu di cermin.Maudy bersumpah dia tak ingat akan Bali.Waktu itu aku katakan mau langsung ke Bali, tapi kamu bilang suaraku putus-putus, terus kamu juga bilang lagi di tempat tukang jahit, jadi kamu putuskan sepihak panggilanku.Tapi saat kamu pulang dari sana, kamu gak bilang apa-apa Mas. Maudy bersikeras.Karena saat aku mau bilang, kamu pulang larut malam, dan saat aku mau cerita, kamu sudah ngantuk dan lelap tidur.Kenapa semua kian mencurigakan?Oh ya? Lantas anak siapa yang kamu gendong pas di Bali?Anak?Ya, ketika kamu ketemu sama Rafika, kamu sedang gendong anak kan? Rafika mengatakan kalau kamu mengakui itu anak kamu.Maudy yakin melihat wajah suaminya pucat pasi. ** PART 6Suasana rumah makan itu tampak ramai. Meski begitu Maudy tetap menunggu kedatangan Silvana.Hari ini ia janjian dengan Silvana. Di kota ini, sahabat Maudy hanya Silvana seorang.Sudah setengah es Mocacino dia habiskan. Berulang kali ia lirik jam di lengannya.Namun orang yang ditunggu belum juga muncul.Silva kemana sih? Katanya bentar lagi, tapi gak nongol-nongol! keluhnya.Tepat di waktu yang ke lima belas menit, Silvana akhirnya muncul.Sorry, aku telat.Gadis itu nyegir kuda. Maudy hanya geleng kepala.Macet banget dah di jalan. Sorry. Biasa juga aku gak pernah telat kan? belanya pada sahabat sejatinya.Begitu mendudukkan tubuhnya, Silvana langsung menyambar minuman yang sudah disediakan sahabatnya. Sama seperti milik Maudy.Mereka penyuka es kopi.Hmmm segarnya.Raut wajah gadis itu tampak begitu menyegarkan.Rambut yang acak-acakan, ciri khas kalau Silvana naik kendaraan roda dua.Jadi bagaimana Dy? Sudah ada perkembangan apa? tanya gadis itu setelah yakin lelahnya sirna.Hari ini Silvana sengaja meluangkan waktunya demi sang sahabat yang tengah gundah gulana.Yang ditanya hanya hembuskan napas.Ingatannya kembali ke malam saat dia interogasi suami tercinta.Anak? Oh anak yang itu. Wisnu terkekeh.Raut keterkejutannya perlahan luruh. Ia berusaha mengatur napas yang sempat ditahan beberapa detik.Jadi gini lho sayang, aku kan ketemu anak buahku di sebuah restoran, kami mau bahas mobil yang akhirnya ketemu. Kan awalnya dia bilang hilang tuh mobil. Ternyata setelah lapor polisi, pencurinya langsung tertangkap. Dan saat kami ketemuan itu, dia kebetulan bawa istri dan anaknya. Dan aku iseng gendong anaknya gitu. Habis anaknya lucu.Raut wajah Maudy langsung berubah.Sorry, aku gak bermaksud-Gak apa Mas, lanjutkan saja ceritanya.Maudy menunggu dengan dada berdebar.Pembahasan soal anak kadang membuatnya sensitif.Ya anak itu aku gendong dan saat itu aku bertemu Rafika temanmu.Mata Maudy mendelik.Terus kenapa kamu gak mau mengaku sejak awal? Kamu malah bilang gak pernah ke Bali. Sekarang ketika aku cecar, baru kamu bilang ke Bali.Sorot mata Maudy tampak menghunus tajam.Buat apa pakai bohong segala?Maudy jadi semakin curiga.Sayang, jujur ya, aku tuh sebenarnya lelah dengan perjalanan ke luar kota ini.Wisnu meraih bahu sang istri, merangkulnya mesra.Aku gak mau jauh dari kamu. Aku juga gak mau kamu curigaan terus.Aku curigaan terus? Maudy membeo.Seingat aku baru kali ini sepanjang kamu ke luar kota aku bertanya Mas. Atau aku salah? Seharusnya ketika kamu ke luar kota, aku cecar kamu kayak gini ya? desak Maudy dengan wajah kesal.Hey, sayang.Wisnu rangkum kedua pipi istrinya.Please jangan berpikir macam-macam, kalau aku akan berbuat aneh di luar sana. Percayalah, aku cuma cinta sama kamu. Seribu wanita cantik pun gak akan membuatku goyah apalagi berpikir menduakanmu.Maudy menutup mata ketika keningnya dikecup.Sebulan ke depan ini, aku gak ada jadwal ke luar kota. Aku janji, akan mulai kurangi pergi ke sana. Atau kalau aku pergi, aku akan ajak kamu ya? Sekalian kita honeymoon? goda Wisnu yang mulai aktif menyentuhnya.Mas. Maudy mau menolak.Mas kangen sayang. Tiga hari gak sentuh kamu. Please.Tatapan penuh permohonan tampak di raut wajah Wisnu.Maudy jadi tak tega.Dan malam itu berakhir dengan Maudy yang luluh akan sentuhan suaminya.Paginya, dia mendapat sebuah cincin berlian yang selama ini ia inginkan.Buat istriku tercinta, bisik Wisnu sambil kecup lembut kening sang istri.Wisnu memang sangat romantis, sejak dulu. Jadi, apa yang dia lakukan ini sudah jadi hal biasa buat Maudy.Tiba-tiba Maudy ingat, Aryani pun mengenakan cincin berlian yang keluaran terbaru. Masih lebih baru miliknya dibanding milik Aryani.Ck, kenapa aku kembali mikirin Aryani?Sungguh! Kepala Maudy rasanya mau pecah memikirkan semua ini.Ia tak ingin curiga, tapi? Naluri seorang istri sulit ia tepis. Ada sesuatu dengan suaminya.**Semua gak ada yang berubah Sil. Suamiku tetap sama, tapi ....Suara Maudy menggantung.Ia tatap sahabatnya dengan lekat.Tapi apa?Tapi kok hati aku masih gak tenang ya?Kayak ada sesuatu yang aku sendiri gak tahu apa itu.Kemarin di sela-sela sentuhan suaminya, Maudy sempat berbisik di telinga suaminya.Kalau aku tahu kamu macam-macam di luar sana, aku gak akan pernah memaafkan kamu, Mas.Ia bersumpah merasakan tubuh suaminya menegang.Seharusnya gak kan? Kalau memang tak ada apapun di luar sana yang harus suaminya takutkan.Silvana membelai punggung tangan sahabatnya.Banyak-banyak berdoa saja, say. Tuhan tak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya. Aku yakin Tuhan gak akan tega sama umatnya yang setia pada pasangannya.Maudy menelan salivanya.Lagi pula, kamu sudah ikuti semua saranku kan? tanya Silva lagi.Maudy mengangguk.Ya, nanti sepulang dari sini, aku akan ke kantor Mas Wisnu, aku akan terus memonitor kegiatannya setiap hari.Ada aksi, ada reaksi kan?Ya Tuhan! Kenapa aku jadi seperti istri yang over protective begini?
Tapi ini demi keutuhan rumah tanggaku.Bagus. Semoga saja, pradugamu salah. Aku tetap berharap kamu dan Wisnu baik-baik saja. Kalian itu contoh pasangan yang membuat aku yakin, kalau menikah itu tidak se-menyeramkan itu lho.Astaga Silvana!Gak semua lelaki seperti ayahmu Sil.Maudy kasihan pada Silvana.Ayahnya selingkuh.
Pergi dengan wanita lain dan menelantarkan sahabatnya ini.
Sampai ibunya Silvana meninggal, ayahnya entah ada di mana.Silvana trauma dengan yang namanya pernikahan.**Suara ketukan sepatu memenuhi ruangan.Selamat siang bu.Karyawan Wisnu menyapa Maudy.Siang, bapak ada? tanyanya.Ada bu, silahkan masuk.Dengan senyum ramah, Maudy masuk. Ia tak mengetuk pintu dulu, tapi langsung membuka pintu.Matanya bertemu mata Wisnu yang tampaknya sedang menelpon.Hmmm Tody, nanti aku telepon lagi. Ada istriku datang.Sambungan terputus.Kok berhenti Mas, lanjutkan saja bicaranya, aku gak akan ganggu kok.Maudy memilih meletakkan tasnya di atas meja. Dia memilih duduk di sofa yang tak jauh dari posisi meja kerja suaminya.Mendengar itu Wisnu tersenyum.Ia beranjak ke arah istrinya dan mengecup lembut kening Maudy.Aku gak mungkin menyia-nyiakan kedatangan istriku di sini. Tumben sih kamu datang gak beritahu aku?Selanjutnya, Wisnu duduk di samping istrinya. Menghirup aroma Maudy yang membuatnya ketagihan.Aku iseng saja, tadi habis ketemuan sama Silva.Oh gitu. Semua baik-baik saja kan? Ruko gak ada masalah? tanya Wisnu lagi.Gak Mas, semua baik-baik saja kok.Syukurlah.Wisnu meraih telapak tangan istrinya dan membelainya lembut.Hmmm Mas, ada yang mau aku tanyakan.Maudy menatap suaminya lekat.Apa itu? Wisnu menunggu.Mas ingat sama Aryani?Aryani? Aryani siapa ya?Wisnu bertanya balik.Maudy menghembuskan napas.Aryani anak buahku dulu lho Mas, yang bikin aku rugi seratus lima puluh juta.Kenapa dengan Aryani? tanya Wisnu heran.Maudy lepas rengkuhan suaminya.Kemarin aku bertemu dia di mini market. Mas tebak? Dia berubah total Mas.Berubah total maksudnya?Dia cantik, glowing dan rambutnya sudah gak kayak sarang tawon lagi. Lalu mobilnya Mas, masa dia pakai mobil Pajero kayak punya aku?Wisnu menatap jalinan tangannya dengan Maudy.Oh ya? Masa sih? Kamu gak salah lihat orang?Aku gak mungkin salah Mas. Pas aku tanya dia nyolot pula.Mungkin hidupnya sudah berubah. Siapa tahu kan?Wisnua memilih duduk bersandar.
Ia longgarkan dasi yang seketika mencekik leher.Tapi masa secepat itu sih Mas. Sayang, sudahlah gak usah kita bicarakan orang gak penting kayak gitu.Wisnu terlihat tak suka.Gak penting? Mas, kamu lupa? Dia sudah rugikan aku seratus lima puluh juta lho! Dan itu bukan uang yang sedikit! Suara Maudy kian naik.Aku tahu sayang, tapi buat apa kita bahas? Kan sudah berlalu?Ini kenapa mereka jadi bertengkar ya? Jelas Maudy heran.Justru aku mau tanya sama kamu! Dulu aku minta kamu bereskan perempuan itu. Bereskan seperti apa yang kamu lakukan pada dia? Kamu yakin sudah penjarakan dia atau?Wajah Wisnu terlihat tegang.Sudah, sesuai mau kamu sayang.Tapi kok?Maudya menggeleng.Kamu gak percaya sama kinerja ku? Wisnu merasa tersinggung.Bukan begitu Mas, hanya saja-Maudy, kamu ini kenapa sih aneh? tanya Wisnu kesal.Aneh? Aneh gimana sih Mas?
Maudy balik bertanya.Kemarin kamu cecar aku hanya karena aku ke Bali dan nanya yang aneh-aneh gara-gara Rafika! Sekarang kamu gak percaya kalau aku sudah lakukan semua buat kamu, sampai penjarakan orang yang bernama Aryani itu! Kamu ini kenapa sih? Siapa yang racuni otak kamu sampai kamu curiga sama aku? Silvana? Iya?Kalimat bak air bah dari bibir suaminya membuat Maudy ikutan emosi.Wanita itu berdiri. Ia tatap suaminya dengan tatapan yang aneh sekali.Mas, kamu yang kenapa? Aku kan hanya tanya? Kenapa kamu marah begini? Memang salah kalau aku tanya tentang Aryani?Masalah yang sudah lewat buat apa kamu bahas lagi, Maudy! Gak guna tahu gak?Justru karena itu sudah lewat dan menurutku gak masuk akal, Mas! Aku curiga karena tiba-tiba aku bertemu Aryani yang tampak beda. Masa iya dalam waktu dua tahun dia sudah bergelimang harta gitu!Dan satu lagi ya Mas! Aku gak suka kamu bawa-bawa Silvana dalam masalah ini!Sorot mata Maudy menajam.Dan kenapa kamu harus ngamuk perihal aku tanya mengenai Aryani?Wajah Wisnu memucat.Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan Mas?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan