
Tulisan ini diperuntukan untuk PROMO. Tulisan ini sudah tamat di KaryaKarsa.
Ikuti kisah Bastian dan Keysha season 2 di sini.
https://karyakarsa.com/Herlinateddy/series/maaf-aku-masih-mencintai-suamimu
MAUKAH KAMU MENIKAH DENGAN SUAMIKU? Part 1
"Key, mau sampai kapan kamu seperti ini? Apa kamu enggak bosan sendirian terus?" Tisna menggerutu untuk kesekian kali membahas masalah yang sama.
"Selama ini aku enggak sendiri, Tis. Kamu 'kan tahu, aku ada Gita yang menemaniku."
Keysha menjawab sekenanya saja, tanpa menoleh ke arahnya. Matanya fokus di depan laptop mengecek stok baju yang ready.
Tisna mencondongkan tubuh mendekati meja dan kedua tangan berpaku di atasnya. Keysha enggan menanggapinya karena dia tahu sudah sekian banyak teman lelaki yang dikenalkan kepadanya, tetapi dia belum memilih salah satu dari mereka untuk dijadikan pasangan hidup. Namun, Tisna masih berupaya mengubah pola pikir Keysha.
"Beda dong kalau yang itu. Anak dan suami itu porsinya tidak bisa disamakan. Kenapa sih, masih milih-milih?"
"Aku enggak milih-milih. Cuman ya, belum ada yang cocok," sahutnya sambil mengambil gelas yang berisi green tea hangat, kemudian menyesapnya pelan.
Sebenarnya dia malas membahas masalah perjodohan yang dilakukan Tisna untuknya..
"Tipe lelaki seperti apa yang kamu suka? Selama ini yang aku kenalin ke kamu, lelaki yang mapan, ganteng, baik, dan rata-rata sudah duda juga, sih. Atau, apa kamu lebih suka lelaki perjaka?" Tisna terkekeh, menutup mulut dengan telapak tangan.
"Mau duda, perjaka, sama aja buat aku. Yang penting dia bisa menyayangi keluarga, menyayangi Gita, bisa anggap Gita sebagai anaknya juga, cukup itu aja, sih. Enggak harus kaya, enggak harus ganteng seperti yang kamu sangka."
Keysha tidak peduli dengan ledekan rekan bisnis yang sedang menertawakannya. Tak punya waktu untuk mikir hal itu, mending dia menghitung jumlah uang hasil dari penjualan kemarin.
***
"Ini apa? Udang balado?" Tisna bertanya dan Keysha mengangguk.
"Ogah, ah. Suamiku doyan seafood, tapi aku enggak," ucap Tisna seraya mencomot emping balado yang ada di meja.
Keysha masa bo-do dengan ocehannya. Dia lebih memilih makan karena cacing dalam perutnya sudah meronta, minta asupan. Secara, sekarang sudah pukul 03.00 sore, lambung itu belum diisi apa-apa sejak pagi tadi. Lalu, Tisna kembali dengan ocehannya.
"Eh, mumpung selera kamu sama dengan selera suamiku ...." Dia menahan kalimat dan menoleh ke arahnya, "Gimana kalau kamu jadi madu aku aja?" Tisna berucap setengah berbisik.
Keysha terbatuk seketika setelah mendengar ide konyol dari wanita yang sedang menatapnya dengan senyuman yang mencurigakan.
"Maksud kamu, apa?"
"Kamu mau enggak jadi istri kedua suami aku?" Tisna mengulang ucapannya dengan nada sumringah. Kali ini dia mengucapkan kalimat tersebut dengan pelan agar Keysha bisa menyimaknya.
"Kamu udah gi-la?" Keysha menatap tajam ke arahnya, "Entar aku disangka pelakor dalam rumah tangga kalian."
Dia menggeleng tak percaya dengan idenya dan yang herannya lagi melihat Tisna masih bisa terlihat tenang sembari senyum-senyum tak jelas.
"Enggak dong, kan atas persetujuan aku. Kalo pelakor merebutnya diam-diam di belakangku. Kalau kamu beda, aku yang izinkan suamiku menikahimu untuk dijadikan istri keduanya."
Keysha berdecak kesal, tidak bisa berkata apa-apa, lalu berasumsi sendiri. Mungkin, otak sahabatnya tengah mengalami konslet dan tidak berfungsi normal. Jadi harap maklum kalau Tisna sedang tidak bisa berpikir jernih sehingga rela menghadirkan orang ketiga dalam rumah tangganya.
***
"Mas, nanti aku kenalkan kamu dengan temanku, ya. Orangnya pinter, dewasa, dan cantik. Dia pun agenku. Keysha namanya."
Tisna berbicara kepada si suami yang sibuk mengecek email dari benda pipih yang ada dalam genggamannya. Mendengar nama 'Keysha' disebut, sontak tangan itu berhenti dan iris matanya menoleh ke arah Tisna dengan air muka penasaran.
"Key!" Tisna berdiri, melambaikan tangan dan pandangan ke arah yang tak jauh dari mereka berada.
Sang suami yang duduk membelakangi pun membalikkan badan. Dirinya masih mengumpulkan hati untuk meyakinkan wanita yang tengah berjalan mendekati mereka adalah Keysha yang ia kenal.
"Keysha? Benarkah itu kamu, Key?" Lelaki itu membatin dengan hati yang berdebar kencang.
***
"Eh, kenalin ini suami aku."
Tisna menunjuk ke arah tempat duduk yang jaraknya tidak jauh, tepat di belakang Keysha. Seketika matanya membola dan jantung dalam dada nyaris berhenti berdetak kala dia membalikkan tubuh dan mendapati wajah itu.
Kaget, iya itulah yang terjadi. Tak menyangka suami Tisna ternyata adalah dia. Pria itu adalah mantan yang memberi kenangan terakhir di tempatnya berpijak sekarang. Lelaki berkacamata itu berdiri dari duduk dan menarik kedua sudut bibir dengan kaku.
Apa dia juga sama kagetnya dengan Keysha? Dalam hitungan detik, mereka mempertahankan kontak mata. Lalu, Keysha mengalihkan pandangan ke arah Tisna yang berjalan dan berdiri di samping suaminya.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Tisna yang lantas membuatnya cepat menggelengkan kepala.
"Enggak. Aku nggak kenal."
Jangan tanya bagaimana nyeri hatinya saat kebohongan itu terjadi. Bagaimana mungkin Keysha tidak kenal dengan lelaki itu? Jelas, dia adalah mantan yang telah menghadiah kalung berliontin BK yang sekarang bergantung indah di leher putrinya sekarang. Lelaki masa lalu yang berjanji tidak akan menikah dengan wanita lain selain dirinya. Namun kenyataannya, sekarang dia adalah suami Tisna, sahabatnya.
***
Di toilet, dia membasuh wajah untuk menyegarkan kulit karena darah itu mulai memanas dan mengalir begitu cepat. Perasaan dalam dada sungguh tidak mengenakan, ada kejanggalan di dalam situ.
Mengapa aku harus menghadapi situasi rumit seperti ini? Batinnya berkecamuk.
Setelah selesai mengontrol perasaan, dia pun mengayunkan langkah ke luar ruangan. Langkahnya terhenti kala dia melihat sosok lelaki yang sedang menyandarkan punggung di dinding dekat pintu toilet wanita. Lelaki itu pun menoleh saat melihat dia keluar. Ya, sepertinya dia sedang menunggunya.
"Aku butuh penjelasan kamu." Ucapan pria itu membuat Keysha bergerak mundur selangkah.
"Penjelasan apa?" Nada suara Keysha datar, berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi kecanggungan.
"Alasanmu berpura-pura tidak mengenaliku." Dia menyahuti dengan enteng, seolah tanpa beban di hati.
"Aku punya alasannya," sahutnya sambil berjalan beberapa langkah, niat melewatinya untuk menutup pembicaraan.
"Apa?"
Dengan cepat, Bastian mencekal lengan Keysha saat sudah melewatinya. Otomatis langkahnya terhenti, tetapi enggan menoleh ke arahnya karena tidak berani menatap sorot mata yang akan selalu membuat wanita itu luluh.
"Tolong jaga sikapmu, Bas. Tak baik jika ada yang melihat perilakumu seperti ini. Ingat, ini tempat umum, banyak sepasang mata yang bisa menyaksikan apa yang kita lakukan."
Berharap ucapannya dapat membuat Bastian melepaskan cengkraman itu. Benar saja, dia langsung melepaskan kemudian berjalan beberapa langkah dan berhenti tepat di depan wanita pemilik lesung pipi. Keysha memalingkan wajah ke arah yang berbeda saat Bastian berada beberapa centimeter dari tempat kakinya berpijak. Berusaha terlihat baik-baik saja padahal dada wanita itu mulai bergemuruh. Entah mengapa, jantungnya selalu bergetar kencang tatkala sedang berhadapan dengan si lelaki masa lalu.
"Apa alasanmu selalu menghindar? Apa aku terlalu hina hingga kamu tidak ingin mengenaliku lagi?"
***
MAUKAH KAMU MENIKAH DENGAN SUAMIKU?
Cuplikan part 2
"Mas, kamu ada rencana apa pagi ini?"
Tisna menyapa suaminya yang sudah rapi dengan kaos putih dan Jeans biru, sedang duduk di sofa. Bastian menoleh ke arah sumber suara yang baru keluar dari kamar mandi.
"Belum ada rencana apa-apa. Emang kamu mau ke mana? Biar aku antar."
"Tidak ada rencana ke mana-mana."
Tisna tampak ragu dengan ucapannya. Hening sesaat, tidak ada pembicaraan apa pun. Ada sesuatu yang ingin dikatakan sang istri, tetapi masih ada sangsi di dalam hati. Ada sebuah janji pada diri sendiri yaitu ide tersebut harus terealisasi sebelum ajalnya tiba.
Selesai berhias, Tisna mendekat dan memandang lekat lelaki yang sudah empat tahun hidup bersamanya. Menyadari keberadaan sang istri di dekatnya, Bastian mendongak kepala dan melihat sorot mata keraguan di dalamnya. Sedikit bingung dengan tingkahnya yang aneh, pria itu berdiri dan menanyakan keadaannya.
"Ada yang ingin kamu katakan, Tis?"
"Aku mau kamu menikahi Keysha."
Penuturan sang istri sukses membuatnya matanya membelalak. Ia tidak mengerti apa dan di mana arah pembicaraan itu.
"Maksudmu apa?"
***
"Tis!" panggil Keysha setengah teriak dari kejauhan menuju kamar yang terbuka.
Dia menahan langkah setelah menyaksikan adegan pasangan suami itu terlihat sedang berpelukan mesra.
"Ups, maaf." Dia mundur beberapa langkah dan kemudian berlari menjauhi tempat itu.
"Key!"
Tisna memanggil setelah menyadari kehadirannya di depan pintu. Mereka melonggarkan pelukan setelah kepergok Keysha tak sengaja menonton aksi mesra tersebut. Lalu, Tisna berlari keluar dan mengejarnya.
"Key, tunggu."
Keysha membalikkan tubuh dan menunggunya dengan ragu. Ada rasa sungkan setelah tak sengaja menggangu kemesraan mereka barusan.
"Maaf, aku tadi nggak sengaja." Rasa bersalah tercetak di wajah Keysha.
"Tidak seperti yang kamu lihat, Key. Tadi kita hanya ...."
"Kamu tidak perlu menjelaskan apa pun, Tis. Wajar kalian suami-istri sah, boleh melakukan hal itu. Cuma tadi kalau bisa pintunya ditutup supaya orang lain tidak mengganggu kalian."
Wanita berbaju merah itu berkata sambil tergelak garing. Jujur, dia malu saat ketahuan kepergok melihat mereka sedang berpelukan.
Begitu pun Tisna, ingin menjelaskan bahwa barusan yang mereka lakukan bukanlah adegan mesra layaknya suami-istri yang sedang jatuh cinta. Dia ingin menjelaskan bahwa Bastian hanya memberi dukungan kepadanya untuk menghadapi penyakit yang ada di tubuhnya. Dia tidak mau Keysha salah paham. Namun, deretan kata itu tak sanggup diucapkan, mulutnya seolah terkunci rapat.
***
"Mas, Tisna bareng Mas Ronald nggak?"
"Ada. Ini dia di samping aku."
"Syukurlah." Keysha bernapas lega mengetahui keberadaan Tisna.
"Key, sorry aku nggak bisa kasih tahu kamu langsung tadi. Soalnya kata Tisna, dia yang akan kasih tahu kamu." Ronald menjelaskan.
Bastian melirik dan mencuri dengar percakapan mereka. Suara Ronald terdengar samar-samar di telinganya.
"Maksudnya?" Nada suara yang ragu, wanita itu tidak mengerti ucapannya.
"Oh, Tisna belum kasih tahu kamu?" Nada di seberang juga terdengar bimbang.
"Tadi Tisna keluar dari butik, sampai sekarang dia belum balik ke sini. Pas aku hubungi ponselnya nggak aktif. Syukur kalau dia bareng Mas Ronald. Tapi dia nggak ngomong apa-apa tadi."
Ronald berdecak kesal dan terdengar helaan napas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku balik duluan ke Jakarta bareng Tisna dan anak-anak, ya."
"Lho?" Keysha mencebikkan bibir.
"Mendadak tadi Tisna dapat kabar, papa mama menyuruh kita kumpul di rumah. Ada sesuatu yang penting akan disampaikan. Tadinya aku mau ajak kamu skalian balik, tapi Tisna bilang kamu sibuk banget."
Ada kekecewaan di wajah Keysha setelah tahu mereka balik ke Jakarta tanpa memberitahukannya terlebih dahulu. Padahal, dia bisa membawa pekerjaannya ke Jakarta. Meskipun memang mengerjakan di Bandung lebih praktis karena kepala staff nya bisa leluasa membantu mengecek stok barang yang akan ditanyakan.
"Tisna di mana? Aku boleh bicara dengan dia sebentar?"
Tak lama terdengar sapaan Tisna dengan hangat dan akbab seperti biasanya.
"Key. Sorry ya, aku lupa kabari kamu, ponselku lowbat. Entar Mas Bas aja yang anterin kamu balik ke Jakarta, nggak apa-apa, kan? Oh, ya, Gita sama aku ya. Entar dia nginap dulu di rumahku. Kasian, anaknya juga lagi tidur, kecapean mungkin. Oke, ya, Key. Ini aku udahin dulu, pengen istirahat juga. Nanti sampai di Jakarta kita sambung lagi. Bye."
"Tis ...."
Panggilan itu terputus secara sepihak, tanpa memberi kesempatan Keysha untuk memprotes apa yang sedang dilakukannya.
Rasa kesal Keysha menjadi-jadi, apalagi melihat sikap Bastian yang acuh tak acuh. Dia tak sanggup menerka nasib selanjutnya, berduaan sepanjang perjalanan Bandung-Jakarta bersamanya. Dada berdenyut dan darah berdesir ketika bayangan-bayangan masa lalu itu hadir menari di benaknya. Bahkan, terlintas pikiran buruk kalau saja ini bagian dari rencana pria itu.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Lelaki itu sudah tahu apa yang terjadi. Dia sudah mendengar semua ucapan istrinya melalui telepon tadi.
Dalam kebisuannya, Keysha merapikan berkas yang sedikit berantakan, menutup laptop dan memasukkan ke dalam tas. Dia pun berdiri dan bergegas melangkah menjauhi lelaki itu. Bastian memperhatikan gerak-gerik Keysha dari manyun sampai dia berlalu melewatinya begitu saja, pun mengekori langkahnya dengan cepat.
"Key, mau ke mana?" tanyanya setelah melihat Keysha berbicara sebentar dengan salah satu karyawan lalu melangkah ke arah pintu.
Tidak ada jawaban, Keysha tetap melangkah sampai keluar dari butik. Sepertinya dia tidak menghiraukan apapun yang akan dilakukan lelaki itu. Langkahnya semakin dipercepat saat mengetahui lelaki itu mengejar.
"Key, tunggu! Kamu mau ke mana?" Lengan berhasil dicengkram dengan erat karena wanita mencoba menghempaskannya.
"Mau pulang. Lepaskan aku, Bas!" Tenaganya tidak cukup kuat untuk menepis cengkalan itu.
"Kalau kamu mau pulang, ayo bareng aku," ajaknya sambil menyeret tubuh wanita itu menuju ke mobil.
"Enggak usah, aku bisa pulang sendiri. Lepas, Bas!" pekiknya sedikit berteriak.
Dia tidak mau menyedot perhatian sekeliling lingkungan yang satu-dua pasang mata mulai memperhatikan mereka.
Bastian tetap membawanya, tak peduli dengan aksi penolakannya. Walau Keysha setengah meronta, dia kukuh dengan pendirian yaitu mengantarnya pulang bersama.
"Masuk!" perintahnya dengan nada sedikit penekanan setelah mereka berada di samping mobil sedan berwarna hitam.
Namun, Keysha masih bergeming, tak menuruti perintahnya dengan sorot mata yang sinis. Dengan tenaga seadanya, dia masih bersikekeuh mencoba menepis tangan Bastian dari lengannya.
"Aku bilang masuk, ya masuk!" Bentakan itu membuat Keysha kaget dan merinding, spontan menoleh ke arah wajah yang sudah mengeraskan rahang.
Wanita bermata bundar tersebut tidak menyangka Bastian akan membentaknya seperti itu. Ini pertama kalinya, dia melihat sorot mata kemarahan yang membuatnya hampir lupa cara bernapas.
"Bisa nggak, sih, kamu nurut, nggak keras kepala seperti ini? Kamu lihat langit sudah mulai gelap. Itu sebabnya aku melarang kamu pulang sendiri. Sampai jam berapa kamu akan sampai ke Jakarta nanti? Belum lagi jalan tol bakal macet di weekend kayak gini. Aku nggak tega."
Tiba-tiba timbul perasaan takut di hati Keysha saat menyadari angkasa memang sudah mulai menghitam.
"Kamu tenang aja, aku nggak akan macem-macem ke kamu. Niatku hanya anter kamu sampai di rumah dengan selamat. Just it, no more."
***
"Ini rencana kamu, ya?" Ucapan Keysha memecahkan kebekuan tetapi terkesan menuduh.
"Rencana?"
Bastian berusaha mencerna tuduhannya meski pandangan masih fokus ke jalan. Namun, otaknya sibuk mencoba menerka-nerka maksud kalimat dari wanita cantik itu. Keysha tak menjawab, masih melempar pandang ke luar jendela.
"Oh, aku tahu. Kamu menuduh aku, menyuruh mereka pulang duluan, terus ninggalin kamu, gitu? Terus, aku pura-pura jadi sosok pahlawan yang berbaik hati mengantar kamu pulang. Iya kan? "
Keysha masih menutup mulut dan mengiyakan dalam hati. Dia tahu Bastian lelaki yang cerdas, tidak perlu membuang tenaga menjelaskan apa maksudnya.
"Kebangetan kamu, Key. Iya, aku akui, aku masih suka sama kamu. Masih ada rasa tetapi enggak kayak gini juga usahaku untuk mendekatimu. Aku juga sadar diri sekarang aku sudah punya istri."
Penjelasan yang tegas dengan suara sehalus mungkin. Walaupun suaranya terdengar lembut, tetapi arti dari ucapan itu membuat dada Keysha berdenyut perih menjalar sampai ke kepala.
"Syukurlah, kalau kamu sadar. Jangan dekati aku apalagi mengharap lebih. Seorang lelaki yang sudah beristri tidak pantas mendekati seorang janda."
Bastian tertawa lebar dan menegakkan posisi duduk, ingin melihat ekspresi wajah wanita yang masih saja menengok pemandangan di luar jendela.
"Bagaimana kalau istriku sendiri yang menyuruh aku menikahi janda itu?"
Selengkapnya.
https://karyakarsa.com/Herlinateddy/series/maaf-aku-masih-mencintai-suamimu
Tamat di KaBeeM app (Herlina-Teddy) dan Karyakarsa (HerlinaTeddy)
Judul : MAAF, AKU MASIH MENCINTAI SUAMIMU
Penulis : Herlina Teddy
Ada paket murah fullpart di KaryaKarsa dengan akses baca 30 hari.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
