KISAH SANG USTADZ (PART 6)

2
0
Deskripsi

Paradigma sebagian orang beranggapan keluar pesantren ya harus jadi ustadz , apalagi mondok dengan waktu yang lama.Sejatinya tidaklah demikian , masuk pondok merupakan kewajiban mencari ilmu sama halnya dengan sekolah.Yang berbeda hanya konteksnya , dimana pondok pesantren lebih dominan mengajarkan perihal agama.

Demikian juga sang ustadz yang kini berada dipersimpangan , antara melanjutkan mondok atau pergi kekota.Biar lebih seru simak terus ceritanya.

Sang ustadz yang meninggalkan pondok akhirnya tiba dirumah.Namun kepulangannya saat ini terasa berbeda menurutnya.

Beberapa tahun kebelakang jika sang ustad pulang dari pondok disambut penuh suka cita oleh keluarga , namun sa'at ini hanya ayah dan adik-adiknya saja yang ia jumpai.Kedua kakak perempuannya selain sudah tak serumah , salahsatunya ada yang pergi kota untuk bekerja.

Adapun sang ibu , satu tahun sebelumnya pergi merantau lebih jauh lagi tepatnya kearab saudi untuk menjadi ART disana.

Semua itu mereka lakukan semata-semata untuk menopang perekonomian keluarga yang kian hari bertambah sulit.

Penghuni rumah kini hanyalah sang ayah beserta ketiga adiknya yang masih sekolah.Keada'an ini yang menjadi sang ustad merasa prihatin.

Beberapa hari sang ustadz berada dikampung halaman , sesekali ia jumpai guru-guru masa kecilnya.Begitu juga teman sebaya beserta para tetangga ia singgahi , sekedar untuk bersillatuurohim dan bersenda gurau.

Suasana kampung halaman yang dulu agak berbeda dengan yang ia lihat dan rasakan sa'at itu.Jika dahulu sore dan malam hari ramai para santri mengaji saling bersahutan , namun pemandangan serupa hampir tidak nampak lagi olehnya.Rupanya budaya itu mulai ikut tergerus oleh perubahan zaman.

Sebagian remaja kampung dan teman sebayanya , terdengar banyak yang pergi kekota untuk bekerja.

Melihat kenyata'an diatas sang ustad mulai bimbang , antara kembali kepondok atau berangkat kekota mengikuti jejak sebagian remaja kampung.

                                     *****

Hidup tentunya tidak dapat memilih , tapi jalan hidup bisa kita tentukan , arah kita mau kemana ? Kitalah yang memutuskan , sisanya takdir tuhan yang berbicara.

Akhirnya faktor ekonomilah yang jadi landasan sang ustadz , bukannya tidak ingin ia kembali kepondok.Apa daya mendapati sang ayah hanya berjibaku sendiri mencari nafkah , nurani sang ustadzpun tergugah ingin membantu.

Niat mulia sang ustdaz membantu keuangan keluarga dicerita sebelumnya , kini didepan mata.Seorang teman mengabari bahwa tempatnya bekerja dijakarta sedang memerlukan tambahan karyawan.

Tanpa pikir panjang sang ustadz menerima tawaran itu.Sehari kemudian iapun pamit pada sang ayah untuk kembali kepondok , namun sebetulnya ia mau pergi kejakarta.

BERSAMBUNG…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya KISAH SANG USTADZ (PART 7)
2
0
Seperti tertulis dicerita sebelumnya , bahwa sang ustad berangkat kejakarta tanpa sepengetahuan keluarga.Terutama sang ayah yang menyangka ia kembali kepondok.Dunia dan aktivitas baru dengan segala pernak-perniknya kini didepan mata.Tanpa bekal dan keahlian selain bidang agama , sang ustadz tiba diibukota untuk bekerja disebuah konveksi , sebagai buruh buang benang. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan