
Di sudut ruangan terlihat tiga orang duduk bersila melakukan ritual tertentu. Dua diantaranya dapat dikenalinya, yaitu sosok perempuan renta dengan wajah menyeramkan dan Ki Wongso. Sedangakan sosok yang terakhir, seorang pria tua yang sama-sama menyeramkan baru pertama dilihatnya. Pikiran Sundari berkecamuk. Jadi selama ini Ki Wongso mengenal orang-orang menyeramkan itu. Apa hubungan di antara mereka? Apa mungkin Ki Wongso sendiri berkaitan dengan teror yang terjadi di desanya?
Sundari berusaha memberontak...
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN
12
3
11
Selesai
Apakah kalian mempercayai reinkarnasi?Atau roh penasaran yang belum bisa tenang hingga ratusan tahun karena masih ada urusan di dunia ini yang belum selesai?Bagaimana dengan perjanjian setan antara manusia dengan iblis?Apakah bisa dihentikan? Bulan hujan, kekasih...Aku di sini masih saja memeluk rembulanBintang-bintang mengutukkuTapi aku akan tetap di siniSelalu di siniUntuk menari... Aku bertemu dengan seorang perempuan, aku seperti mengenalnya, tapi aku benar-benar tak bisa mengingatnya. Tapi entah bagaimana aku bisa begitu akrab dengannya, bercanda, tertawa, bersajak bersama. Aku dan dia, benar-benar seperti sepasang kekasih, tapi aku tak tahu siapa perempuan itu. Dia memanggilku dengan sebutan yang aneh. Damar... Damar... dia memanggilku Damar... Padahal yang aku tahu dan yang pernah ku baca di KTP, akta kelahiran, ijasahi-jasahku, dan surat-surat yang lain namaku adalah Burhan, bukan Damar. Tapi entah mengapa panggilan itu benar-benar akrab di telingaku.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Balas DendamCerita HorrorCerita MistisDramaFiksiHororHorrorIlmu HitamKisah HorrorMistisRomansaSantetTeluhTeror
Selanjutnya
Part 10 - Bulan Hujan dan Perempuan di Sudut Taman
0
0
“Ampun, Ndari. Ampuun. Aku jaluk welas asihmu. Aku ora melu wida ibumu. (Ampun, Ndari. Ampuun. Aku meminta belas kasihmu. Aku tidak ikut menyiksa ibumu)” ucap salah satu warga mengiba ketika menyadari sosok Sundari sudah berdiri di hadapan mereka. Angkara ingkang kemanjing ananing atmaNora gampil kaeros ngana baeRaos angres ingkang gematu jroning wredayaWiyosaken kalabendu kangge kowe sedayaLaksyapati yoiku kang nodhegNanging aku nora bakal nyukak kanthi gampilKowe kabeh kudu ngraos jrih kang anggrasKowe kabeh kedah kawidaNgantya angarep laksyapati kados adati Sosok Sundari melantunkan kidung bernada menyeramkan sebagai bentuk ancaman. Apapun yang diucapkan warga tidak lagi berarti baginya. Kemudian sosoknya melayang menuju ke alas kidul meninggalkan warga dalam himpitan teror. Sisa warga dibiarkan hidup supaya mereka merasakan teror dan siksaan, hingga mengharap kematian adalah jalan yang lebih baik.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan