
Tuan Hans ternyata adalah penjaga Kastil di Hutan sebelah Timur. Walaupun begitu, Tuan Hans tidak pernah masuk ke hutan Hitam terlalu jauh. Dia tidak ingin mengambil risiko bertemu dengan binatang buas ataupun makhluk sejenisnya.
Dari informasi yang didapat dari Tuan Hans, kini Andrean tahu apa yang harus dia lakukan untuk menghindarinya.
Andrean mengayuh sepedanya dengan hati riang gembira. Wajahnya tampak berseri-seri. Dia berpikir jika masih ada kesempatan untuk menjauhkan calon buah hatinya dari si penyihir hitam.
Mau tidak mau, Andrean harus menceritakan hal ini pada Natalie. Karena sebagai istri Natalie juga harus mengetahui hal yang sebenarnya. Apalagi ini menyangkut calon buah hati mereka.
Saat sampai di rumah, Andrean dengan segera menyingkirkan semua cermin yang ada di dalam rumahnya. Hal itu membuat Natalie bingung dan heran. Natalie mengikuti ke mana suaminya melangkah. Pria itu sudah memindahkan cermin yang ada di ruang tengah, lalu dia melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Andrean hendak memindahkan cermin yang ada di lemari make-up milik Natalie.
"Sayang, hendak kau pindah-kah kemana cermin itu?"
"Aku mau menyembunyikan cermin ini untuk sementara."
"Sementara? Maksudnya apa?" Natalie terlihat bingung dengan jawaban dari suaminya. "Ini sebenarnya ada apa?" Natalie mulai bertanya.
Andrean berhenti menarik cermin tersebut dan menatap sang istri, lalu dia mendekati Natalie dan mengajak Natalie duduk di sisi ranjang. Kemudian Andrean menceritakan semua apa yang dia alami sewaktu mengambil kayu di Hutan Hitam.
Bisa ditebak bagaimana reaksi Natalie setelah mendengar cerita dari Andrean?
Ya, mimik muka Natalie langsung berubah. Dia benar-benar tidak percaya jika Andrean melakukannya. Andrean sendiri sudah menyangkalnya. Itu bukan kehendaknya, kalaupun Andrean bisa dan dapat menolaknya. Tentu dia bisa langsung menolaknya. Namun, itupun bukan semua kesalahan Andrean. Andrean pun dalam keadaan tidak berdaya.
Agaknya Natalie memang tidak terima, akan tetapi Andrean tetap berusaha menenangkan dan menjelaskannya. Apapun akan dia lakukan demi keselamatan calon buah hatinya.
"Aku akan berusaha menyelamatkan keluarga kita," ucap Andrean menyibakkan anak rambut Natalie.
Hari demi hari, waktu pun berjalan begitu cepat. Lambat laun Andrean dan Natalie melupakan sejenak peristiwa di Black Forest, mereka fokus pada anggota baru yang akan segera lahir. Tak terasa hari dimana kelahiran buah hati mereka akan segera mereka sambut.
Natalie melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan lucu. Kedua pasangan suami istri tersebut memberinya nama Nadelyn Wiez.
Beberapa hari dilalui kedua pasangan itu dengan suka cita. Mereka berdua saling bergantian jaga malam karena kebiasaan bayi yang selalu bergadang. Siang harinya Nadelyn kecil tidur pulas.
Kedatangan bayi kecil yang cantik dan lucu di tengah-tengah keluarga mereka membuat keduanya benar-benar lupa.
Suatu malam, bayi kecil Nadelyn terus menerus menangis. Hal itu membuat Natalie terjaga dan dia segera membangunkan Andrean. Keduanya pun melangkah menuju kamar Nadelyn kecil yang tidak jauh dari kamar mereka.
Andrean dan Natalie sangat terkejut ketika mendapatkan seseorang berada di kamar anaknya dan dia sedang duduk sambil menggendong Nadelyn yang tengah menangis dengan kencang. Justru di sini, Andrean yang begitu tampak sangat terkejut ketika melihat dia.
"He-Hexel Black!" pekik Andrean. Bersamaan dengan itu dia langsung tertawa terkekeh-kekeh.
"Apa kau lupa akan perjanjian itu!" katanya dengan suara meninggi. "Lihatlah anak ini begitu sangat manis dan lucu." Tangan penyihir hitam itu mulai membelai kulit putih nan lembut milik Nadelyn. Bayi mungil itu semakin menangis kencang memekakan telinga.
"Lepaskan putriku!" teriak Natalie yang hendak maju, namun dicegah oleh Andrean.
"Jangan mendekat!" cegah Andrean.
Natalie menatap sengit pada Andrean. "Kau bilang jangan mendekat? Kau mau mengorbankan putrimu yang baru lahir?" teriak Natalie marah.
"Mengorbankan katamu. Suamimu sudah membuat perjanjian denganku, bahkan sudah dia tanda tangani dengan darahnya sendiri."
"A-apa!" Andrean terkejut.
"Apa kau lupa dengan bekas luka yang ada di telapak tangan kiri-mu?" Penyihir hitam itu mengangkat tangannya dan mulai menyetir tangan kiri Andrean. Pria itu mulai tidak bisa mengontrol tangan kirinya sendiri.
Tubuh Andrean tertarik ke depan, dengan sigap Natalie menarik lengan Andrean dengan kuat. Namun, apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan apa yang dimiliki oleh Hexel Black. Natalie tidak menyerah, dia mencari akal untuk menolong putri kecilnya dan juga sang suami.
Natalie menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan, sedangkan Andrean masih berusaha dengan keras untuk lepas dari pengaruh sihir Hexel Black. Sedikit lagi dan hampir mendekati sasaran. Setelah dekat, Andrean segera berteriak pada Natalie.
"Pecahkan cermin kaca itu!" teriak Andrean sambil merebut bayi kecil mungil yang ada di dalam gendongan Hexel Black.
Natalie dengan cepat meraih cermin kecil yang ada di atas meja. Wanita itu segera melemparkannya ke dinding. Namun sayangnya, cermin itu tidak pecah. Natalie segera berlari dan menginjak cermin tersebut hingga pecah.
Pada saat bersamaan tubuh Hexel Black mengeluarkan asap berwarna hitam pekat dan dia berteriak begitu sangat keras. Mendadak angin kencang menerpa mereka berdua, seakan membuat rumah itu bergoyang-goyang.
"Aku pasti akan kembali dan mengambil anakmu! Ingat itu baik-baik, aku akan tetap mengambil anakmu, kelak jika dia sudah berumur 17 tahun. Perjanjian itu tidak dapat dihapus begitu saja. Sekalipun kau pergi dari daerah ini, aku pasti akan menemukanmu. Kau harus ingat bahwa kesempatan kedua akan lebih menyakitkan ha ha ha ha ...." Suaranya begitu menggelegar memenuhi seisi ruangan. Andrean mendekap erat putrinya yang masih menangis. Natalie bergidik ngeri saat mendengarnya, dia pun melangkah pelan mendekati sang suami.
Andrean menghela napas lega saat suasana menjadi hening dan tenang. Tangisan Nadelyn kecil pun berhenti. Angin yang bertiup kencang tiba-tiba menghilang begitu saja. Andrean menatap Natalie dan menyentuh pipinya dengan lembut.
"Kau tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa." Natalie menggelengkan kepalanya, dia pun segera mengambil Nadelyn dari gendongan Andrean. Natalie menatap bayi mungil yang sedang memainkan bibir kecilnya. Dia mengusap lembut pipi lembut berwarna kemerah-merahan. Tidak terasa air matanya mengalir. "Aku tidak ingin kehilangan dia. Apapun akan aku lakukan untuk melindunginya."
"Aku akan berusaha mencari cara untuk bisa lepas darinya."
Tujuh belas tahun memang waktu yang cukup lama, akan tetapi Andrean dan Natalie selalu diselimuti rasa kekhawatiran akan keselamatan putri kecilnya.
Akhirnya Andrean memutuskan untuk menemui Tuan Hans di kastilnya. Entah kenapa Andrean begitu yakin jika Tuan Hans bisa menolongnya lepas dari jeratan si penyihir hitam. Tentunya bukan hanya Andrean saja yang mengharapkan hal itu, Nadelyn yang menjadi sasarannya pasti juga mengharap hal yang serupa.
"Tuan Hans, apakah kau bisa menolongku agar aku bisa lepas dari perjanjian itu?" kata Andrean yang bertekuk lutut di hadapan Tuan Hans.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
