
“Setiap kelopakku memiliki harga,” katanya. “Kau tahu itu, bukan? Jika kau ingin membawaku pergi, kau harus membayar dengan sesuatu yang sangat berharga.”
Harlan mengerutkan kening. “Apa harganya?”
“Ingatanmu. Setiap kali kau mengambil kelopak, kau akan kehilangan satu memori yang penting bagimu. Apakah kau bersedia membayar harganya?”
601 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Flash Fiction
Sebelumnya
The Frosted Ballroom
0
0
Pesta dansa Natal tahunan ini adalah salah satu acara paling bergengsi di kota. Tema tahun ini, Di Balik Topeng, memberikan setiap tamu kebebasan untuk menjadi seseorang yang berbeda untuk satu malam. Eleanor sendiri datang dengan hati yang setengah ingin bersenang-senang, setengah berharap menemukan pelarian dari rutinitas hidupnya yang monoton.Di aula besar yang diterangi lampu kristal dan dihiasi dengan pohon-pohon Natal megah, musik orkestra mengalun lembut.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Nona?” Pria itu mengulurkan tangannya.“Dengan senang hati,” jawab Eleanor akhirnya, menerima uluran tangan pria itu.Mereka melangkah ke tengah lantai dansa, mengikuti irama waltz yang indah. Eleanor merasa seperti terseret ke dalam dunia lain, di mana waktu melambat, dan hanya ada dia serta pria misterius itu.“Terima kasih karena sudah mau berdansa denganku, Eleanor,” katanya pelan, sebelum berbalik dan berjalan pergi.“Bagaimana kau tahu namaku?” Eleanor bertanya, terkejut. Namun pria itu tidak menjawab. Dia menghilang begitu saja di kerumunan, meninggalkan Eleanor yang kebingungan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan