
Kabut Hitam masih sangat lemah. Walaupun sudah dialiri cakra Kalajengking Merah, dia masih sangat lemah. Setelah diusir Tirta Wirasena dari Hutan Samvadita. Kabut Hitam bermaksud menemui temannya di Hutan Fantasma. Akan tetapi dia haris melewati Hutan Lomasha. Hutan yang dihuni Taring Serigala.
Seperti apa kisah selanjutnya?
Kabut Hitam dalam kondisi yang sangat lemah. Walaupun Kalajengking Merah telah mengalirkan cakranya, namun Kabut Hitam masih sangat lemah. Memang kondisi Kabut Hitam sedikit lebih baik. Namun dia masih sangat lemah. Serangan air yang membentuk tombak dan menembus tubuh Kabut Hitam. Lalu bersatu dengan darahnya kemudian keluar dari pori-pori dan membentuk jarum-jarum kecil benar-benar mengerikan.
“Rei, kita pergi ke Hutan Fantasma. Aku harus bertemu dengan temanku yang bernama Kundalini,” ucap Kabut Hitam.
“Ke arah manakah itu?,” tanya Kalajengking Merah.
“Kamu tahu Hutan Lomasha?,” tanya Kabut Hitam. Sontak Kalajengking Merah terdiam, dia teringat ketika lewat hutan itu dan bertemu dengan seorang pendekar bernama Taring Serigala.
“Rei kenapa kau diam?,” tanya Kabut Hitam. Kalajengking Merah pun menjawab bahwa dulu dirinya pernah melewati tempat itu dan bertarung disana.
“Kamu kalah dengan pendekar itu dan kamu takut?,” tanya Kabut Hitam. Kalajengking Merah mengiyakan dan menganggukkan kepalanya.
“Itu dulu saat kau belum bisa menguasai kekuatanmu,” ucap Kabut Hitam.
“Tolong jangan kelewat percaya diri. Kau rasakan akibatnya bukan akibat tindakanmu!,” ucap Kalajengking Merah.
“Aku tahu ini salahku. Tapi ini adalah bagian dari resiko..,” ucap Kabut Hitam, “Kamu boleh takut tapi jangan sampai ketakutanmu itu menghalangi langkah-langkahmu."
Perlahan Kalajengking Hitam mulai menerima pendapat Kabut Hitam. Mereka berjalan dengan santai menuju Hutan Lomasha. Kabut Hitam berjalan tertatih namun sudah tidak perlu dipapah lagi. Lokasi Hutan Fantasma ke utara Hutan Lomasha. Perjalanan menuju Hutan Lomasha memakan waktu sampai 3 hari. Selama itu mereka berjalan tanpa hambatan. Mereka makan dari hasil buruan dan bermalam dengan membuat api unggun di bawah rindangnya pepohonan. Sayang sekali jalur yang mereka lalui, tidak melewati desa ataupun kota kekuasaan mereka. Sehingga mereka harus memenuhi kebutuhan makan mereka dengan berburu dan minum dari air sungai, yang di tamping di wadah tempat mereka minum. Sekarang sudah dua malam mereka lalui. Esok bila tidak ada halangan mereka tiba di hutan Lomasha. Dari hutan Lomasha menuju Hutan Fantasma masih membutuhkan waktu dua hari, dua malam. Kalajengking Merah terus berharap agar diri mereka aman-aman saja. Sebab, Kabut Hitam dalam kondisi lemah. Tentunya akan sangat merepotkan bila harus bertarung. Selain harus membela diri, tentu dirinya juga harus melindungi Kabut Hitam.
Malam hari mereka tiba di hutan Lomasha. Lelah dan penat menyerang tubuh mereka. Mereka langsung beristirahat. Sedangkan Kalajengking Merah mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun. Dibalik rimbunnya hutan, dan sinar bulan yang biru keperakan. Dari atas dahan pohon ada seorang pendekar mengawasi gerak-gerik mereka.
“Kabut Hitam, sedang apa dia disini. Dan siapa pendekar berjubah dan bertopeng merah itu?,” gumam Pendekar Itu. Perlahan-lahan dia mengumpukan cakra dan membuat bola energi berwarna biru di genggaman tangannya. Bermaksud menyerang Kabut Hitam dan Kalajengking Merah. Saat hendak melemparkan bola energi berwarna biru itu, datanglah Taring Serigala dibelakangnya dengan tiba-tiba. Taring Serigala segera menggenggam tangan pendekar itu yang bernama Bulan Biru dan mengatakan agar dipantau terlebih dahulu perkembangan selanjutnya.
“Janganlah bertindak gegabah Bulan Biru,” ucap Taring Serigala.
“Apa kau tidak melihat itu Kabut Hitam, orang yang senang menebar teror dan membunuh tanpa kenal ampun!,” ucap Bulan Biru.
“Ya aku tahu itu Kabut Hitam. Tapi dia tidak sedang menganggu ketentraman hutan ini bukan?,” tanya Taring Serigala.
“Tapi…ini kesempatan kita membunuh dia saat sedang lemah. Tentunya ada bonus seorang lagi,” ucap Bulan Biru.
“Ya aku tahu. Tapi bukankah lebih baik menjadi pendekar yang memiliki harga diri. Bukan membunuh disaat lemah. Buktikan kita lebih baik dari mereka,” ucap Taring Serigala.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?,” tanya Bulan Biru.
“Tunggu esok pagi. Bila mereka berbuat onar, kita habisi mereka. Tapi kita harus mengawasi mereka,” ucap Taring Serigala. Bulan Biru pun mengiyakan.
“Aku yang mengawasi mereka lebih dulu, nanti kita bergantian sampai esok pagi. Setuju..?,” Tanya Taring Serigala.
“Setuju!,” jawab Bulan Biru. Taring Serigala pun mengawasi gerak-gerik Kabut Hitam dan Kalajengking Merah dari Kejauhan. Ketika menjelang Fajar, gantianlah Bulan Biru yang mengawasi gerak-gerik mereka berdua. Seharian Kalajengking Merah dan Kabut Hitam, beristirahat di Hutan Lomasha. Kalajengking Merah pun waspada dengan sekelilingnya. Dirinya khawatir kalau-kalau Taring Serigala tiba-tiba muncul. Selepas tengah hari, Kalajengking Merah yang merasa dirinya diawasi segera melempar belati merahnya ke arah salah satu pohon. Bulan Biru segera menghindar dan melemparkan serangannya.
“Purnama Biru..!,” teriaknya lalu muncullah bola energi berwarna biru dengan ledakan yang dahsyat. Mereka berdua terlibat pertarungan sengit. Pertarungan berlangsung imbang. Kabut Hitam hanya duduk terdiam di bawah pohon, menyimak pertarungan mereka.
“Khrusnamulam..!,” ucap Kabut Hitam. Kabut Hitam berusaha membantu Kalajengking Merah dengan jurus akar hitamnya. Namun karena energinya masih sangat lemah, jurus itu tidak sempurna dan efeknya sangat lambat. Sebelum akar-akar hitam penjeratnya muncul, Taring Serigala segera melempar trisula peraknya dan turun perlahan dari pepohonan dengan jubah putihnya. Begitu mendarat, dua ekor serigala segera mendekati Taring Serigala.
“Hei Kabut Hitam, apa yang kau lakukan disini dengan temanmu?,” tanya Taring Serigala.
“Bukan urusanmu,” jawab Kabut Hitam.
Tiba-tiba dua serigala yang berada di samping Taring Serigala segera menerkam dan menggigit Kabut Hitam. “Aku bertanya dengan baik-baik. Mengapa jawabmu begitu,” ucap Taring Serigala. Akhirnya Kabut Hitam menjawab kalau mereka akan ke Hutan Fantasma. Setelah pembicaraan itu Taring Serigala dan Bulan Biru menyuruh Kabut Hitam dan Kalajengking Merah untuk pergi.
“Oh ya kemana belati karambitmu, Kalajengking Merah?,” ucap Taring Serigala.
“Apa pedulimu?,” jawab Kalajengking Merah. Walaupun Taring Serigala memakai cadar putih, tapi terlihat jelas kalau dia tersenyum. Setelah itu Kalajengking Merah dan Kabut Hitam segera pergi meninggalkan Hutan Lomasha.
“Apa kau mengenal pendekar merah itu?,” tanya Bulan Biru kepada Taring Serigala. Taring Serigala pun menjelaskan kalau pendekar merah itu bernama Kalajengking Merah, dia adalah murid Kalajengking Hitam. Dulu dia berlatih di Hutan Lomasha tapi karena mengganggu hutan itu, maka Taring Serigala mengusirnya.
“Dulu aku dengan mudah mengalahkannya, mungkin dia belum bisa menguasai dirinya,” ucap Taring Serigala.
Bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
