
Budu-Budu adalah seekor anak katak berwarna hijau yang senang berpetualang. Dia memiliki dua orang teman yakni seekor kumbang (ladybug) bernama Abrit dan seekor belalang hijau bernama Jingkrak. Mereka berteman dengan sangat baik. Mereka bertiga tinggal di sebuah hutan bernama Hutan Tirta Kencana yang memiliki sebuah sungai besar yang bening bernama Sungai Ananta. Di sungai Ananta ini Budu-Budu, Jingkrak dan Abrit sering berkumpul.
Ini adalah cerita mereka…..
Hutan Tirta Kencana, adalah sebuah hutan yang indah penuh rerumputan dan tanaman hijau yang menyejukkan mata. Udaranya bersih, segar dan sejuk. Di situ terdapat banyak sekali hewan dengan segala aktivitas mereka. Budu-Budu adalah salah seekor diantaranya. Dia adalah seekor anak katak berwarna hijau yang ceria. Dirinya masih kecil dan penuh rasa ingin tahu. Dia biasa bermain di sebuah sungai besar di Hutan Tirta Kencana. Sungai Ananta namanya. Sungai besar yang sangat tenang. Tidak terlalu dalam tapi juga tidak terlalu dangkal. Di sungai itu terdapat bebatuan dan teratai. Budu-Budu biasa berdiri di atas daun teratai itu.
Budu-Budu memiliki dua ekor sahabat yang biasa bermain bersamanya. Mereka adalah Abrit seekor kumbang ladybug dan Jingkrak seekor belalang hijau. Mereka biasa berkumpul dan bermain bersama di Sungai Ananta. Jingkrak adalah seekor belalang hijau yang senang bepergian. Lompatannya jauh, dan dia senang bercanda. Sedangkan Abrit si kumbang ladybug dirinya cenderung tenang.
Pagi ini Jingkrak sedang tersenyum-senyum bahagia. Dia melompat kesana kemari. Tak jarang dia juga menari-nari. Entah apa yang dia rasakan. Tapi jelas sekali dia sedang gembira.
“Hei Jingkrak sedang apa kamu? Dari tadi kulihat kamu berlompatan kesana kemari dan menari-nari,” tanya Budu-Budu.
“Aah entahlah. Semenjak bangun tidur pagi ini. Aku merasakan bahagia. Perasaanku sedang senang saja,” jawab Jingkrak.
Budu-Budu tersenyum dan diam saja melihat tingkah temannya itu.
“Dari pagi ini saat aku membuka mata. Bangun tidur diatas rerumputan hijau dan ilalang. Aku sedang merasa bahagia Budu-Budu. Tidurku terasa sangat nikmat,” jawab Jingkrak sembari tersenyum lebar.
“Apa kau mimpi indah?,” tanya Budu-Budu.
“Hmmm…sepertinya tidak. Tapi aku merasa tidurku ,sangat pulas,” kata Jingkrak.
“Aah sudahlah.. Ayo kita balap loncat dari sini sampai di pohon kelapa ujung itu,” ajak Budu-Budu kepada Jingkrak.
“Oke siapa takut,” jawab Jingkrak.
“Satu…dua…tiga…,” hitung mereka berdua berbarengan.
Mereka berlompatan dengan lincah dan gesit. Jingkrak yang tubuhnya ringan terlihat melayang bagai terbang. Sedangkan Budu-Budu juga memiliki kaki yang kuat. Akhirnya kali ini mereka seri. Mereka berdua sangat senang sekali beradu lompat. Kadang Jingkrak yang menang, kadang Budu-Budu yang menang. Kadang juga seri seperti saat ini. Setelah bertanding merek kelelahan. Jingkrak pun mencari rumput untuk dimakan. Sedangkan Budu-Budu melompat kedalam sungai sebentar untuk menyejukkan badannya. Kemudian dia berdiri diatas daun teratai dan mencari makan seperti lalat ataupun cacing tanah.
Ketika Jingkrak dan Budu-Budu sedang makan. Datanglah Abrit dan hinggap di hidung Budu-Budu. Hampir saja Abrit dimakan oleh Budu-Budu. Untung saja penglihatan Budu-Budu sangat jeli.
“Hei kamu kalau hinggap lihat-lihat dong. Hampir saja kamu kutelan,” kata Budu-Budu. Abrit seketika matanya terbelalak karena kaget mendengar ucapan sahabatnya itu.
“Tapi apa kamu tega memakanku?,” tanya Abrit.
“Bukan masalah tega atau tidak. Tapi kalau tidak sengaja bagaimana?,” ucap Budu-Budu.
“Iya deh nanti aku akan lebih hati-hati,” kata Abrit.
“Darimana kamu Abrit?,” tanya Budu-Budu.
“Aah biasalah beterbangan kesana kemari,” kata Abrit.
“Apa kau sudah makan?,” tanya Budu-Budu.
“Aaah sudah kok,” jawab Abrit.
“Baiklah aku makan dulu ya,” kata Budu-Budu.
Abrit mengiyakan dan dirinya pun terbang meninggalkan Budu-Budu. Sekarang Abrit hinggap di atas batu berlumut. Dia sedang hinggap dan diam diatas batu itu. Dari kejauhan dirinya melihat kedua sahabatnya makan. Abrit terus menunggu diatas batu dengan tenang.
Setelah kedua sahabatnya, Jingkrak dan Budu-Budu makan. Mereka pun mendatangi Abrit. Bila pagi ini Jingkrak terlihat ceria dan energik serta penuh semangat. Abrit seperti biasa, tetap terlihat tenang dan santai.
“Eh ngomong-ngomong, kalian pernah menyusuri Sungai Ananta ini sampai ujung tidak?,” tanya Jingkrak memulai pembicaraan.
Baik Budu-Budu maupun Abrit menggeleng dan mengatakan kalau mereka belum pernah menyusuri Sungai Ananta itu dari hulu sampai hilir.
“Abrit, selama kamu beterbangan apa kamu tidak pernah melihat daerah yang menarik di hulu ataupun hilir Sungai Ananta ini.
“Di hulu Sungai Ananta ini aku pernah melihat air terjun yang alirannya sangat deras. Di air terjun itu selalu terlihat pelangi. Aku tak tahu namanya,” kata Abrit.
“Mungkin itu yang namanya Tirta Pelangi Ananta,” kata Budu-Budu.
“Apa..?,” tanya Jingkrak heran sambil memicingkan mata dan mengernyitkan dahinya.
“Oh ya..ya, aku juga pernah dengar nama itu,” kata Abrit.
“Dengar darimana?,” tanya Jingkrak.
“Para hewan-hewan dewasa sering membahas nama itu,” jawab Abrit.
Jingkrak pun mengajak bagaimana kalau mereka semua besok ke air terjun tersebut. Abrit setuju, demikian juga Budu-Budu. Mereka semua setuju agar besok menuju ke Tirta Pelangi Ananta. Tapi tetap mereka harus izin ke orangtua mereka. Karena menurut Abrit, jaraknya cukup jauh. Walau sebenarnya tidak bisa dibilang terlalu jauh.
Bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
