Waktu SD kelas 3.
"Anak-anak, hari ini kita bahas cita-cita, bapak akan tanya satu persatu urut absen, pertama agus, apa cita-citamu?" Tanya pak guru.
"Eeh, apa ya pak."
"Gus, kamu jadi polwan aja kaya aku." Ucap gadis di sampingku.
"Polwan itu apa?" Tanyaku.
"Polwan itu polisi yang lebih berkuasa." Lanjutnya.
"Wah oke, pak saya mau jadi polwan." Aku dengan semangat mengucapkannya.
"Hahaha."
.
Sekarang di umur 16.
Aku bangun tidur, menggosok mata kemudian menyeka selimut, aku pergi untuk cuci muka.
"Uh mimpi aneh."
Setelah cuci muka dan gosok gigi aku turun karena dipanggil mama untuk sarapan.
"Makaan."
"Iyaaa."
Kami makan bersama tanpa halangan suatu apapun, amin.
"Nduk, habis makan kamu siap-siap ya, kita harus kesekolah untuk daftarin kamu, mungkin ini sudah telat seminggu tapi aman saja, dan namamu sekarang agustina wulandari, jadi jangan sampai salah" Ucap papa.
Aku masih canggung setiap dipanggil nduk atau mbak oleh mereka, apalagi mereka seenaknya mengubah nama tanpa persetujuanku, tapi aku sudah pasrah karena berapapun kutolak pasti tetap saja sama.
"Tapi kan aku belum punya seragam pa."
"Pakai punya mama dulu, nanti kan dikasih dari sekolah."
Setelah makan aku pun bersiap diri, mandi kemudian memakai pakaian yang telah disiapkan mamaku.
"Rok sama kerudung ya ma?"
"Iya lah, masa pakai sarung dan peci."
"Tapi gerah ma pake kerudung, gak mau ah, lagian mama juga jarang pake kerudung."
"Pake."
"Nggak."
"Haduh, kalo nanti kamu kena skandal gimana dong."
"Haduh, masa iya aku mau main gituan sama cowok, aku kan cowok ma."
"Cewek."
"Iya iya deh, tapi aku gak mau pake."
"Iya iya dah."
Setelah berpakaian tiba-tiba mamaku mengambil bedak dan dipakaikannya padaku."
"Lah ma apalagi ini."
"Udah, diem saja, kamu harus terlihat lebih cantik."
"Gak mau."
"Pakeee."
Aku berpikir untuk menolak, karena ini terlalu berlebihan bagiku.
"Emang aku gak cantik."
"Nggak."
Ucapan mama tiba-tiba membelah hatiku, aku tidak tau dari mana rasa ini tapi entah kenapa aku merasa sedih, padahal aku kan punya jiwa laki, tanpa sadar aku murung dan mama memperhatikanku.
"Prank, ahaha, kamu cantik kok sayang, masa iya anak gadis mama nggak cantik." Ucap mama sambil tersenyum, entah kenapa itu membuatku senang, emang ini pujian!
"Udah ah, aku mau berangkat."
"Cie, malu-malu anjing."
Setelah bersiap-siap aku segera keluar karena ditunggu oleh papa di mobil.
"Cepetan, kamu ya baru beberapa hari jadi cewek saja sudah membuat lelaki menunggu, kaya mama aja."
"Lah, ini juga ulah mama pa."
Aku dan tiyas berangkat bersama diantar oleh papa, karena SMP tiyas masih satu arah dengan SMAku.
Di mobil tiyas masih aja suka foto-foto sama aku, kaya foto sama artis saja.
Di tengah perjalanan papa menurunkan tiyas dulu, kemudian lanjut mengantarku.
"Sampaii."
Sampainya aku di sekolah, papa mengajakku ke sebuah tempat, sepertinya tempat ruangan kepala sekolah atau pemilik yayasan, aku kurang paham.
"Tok tok tok."
"Masuk." Suara dari dalam.
Kami pun masuk dan disambut oleh seorang pria seumuran papa.
"Weh, Raji, kok lu telat datangnya, ini udah seminggu lho."
"Iya ni wo, anakku baru aja masuk rumah sakit sebulan karena keracunan, jadi baru bisa daftar, tolong ya." Lanjut papaku menjawab pak bowo, iya, orang itu namanya bowo.
"Ini anakmu, dulu waktu kecil kukira dia laki-laki lho, ternyata cuma gadis tomboi ya."
"Haha, iya ni anak bandel soalnya, tolong ya."
'Apaan si mereka, aku kan emang laki-laki, jadi ini ya tenaga dalam papa.'
Setelah sedikit perbincangan papa pun mendaftarkanku tanpa halangan suatu apapun, amin.
"Ini sudah kudaftarkan, keterlambatan ini sebenarnya bisa di toleransi karena kamu punya surat dari dokter, jadi aman saja, untuk seragam dan lainya akan siap besok, untuk hari ini kamu bisa langsung ke kelas saja." Ucap pa bowo.
"Kelasnya?"
"Kamu kelas 10 B, aku yang akan mengantarmu kesana."
"Oke pak."
"Oh iya, anakku juga sekelas sama kamu, dia laki-laki, jadi kuharap kalian berteman."
"Mmm."
"Yaudah kami masuk kelas dulu, kau sini dulu ya, kita kan lama gak ngobrol ta."
"Iya, aku tunggu." Ucap papaku
Aku di bawa pak bowo untuk masuk ke kelas 10B, aku terlalu grogi karena aku harus bisa menempatkan diri sebagai identitas baruku.
Sesampainya di kelas, aku diserahkan pada guru yang sedang mengajar.
"Pak adit, tolong ini anak baru, dia anaknya raji yang baru pindah dari semarang."
"Iya po, oke pak terimakasih."
Setelah mengantarku pak bowo langsung pergi, aku masuk kelas dan disambut para penghuni kelas.
"Woo, ceweknya nambah cuy, cewek tomboi lagi, tipeku ni." Ucap siswa laki-laki.
"Wah keren, padahal dia cewek tapi rahimku anget juga lihat dia." Ucap siswi perempuan.
Mendengar kegaduhan pak adit segera menenangkan mereka.
"Tenang semuanya, kamu duduk dulu ya, kamu duduk dimana terserah, karena tempat duduk juga belum diatur."
"Iya pak terimakasih."
Aku mencari tempat duduk kosong, dan ternyata di belakang ada cowok yang duduk sendirian jadi aku segera menuju kesana.
"Cieeee!" Teriak seisi kelas yang membuatku terkejut.
'Bgnast, aku lupa kalo aku sekarang cewek.' Pikirku, aku kemudian segera pindah ke tempat sebelah yang ada cewek duduk sendirian.
Wajir, aku merasa sangat malu.
"Tenang."
"Jadi kamu anaknya raji ya, bapak kira anaknya raji itu laki-laki, karena bapak pernah dengar namanya sepeti agus atau apa gitu." Ucap pak adit.
'Njir, ternyata dia juga teman papaku.'
"Nggak pak, papaku cuma punya dua anak perempuan, dan namaku agustina wulandari."
"Ooh, haha, maaf ya, bapak salah tanggap." Lanjut pak adit.
"Woo, hahaha, AGUS." teriak para laki-laki."
"Hey, jangan mengejeknya seolah dia laki-laki, padahal namanya udah cantik agustina." Terdengar beberapa anak perempuan membelaku.
"Gus, agus, sini duduk samaku lagi gak papa, kok gak jadi." Ucap laki-laki yang duduk di belakang sendirian.
"Cieee."
Aku merasa resah dan malu, baru hari pertama masuk sekolah aku udah jadi pusat perhatian gini, padahal dulu aku juga kaya mereka, tapi tetap saja aku merasa kesal.
"Udah udah, minggu kemarin kan kalian baru selesai MOS ya, jadi tentunya masih banyak yang belum kenal kan, maka dari itu hari ini kita akan perkenalan dulu." Ucap pak guru adit.
'Eh jadi belum perkenalan ya.'
"Hey, gustin, namaku lilis, salam kenal ya." Ucap cewek di sebelahku sambil mengulurkan tangan.
Aku lihat cewek disampingku, dia terlihat seperti cabe-cabean yang galak, mungkin siswi lain takut dekat denganya makanya dia duduk sendiri di belakang.
Meskipun dia cabe-cabean yang pamer benjolan lemak dada, tapi dia masih pakai kerudung tidak sepertiku.
Aku menerima uluran salam darinya.
"Iya salam kenal, aku agu... agustina wulandari." Aku sedikit canggung mengatakan nama baruku.
"Oke anak-anak, kita mulai perkenalannya, kalian sebut nama, daerah asal dan juga cita-cita."
'Cita-cita lagi.'
.
.
.
Bersambung...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰