
Chapter II
Sambutan Hangat
Akhirnya kami tiba di tempat tujuan yaitu Kota Taman, Bontang. Kota indah yang dibangun di atas perbukitan. Rian mengatakan kota ini sempat memenangkan penghargaan Adipura beberapa kali, wajar saja jika tampak asri. Jalan yang naik turun seolah membuat kota ini bagai kumpulan bukit dengan lampu yang berkelap-kelip di malam hari. Ditambah lagi cahaya jingga karena nyala api pembakaran gas tidak murni dari dua industri skala nasional disini.
Sebelumnya perkenalkan, Namaku...
3,290 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung (Chapter III)
10
1
Chapter IIIPara Pencari Kuyang jangankan bergerak, berteriak saja aku tak mampu. Tubuh ini benar benar membeku. Aku sadar dan aku lebih dari sadar dan ini bukan sekedar halusinasi. Aaahhhh….. kenapa setan-setan disini sangat suka mengganggku, apakah aku nampak seperti boneka yang bisa dimainkan untuk mereka? HEG HEG HEG HEG Tawa dengan suara berat yang parau mengiringi senyuman sosok itu. Kulantunkan semua ayat Al Qur’an yang kuhafal dalam hati, dengan harapan dia pergi dan berhenti mengganggu. Tapi semakin kulafalkan, dia justru tak kunjung pergi dan wajahnya semakin terlihat jelas, wajah itu seperti disinari sebuah cahaya yang entah darimana asalnya. Masih dengan tatapannya yang mengerikan, kemudian BREK dia menempelkan telapak tangtan di kaca jendela, seakan mengatakan “AKU AKAN SEGERA MASUK”, dengan wajah dan tawanya yang mengerikan.“makhluk apa ini sebenarnya, tempat apa sebenarnya pulau ini, mengapa gangguan kok gak abis-abis Ya Allaaahh” batinku mulai putus asa “Bapak.... Ibuk. Indra mati ya. sampai ketemu disana” ujarku dalam hati sambil memejamkan mata serapat - rapatnya. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi, sudah tak ada daya dan upaya yang bisa aku lakukan.Pasrah….. hingga tiba-tiba WHUH
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan