
He Hua, salah satu Great Sage di Benua Langit, pengendali lima element tidak pernah mengira jika dirinya akan merasa hampa. Kekuatan serta kekuasaan besar yang dimilikinya ternyata tidak bisa membuat wanita itu bahagia. Musuh sekaligus orang terdekatnya telah lama tiada, yang tanpa disadari telah meninggalkan sebuah rongga kosong di dalam hatinya.
Mempertaruhkan sebagian besar kultivasinya, He Hua membuka portal waktu untuk kembali ke masa lalu. Dimulai dari sana kita akan mengikuti perjalanannya.
He Hua mematikan televisi yang tengah menayangkan drama kolosal favoritnya. Entah kenapa dia merasa sangat bosan. Lima puluh tahun dia menyebrang, masuk dan hidup di bumi, meninggalkan Benua Langit tempatnya berasal.
Ia menghitung di dalam hati. Sudah berapa lama dia hidup?
Ah, sudah sangat lama, pikirmya.
Apartemen mewah yang ditempati wanita itu terasa dingin dan hampa.
Mengerjapkan mata, He Hua berbaring di tengah kegelapan. Di luar, hujan turun membasahi bumi. Ia melirik ke arah kanan, menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Kota Beijing yang seperti biasa—gemerlap.
Dengan kemampuannya, wanita itu memiliki kekayaan tidak terbatas di dunia ini. Namun, lagi-lagi dia merasa bosan. He Hua mengubah posisi tubuh menjadi tengkurap. Pipi kanan wanita itu menempel di bantal bulu angsa yang nyaman. Bumi memang bukan tempatnya. Tidak terlalu cocok untuknya. Mungkin akan lebih baik jika dia kembali ke Benua Langit.
Keheningan masih setia menemani wanita itu. Di bawah, jalan raya masih terlihat ramai seperti biasa. Bunyi klakson sesekali terdengar.
He Hua kembali mengubah posisinya. Ia menyangga kepala dengan kedua tangannya. Pikirannya menerawang. Alasan wanita itu pergi ke bumi karena Benua Langit membuatnya bosan. Di sana dia memiliki segalanya—kekayaan dan kekuatan yang tidak ada bandingan, para musuh selalu datang untuk membunuhnya hingga He Hua selalu memiliki waktu untuk bersenang-senang, tapi itu pun tidak mampu menghilangkan kebosanan wanita itu.
Bulu mata lentiknya bergerak pelan saat ia mengerjapkan mata berkali-kali. He Hua menghapus jejak panas air mata yang keluar dari ujung matanya. Kenapa tiba-tiba dia teringat pria sialan itu?
Seorang pria sombong yang akhirnya mati untuk menyelamatkannya. Karena peristiwa itu He Hua dikutuk oleh semua penduduk Kekaisaran Naga dari Benua Timur karena alkemis kebanggaan mereka sekaligus Pangeran Keenam tewas dengan roh tercerai berai, hancur tanpa sisa hingga tidak memungkinkan untuk bereinkarnasi
He Hua bangkit dari sofa. Dia mengeluarkan sebuah cermin kuno dari dalam cincin penyimpanan lalu berdiri tepat di hadapannya. Menjentikkan jari, lampu di ruangan itu pun menyala. Dengan tatapan dingin ia menatap bayangannya sendiri di cermin. Ukiran yang membingkai cermin itu serumit dan sekuno cermin itu sendiri. Cermin Waktu. He Hua mendapatkan salah satu barang dewa itu saat bertualang di Neraka Inferno. Lagi-lagi sekelebat bayangan pria itu melintas di kepala cantiknya.
“Sialan kau Bai Long Wei, apa kau berniat menghantuiku?” He Hua menggertakkan gigi sementara tangannya bergerak membentuk sebuah segel rumit. Cahaya keemasan muncul di udara setelah segel terbentuk dan sebuah portal tercipta di depannya.
He Hua memutar tubuh. Ia kembali menjentikkan jari untuk menghapus kenangan dirinya di tempat ini. Semua akan berjalan seperti biasa, bedanya manusia-manusia yang mengenalnya tidak akan mengingat wanita itu lagi.
Sebuah senyum terukir di bibir penuhnya. He Hua mengembuskan napas keras sebelum akhirnya masuk ke dalam portal dan kembali ke istananya di Benua Langit.
Keheningan terasa begitu pekat dan menekan. Dalam sekejap wanita itu sudah berganti pakaian. Gaun berwarna putih dengan ketat membalut tubuh semampainya. Kulit wanita itu seputih mutiara sementara rambut keperakannya terurai melewati pantat, terlihat sangat indah dan halus saat terkena sinar rembulan.
He Hua berjalan anggun. Tanpa menoleh ke belakang dia mengibaskan tangan kanannya dan cermin pun kembali ke dalam cincin penyimpanan. Dengan gerakan bosan dia duduk di atas takhta. Sebelum meninggalkan istananya, dia meninggalkan segel kuat untuk melindungi wilayahnya dari penyusup.
Menopang dagu dengan satu tangan, He Hua menatap malas ke sekelilingnya. Andai dia memiliki keluarga tentu istana ini tidak akan sesepi ini. Wanita itu berdecih.
Berapa usianya sekarang? Bukan waktunya untuk mencari pendamping walau hal itu bukan sesuatu yang mustahil baginya.
Walau sudah hidup puluhan ribu tahun, He Hua masih memiliki penampilan gadis remaja berusia tujuh belas tahun dan selama itu pula dia masih sesuci saat dilahirkan.
“Ah seharusnya aku meminum semua kenikmatan dunia saat aku masih belia.” He Hua membawa ke dua tangannya di pinggang. “Kenapa aku malah menghabiskan banyak waktu dengan Long Wei tanpa melakukan apa pun?”
He Hua mengembuskan napas keras. Sepertinya garis keturunan suku klan kuno rubah putih akan terhenti padanya. Ah, andai saja kakak sulungnya tidak mati.
Ck, sayang sekali.
Lalu untuk apa dia hidup selama ini?
Untuk merasakan kesepian tidak berujung?
He Hua terdiam lama hingga sebuah ide melintas di kepalanya. Bagaimana jika dia kembali ke masa lalu dan merubah garis takdir?
Ketukan jemari tangannya memenuhi ruangan yang seluruhnya terbuat dari batu giok terbaik. Cahaya bulan yang masuk dari jendela batu terbuka menambah kemisteriusan istana milik He Hua.
Kembali ke masa lalu dan merubah takdir bukan hal yang mudah. Ada yang harus dikorbankan karena hal itu bertentangan dengan kehendak Langit.
He Hua memejamkan mata lalu berdiri dengan gerakan tergesa. Dia harus bertindak cepat sebelum dirinya berubah pikiran. Segel-segel rumit tercipta setelah wanita itu merapalkan mantra kuno. Aura keemasan menyelimuti istananya.
Suara merdu He Hua menjadi satu-satunya suara yang terdengar hingga suara gemuruh angin datang, masuk, mengibarkan rambut keperakan serta jubah He Hua. Wanita itu terlihat seperti seorang Dewi.
He Hua itu tidak berhenti merapalkan mantra. Sebuah portal kembali tercipta. Terlihat lebih kuno dari portal yang diciptakan sebelumnya. “Aku datang!” ucap He Hua sebelum masuk ke dalam portal dan menghilang di dalam kegelapan.
Wusshhhhhh …. Angin menerbangkan dedaunan di hutan gelap. Api ungun telah lama mati. Suara pedang beradu terdengar di sana-sini. He Hua mengernyit. Dengan anggun dia tiba di tempat ini. Mata indahnya mengerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan yang ada.
Dia sudah menghitung kordinat dengan tepat. Seharusnya dia tiba di Kerajaan Naga, bukan di hutan belantara. Embusan napas wanita itu dilepas keras. He Hua memijat kening. Akan sangat menjengkelkan jika titik pendaratannya salah. Namun, sesuatu menggelitik indra penciumannya. Ini baunya. Bau khas pria itu. Aroma cendana lembut yang hingga kini masih bisa dikenali dengan baik oleh He Hua.
Seolah baru terbangun dari mimpi, He Hua berjalan pelan. Dia mengintip pertempuran dari balik sebuah pohon cedar besar. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada.
“Bakar!” seru suara berat dari balik kegelapan. Dan hutan pun menjadi terang benderang. Tenda-tenda yang didirikan dibakar oleh puluhan pria berpakaian hitam. He Hua mengernyit, matanya menyipit. Bendera yang terdapat di salah satu kereta itu jelas bendera dari Kerajaan Naga. Senyumnya terkembang, pendaratannya ternyata tidak meleset.
“Temukan Pangeran Long Wei dan bunuh!”
He Hua berdecak. Kepalanya digelengkan pelan. Melihat puluhan mayat tergeletak di atas tanah dingin membuat hatinya tergerak. He Hua memutuskan untuk ikut campur. Dia tahu jika Bai Long Wei akan selamat dari upaya pembunuhan ini. Namun, akan jauh lebih baik jika penyerang itu mati di tangannya, karena pria menyebalkan itu sangat kejam saat melenyapkan musuh-musuhnya.
Dengan kecepatan mengagumkan He Hua bergerak gesit, membunuh beberapa pria berpakaian hitam dengan tangan tangan kosong. Setiap gerakannya sangat efisien, membunuh tanpa memberi waktu bagi musuh-musuhnya untuk berteriak kesakitan.
“Ampuni nyawaku, Pangeran Long Wei bersembunyi di sana!” Suara seorang wanita muda terdengar sangat ketakutan. Pria kasar di hadapannya menyeringai. Pedangnya berkilat terkena cahaya api, melayang di udara lalu menebas leher dayang wanita muda itu hingga terpisah dari badan.
“Di mana lagi kau akan bersembunyi bajingan kecil?” Pria kasar itu menjilat darah di pedangnya sembari berjalan menuju semak-semak. “Sayang sekali kau terlahir sebagai seorang jenius. Seharusnya kau tidak hidup. Keberadaanmu hanya mengancam posisi tuanku!”
Dari balik semak-semak, Bai Long Wei mengepalkan kedua tangan gemuknya. Usianya belum genap enam tahun, tapi kaisar memutuskan untuk mengirimnya ke Istana Dingin. Long Wei akan berada di sana sementara waktu hingga usianya sepuluh tahun sebelum dikirim ke Perguruan Sekte Hitam.
Sekte Hitam merupakan perguruan nomor satu di Benua Timur. Ramalan mengatakan jika Pangeran Keenam dari Benua Timur akan menjadi seorang Grand Master Alkemis, seseorang yang bahkan seorang Kaisar pun harus menundukkan kepala di hadapannya.
Kaisar tidak memerlukan seorang saingan saat ini karena alasan itu sedini mungkin putra yang menjadi saingannya disingkirkan dari istana. Setidaknya selama dia masih bernapas. Namun, yang mereka tidak tahu, Bai Long Wei bukan hanya memiliki kemampuan untuk menjadi alkemis, tapi pria itu pun memiliki Qi kuno dalam dirinya. Dia hanya perlu berkultivasi dengan tekun dan berlatih untuk bisa mencapai puncak.
Tuan, izinkan saya membinasakan mereka semua! Naga Api bicara lewat alam bawah sadar Long Wei. Mereka sudah mengikat kontrak sejak Long Wei berusia empat tahun dan hingga saat ini tidak ada orang lain yang tahu mengenai rahasia itu.
Long Wei baru saja akan bicara untuk memberi izin saat pria kasar di hadapannya tiba-tiba terjatuh dengan mata melotot. Pria itu mati tanpa mengeluarkan suara. Tidak jauh dari mayat pria itu, Long Wei melihat sosok seorang wanita berdiri, menatap dingin mayat di bawahnya, menyeringai keji.
Tubuh Long Wei bergerak saat melihat wanita itu berbalik dengan gerakan sangat cepat, lalu satu per satu pria berpakaian hitam pun tumbang. Mereka mati dengan cara yang sama. Tidak ada suara kesakitan keluar dari mulut mereka saat meregang nyawa karena terlalu cepatnya nyawa mereka dicabut.
Keheningan panjang mengambil alih beberapa saat kemudian. Api masih bekobar, melahap apa pun yang bisa dibinasakan dengan panasnya. Long Wei memasang indra pendengarannya. Dia mendengar suara langkah kaki ke arahnya.
“Hei, Bai Long Wei sampai kapan kau akan bersembunyi?”
Suara wanita itu terdengar merdu di telinga Long Wei. Mengangkat dagu angkuh dia keluar dari tempat persembunyiannya. Long Wei tahu mungkin akan sulit untuk mengalahkan wanita di hadapannya, tapi dengan bantuan Naga Api tidak ada yang tidak mungkin. Kedua tangan gemuk itu dikepalkan erat. Kedua matanya berkilat penuh kebencian dan rasa jijik. Wanita itu pasti diutus oleh musuh lain yang menginginkan kematian Long Wei, pikirnya.
“Eh? Kau Long Wei? Kenapa kau masih kecil?” Ada nada tidak percaya yang terselip dalam suara He Hua saat mengatakannya. Tawa renyahnya terdengar lembut, berbeda jauh dengan tindakan kejinya saat membantai musuh tadi.
Alis panjang Long Wei berkerut. “Siapa kau?” tanyanya. Dengan sikap tenang luar biasa dia menghadapi wanita di hadapannya. Yang mengejutkan, wanita itu ternyata sangat cantik. Dalam pencahayaan kobaran api, kulitnya terlihat seputih mutiara, dan rambutnya, rambut wanita itu berwarna perak?
Aneh sekali, pikir Long Wei.
He Hua masih terdiam. Melipat kedua tangan di depan dada dia mengamati Long Wei kecil. Tidak ada yang salah dengan indra penciumannya. Anak kecil di hadapannya memiliki aura dan aroma khas Long Wei. Senyum jail terukir di bibir wanita itu. Dengan angkuh dia menjawab, “Calon istri masa depanmu.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰