Terbongkar

2
0
Deskripsi

Narasi ini dari part 17. AU Regretness

TW // violence, mention of cheating

 

Happy reading

Juan dan Nita telah menyelesaikan segala prosesi pengurusan dokumen pernikahan mereka dan mulai hari ini mereka adalah sepasang suami istri yang sah di mata hukum. Tepat bulan depan pula mereka akan pindah ke kota Solo karena Juan akan mulai bekerja. Mereka sedang disibukkan oleh persiapan kepindahan mereka, Nita yang sedang mengandung usia lima bulan pun sangat mudah kelelahan sehingga tidak bisa banyak membantu. Mereka sudah membulatkan tekad untuk menjalankan kehidupan mereka sebagaimana adanya saat ini. Sudah cukup segala masalah yang mereka hadapi, solusinya memang pergi dari kota ini. 

Amira saat ini juga sudah di pindah tugaskan ke Bandung atas permintaannya kepada sang atasan agar ia bisa lebih dekat oleh sang ibu. Setelah perceraiannya, Amira benar-benar memutuskan akses komunikasi Juan kepadanya, ibunya maupun putra semata wayangnya. Bahkan kepindahannya ke Bandung juga tidak diketahui oleh Juan. Ia pun juga menutup akses untuk sang mertua karena sang mertua juga merupakan salah satu mimpi terburuknya selama menjalani pernikahan. 

Juan pun sudah mulai tidak terlalu memikirkan mantan istri dan anaknya itu karena masalahnya sudah cukup banyak. Tubuh dan pikirannya terasa sangat lelah, tidak punya space lagi untuk memikirkan mereka karena saat ini ia harus fokus dengan kehidupan yang sekarang. Juan pun juga di buang oleh sang ibu karena sudah mempermalukan nama keluarganya karena telah bermain api dengan wanita murahan yang umurnya saja terpaut jauh. Keluarganya seakan sudah tidak mau peduli lagi bahkan ketika Juan mengalami kesulitan. Walaupun sang ibu sering kali membuat Amira geram akan segala tuntutan dan mulut pedasnya, namun setidaknya Amira merupakan perempuan yang berkelas. Berpendidikan tinggi, memiliki penghasilan yang tak kalah besar dari Juan, cerdas, lulusan kampus ternama bahkan telah memiliki gelar magister. Amira juga merupakan ibu yang baik bagi putra semata wayangnya, namun tak habis pikir Juan malah memilih berselingkuh dengan gadis bau kencur. 

 

-----------------------------------------------------------------------------------------

 

Di tempat lain, ada sepasang suami istri yang sudah lumayan berumur sedang turun dari kereta, mereka lalu meminta taksi yang ada di sana untuk mengantar ke alamat yang tertulis di secarik kertas. Sesampainya di alamat tujuan, mereka sedikit kebingungan, ini pertama kalinya bagi mereka mendatangi tempat tinggal sang putri. Mereka bingung bagaimana cara mereka bisa menemui putrinya karena mereka ingin memberikan kejutan. Tak lama setelahnya terlihat seorang perempuan yang keluar dari rumah tersebut.

“Nduk, maaf. Ini saya mau tanya, kenal sama yang namanya Fransiska Janita? Alamat ini bener di sini kan?.” Dengan sedikit terkejut, perempuan itu mengangguk lalu meminta keduanya untuk singgah di dalam karena rasanya kurang etis berbicara di depan pagar apalagi mereka orang tua.

“Oh, Nita ya? Iya saya kenal. Bapak dan ibu ini siapa ya kalau saya boleh tahu?.”

“Kami ini orang tuanya Ika mbak, kami kesini mau kasih kejutan buat Ika Cuma saya tidak tahu yang mana kamarnya.”

“Oh begitu ya bu. Mmmm... sebenarnya Janita sudah tidak di kos ini. Sudah sebulanan bu karena sejak terjadi huru-hara yang menyangkut namanya, Janita langsung pindah dari sini.”

“Huru-hara opo to nduk itu? Minggu kemarin ibuk hubungi Janita, dia baik-baik saja kok.”

“Jadi begini bu, pak. Saya mohon maaf sebelumnya, bukan bermaksud untuk ikut campur tapi sepertinya bapak dan ibu berhak tahu dengan apa yang terjadi pada anak bapak ibu.”

Sedari tadi ayah dari Nita hanya diam dan menyimak, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. ta 

“Maaf sebelumnya jika saya terkesan terlalu ikut campur, namun saya rasa ibu dan bapak berhak tahu tentang ini. Janita ini sudah pindah dari sini sejak satu bulan yang lalu dan saya dengar dia juga sudah keluar dari pekerjaannya. Ini karena berita tentang Janita yang menjadi selingkuhan manager di tempat kerjanya bu. Sejak itu Janita sudah tidak kos di sini lagi. Tapi dengar-dengar, dia sekarang tinggal di tempat manager tersebut.”

Ayah dan ibu Nita terkejut, tenggorokannya seakan tercekat dan tidak bisa berkata-kata. Namun kemudian, ibu Janita pun bersuara. Perempuan yang bernama Mira itu pun sedikit khawatir akan keterkejutan orang tua Janita karena ia yakin pasti hal ini di sembunyikan dari kedua orang tuanya.

“Selingkuh bagaimana ton duk? Anak saya itu masih kecil, enggak mungkin selingkuh-selingkuh begitu. Kamu jangan sembarangan ngomong to, jatuhe fitnah kui.”

“Maaf ibu, saya bukan bermaksud bohong atau fitnah. Namun ini benar adanya bu, bahkan sudah viral dimana-mana.”

Ibu Janita terdiam dan masih belum percaya jika anaknya melakukan hal seperti itu.

“Selingkuh sama pacar orang?.”

“Bukan bu, dia selingkuh dengan suami orang. Bahkan menurut yang saya dengar, mereka berselingkuh sejak istri sahnya hamil tua. Tapi sekarang katanya sudah resmi bercerai. Jujur saja saya sendiri memang sering bertemu Janita dan laki-laki itu karena hampir setiap hari mereka berangkat dan pulang kerja bersama. Laki-laki itu juga sering menginap di sini bu, karena tempo hari ada yang meminta rekaman CCTV terlihat mereka berdua memang sering menghabiskan waktu bersama di kamar. Anak-anak kos juga sering terganggu dengan aktivitas mereka di kamar.”

Hatinya mencelos, ibu Janita seakan kehilangan otot-otot di tubuhnya. Seluruh tubuhnya gemetar, sama seperti ayah Janita yang langsung benar-benar terdiam dan tertunduk. Otaknya seakan enggan mengolah setiap kata yang diucapkan oleh perempuan di depan mereka. Mereka benar-benar tidak percaya jika putri semata wayangnya yang masih belia itu sudah menjadi perusak rumah tangga orang. Malu, marah, sedih, sakit hati, semua bercampur menjadi satu. Tidak menyangka anak yang selama ini mereka didik dan mereka sayangi menjadi seperti ini.

“Nduk, apa kamu tahu sekarang dia tinggal di mana? Saya ingin menemuinya sekarang.”

“Ah itu saya kurang tahu bu, pak. Tapi saya coba tanyakan dulu ke teman saya ya. Ibu dan bapak bisa menunggu di sini sebentar. Oh iya saya sembari siapkan minuman dulu ya bu, pak.”

“Ndak perlu repot-repot nduk.”

“Nggak repot kok.”

Setelah menyajikan minuman dan memberikan secarik kertas berisi alamat tempat tinggal Juan, Mira pamit kepada kedua orang tua Nita dan tak lupa memesankan taksi online karena keduanya tidak paham dengan itu. 

Sesampainya di alamat yang dituju, terlihat sebuah rumah minimalis yang tidak terlalu besar tapi bisa dilihat kalau rumah ini seperti sedikit mewah. Keduanya melangkahkan kakinya dengan menahan diri yang penuh amarah. Sang ibu mengetuk pintu dan juga menekan bel. Dengan harap-harap cemas keduanya mendengar jawaban yang terdengar seperti suara putri mereka.

“Cari sia- Ibuk, bapak?.” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, perempuan yang membukakan pintu dari dalam itu terkejut bukan main. Bagaimana bisa kedua orang tuanya berada di depan matanya saat ini? Dan bagaimana keduanya bisa mengetahui alamat ini? Banyak pertanyaan yang ada di benaknya saat ini namun ia urungkan untuk bertanya. Niatnya hendak meminta keduanya untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan akan menjelaskan semuanya kemudian namun tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipinya. Terkejut bukan main, Nita tidak pernah merasakan tamparan dari ayahnya seumur hidupnya. 

“ANAK GAK TAHU DIRI, MURAHAN, GAK TAHU MALU. BISA-BISANYA KAMU BERSELINGKUH DENGAN SUAMI ORANG. MEMANGNYA BAPAK PERNAH AJARI KAMU SEPERTI ITU? Kamu ini di sekolahkan bapak sama ibuk biar jadi pintar malah jadi simpanan suami orang. Ika, kamu juga perempuan, kok yo bisa kamu tega to nduk. Bapak sama ibuk kui tidak pernah ajarin kamu melakukan hal yang menjijikkan.” Akhirnya amarah sang ayah meluap diiringi dengan tangisan, ibunya pun terkejut tapi enggan untuk bertindak. Nita masih tertunduk memegangi pipinya yang memerah dengan tubuh yang gemetar.

“Nduk, dari kecil kamu iki disayang karo bapak ibuk. Bapak sama ibuk lak yo gak pernah ajarin kamu buat rebut milik orang lain. Tapi kok yo iso kamu malah ngerebut suami orang yang sudah punya anak satu. Otakmu kuwi neng ndi?.”

Nita langsung berlutut dan memegang kaki kedua orang tuanya seraya memohon ampunan dari orang tuanya. Nita yakin orang tuanya pasti sangat amat kecewa dengannya.

“Masuk, panggil laki-laki itu buat nemuin bapak sama ibuk.”

 

Terima kasih sudah membaca

Kalau berkenan bisa tinggalkan feedback yaa

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Runyam
2
0
Narasi ini dari part 19. AU RegretnessTW // violence, cheating, mention of sexCW // Harsh words Happy reading
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan