BATAS AKHIR - JOHNNY SUH ONE SHOT AU

1
0
Deskripsi

BATAS AKHIR

𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢, 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐢𝐭𝐮. 𝐁𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠?

Johnny Suh x OC one shoot au
Tw // family issues, pregnancy before marriage

❗WARNING❗
• Ignore timestamp
• Don't bring the characters to rl
• TW// Mention of mature content, family issues, pregnancy before marriage

Ananta sudah sampai di kamar kosnya, merasakan lelah yang luar biasa. Entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa lebih mudah lelah juga pergolakan emosi yang tidak stabil. Sebagai seorang konsultan keuangan tentu hari-harinya harus dipenuhi dengan bertemu banyak client. Itulah yang membuat Ananta lebih lelah lagi, energinya seakan terkuras. 

Setelah selesai membersihkan badannya, Ananta lantas merebahkan tubuh lelahnya ke ranjang berukuran 120 x 200 cm itu. Cukup nyaman untuknya beristirahat sehari-hari walaupun tidak terlalu mewah untuk seorang konsultan keuangan dengan gaji 2 digit. Bagaimana tidak, gajinya hanya numpang lewat. Bahkan untuk self reward saja sulit apalagi untuk hidup mewah, rasanya itu hanyalah angan. Setiap bulannya 70% dari gajinya akan diserahkan kepada keluarganya dan 30% sisanya untuk Ananta bertahan hidup di perantauan. 

Lelah? Pasti. Berkali-kali ingin menyerah tapi selalu urung, ia masih memiliki sedikit kewarasannya untuk tetap bertahan. Ditambah lagi, selama 3 tahun ini Ananta memiliki kekuatan lain yang membuat ia masih ingin bertahan. Ya, Jonathan Gilbert, kekasihnya selama 3 tahun ini. Sesosok laki-laki penyayang dan paling pengertian. Jonathan sudah seperti rumah yang sebenernya untuk Ananta tinggali. Bahu yang nyaman untuk bersandar, pelukan yang selalu hangat dan sejuta kalimat yang keluar dari bibirnya selalu menenangkan. 

Ananta pun tersadar dari lamunannya, ingin membuka ponselnya untuk sekedar memeriksa apakah ada pesan penting. Namun lagi dan lagi yang ia dapati hanyalah pesan dari keluarganya yang tak jauh-jauh dari topik finansial. Menyedihkan, anak kedua bukankah seharusnya bisa sedikit bernafas? Tentu itu tidak berlaku untuk Ananta. Seluruh beban finansial keluarga dijatuhkan ke pundaknya. Muak, ia sungguh muak. Bahkan ia belum menerima gajinya tapi sudah di ingatkan kembali dengan kenyataan yang sungguh membuatnya muak. 

 

Demi menjaga kewarasannya, Ananta hanya membaca kemudian mematikan ponselnya. Ia ingin mencari ketenangan untuk sekedar menonton film favorit nya atau mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur. Namun tiba-tiba Ananta merasakan perutnya seakan di koyak, sungguh mual. Ah, mungkin asam lambungnya naik karena stress. Berulang kali keluar masuk kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya namun yang keluar hanya air liur saja. Ingin sekali menghubungi Jonathan tapi takut mengganggu kekasihnya yang sedang bekerja, ia rasa masih sanggup untuk menangani ini sendirian. 

Keesokan paginya, berulang kembali. Mual yang sedari kemarin ia rasakan tak kunjung membaik. Bahkan ketika mencoba memasukkan makanan ke dalam mulutnya selalu berakhir keluar lagi. Ananta pun memutuskan untuk izin masuk kerja untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Ia memutuskan memesan bubur ayam favoritnya melalui ojek online, mungkin saja sedikit membantu. Namun lagi dan lagi hanya mual yang ia rasakan. Aneh, pikirnya. Ananta pun memutuskan untuk mandi agar merasa sedikit segar. 

Ketika hendak mengoleskan sabun ke tubuhnya, tiba-tiba mual itu menyerang kembali. Aneh, ini sungguh aneh pikirnya. Kenapa akhir-akhir ini dia sangat sensitif terhadap banyak hal? Bahkan untuk hal-hal yang sangat ia sukai sekalipun. Ananta pun memutuskan untuk menyelesaikan mandinya lebih cepat. 

Ketika sedang berdiri didepan wastafel, matanya tak sengaja melihat pembalut yang biasa ia gunakan masih tersegel dengan rapi. Kemudian ia teringat bahwa ternyata ia belum datang bulan sejak terakhir kali. Ia tidak begitu ingat tapi seingatnya pembalutnya habis saat dirinya dinas keluar kota dan pembalut yang masih tersegel itu ia beli saat sepulang dari dinasnya. Berarti sudah hampir 2 bulan ia tidak datang bulan. Ah, mungkin saja karena memang sedang stress. Namun seketika ia membelalakkan matanya. Terakhir kali ia berhubungan dengan Jonathan, kekasihnya itu lupa menggunakan pengaman dan sepertinya ia lupa meminum birth co⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠ntrol. ‘Ananta, lu ceroboh banget. Enggak mungkin kan? Enggak kan? Dulu juga pernah lupa minum tapi aman.’ serunya dalam hati. ⁠⁠⁠⁠⁠⁠

Ia segera keluar dari kamar mandi hendak menghubungi kekasihnya yang sudah dari kemarin ia abaikan pesannya. Namun yang ia lihat pada notifikasi paling atas adalah pesan dari ibu kekasihnya. Bagai disambar petir di siang bolong, Ananta melemas ketika melihat rentetan pesan yang masuk. Pesan dari ibu sang kekasih membuatnya ingin menangis meraung sekencang-kencangnya. Lagi dan lagi, semesta seakan merenggut kebahagiaan satu-satunya yang ia punya. 

Ananta hanya bisa tertawa meratapi nasibnya saat ini. Ia segera menghapus air matanya, memesan ojek online untuk membelikan alat test kehamilan. Ananta ingin memastikan keraguannya tadi. Ia bahkan meminta sang driver untuk membelikan semua jenis alat test kehamilan di apotek tersebut. Setelah pesanannya sampai dan ia bayar semuanya beserta sedikit tip untuk sang driver. Ananta tak lantas menggunakannya. Ia akan beristirahat total hari ini karena hari ini sungguh sangat melelahkan baginya, ia hanya ingin tertidur yang lama. Ia akan melakukan tes besok pagi agar lebih akurat. 

Namun tak lama ponselnya bergetar, terlihat rentetan notifikasi pesan dari kekasihnya. Ia membacanya namun mencoba mengabaikannya, ia hanya ingin beristirahat dengan tenang. Karena jujur saja, dirinya seperti sedang dihancurkan dari segala sisi. Ia lelah, ingin tidur untuk waktu yang lama. 

Keesokan harinya, Ananta memutuskan untuk segera menggunakan alat tes kehamilan yang ia beli kemarin. Ia bahkan mencoba semuanya agar merasa lebih yakin. Sembari menungu hasilnya keluar, Ananta membuka galeri di ponselnya. Melihat potret kebersamaannya dengan Jonathan. Seketika ia meneteskan air mata, mengingat kembali isi pesan dsri ibu sang kekasih yang sangat melukai dirinya. Ia pun mencoba untuk kembali sadar dan memeriksa hasil tes tadi, dan ketika matanya tertuju pada jajaran alat tes itu. Tubuhnya terasa seperti dihantam ribuan batu. Hancur sudah dirinya, selesai sudah kisah hidupnya. Ananta benar-benar berada di titik terendah dihidupnya. Tak lagi memiliki siapa-siapa untuk bersandar. Ia terus menerus memukul perutnya, menangis meraung berharap semua sesak ini bisa segera hilang bersama janin yang ada diperutnya saat ini. Bagaimana bisa ia mengandung disaat semesta bahkan tidak merestuinya untuk bersatu dengan Jonathan. Ia benci dirinya sendiri, dirinya yang sungguh bodoh dan ceroboh. Ia juga benci dengan semesta yang tak pernah sekalipun memihak nya. 

Ia sungguh lelah dan sudah berada di batas akhir dirinya sendiri. Kenyataan ini terlalu pahit dan menyakitkan untuknya. Ananta hanya ingin tidur yang panjang dan tidak bangun lagi. Ia akan mengikuti kemauan semesta. Pada akhirnya, Ananta menyerah. 

 

End

Thanks for reading. Semoga suka 💖 maaf masih banyak kurangnya 🙏 Anw cerita ini bakal dilanjut jadi short au atau long au. Please give me any feedback

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Pertemuan
0
0
Berawal dari sebuah power bank yang terlupakan, kisah Jonathan dan Ananta pun dimulai.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan