
"Saat mamaku bilang aku di jodohkan, aku ngga nolak, lebih tepatnya aku ngga punya pilihan buat nolak. Dan ketika aku lihat foto kakak, aku bersyukur setidaknya aku di jodohkan sama orang yang cantik."
Bersuamikan Berondong
Hari ini Jisung pindah ke apartemen Soyu. Jisung tak membawa banyak barang, hanya 2 koper pakaian dan satu tas penuh buku pelajarannya.
Seperti yang orang tuanya bilang, Jisung adalah anak penurut. Terlihat dari bagaimana dia mengikuti semua arahan dari Soyu.
Gadis itu diam sejenak dan mengamati kamar tamu di apartemennya yang telah lama dia biarkan kosong, lalu dia menatap Jisung yang juga diam.
"Maaf, tempatnya agak kotor." katanya penuh penyesalan.
Jisung tampaknya tidak mempermasalahkan itu. Lelaki itu mengangguk dan meletakkan ranselnya di atas meja.
"Gapapa kak." Jisung terlihat sedikit canggung saat hanya ada mereka berdua di sana. Lelaki itu lebih banyak menunduk dan menyembunyikan rautnya dari pada harus bertemu pandang dengan Soyu.
Soyu tau situasinya untuk itu dia berhenti menatap Jisung dan beralih ke lemari 3 pintu di sisi ruangan. Dia mengambil sprei dan sarung bantalnya lalu meletakkannya di atas ranjang.
"Bisa pasang sendiri kan??"
Jisung tidak menjawab pertanyaannya, tapi raut wajah Jisung yang kebingungan ketika membuka lipatan sprei telah mewakili jawaban Jisung atas pertanyaannya.
'huffft... Udah kayak momong anak nih gue.'
Soyu akhirnya berbaik hati untuk membantu Jisung memasang sprei dan sarung bantalnya. Lelaki itu tampak kikuk ketika Soyu memintanya menyelipkan kain sprei di sisi lain ranjang. Dimata Soyu, Jisung tampak seperti anak ayam polos yang sedang tersesat.
Kebingungan lain juga melanda Jisung ketika dia kesusahan menata pakaiannya sendiri di lemari dan membuat semua lipatannya terbuka dan berantakan. Soyu yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pasrah.
'Polos sama bego beda tipis loh adek Jisung. Untung ganteng.'
Bagaimana bisa anak yang sudah berusia 18 tahun ini tidak bisa melakukan hal-hal dasar begini. Soyu bisa membayangkan Jisung yang sangat di manja oleh orang tuanya, mungkin juga mereka melarang Jisung melakukan banyak hal hingga lelaki itu tidak bisa melakukan apa-apa sekarang.
"Mm... Kak, i-itu biar aku aja..." Tangan Jisung mengambang di udara ketika melihat Soyu menata pakaian dalamnya. Jisung ingin menahan Soyu tapi dia terlalu sungkan untuk menyentuhnya.
"Sekalian aja, aku yakin kamu juga ga bisa nata ini dengan benar." Soyu melirik Jisung ketika dia mengeluarkan pakaian dalam lelaki itu dari kopernya.
Sejujurnya Soyu ingin sekali tertawa ketika melihat wajah Jisung yang memerah bahkan sampai ke telinganya.
"Seleramu lucu yaa...." komentar Soyu ketika dia memamerkan satu celana dalam Jisung yang bergambar pororo.
Wajah Jisung sudah panik dan merah padam karena malu.
'Lucu banget sih bocil malu-malu. '
~~╰(⸝⸝⸝'꒳'⸝⸝⸝)╯╰(⸝⸝⸝'꒳'⸝⸝⸝)╯~~
Ini adalah masalah serius. Selepas cuti menikahnya Soyu akan dipindah tugaskan ke sebuah sekolah bermasalah.
Namanya SMA Neo. Sebuah sekolah dengan mayoritas berisi siswa laki-laki. Tempat itu sebenarnya sekolah elit, isinya para anak orang kaya. Namun bukan anak orang kaya yang perilakunya berkelas, melainkan anak orang kaya yang memiliki kepribadian bermasalah.
Pihak kementrian pendidikan memang sedikit frustasi mengatasi sekolah tersebut. Itulah kenapa guru BK disana sering risign. Siapapun tau ini akan jadi tugas yang sulit untuk Soyu.
Soyu masih berpikir dengan bolpoin hitam yang mengetuk kepalanya saat suara ribut di dapurnya membuat konsentrasinya terpecah.
Soyu diam sesaat dan mengalihkan tatapannya dari layar tablet untuk memastikan kalau pendengarannya tidak salah. Dan sepertinya memang terjadi keributan di dapurnya.
'ini anak bujang satu ngapain sih di dapur tengah malem? Ga mungkin tikus atau hantu kan??'
Tepat seperti dugaannya, Jisung ada disana dan seperti mencari sesuatu di kabinet dapur.
"Jisung.."
Panggilan itu membuat Jisung terlonjak lalu memegangi dadanya.
"A-ahh... Maaf Jisung berisik ya ? Jisung ga bermaksud bangunin kakak."
Soyu menggeleng,
"Aku emang belum tidur kok. Kamu lagi cari apa?" Soyu berjalan mendekat.
"Jisung lapar." Jisung menambahkan senyuman canggung di akhir kalimatnya.
Disaat bersamaan Soyu bisa mendengar jeritan perut Jisung yang membuatnya ingin tertawa.
" Duduk aja akan kubuatkan sesuatu."
Kata Soyu.
Dia sebenarnya sudah malas memasak apalagi ini hampir tengah malam, tapi demi keselamatan dapurnya dia lebih memilih untuk menjauhkan Jisung dari sana.
Lelaki itu duduk dengan canggung di meja makan dan menatap punggung Soyu sampai dia selesai memasak.
"Maaf cuma ada ramen sama nasi. Besok aku masakin yang lain." Kata Soyu.
Dia duduk di hadapan Jisung dan melihat lelaki itu mengambil nasi dengan ceroboh hingga buliran nasinya jatuh kemana-mana.
'Haduh ini bocah menguji kesabaran banget ya.'
"Ng.. makasih kak." Dia masih sempat berterima kasih meski tangannya sibuk mengambil buliran nasinya yang jatuh lalu memakannya.
"Hey jangan itu kan kotor." Pada akhirnya Soyu harus membantu Jisung mengambil nasi untuknya. Gadis itu juga membuatkan segelas susu vanila untuk Jisung.
'Lagi masa pertumbuhan musti minum susu nih. '
'Tapi ngomong-ngomong dia kan udah tinggi ya... Masih bisa tumbuh seberapa tinggi lagi nih bocah.' batin Soyu.
"Kakak ga makan???" Jisung menatapnya. Masih ada kecanggungan dalam diri lelaki itu.
"Ngga lapar. "
Jisung tampaknya bingung harus menanggapi bagaimana, jadi dia hanya mengangguk lemah dan menyuapkan nasi ke mulutnya. Pipinya menggembung sangat lucu dan sejujurnya itu membuat Soyu gemas.
Soyu lupa tidak menanyakan apa Jisung suka pedas atau tidak karena lelaki itu sekarang nampak kepedasan dengan wajah berkeringat dan bibir merah.
Jisung minum beberapa kali lalu membuka 2 kancing kemejanya dengan tangan mengipas-ngipas wajahnya.

'pemandangan macam apa ini Ya Tuhan. Masih bocah kenapa keliatan seksi banget yah.'
Soyu berusaha mengalihkan tatapannya meskipun dia masih mencuri pandang ke arah Jisung.
'Sadarlah Yoon Soyu, dia masih bocil. Jangan jadi pedofil.' rutuknya.
"Jie.. " Soyu mengerjap beberapa kali menyadari panggilan singkat yang dia buat untuk Jisung terdengar sangat intim baginya, tapi melihat respon Jisung yang menatapnya, Soyu tidak mau ambil pusing dengan itu.
"Mm.. apa kamu juga ngga tau tentang perjodohan ini???"
"Aku tau." Kata Jisung Singkat. Melanjutkan mengunyah mienya.
"Lalu kamu terima gitu aja??"
Jisung hanya mengangguk membuat Soyu menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa?? Kamu ga keberatan nikah sama... mm .. tante-tante sepertiku?"
'agak ga rela ya menyebut diri sendiri tante-tante.' Batin Soyu.
Jisung mengangkat kedua alisnya lalu menggeleng tanpa keraguan. Lelaki itu melanjutkan mengunyah dan menelan makanannya sebelum kembali menatap Soyu.
"Kenapa??" Soyu seakan tidak puas dengan Jawaban Jisung dan mencoba mencari alasan yang lebih logis menurutnya.
Semua orang tau remaja labil seusia Jisung sangat mencintai kebebasan. Dan sebuah hubungan yang mengikat seperti ini akan sangat merepotkan bagi mereka.
Para remaja cenderung ingin berbuat semaunya dan tidak suka di atur apalagi terlibat komitmen yang serius seperti hubungan pernikahan atau semacamnya.
Bagaimana mungkin lelaki itu mau menerima perjodohan ini dengan mudah. Ini sangat tidak masuk akal.
"Karena sudah settingan pabrik."
"Hah???" Alis Soyu berkerut, dia memberi Jisung tatapan tidak mengerti.
"Kalau kakak udah di setting jadi anak yang jenius oleh orang tuamu. Maka aku udah di setting jadi anak yang penurut oleh orang tuaku..."
Jisung menatap Soyu yang mulai mencerna kata-katanya. Jisung sempat meletakkan sumpitnya sebelum melanjutkan,
"Saat mamaku bilang aku di jodohkan, aku ngga nolak, lebih tepatnya aku ngga punya pilihan buat nolak. Dan ketika aku lihat foto kakak, aku bersyukur setidaknya aku di jodohkan sama orang yang cantik."
Soyu langsung melemparkan tatapan tajam pada Jisung. Senyuman lelaki itu mengembang. Dan melihat senyuman Jisung membuat pipi Soyu bersemu.
Okey, di puji cantik oleh orang lain mungkin bukan pertama kali untuknya. Tapi di puji cantik oleh seorang Park jisung entah kenapa rasanya berbeda.
'Gini kali ya rasanya di puji sama suami sendiri. Ahem..'
Soyu tidak bertanya apapun lagi setelah itu dan hanya diam terhanyut dalam pemikirannya. Sesekali dia melirik Jisung yang menghabiskan makanannya dengan lahap lalu keduanya akan menunduk bersamaan ketika tanpa sengaja saling menatap.
Ini mungkin akan jadi kisah rumah tangga yang lucu. Sepasang suami istri berbeda usia yang masih tampak malu-malu tinggal dalam satu atap.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
