
Kata orang: cinta itu dari mata, lalu turun ke hati.
Aku nulis part ini waktu dengerin lagunya JAZ- Dari Mata.
Like sebelum baca, komen sesudah baca!!!
Happy Reading
---------------------------------------------
"Kata orang, cinta itu datang dari mata, lalu turun ke hati"
*****
Arilly POV
Hari pertama gue jadi murid sungguhan di SMA Starlite. Yeah, gue selalu semangat jika itu tentang sekolah. Bukan, bukan karena gue suka sama semua mata pelajaran ataupun semangat untuk belajar, tapi-- gue selalu menantikan dimana gue gak harus selalu di rumah dan terkurung disana serta mendengarkan perdebatan yang semakin lama semakin buat gue muak dan semakin gue mikir kalau nggak ada satu pun orang yang peduli sama gue.
Dan yang ngebuat gue semangat buat ke sekolah, tentu saja dengan melupakan masalah sejenak yang terus hadir di kehidupan gue, selain karena Dara- temen baru gue, tentu saja karena si Ketos SMA gue.
Gue ngerasa udah jatuh cinta sama dia, bukan-- bukan dengan dirinya, tapi- dengan matanya. Pertama kali gue natap matanya, waktu kejadian gue pura-pura pingsan saat upacara, saat itu pula-- Gue seperti terhipnotis dengan iris matanya yang tajam, terasa hangat dan menenangkan.
Tapi juga, gue nggak menampik jika suatu saat nanti atau entah kapan atau malah besok, gue bakalan jatuh cinta dengan dirinya, dengan hatinya dan dengan jiwanya. Gue nggak tahu, yang pasti itu rahasia tuhan.
Apalagi waktu dia nyium bibir gue-- rasanya tubuh gue tuh nggak bisa bergerak, terlalu terkejut dengan apa yang dia lakuin. And you know what? It's my first kiss! Ciuman pertama gue! dan-- dia yang udah ngambil! Padahal waktu itu gue cuma bercanda dan ngegertak doang biar dikasih tanda tangan sama dia, tapi ternyata-- dia emang senekat itu dan nggak se- perfect kata orang. Dia itu, naughty-- menurut gue.
Jabatannya hanya kedok dirinya, tentu saja untuk menjaga image-nya sebagai ketua OSIS.
Tapi yaudah lah ya. Yang jadi obsesi gue kali ini, narik perhatiannya dan mencoba ingin kenal dengan dia-- just it!
Oke, sekarang gue udah berada di kelas gue-- X Bahasa 2. Iya, kenapa gue bisa tahu kelas gue. Because, semalem udah ada pemberitahuan di grup angkatan. Dari awal gue emang udah join sama grup angkatan. Dimana, jika ada informasi atau apapun itu bisa langsung di share. Teknologi kan udah canggih gitu secara, gak perlu apa-apa harus ke sekolah jika ada info, ye kaaaan.
Dan satu lagi yang bikin hari ini gue seneng baget. Gue satu kelas dong sama temen pertama gue, temen yang gue anggap bobrok kek gue ini. Iya, kalian benar, Dara-- Dara Ananda. Gue nggak tahu takdir apa yang tuhan kasih ke gue. Gue cuma mau bilang "Thanks God!", karena gue bisa satu kelas dengannya. Teman yang gue rasa, bisa ngimbangin goblok-nya gue dan mungkin-- bisa peduli sama gue. Gue inget, satu hari lalu waktu terakhir MOS, dia care banget liat gue yang mabuk darat. Iya, meskipun sekecil itu, udah gue anggap sebagai kepedulian.
Gue ngerasa seberuntung itu. Dimana kedua orangtua gue sibuk adu mulut dengan sikap sok benar mereka masing-masing, gue dipertemukan sama orang yang mungkin bakalan peduli sama gue. Yups, dia Dara. Kalo kak Arfali-- gue nggak tau. Biar waktu aja yang jawab.
Dan oh iya, semenjak kegiatan akhir MOS satu hari lalu, gue jadi dekat sama temen satu kelompok gue juga selain Dara. Iya, ada Rindi, Ayuniya dan juga Ester. Tapi-- gue cuma sekelas sama Dara doang. Yang tiga beda jurusan sama gue dan Dara. Ayuniya yang milih jurusan IPA, Rindi serta Diah- mereka jurusan IPS. Tapi, semenjak itu kita jadi temenan. Mereka juga sama sengkleknya kek gue, cuma-- Ayuniya lebih sedikit waras menurut gue. Makanya dia masuk jurusan IPA, yang dari sana nya terkenal dengan sikap anak baik-baiknya. Gue sih bodo amat ya sama julukan itu.
"Rilly!" Panggil seseorang ketika gue baru saja masuk ke dalam kelas gue.
Gue tengok siapa yang manggil gue, dan ternyata--
"Eh- udah sampe aja Lu Dar, se- semangat itu ye Lo?" Tanya gue, ketika tau siapa tadi yang manggil gue, dia Dara.
"Ya dungs, first day gitu. Nggak elit banget kalo telat di hari pertama gue masuk sekolah. Ya kalik!" Ujarnya sambil memutar bola matanya gue lihat. Gue do'ain juling tuh mata, Eh-- astaghfirullah, maafin gue ye Dar. Wkwkwk.
"Iyain." Balas gue singkat. Gue ngelihat dia cemberut. Ngapa lagi dah?
"Jahat banget lu, Ly!" Yaelah, gue kira apaan.
"Udah ah, kenapa malah jadi ribut. Jadi, gue boleh nggak nih duduk sama elo?" Tanya gue ngalihin pembicaraan.
"Boleh dong!" Jawabnya nge-gas.
"Eh busyet!!! Biase aja doong! Nggak usah pake nge-gas segala." Cecar gue. Dia cuma nyengir doang geees.
"Iya-iya, mon maap. Bangku sebelah gue emang gue kosongin buat elo. Gue cuma mau sebangku sama lo, Ly." Balasnya. Uuuw, so sweet banget kan dia. Masih inget gua aja, padahal tadi gue sempet doain matanya juling, tapi nggak jadi. Hehehe.
"Thanks ya." Balas gue, sambil naruh tas gue di atas meja, lalu duduk dibangku sebelahnya. Dia mengangguk sebagai balasan.
Tak lama setelah itu, datang seorang guru wanita-- cantik dan terlihat ramah. Beliau memperkenalkan diri sebagai wali kelas gue, namanya-- Tatik Rosella.
Bu Tatik ini menurut gue sangat ramah dan ngayomi banget, dilihat dari perangai dia berbicara dan mengajak berkenalan agar lebih dekat dengan kita semua.
"Baiklah anak-anak, sampai sini dulu ya. Karena ini baru pertama masuk, belum aktif KBM juga, jadinya nggak bakal ada guru yang masuk. Kalian bisa saling mengenal terlebih dahulu. Dan kita semua bisa saling bekerja sama sebagai keluarga kelas sepuluh bahasa 2 dengan baik, selama 2 semester ke depan." Ujarnya menjelaskan dan memberi wejangan.
"IYA BU!" Satu kelas menyahut, termasuk gue.
"Kalian bisa istirahat sekarang. Dan sampai jumpa!" Lanjutnya dan kemudian pamit keluar.
Dan sebelum kita semua keluar untuk istirahat seperti yang dikatakan sama Bu Tatik. Seseorang terlebih dahulu mencegah kami semua untuk keluar kelas.
"Eh bentar, jangan keluar kelas dulu! Gue ada info buat kalian." Nah, yang bersuara kali ini adalah si ketua kelas yang udah tadi kita rembug bersama wali kelas. Dia Ojan-- Sarojan. Yah, gue satu kelas lagi sama cowok cungkring satu itu setelah waktu MOS kita satu kelompok kelas.
"Gue mau ngasih tahu kalian semua, sebagai ketua kelas yang bakalan ngayomi dan bertanggungjawab penuh selama dua semester di kelas ini, gue bakalan bikin grup kelas biar kalo ada apa-apa gue langsung bisa gercep ngasih tahu kalian semua." Dia berhenti sejenak.
"So, tulis nomor WA kalian biar gue bisa masukin kalian ke grup kelas. Okai!" Lanjutnya. Yaelah, gue kira apaan dah, nyita waktu istirahat aja ni bocah atu.
"Mau modus kali lo Jan, biar bisa pc in cewek-cewek kelas. Ye kan? Ngaku!" Nih si Dara memang asak jeplak orangnya.
"Cungur Lu, Dar! Gue beneran ini. Kalo gue nggak punya data nomer kalian, gimana gue masukin kalian ke grup, yaelah-- nethink aja!" Sanggah si Ojan. Bener juga sih, Dara emang nyablak aja.
"Iyain!" Nahkan, dikasih tau malah minta tempe. Eh-
"Yaudah buruan! Nanti malah waktu istirahat kalian semakin tersita. Buruan!" Ojan menyerahkan selembar kertas kepada teman sekelas dari depan pojok, dan bakalan bergeser sampai belakang dan terisi semua datanya, termasuk nomor gue.
*****
Kali ini gue tengah berjalan menuju kantin bareng Dara. Mau apalagi kalau bukan jajan, nggak mungkin kan mau ngaji. Ngaji mah di masjid, ya kalik di kantin.
"Eh Ly, pulang sekolah nanti mau nggak ikut gue?" Tanya Dara seiring kita jalan ke kantin.
"Nggak bisa." Balas gue.
"Kenapa?"
"Karena--" Ucapan gue kepotong gegara ada yang nyenggol bahu gue dengan keras dan terlihat sengaja.
"Ups, sorry." Ujar orang yang nabrak gue tadi. Gue lihat, dia nggak beneran minta maaf, karena gue lihat wajahnya yang terlihat malas sekali.
Gue natep dia tajam, "Punya mata?" Tanya gue datar.
"Eh lo! Yang sopan dikit kalo jadi adik kelas!" Gue tanya apa, dia jawab apa. Hah, gue memutar bola mata gue malas. Gue nggak suka senioritas! Norak tau nggak sih!
"Lo yang nabrak gue kali kak!" Ujar gue malas.
"Lo!"
"Apa?" Tantang gue. Gue terlalu malas dengan sikap sok berkuasa dia. Baru juga gue masuk, ada aja yang nggak suka.
"Udah Ly, nggak usah ditanggepin. Mending kita langsung ke kantin." Lerai Dara. Gue? Nggak peduli!
"Nggak bisa! Orang kek gini tuh nggak bisa dibiarin, gue nggak suka senioritas." Bisik gue lirih, gue yakin si Dara denger.
"Tapi-"
"Nah ini nih An, dia yang mepet si Arfa terus dari pertama kali MOS. Apalagi, di malam inagurasi, si Arfa gitarin dia buat ngiringin dia nyanyi." Sahut teman si kakel yang nabrak gue tadi. Apaan dah, kapan gue mepetin kak Arfali?
"Beneran?!" Gue lihat si An ini yang tadi dipanggil gitu sama temannya tengah melotot sekarang. Temannya tadi nganggukin kepalanya.
"Kurang ajar! Kecentilan banget sih Lo jadi cewek!" Labraknya sambil dorong bahu gue. Sial!
"Apaan nih dorong-dorong!" Sewot gue gak terima.
"Jadi adik kelas jangan kecentilan deh!" Tuduhnya.
"Siapa yang kecentilan?"
"Lo lah!" Ujarnya sambil nunjuk gue.
"Gue kecentilan? Sama siapa?" Tanya gue bingung.
"Arfali-- Arfali Rustanto Adijaya. Anak pemilik sekolah ini." Sahutnya. Cih-
"Kak Arfali? Si ketua OSIS?" Dia mengangguk.
"Emang lo siapa nya?"
"Gue, calon pacarnya!" Balasnya sombong. Yaelah.
"Baru calonkan? Bukan berarti pacar! So, loe nggak berhak buat ngelarang gue nggak deket sama kak Arfa." Jawab gue datar. Gue emang seberani itu. Gue nggak pernah mandang siapa dia. Siapapun orang yang berani ngusik, gue bakalan ngelawan. Sekalipun dia lebih tua dari gue.
"Lo!!"
"Udah An, Pak Tanto jalan kesini. Gak lucu kalo kita diseret ke BK karena ribut sama adkel!" Sahut temannya tadi.
Bener, Pak Tanto yang gue tahu sebagai guru BK itu tengah jalan menuju kantin.
"Awas Lo!" Ujar si An tadi sebelum ninggalin gue sama Dara di koridor kelas. Gue yakin, tadi kita jadi bahan tontonan. Dan gue, bodo amat lah ya.
"Berani banget sih lo tadi sama kak Andini." Ujar Dara setelah kita menempati bangku yang masih kosong di kantin, setelah kita pesan makan dan minum.
"Andini?" Dara mengangguk.
"Iya, tadi yang loe ajak adu bacot, dia Kak Andini, kelas 12 IPS 4. Gue denger, dia emang ngebet banget sama Kak Arfa dari pertama kali Kak Arfa jadi murid baru. Walaupun dia kakak kelasnya." Jelas Dara. Dih-- cabe! Tapi-- Gue ngernyitin dahi bingung.
"Loe kok tahu?" Tanya gue.
"Gue emang se update itu. Sebelum gue masuk ke sekolah bergengsi ini, gue selalu ikutin akun ige sekolah ini. Dan yups, semua yang menarik buat dijadiin gosip bakalan ada di akun itu, termasuk gosip Kak Andini yang ngejar-ngejar kak Arfa." Jawabnya dengan lancar. Duh, temen gue ini ternyata juga suka ngegosip. Kepo lagi!
"Yaudah sih, nggak penting juga. Yang jelas, gue nggak suka senioritas." Balas gue acuh.
Hening, karena gue sama Dara tengah nikmatin pesenan kita. Saat makanan kita berdua habis, gue lihat di Dara kek mau ada yang diomongin.
"Kenapa?" Tanya gue.
"Itu, tadi kenapa lo nggak mau ikut gue sepulang sekolah?"
"Oh-- itu, gue ada job." Bales gue.
"Job?"
Gue mengangguk, "Hem, gua ada manggung di kafe seberang. Lumayan, bisa buat nambah jajan." Jelas gue sambil habisin es teh gue.
"Lo penyanyi kafe?" Gue ngangguk.
"Sejak kapan?" Keponya.
"Udah dari liburan SMP mau masuk SMA."
"Waah, hebat! Gue ikut ya nanti?!" Ujarnya antusias.
"Katanya mau pergi?"
"Enggak jadi, lain kali aja. Ya-- gue mau liat lo manggung."
Gue ngangkat bahu gue acuh, "Oke deh."
*****
Gue udah berdiri di stage yang tersedia dia kafe tempat gue kerja dan gue siap untuk nyanyiin sebuah lagu untuk menghibur semua pengunjung kafe.
Sesuai kesepakatan, Dara juga ikut gue ke kafe. Dia udah duduk manis di kursi pojok sambil nyemilin makanan ringan yang udah di pesan. Dasar!
"Baik, disini saya akan menghibur kalian dengan sebuah lagu untuk orang-orang yang mungkin sedang terpikat dengan seseorang." Gue berhenti sejenak.
"Saya akan nyanyiin lagu yang di populerkan oleh penyanyi JAZ-- Dari Mata. Selamat menikmati."
Gue mulai ngikutin irama gitar yang dimainkan sama band kafe ini juga, gue cuma sebagai vokalis.
Matamu melemahkan ku
Saat pertama kali ku lihatmu
Dan jujur, ku tak pernah merasa
Ku tak pernah merasa begin
Matamu melemahkan ku
Saat pertama kali ku lihatmu
Dan jujur, ku tak pernah merasa
Ku tak pernah merasa begini....
Oh mungkin, inikah cinta pandangan yang pertama...
Karena apa yang kurasa ini tak biasa
Jika benar ini cinta, mulai dari mana
Oh dari mana???
Gue ngedarin mata gue, dan tiba-tiba gue terpaku sama mata yang juga tengah natap gue dengan tajam. Nggak bisa gue alihin mata gue dari matanya.
Dari matamu matamu ku mulai, jatuh cinta...
Ku melihat melihat ada bayangnya
Dari mata kau buat ku jatuh
Jatuh ke hati.....
Dari matamu matamu ku mulai, jatuh cinta...
Ku melihat melihat ada bayangnya
Dari mata kau buat ku jatuh
Jatuh ke hati.....
Selama gue nyanyi, mata gue cuma terpaku dengan satu sosok yang dari tadi juga gue rasa tengah natep gue. Mata itu, mata yang udah buat gue jatuh cinta sama iris matanya.
Arfali-- seseorang yang sedari tadi gue tatap matanya selama gue nyanyi. Gue nggak nyangka, dia juga nongkrong di kafe ini. Baru kali ini gue lihat dia, selama gue ada job di kafe.
Sampai gue nyelesaiin nyanyian gue, gue lihat dia langsung memutus kontak mata. Dan gue pun juga mengedarkan mata gue mendengar riuh tepuk tangan sebagai apresiasi.
Gue juga lihat si Dara yang dengan semangat tepuk tangan. Heran gue, gak panas tuh telapak tangan? Gue juga ngelihat dia ngacungin jempolnya. Gue balas dia dengan senyuman saja. Emang mau apalagi?
Terlepas itu semua, gue masih inget sama tatapan tajam Kak Arfali yang mandangin gue selama nyanyi. Gue nggak tau kenapa? Tapi-- ada yang berdebar dengan kencang di dalam tubuh gue.
Gue rasa, setelah manggung gue harus cek ke dokter.
"Aku rasa, aku semakin jatuh cinta dengan matanya."
*****
To be continue
Duuuuh pegel nih tangan. 2000++ kata.
2 kata buat part ini?
Ingat, semakin banyak like dan komen, semakin menyulut mood aku buat nulis lagi.
Salam dari penulis yang sering ngaret ini. Baiii๐๐
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
