
Tidak ada yang lebih capek daripada menganggur lama. Ditambah lagi tidak ada penghasilan dan merasa hidup hanya berhenti di satu titik saja. Begitulah yang dirasakan Joni, pria yang hanya bisa memasak mie instan sehari-harinya. Namun siapa sangka, kemampuannya itu mampu membuatnya menjadi salah satu Chef Warmindo Next Level.
Tidak ada yang lebih capek daripada menganggur lama. Ditambah lagi tidak ada penghasilan dan merasa hidup hanya berhenti di satu titik saja. Begitulah yang dirasakan Joni, pria kurus tinggi dengan rambut cepak yang sedang selonjoran di kasur kamar kosnya. Di dalam ruangan 3 x 4 m itu, Joni dengan kedua tangan sebagai bantal kepalanya, menerawang jauh melihat bohlam yang memancarkan cahaya kuning. Di bawah kasur tempatnya tidur, berserakan map coklat berisi CV untuk lowongan pekerjaan yang dia cari dan koran dengan coretan-coretan silang merah. Dia menghela napas panjang mengingat berapa banyak CV yang telah dikirimkan secara online maupun offline, namun tidak mendapatkan balasan dari penyedia lowongan kerja.
Berusaha menutup hari dengan tidur, terdengarlah suara handphone berdering di meja samping kiri kasurnya. Dengan malas diambilnya handphone dengan satu tangan. Dilihatnya layar handphone Bagus teman akrabnya menelpon.
"Apa, Gus?" Sapanya malas.
"Eh, ini barusan aku lihat ada iklan dekat kantor, Warmindo Mencari Chef. Tokonya masih baru. Barangkali rejekimu!" ucap Bagus dengan logat Jawanya yang kental.
"Aku hanya bisa masak Indomie, Gus. Masak mie saja kok sampai harus jadi chef. Banyak yang bisa dari aku."
"Loh, coba saja dulu, Jon! Ini ditulisnya juga masakan utamanya ya Mie, kok! Namanya saja Warung Mie Indonesia. Harusnya Indomie juga bisa masuk, Jon!"
"Aku itu bikinnya mie instan, Gus."
"Bisalah, Jon! Kamu kan sering buat mie itu jadi aneh-aneh biar gak bosen. Kaya apa itu…"
"Lumpia?" sahut Joni.
"Iya! Banyak lagi bentuk mie yang kamu buat. Buatanmu enak-enak loh, Jon!"
"Yawis lah, Gus! Aku pikir-pikir dulu." Joni menutup telepon dan menghela napas besar.
Tak sampai satu menit, handphone-nya kembali bergetar dan mendapatkan pesan WA dari Bagus. Dia membuka foto poster lowongan kerja yang dimaksud dengan Bagus dan melihatnya dengan seksama.
"Ternyata masih ada yang pakai poster untuk lowongan kerja." Joni berbisik pada dirinya sendiri. "Ya sudahlah, kalau memang rejekiku ya pasti jadi milikku!"
Joni meletakkan handphone kembali ke mejanya dan tidur.
—-
Keesokan harinya, Joni sudah mengantri dengan peserta lain dan duduk di suatu ruangan. Dengan layar monitor yang menyala di depan ruangan, semua orang bisa melihat dengan jelas setiap peserta membawakan masakannya untuk dicicipi oleh dua juri yang sudah tidak asing di mata mereka. Juri tersebut adalah pasangan influencer yang bergabung membuat restoran mie yang dapat menggoyangkan lidah penikmat mie di Indonesia.
Ada seorang pria berpenampilan garang dengan rambut pirang dan badan kekar bernama Roy. Serta pasangannya, wanita berambut panjang hitam yang anggun tergerai dan memiliki badan mungil saat berdiri di samping Roy, bernama Rita. Mereka berdiri di tengah podium di depan meja yang dilengkapi peralatan masak tempat peserta membuat masakan.
Semua orang di dalam ruangan gugup saat melihat masakan peserta dinilai oleh juri-juri tersebut di layar monitor, tidak terkecuali Joni. Ada berbagai macam variasi makanan yang terhidang namun belum memuaskan visi dan misi kedua pendiri Warmindo Next Level yang diharapkan launching dalam waktu dekat.
Tiba saatnya Joni masuk ke dalam ruangan. Hatinya semakin gugup saat harus menyapa kedua juri tersebut. Di hadapannya sudah tersedia kompor dan berbagai macam wajan dan spatula serta peralatan masak dan piring untuk penyajian.
"Selamat pagi, saya Joni." Sapanya saat memasuki ruangan.
"Oke, Joni. Seperti yang kamu lihat di depan, peralatan masak dan piring sudah lengkap. Sekarang silahkan membuat masakan mie terenak dan sederhana dalam waktu tidak lebih dari 10 menit," perintah Rita.
“Kamu tidak boleh keluar ruangan untuk mengambil bahan lain setelah kamu memutuskan untuk memulai, dan harus tetap di tempatmu. Tidak ada tambahan waktu,” tambah Roy. "Sekarang, silahkan kamu mencari bahan-bahan yang kamu butuhkan untuk membuat mie." Roy berkata sambil melihat jam di lengannya, sambil mengarahkan tangannya yang lain ke arah pantry.
"Apakah boleh saya membawa bahan dari luar?" tanya Joni lagi.
"Boleh, silahkan!" jawab Roy santai.
Setelah mendengar jawaban Roy, Joni mengeluarkan Indomie goreng instan dari sakunya. Kedua mata juri membelalak kaget saat Joni mengeluarkannya. Tampak keduanya menutup mulut menyembunyikan senyum kecil mereka sambil bertukar pandang penuh makna.
"Kamu yakin hanya itu saja cukup?" tanya Roy memastikan.
"Sudah siap, Joni?" Tanya Rita.
"Siap!" Jawab Joni tanpa ragu.
"Oke, waktu dimulai dari sekarang!" Roy.
Dengan sigap Joni merebus air dan menyiapkan piring untuk menyajikan mienya. Dia mengambil timer untuk mengingatkan waktu merebus mie. Saat mie sudah masuk dalam air mendidih, Joni mengaktifkan timer-nya. Setelah itu, Joni terdiam menunggu mie tersebut untuk matang.
"Sudah, Joni?" tanya Roy penasaran.
"Belum, masih menunggu mie matang."
Kedua juri tampak saling menatap dan berbisik saat Joni sedang memasak, berbeda dengan saat mereka melihat peserta yang lainnya. Semua tindakan Joni sangat sederhana dan selesai dengan cepat.
"Sudah selesai!" Joni mengelap piring saji dan mengangkat tangannya.
"Wow, Joni! Kamu salah satu peserta yang sangat menarik perhatian kita." ujar Rita saat menghampiri meja Joni.
Dengan sigap, Roy mengambil sepasang sendok dan garpu, dan menyantap makanan yang di hadapannya. Saat mengunyah mie Joni, Roy melemparkan senyum bermakna ke Rita. Setelah Roy mencicipi mie buatan Joni, Rita mengambil alih dan memakan. Suapan pertama, Rita langsung menatap Roy dengan senyum merekah.
"Kamu berani sekali ya, Joni! Tapi langkah yang kamu ambil sangat tepat!" puji Roy dengan tertawa.
Setelah puas mencicipi makanan Joni, mereka berdua kembali ke tempat juri asal.
"Oke, Joni! Jadi, untuk ketepatan waktu sangat bagus, rasanya juga enak." Puji Rita.
"Untuk tahap pertama, Joni saya nyatakan lulus dan bisa langsung bertemu dengan juri utama, yaitu pendiri warmindo asli sebelum akhirnya kamu dinyatakan benar-benar lulus menjadi chef di warmindo ini."
Keputusan kedua juri di depannya membuat Joni melongo. Joni hanya berkedip-kedip tidak percaya karena sebelum dia maju, banyak peserta yang gugur. Memang benar apa yang selalu ada dalam benaknya selama berusaha mendapatkan panggilan interview dari perusahaan-perusahaan yang dia lamar.
‘Kalau memang sudah rejeki, dia akan datang kepadamu saat kamu berusaha menjeputnya.’
"Serius?" tanya Joni dan langsung mendapatkan anggukan dari kedua pasangan tersebut.
"Kalau kamu masih tidak percaya, besok datang dan buktikan sendiri."
-Bersambung-
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
