
Di balik anak yang tampak santai-santai saja, terdapat ibu yang geregetan melihatnya. Tak terkecuali dengan ibu Betty yang sering dipanggil dengan Mak Betty.
Betty, seorang mahasiswa yang baru lulus sarjana dan masih menikmati masa-masa mencari lowongan kerja hingga titik darah penghabisan. Sudah dua minggu dia kembali ke rumah orang tuanya, Betty sering bertapa dalam kamarnya dan sibuk tenggelam dengan laptop dan handphonenya. Di balik anak yang tampak santai-santai saja, terdapat ibu yang geregetan melihatnya. Tak terkecuali dengan ibu Betty yang sering dipanggil dengan Mak Betty. Sederhananya, Mamak sering dipanggil tetangga sekitar rumahnya dengan Mak Betty supaya mudah diingat, yaitu Mamak yang memiliki anak tunggal bernama Betty.
Sejak kepulangannya, setiap pagi Betty pasti mendengar gelegar suara Mamaknya sudah terngiang sejak langit masih gelap.
"BETTY!! BANGOOON DAH SUBUH!" ucap Mak Betty dengan daster biru kesukaannya dan rambut sudah dicepol. Wanita itu berteriak sambil menghidupkan lampu kamar tidurnya.
"Aduh, Mak! Ayam aja belum berkokok! Janganlah mengambil job desc-nya ayam dulu. Kedengaran sama tetangga sebelah itu loh!" Jawab Betty serak sambil mengusap-usap matanya berkedip-kedip beradaptasi dengan cahaya lampu kamar yang tiba-tiba masuk ke dalam matanya.
"Apa itu job desc job desc? Perawan harus bangun pagi. Harus rajin biar cepat dapat jodoh." Jawab Mak Betty sambil membuka gorden jendela hingga berbunyi ‘srekk’.
"Kerjaan aja belum dapat udah ngomong jodoh!" celoteh Betty sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Betty! Ngelawan aja kalau Mak ngomong!"
"Masih gelap pun, Mak! Biarlah Betty tidur sebentar. Betty begadang tadi malam."
"Siapa suruh begadang? Hape terooos yang kau mainkan." ujar Mamaknya sambil memonyongkan mulutnya, mengabaikan Betty yang masih melongo di tempat tidur melihat gelapnya langit di depan jendela. Tak lama setelah Mak Betty keluar kamarnya, suara adzan subuh berkumandang.
"Dahlah, Mamak ini gak sekalian ngajakin sahur…" gerutu Betty dengan baju tidurnya yang kusut sambil beranjak dari tempat tidurnya.
***
Pagi buta sudah berganti jadi pagi biasa. Tanpa babibu, Betty sudah meraih sapunya dan membersihkan rumah. Kebiasaan Betty mendengarkan lagu dengan headset saat bersih-bersih di kos saat kuliah, masih terbawa sampai ke rumahnya. Dengan bersenandung, dia menyapu setiap sudut rumahnya hingga teras tanpa menyadari bahwa suaranya yang tidak begitu merdu, menggema keras di rumah mungil itu.
"Betty!" ucap Mamaknya yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Sedikit terperanjat, Betty melepas headset-nya.
"Apa Mak?" Betty bertanya dengan senyum penuh kepalsuan. Lebih baik tersenyum daripada ditendang keluar rumah adalah mottonya sejak dia pulang.
"Lagu terooos yang kau dengarkan ! Ini belikan Mamak gula sama kopi. Bapak kau mau ngopi, gula sama kopi habis di dapur. Tolong belikan di warung Mak Yem!" ucap Mamak memberikan uang lima puluh ribuan ke tangan Betty.
"Widih, Banyak bener, Mak? Sisanya buat Betty jajan, boleh?" tanya Betty sambil mengedipkan matanya genit ke Mamaknya.
"Kamu itu. Jajan terooos! Dah, berangkat sana! Keburu Bapak kau berangkat kerja."
"Ayolah, Mak!" Betty mengalungkan tangannya ke tangan Mamak sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Kau ini seperti anak kecil! Yasudah sana!"
"Aseek! Terima kasih, Mamak!"
Begitulah rutinitas Betty dan Mamaknya sejak dia pulang. Tidak ada hari tanpa berantem hingga telinga pekak setiap mereka mengobrol. Bahkan dalam dua minggu sejak kepulangan Betty, rumah yang semula tampak seperti kuburan berubah jadi pasar malam. Namun layaknya ibu dan anak, mereka tetap saling menyayangi. Di waktu lengang siang hari, Mamak dan Betty selalu meluangkan waktu bersama sambil tidur-tiduran di lantai ruang tamu. Kedua wanita berdaster itu menonton gosip di televisi dengan kepala Betty tidur di atas paha Mamaknya.
"Sudah dapat kerja kau, Nak?" tanya Mamak Betty sambil mengusap rambut anaknya dengan halus.
"Tumben Mamak bicara halus. Ada apa nih?"
"Kau itu, dimarahi gamau, dibaiki gamau!" ucap Mamak Betty sambil mengusap keras kepala anaknya gemas.
"Iya, Mak! Ampunlah! Ini Betty sudah kirim lamaran, masih menunggu balasan saja atau interview."
"Banyaklah do'a, puasa, tahajud, sedekah…"
"Banyak kali lah, Mak! Satu-satu…"
"Kau ini dikasih tahu malah ngelawan. Main Hape terooos kau, sih!"
"Apalah kok tiba-tiba ke Hape, Mak!" gerutu Betty. “Mak, Betty lapar, nih! Beli Go-Pud ye, Mak?”
“Sudah tau masih nganggur, belagak pula gopad gopud. Bikin sendiri sana di dapur!”
"Yaah, Mak! Betty mau bikin mie ya kalau begitu?" tanya Betty lagi melongo ke atas menatap wajah Maknya.
"MIE TEROOOOS!" jawab Mamak Betty sambil menjewer telinga Betty.
"Aduh, Mak! Sakitlah… Betty belum makan mie sejak pulang. Dah, pengen banget nih, Mak! Gopud ajalah kalau begitu!" ucap Betty beranjak dari paha Maknya sambil mengusap-usap telinganya.
"Banyak alasan kau rupanya. Ya sudah! Buat sana!"
***
Betty mengambil sebungkus Indomie di rak dapur dan mulai merebus air. Tidak berapa lama berselang, Mamak Betty sudah mengekori Betty dan duduk di meja makan dapur. Setiap gerak-gerik Betty dilihat oleh Maknya.
"Udah kaya Chef Joni aja, Mak!" celetuk Betty tetap fokus pada mienya. Tangannya membuka bungkus Indomie goreng kesukaannya dan memasukkan ke dalam air yang mendidih.
"Chef Joni yang kaya aku." Jawab Mak Betty dengan percaya diri.
"Iyalah, daripada dicoret dari KK…" gerutu Betty.
"Nanti jangan dibuang air rebusannya ya, Bet!" Ucap Mak Betty menghiraukan perkataan Betty.
“Mamak mau buat juga?”
“Enggak. Incip punya kau ajalah!”
Tidak lama berselang mie buatan Betty sudah siap di piring dan Betty duduk di samping Mamaknya. Mata Mak Betty yang sudah fokus di piring Betty sejak awal, terus mengamati hingga masuk ke mulut Betty.
"Enak, Bet?"
"Mak, mau coba?" Tanya Betty basa-basi sambil tetap mengunyah mie di mulutnya berharap Mamaknya tidak menanggapi pertanyaannya.
"Boleh, Bet!" Mak Betty mengambil piring Betty dan menyuap mie buatan anaknya, sementara Betty mematung melihat Mamaknya. Mak Betty menggulung mie dengan garpu tanpa putus dan semakin membuat Betty takut.
Mata Betty hampir copot ketika melihat garpu Mamaknya berputar hingga hampir mengambil semua mie di piringnya.
"Mak!" Ucap Betty was-was dan Mak Betty tidak bergeming.
"Mak!" Hampir histeris ketika mendapati mie di piringnya hampir habis tidak tersisa.
"Loh, habis Bet!" ucap Mak Betty dengan raut muka melongo.
"Yah, Mak!" Betty mengerucutkan bibirnya dan menatap Maknya. Definisi marah tapi takut dicoret dari KK.
"Sudahlah, buat lagi! Masih banyak kan di kardus itu." Mata Mak Betty mengarah ke kardus Indomie goreng dengan sisa mie instan yang masih banyak.
"Nanti dibilang 'Mie terooos!', serba salah lah Betty ini!"
"Udah, nggak! Sana bikin lagi. Pakai air rebusan yang tadi. Lebih enak nanti mienya."
"Tau dari mana kalau pakai air rebusan sisa rasanya lebih enak?" Tanya Betty dongkol.
"Yah, Mak sudah berpengalaman bikin mie. Gak seperti kamu." Mak Betty mengungkap dengan santai tapi membuat Betty memicingkan matanya.
"MIE TEROOOS!" kata Betty ke arah Maknya.
"Ups!" Mak Betty menutup mulutnya sambil mengedarkan penglihatannya ke tempat lain. "Bikin dua ya, Bet!" tambah Mak Betty tanpa rasa bersalah.
"MIE TEROOOS!"
--***--
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
