
Deskripsi
Atheisme.
Sepanjang sejarah, kita dapat menemukan bahwa banyak manusia mencari keberadaan Tuhan, yang melampaui segala keterbatasan manusia, yang sempurna. Entah itu dewa-dewi Yunani, Tuhan di agama Kristen dan Katolik, dan sederetan konsep Tuhan dalam budaya lain.
Sepanjang sejarah pula, kita dapat menemukan banyak orang yang dihukum karena menolak keberadaan Tuhan, contohnya ialah Socrates yang menolak dewa-dewi Yunani. Berkembangnya waktu, atheisme ini bukan hanya menolak Tuhan, tetapi menolak...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Peradaban Teologi Islam.
3
0
Filsafat Islam merupakan hasil proses intelektual dari pemikir di berbagai tempat, seperti Arab, Syiria, Persia, Turki, dan Spanyol. Bahkan, suku Barbar pun juga sempat mengambil bagian.Pada 541 M, kota Alexandria di Mesir jatuh ke tangan jendral Arab, yaitu Amr bin al-‘Ash. Sebelumnya, sejak masa Alexander Agung, wilayah Mesir, Syiria, dan Irak memiliki kebudayaan Yunani yang kental.Syiria dan Irak mempelajari filsafat Yunani sejak abad ke-4 M. Namun, yg menjadi pusat studi filsafat Yunani adalah Kota Alexandria pada abad ke-7 M. Kajian pemikiran Yunani digunakan sbg kunci untuk masuk ke dalam naskah teologi di Alexandria kpd para intelektual di Syiria.Meskipun memiliki pemikir yang beragam, unsur Arab paling dominan di sini karena sampai abad ke-17, bahasa Arab digunakan sebagai salah satu media pemersatu dalam menyatakan pemikiran-pemikiran filosofis. Karena itulah filsafat Islam juga bisa disebut sebagai filsafat Arab.Juga, tanpa orang-orang Arab, kemajuan intelektual mungkin gak bakal terjadi, loh! Sebab orang-orang Arab lah yang melakukan berbagai pembaruan dan harmonisasi dalam kebudayaan.Misalnya dalam hal berpakaian, etika, norma, dan pengetahuan.Sejarah intelektual bangsa Arab dimulai dengan lahirnya agama Islam karena Islam memberi world-view yang logis dan sistematis. Hal itu tergambar dalam kitab sucinya, yaitu al-Qur’an.Al-Qur’an memberikan seperangkat prinsip dan aturan lengkap yang mengatur kehidupan.Hal inilah yang nggak dimilikin sama bangsa Arab sebelum lahirnya Islam!Para intelektual Islam di masa awal berfokus pada materi yang ada dalam al-Qur’an dengan menafsirkannya dan mengambil pernyataan-pernyataan hukum moral yang tersirat di dalamnya. Dari kegiatan tsb, muncul ilmu tafsir, fiqh, dan qira’at.Ilmu-ilmu tsb dibutuhkan masyarakat demi mencapai hidup yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwahyukan Tuhan. Dan dari ilmu-ilmu ini juga muncul cabang ilmu disiplin lain yang termasuk dalam ilmu linguistik.Studi-studi bahasa dan retorika dikembangkan selama dua abad pertama kemunculan Islam, digunakan sebagai alat untuk menafsirkan dan membenarkan pemakaian bahasa al-Qur’an dan Hadist.Namun, pada saat itu kegiatan pengkajian teks-teks Al-Qur’an mengalami kendala. Hal itu disebabkan oleh adanya konfrontasi antara Islam dengan para penganut Paganisme dan Kristen di daerah Damaskus dan Baghdad.Selain itu, terdapat masalah moral dan hukum yg muncul dari gambaran kemahakuasaan Tuhan yg tidak terbatas dan hubungannya dgn pertanggungjawaban manusia. Kemudian, adanya kebutuhan untuk melindungi apa yg disebut sebagai pandangan hidup Islami yg mesti disusun secara sistematis.Nah, masalah-masalah tsb jadi dasar pertumbuhan dan perkembangan teologi skolastik Islam nih. Banyak karya para teolog Islam di masa itu berupa perlindungan terhadap sanggahan yang dilontarkan para penganut Paganisme, Manikeisme, Yudaisme, dan Kristen.Menjelang abad ke-7 M, fokus pembicaraan para filsuf Islam mulai mempermasalahkan keadilan Tuhan dan tanggungjawab manusia. Selain itu juga membahas tentang kehendak bebas dan takdir.Aliran Mu’tazilah (yang dipelopori oleh Wasil bin Atha) membenarkan adanya kebebasan individu di satu sisi dan keadilan Tuhan di sisi lain. Meskipun mereka menyandarkan argumentasinya pada al-Qur’an, mereka cenderung mengajukan argumentasi etis dan rasional yang ketat.Usaha tsb memerlukan pemahaman yang lebih tinggi lagi. Karena itulah mereka akhirnya menggunakan filsafat Yunani Kuno. Teologi skolastik Islam menuntut umat Islam untuk mempelajari filsafat Yunani.Dan memang pas banget, umat Islam pada saat itu haus akan pengetahuan. Contohnya kayak Khalid bin Yasid, putra mahkota Umayyah, yang rela menyediakan ongkos penerjemahan karya-karya ilmiah seperti kedokteran, astrologi, dan alkimia ke dalam bahasa Arab!Perkembangan filsafat dan teologi Islam erat kaitannya dengan kemunculan Dinasti ‘Abbasiyah pada pertengahan abad ke-8. Perhatian pada filsafat dan ilmu pengetahuan di masa ini sangat didukung oleh pemerintah. Masa awal aliran filsafat Islam bertepatan dengan penerjemahan pertama karya filsuf-filsuf Yunani dari bahasa Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Sebelumnya, orang-orang Kristen Syiria membuka jalan bagi pengenalan warisan Yunani ke daerah Timur Dekat (wilayah Levant atau Syam yang sekarang meliputi Palestina, Lebanon, Suriah, Yordania, Turki, Irak, Iran dan Suriah) sesaat sebelum penaklukan bangsa Arab. Mereka tertarik pada filsafat Yunani dan logika Aristoteles. Kedua pemikiran tsb digunakan sebagai pengantar untuk mengkaji naskah-naskah teologis. Teologi Islam kemudian mengalami kemunculan berbagai aliran, seperti mistisisme dan sufisme. Mistisisme berakar pada sumber asli yang tumbuh dari kesadaran manusia akan Tuhan dan rasa kefanaan jika tanpa kehadiran Tuhan. Pengalaman mistik berbeda dengan pengalaman rasional atau filosofis. Tapi, pengalaman ini tidak dapat dipisahkan dari aspirasi rasional dan filosofis manusia karena mengarah pada objek yang juga dicari oleh akal, yaitu pemahaman tertinggi dan menyeluruh tentang realitas. Dan memang kenyataannya mistisisme Islam lebih berhubungan erat dengan filsafat daripada mistisisme-mistisisme lain. Misal, mistisisme dari beberapa tokoh sufi seperti Ibnu Arabi yang mencapai puncaknya pada pola dunia metafisik dan kosmologis (kental dengan makna filosofis!). Selain itu, ada juga perhatian filosofis beberapa filsuf Islam seperti Ibnu Bajjah (seorang Platonis) dan Ibnu Thufayl yang secara logis mengarah pada konsepsi pengalaman mistik sebagai penobatan proses penalaran yang disebut “iluminasi”. Filsuf Islam pertama yang menulis dalam bahasa Arab adalah Al-Kindi, meskipun pemikirannya masih cenderung mengarah ke teologi. Tapi, bisa dibilang ia berada dalam posisi antara filsafat dengan teologi. Ingat corak berpikir khas Abad Pertengahan? Perhatian utama pemikiran Al-Kindi adalah usaha perlindungan terhadap tenggelamnya kepercayaan agama dalam arus pemikiran filosofis yang abstrak dan penundukan total cahaya iman yang supernatural kepada cahaya akal budi. Setelahnya, kaum iluminasionis memiliki kecenderungan filsafat berada dalam usaha mempertahankan hak berpikir demi mendaki puncak pengetahuan dan menyibak tirai rahasia yang menyelubungi realitas yang terdalam. Filsafat Islam dan usaha para intelektual Islam dalam menerjemahkan teks-teks Yunani ini setelahnya memiliki pengaruh yang sangat besar dalam filsafat Skolastisisme Eropa, yang juga memengaruhi pemikiran salah satu filsuf besar, yaitu Thomas Aquinas!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan