Cinta Berbalut Dosa Part 1-3

46
0
Deskripsi

Terlahir dari dosa perselingkuhan orangtuanya, semua orang mengatakan Serena tidak berhak bahagia, dan yah, Serena tumbuh dengan segala hinaan serta celaan. Setiap kali mendengar hal tersebut Serena hanya bisa tersenyum kecil, menganggap kelucuan tersebut bagai sebuah hiburan karena tanpa orang-orang harus mengatakannya, hidup Serena memang sudah nelangsa.

Ibunya meninggal saat melahirkannya, Ayahnya tidak mengakuinya, dan dibesarkan oleh Bibi yang tidak menikah serta hobi marah-marah lengkap dengan...

Serena dan Masalahnya

"Reen, jangan lupa kirim uang buat Bibi. Lebihin buat bulan ini, jangan pelit-pelit kamu sama Bibik. Kalau bukan karena Bibik, udah mati kamu dimakan anjing komplek."


 

Telepon yang sama disetiap tanggal yang sama dengan isi pembicaraan yang sama, bahkan detil kalimatnya pun sama. Sungguh Rena bosan mendengarnya, namun sebagai satu-satunya orangtua yang Rena miliki, Rena sama sekali tidak bisa menolak permintaan dari Sang Bibi. Apalagi kenyataan jika di usianya yang hampir 50 tahun Bibinya masih betah melajang itu karena dirinya membuat Rena semakin terbebani.


 

"Iya, iya Bi. Rena usahakan, tapi mbok ya jangan boros-boros dong, Bi. Kurangin kegiatan sosial Bibi, Rena sampai pusing setiap kali denger Bibi ditipu sama Bandar arisan."


 

Sebagai orang tua yang tidak punya siapapun disisinya, Bibinya adalah sasaran empuk bagi para penipu, tapi sayang Bibinya itu manusia keras kepala, khas keluarga Prabumi. Jengah dengan setiap laporan bibinya usai tertipu, Rena berusaha memperingatkan Bibinya, sayangnya seperti yang bisa Rena tebak, Bibinya akan mencak-mencak.


 

"Dahlah, diem kamu. Nggak usah ngatur-ngatur Bibi. Kerja yang bener, cari duit yang banyak buat Bibi, inget, di dunia ini kamu punya Bibi, jadi balas budi Bibi selama Bibi hidup, bisa jadi Bibimu ini mati ngenes kayak Ibumu atau minggat kayak Bapakmu yang sedeng itu."


 

"Bi.........."


 

"Apa, mau jawab apa? Kalau nggak mau dimintain duit mending sana pergi ke keluarga Ibumu dan minta buat beliin Bibi kos-kosan 100 pintu, itu harga yang pas buat gedein cucu mereka yang bahkan nggak mereka tahu kehadirannya."


 

Telepon itu ditutup sepihak oleh Bibi Intan, adik dari Ayah kandung Serena tersebut bahkan tidak mau bersusah payah untuk mendengar jawaban dari Rena. Aaahhh, lelah, itulah yang dirasakan Rena, rasanya sekeras apapun Rena berusaha untuk menjadi manusia baru, tetap saja bayang-bayang masalalu itu singgah kembali menjadi status di hidupnya, terlalu muak hingga Rena tidak sadar jika dia menggenggam pensil terlalu kuat hingga akhirnya pensil itu patah menjadi dua.


 

Suara patahan pelan itu terdengar nyaring di ruang kerjanya, sontak saja beberapa orang melongok penasaran ke arah Rena. Satu dari mereka yang bernama Samuel mendekat, dan melihat Rena dengan pandangan bertanya sarat akan ketidaksukaan.


 

"Bibimu lagi?" Tanyanya yang hanya di anggap angin lalu oleh Rena, bahkan perempuan dengan wajah kecil dan hidungnya yang tinggi tersebut sama sekali tidak bersusah payah untuk melihat ke arah seniornya ini. "Minta duit?" Tanyanya kembali, dan lagi-lagi itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Rena hingga membuat Sam mendengus sebal, pria blasteran Amerika-Sunda ini sudah sangat paham bagaiman menyebalkannya Rena jika wanita tengil itu tengah emosi, dia akan diam tidak peduli dengan keadaan sekitar, tapi Sam yang sangat tahu masalah apa yang tengah menimpa juniornya dari jaman kuliah sampai ditariknya untuk bekerja di tempat yang sama ini, benar-benar tidak suka kediaman Rena.
 

Jika orang lainnya pasti akan langsung ngacir saat dicueki seperti ini, maka Samuel berbeda, dia tetap berdiri ditempatnya meski tidak diperhatikan karena Samuel tahu bukan hanya kalimat penghiburan yang dibutuhkan oleh Rena, namun sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya. Dan Samuel memilikinya, perlu beberapa detik untuk Samuel membuka ponselnya dan mengetikan sesuatu sampai akhirnya dia kembali bersuara sembari berlalu.


 

"Up skandal Rinjani Prabumi yang berselingkuh dari tunangannya, itu akan cukup untuk membungkam mulut Bibimu yang tahunya cuma duit doang."

2. Firasat Buruk

"Nggak usah begadang, lo perlu bonus, tapi lo juga harus jaga kesehatan lo."


 

Kalimat yang terucap dari Samuel membuatku mengalihkan perhatianku dari profil Rinjani Prabumi. Perempuan cantik yang tumbuh dengan sempurna di dalam keluarga cemara itu mempunyai kanal YouTube dan aktif di semua sosial media. Kontennya yang mengedukasi tentang daily skincare routin dan tutorial makeup  ditunjang dengan kehidupannya yang mewah membuatnya memiliki banyak penggemar, salah satu hal yang membuatku tidak pernah menguliknya selama ini karena memang seornag Rinjani Prabumi tidak memiliki skandal apapun. 


 

Perempuan cantik yang nama belakangnya mengingatkanku dengan nama belakang Ayah kandung yang bahkan tidak pernah tahu keadaanku tersebut tipe sweetheartnya para netizen yang tidak pernah terkena rumor. Semua kontennya positif vibes, mengedukasi, dan dia pun tampak beberapa kali membagikan ADIML-nya bersama dengan tunangannya, sosok perwira polisi yang bernama Gala Mangkualam, pria asal Jogjakarta yang kariernya melesat di Polres Metro dan seringkali wira-wiri saat pers realease kasus kriminal besar. Beberapa kali aku bahkan pernah ditugaskan untuk meliput tentang pria tersebut, ya kembali lagi, wajah tampan pria tersebut seringkali menarik perhatian pembaca media tempatku bekerja.


 

Rinjani Prabumi yang sempurna, bertemu dengan Gala Mangkualam yang sempurna juga, bahkan mereka pun sudah bertunangan meskipun belum menentukan tanggal pernikahan, rasanya tidak masuk di akalku mengenai skandal yang diberikan oleh Samuel ini.


 

Itu sebabnya, sebelum pria ini meninggalkanku sendiri, aku menahannya, membuat pria yang sering bolak-balik Jakarta California ini mengangkat alisnya keheranan.


 

"Ini valid atau nggak? Kalaupun gue nanti bakal kena masalah, seenggaknya ini bukan fitnah!"


 

Samuel melepaskan tanganku yang mencekalnya dengan pandangan sebal yang sudah sangat khas dirinya setiap kali aku meragukannya. Berurusan dengan para influencer ini bukan kali pertama untukku, tapi dengan backingan sebesar Rinjani Prabumi, tentu aku tidak akan terburu-buru melangkah. Aku butuh uang, namun semuanya harus sepadan.


 

"Valid, orang gue lihat di depan mata kepala gue sendiri itu cewek jalan sama salah satu Manager PH Property elite. Nggak sekali dua kali, tapi berkali-kali."


 

"Modelannya kayak orang bener loh, gue masih nggak percaya kalau dia ini sering nongkrong di tempat maksiat macam tempat lo ngalong."


 

Samuel yang mendengar pendapatku seketika menoyor kepalaku, tapi sungguh apa yang aku katakan sekarnag adalah gambaran dari reaksi netizen saat skandal ini aku up. Apalagi dengan bukti-bukti yang memperlihatkan jika antara Rinjani dan pria bernama Wira Yudayana begitu intim, beberapa foto memperlihatkan Yuda yang memeluk pinggang Rinjani dengan sangat posesif, beberapa potret lainnya menunjukkan jika Rinjani tengah mencium pipi Wira, tampak mereka saling tertawa di table privat sebuah Club yang menjadi langganan Samuel untuk menghabiskan malam. Sudah bukan rahasia umum jika tekanan pekerjaan di ibu kota seringkali membuat kita pusing.


 

"Lo udah tiga tahun kerja sama gue disini, bisa-bisanya lo ngomong kalimat tolol kayak barusan. Seharusnya setelah semua yang lo lihat pakai mata kepala lo sendiri, lo paham Ren, di dunia ini nggak ada orang yang benar-benar sempurna. Apalagi untuk orang-orang yang punya kuasa kayak mereka."


 

"Yah, dan alasan ini juga yang bikin lo ngasih gue kerjaan karena lo satu-satunya orang yang nganggap manusia kek gue nggak pantes disalahin atas dosa orangtua gue."


 

Samuel menghela nafas panjang, kebiasaannya jika aku mulai berbicara tentang masalah utama dalam hidupku. "Yang salah orangtua lo, bukan lo. Anak nggak bisa milih terlahir dari orangtua yang mana. Jadi berhenti buat mandang rendah diri lo sendiri. Up dulu saja skandalnya, baru kita cari tahu kebenarannya. Yang penting berita naik dulu, mau gue up sendiri, gue kasihan sama lo belum dapat artikel minggu ini. Oke....."


 

Ada sedikit keraguan dihatiku saat mendengar perintah dari Samuel barusan, biasanya aku akan dengan mudah mengiyakan apa yang diperintahkan oleh seniorku ini, namun kali ini firasat buruk aku rasakan. Berulangkali aku melihat profil Rinjani yang bersisian dengan draft artikel yang siap untuk di tayangkan, sungguh aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi padaku.


 

"Tapi Sam......" kembali aku mengeluarkan keraguanku, tapi Samuel langsung mengirimkan sebuah kontak yang membuatku kembali dibuat berpikir keras.


 

"Gini saja, ini, mending lo pergi ke Club dimana si Rinjani sama Yuda sering hangout, lo nilai sendiri kebersamaan mereka, baru lo putusin mau up atau nggak. Tapi gue yakin, nama lo bakal naik setelah lo update skandal ini."


 

Benarkah? Haruskah aku melakukannya? Biasanya aku tidak akan ragu menguak skandal apapun apalagi jika itu sebuah perselingkuhan mengingat aku sangat membenci perbuatan buruk itu, tapi kali ini, melihat sosok bernama Rinjani ini, aku merasa sangat berdosa saat melakukannya.

3. Bertemu Target 

"Lo sendirian, boleh gue temenin?"


 

Kurang dari 10 menit aku mendudukan pantatku di kursi, seorang yang tidak aku kenal tiba-tiba saja menghampiriku, bar atau Club seperti ini bukan tempat yang asing untukku mengingat seringkali aku berburu skandal ditempat yang lazim dengan bau alkohol dan musik ini namun tetap saja aku sedikit risih saat tiba-tiba seornag pria mendekatiku dan langsung menyentuhku seperti ini.


 

Perlahan aku melepaskan tangannya tersebut dan tersenyum kecil, senyum samar sarat penolakan tersungging dibibirku, satu hal yang aku pelajari dari kehidupanku yang mengenaskan adalah jangan menjadi wanita murahan seperti wanita yang telah melahirkanku, karena ulahnya yang menggatal pada suami orang kini akulah yang terkena imbasnya. Semua orang melihatku seperti aku ini sampah, seornag yang tidak berhak bahagia. Orang-orang yang tahunya aku ini anak yang diadopsi oleh Bibiku saja memandangku sebelah mata, apalagi jika mereka tahu aku adalah anak pelakor yang sudah menghancurkan rumah tangga wanita lain, mungkin orang-orang akan meludahi wajahku.


 

"Gue mau sendiri dan nggak butuh di temenin sama siapapun." Ucapku tanpa basa-basi yang sukses meruntuhkan senyum menggoda pria yang aku taksir berusia hampir 30an ini, penampilan rapi dan bermerek dengan parfum yang mahal, pasti pria ini mengira semua wanita yang didekatinya tidak akan menolak dan apa yang aku lakukan ini tentu melukai harga dirinya.


 

Sayangnya, pria yang kali ini menggodaku sepertinya tidak akan tumbang hanya dengan sekali penolakan, karena alih-alih menjauh seperti yang aku inginkan, pria ini justru semakin berani. Bukan hanya merangkul bahuku, tapi kali ini tangan itu bergerak menuju pinggangku dan yang paling kurang ajar adalah dia mengusap punggungku menggunakan tangan kotornya. Tidak berhenti hanya sampai disana, bahkan pria brengsek ini berbisik tepat di telingaku.


 

"Gimana kalau nanti gue beliin tas yang lo pengenin? Gue tahu kalau segala hal di dunia ini nggak ada yang gratis, termasuk ngajak lo naik ke atas gue malam ini."


 

Aku memejamkan mataku erat. Suara hingar bingar dan musik yang membuat banyak orang berteriak senang nyatanya tidak bisa meredam kekesalanku, sungguh rasanya sial sekali hari-hariku belakangan ini, bukan cuma ditodong uang oleh Bibiku tercinta dan juga tidak mendapatkan artikel yang bisa membuat insight meledak, kini aku harus mengalami pelecehan saat menguntit target artikelku, hampir saja segelas minuman yang aku pesan melayang kepada pria brengsek ini jika saja dua orang yang melintas dengan sikap posesif Sang Pria tidak melintas di dekat kami dan berhenti saat mereka melihat pria yang tengah mengusikku, dan siapa yang menyangka jika Wira Yudayana menyapa dengan akrab pria brengsek yang masih betah meraup pinggangku ini.


 

"Lo belum laporan ke gue malah asyik-asyikan lo duluan disini."


 

"Siap Pak Bos, laporan langsung ditempat sekarang."


 

Kucabut kata-kataku tentang betapa sialnya aku bertemu dengan pria brengsek nan cabul di sebelahku ini karena nyatanya pria ini bagai dewa keberuntungan untukku karena membawa targetku tepat ke depan wajahku tanpa aku harus bersusah payah menguping. Tidak ingin membuang kesempatan, saat pria yang bahkan tidak aku kenal ini hendak beranjak mengikuti Wira Yudayana dan Rinjani, aku menahannya. Niat awalku untukku menyiramkan segelas minuman yang aku pesan, kini aku angkat dan aku dentingkan pada Martini yang dibawanya yang membuat pria brengsek ini tersenyum seolah dia baru saja memenangkan undian.


 

"Private table?" Tanyaku padanya sembari tersenyum semanis mungkin.


 

"Of course, tidak mungkin seorang Joshua dan Wira ditempat yang biasa-biasa saja, nggak keberatan nunggu sebentar, ada bisnis yang harus diselesaikan." 


 

Ya, ya, ya, terserah Mr. Brengsek, Joshua atau siapakah aku tidak peduli. Batinku dalam hati meskipun bibirku berkata lain kepadanya.

"Sama sekali, tidak." Ucapku sembari bangkit mengikutinya berjalan menuju table VVIP yang jelas untuk mendapatkannya saja kita harus spend money dalam jumlah yang tidak sedikit. 


 

Demi pekerjaan, lagian ini bukan pertama kaliny buat kamu kan, Ren, ucapku menghibur diriku sendiri. Masih mending laki-laki ini bukan pria tua genit seperti para pejabat yang masih doyan daun muda, setidaknya mataku tidak sepenuhnya ternodai, namun sayang tepat saat aku baru saja duduk di samping rekan bisnis Wira Yudayana ini, suara celetukan dari Rinjani langsung menyambutku.


 

"Siapa dia, Josh? Please, gue nggak masalah lo main asal comot sembarang cewek tapi jangan yang mukanya mirip sama Bokap gue, benci gue lihatnya. Berasa lihat anak selingkuhan Bokap kandung gue tahu, nggak?!"

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Cinta Berbalut Dosa Part 4-5
50
31
Tolong dong komen ini dilanjut atau nggak?Kalau nggak ya udah sih Mamak stop aja, zuzurrrrr Mamak agak down ya lihat komenannya
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan