
Gimana-gimana?
tinggalkan Love โค๏ธ sama komentar sebanyak-banyaknya biar Mamak semangat.
Kalau sekiranya nggak mau dilanjut, komen juga ๐๐๐
6. Penawaran
"Saranku, terima apa yang aku tawarkan ini dan jangan membuat masalah dengan Rinjani, Cantik. Aku hanya temannya, dan yang aku lakukan ini untuk membantumu, lupakan masalah barusan karena dia punya dua guardian yang akan melakukan segala cara untuk melindunginya."
Joshua, teman dari Miss Sempurna yang miliki banyak fans tersebut tersenyum penuh kemenangan saat aku meraih ponselnya. Satu hal yang tidak aku sukai dari cara berpikir pria setengah cabul ini adalah uang bisa menyelesaikan segalanya.
"Great, pilihan yang bagus." Ucapnya sembari mengusap puncak kepalaku, hal yang menurutnya manis sementara yang sebenarnya ingin sekali aku mematahkan tangannya, sayang sekali saat Joshua merasa dia diatas awan sudah bisa mengendalikanku untuk tidak mengusik perempuan yang disebut teman, yang aku lakukan justru menghapus aplikasi m-banking itu ponselnya dan langsung mengembalikan ponsel itu kepadanya yang tercengang-cengang dengan tindakanku barusan tanpa rasa sedikit bersalah sedikitpun.
"Kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, Polisi dan Jaksa nggak guna dong di negeri ini?" Jawabku enteng, "Lagipula, kalau cuma duit, kalian pikir aku nggak punya? No, yang aku inginkan jika kalian tidak mau aku mengungkap apa yang aku ketahui hari ini sederhana, minta Miss Sempurna itu meminta maaf kepadaku, maka aku akan menyimpan rapat-rapat apa yang aku dengar dan lihat hari ini."
Jika sebelumnya Joshua yang mengintimidasiku, maka kini giliranku yang melakukannya. Perlahan aku melangkah mendekat kepadanya, dan berbisik tepat di telinganya agar dia mendengar setiap kata yang aku ucapkan.
"Menurutmu apa judul artikel yang lebih tepat? Influencer ternama melakukan intimidasi, kekerasan verbal dan doxing kepada pengunjung bar? Atau influencer terkenal kegap jalan dengan pria lain padahal sudah bertunangan? Aku rasa netizen akan lebih menyukai artikel kedua, pengkhianatan dan perselingkuhan bukan hal yang bisa dimaafkan oleh netizen."
Selesai mengatakannya aku memilih mundur selangkah, memperhatikan dengan baik teman dari Miss Sempurna ini dengan seksama, jujur saja, aku sedikit iri dengan pertemanan mereka yang saling melindungi ini terlepas dari kenyataan jika citra seseorang adalah hal yang penting untuk bisnis.
"Kamu akan mendapatkan banyak masalah, Cantik. Apa yang kamu lihat bukanlah kenyataan."
Mendengar kalimat peringatan yang sama untuk kedua kalinya membuatku tertawa.
"Masalah? Aku terlahir dari masalah, dan rasanya menambah satu masalah lagi bukan masalah. Entah benar atau tidak temanmu berselingkuh, itu urusan belakangan. Yang jelas, dia harus belajar untuk melihat jika dunia tidak berputar hanya di sekitar dirinya hingga semua orang harus memaklumi sikapnya." Tanganku terulur, menyentuh pipinya yang terasa halus sembari terkekeh kecil, "BTW makasih loh untuk greeting card dan minumannya. Sampaikan kepadanya ucapanku tadi, dan jika dia tidak mau meminta maaf besok pagi, maka siap-siap untuk semakin terkenal ya!"
Tanpa menunggu jawaban darinya aku melangkah pergi menuju mobilku yang sudah disiapkan, dan tepat saat pintu mobil tertutup, senyuman dan tawaku seketika menghilang, semakin lenyap seiring dengan pedal gas yang aku injak semakin dalam mempercepat laju mobil milik Samuel yang kini membelah ramainya jalanan Ibukota.
Sungguh, kemarahan yang aku rasakan benar-benar membuatku sesak. Rinjani, dia bukan hanya menginjak harga diriku dengan sikap angkuhnya yang mengusirku namun kata-katanyalah yang sukses merobek-robek hatiku. Dia berkata aku mirip dengan Ayah dan pelakor yang ada di dalam hidupnya hingga melihat wajahku pun mual dan muak.
Seumur hidupku aku membenci perselingkuhan lebih dari siapapun, karena perbuatan nista dan hina inilah hidupku seperti berada di neraka, setiap kali orang-orang terdekatku tahu jika aku adalah anak adopsi hasil perbuatan hina Ayah biologisku dengan juniornya dulu, semua orang menjauh seakan aku adalah sampah yang harus dijauhi. Dosa yang orangtuaku perbuat harus aku sangga, hinaan dan makian yang seharusnya orangtuaku dapatkan mereka lontarkan kepadaku.
Kenapa? Kenapa semua orang, bahkan yang tidak aku kenal sekalipun menghakimiku seperti sampah sementara aku sendiri pun tidak ingin dilahirkan dari dosa. Tidak peduli seberapa keras aku melepas kenyataan pahit jika aku adalah anak yang terlahir dari dosa, kutukan ini terus mengikutiku dan kalimat Rinjani barusan adalah puncaknya.
Aku sangat tahu jika perempuan angkuh yang hidup dalam kesempurnaan dengan segala hal yang dia miliki tidak akan pernah meminta maaf seperti yang aku inginkan, jika seperti ini jangan pernah menyalahkanku saat aku membalasnya dengan caraku sendiri. Sampai di akhir pun aku merasa bersalah tanpa alasan untuk menguak skandalnya, namun dia sendiri yang memantik api kemarahanku.
"Sam, gue mau naikin skandal Rinjani Prabumi. Thanks buat infonya, lo bener, semakin sempurna seseorang, semakin banyak hal yang harus dia tutupi."
7. Masalah Itu datang
Teman Kerja? Kok Mesra Amat. Lupa ya sudah punya Tunangan.
RP, influencer cantik yang terkenal dengan kontennya yang mengedukasi tentang skincare dan makeup rupanya baru-baru ini terpergok jalan dengan WY, salah satu Manager dari perusahaan Property terkenal di Club Elite Jakarta Selatan.
Beberapa kali akun gosip mengangkat skandal tidak mengenakan ini namun nyatanya berita ini menguap lenyap secara misterius.
(Please, jangan bikin MinSip mikir yang nggak-nggak, ya kali tuh berita lenyap begitu saja kayak kentut.)
Bukan hanya omong kosong, apalagi hoax atau fitnah, MinSip punya buktinya loh. Beberapa kali MinSip investigasi langsung ke tempat sumber gosip dan taraaa, MinSip benar-benar dapat buktinya dong. Yuk kita lihat sama-sama biar kalian bisa nilai sendiri. Sekedar teman kerja atau malah temen yang itu tuch..... Duh MinSip mendadak kasihan sama Babang Halo Dek.
...........
...........
.............
Hayooo, udah lihat kan kalian?
Menurut kalian gimana? Mbak RP beneran selingkuh dari Babang Halo Dek, atau sebenarnya pertunangan itu cuma pura-pura doang?
Tapi kalau gitu, muka doang dong Mbak RP, duuuh Mbak, mentang-mentang konten kreator beauty, wajahnya jadi banyak bener.
................................... ...................................
Seperti dugaanku, Miss Perfect tersebut tidak datang atau sekedar menemuiku untuk meminta maaf, dia menganggap dirinya begitu tinggi hingga tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang sudah dia lakukan kepadaku. Itu sebabnya, tepat jam 12 siang sebelum aku pergi keluar untuk meliput acara ulang tahun salah satu selebgram bernama F, aku menerbitkan artikel di sub gosip platform online kami, bisa kalian tebaklah, redaktur yang aku sorongkan berita ini langsung sumringah luar biasa, ya sudah bukan rahasia lagi jika di zaman serba digital ini semakin kontroversial berita yang kita sampaikan, semakin diminati oleh para pembaca.
Apalagi artikel yang aku bawa bukan cuma hembusan angin saja, tapi disertai bukti-bukti foto candid yang tidak bisa dibantah.
Ya, seperti yang dikatakan oleh Samuel, semakin artikelku nantinya naik, semakin banyak pula bonus yang aku dapatkan.
Senyuman mengembang di wajahku saat aku keluar kantor, suasana hatiku sedang baik bahkan saat meliput acara ulang tahun selebgram terkenal F yang memang agak kurang bersahabat dengan media pun serasa bukan masalah yang besar untukku. Seharian berkutat kesana kemari bersama dua orang timku, Nayma dan Yusuf mengejar berita untuk majalah online kami aku sama sekali tidak merasa lelah, bahkan saat mendengar rekanku dari kantor lainnya heboh dengan artikel yang aku tulis, sontak saja mereka berbondong-bondong menanyakan kebenarannya.
"Ini lo nggak asal asbun, kan?"
"Gila sih kalau lo cuma asal nulis aja biar tempat lo rame, lo nggak tahu siapa dia?"
"Lo nggak takut dituntut gitu?"
"Lo tahu Romy sama Mira? Dia pernah naikin artikel serupa kayak yang lo tulis, dan lihat, bahkan sekarang mereka nggak kelihatan dimana batang hidungnya? Nggak tahu di pecat atau malah......"
Ya, seperti itu kira-kira pertanyaan yang aku dapatkan dari mereka yang menodongku menanyakan kebenarannya, hal yang membuatku harus menghentikanku menenggak cola yang terasa menyegarkan.
"Atau malah apa? Mereka dibayar gede biar nggak jadi wartawan sekalian? Ciiiiih, dikira Rinjani itu yang punya dunia apa?" Cibirku jengah. Aku benar-benar muak dengan segala hal picik yang orang-orang lakukan itu. "Kalau kalian nggak percaya sama yang gue tulis ya udah sih, kata-kata bisa bohong, tapi liat noh fotonya. Yakali temenan seintim itu, gue kalau di pepet si Yusuf kayak gitu, gue gebuk juga nggak pakai mikir, nggak peduli tuh muka ganteng."
Mereka yang mendengarkan apa yang aku katakan hanya manggut-manggut, tampak menyerah dengan keras kepalaku. "Ya semoga lo nggak kena tuntutan atau masalah deh, Ren. Gue masih kepengen lihat wajah cakep lo tiap ngeliput. Biar ada yang seger-seger gitu."
Sontak saja, tanggapan yang disertai gombalan tipis-tipis oleh rekanku dari media lain ini disambut sorakan yang lainnya, "seenggaknya kalau lo udah ngangkat tuh skandal, kita tinggal ngikutin lo. Tapi salut sih lo berani nantang Rinjani, dia tuh macam Nagita Slavina, sweetheartnya para netizen."
"Hidup gue udah banyak masalah, rasanya gue nggak akan terkejut kalau sampai dapat masalah lagi."
Sungguh, aku tidak akan heran jika aku akan mendapatkan masalah nantinya, tapi seolah masalah itu tidak sabar menemuiku. Baru saja aku berkata demikian, telepon masuk ke ponsel Yusuf dari Bu Redaktur mencari keberadaanku tanpa ada basa-basi sama sekali.
"Serena, balik kantor sekarang."
Yusuf dan Nayma menatapku khawatir, tapi aku hanya tersenyum kecil. "Masalahnya udah datang nih." Ucapku sembari mengembalikan ponsel Yusuf.
"Aku anterin balik, Mbak." Tawar Nayma prihatin namun aku buru-buru menolaknya seraya bangkit dari tempatku ngemper.
"Nggak usah, ntar lo malah keseret masalah."
8. โWajahmu sama sampahnyaโ
"Mbak Ren, ada yang nyariin!"
"Udah tahu, tadi ditelepon Bu Redaktur."
Baru saja aku turun dari ojek online bahkan helm pun belum aku lepas, Vita, mahasiswa yang tengah magang di timku ini langsung menghampiriku dengan wajah khawatirnya yang langsung aku jawab sembari bergegas menuju ruangan Bu Asti.
"Mbak Rena, yang nyari Mbak barusan kayaknya masalah artikel soal Rinjani Prabumi, deh. Tim kita seharian ini sibuk banget sama media lain yang mau reupload artikel kontroversial itu, insight naik gila-gilaan tapi habis orang itu datang, tim kita diminta mundur di ganti sama tim lain. Itu artikel kita di takedown ya Mbak?"
Sepanjang perjalanan tadi aku menerka-nerka hal apa yang akan terjadi padaku usai skandal kontroversial tersebut mencuat namun terlalu banyak kemungkinan hingga aku bingung menerka apa yang akan terjadi dan sekarnag kalimat panik dari Vita sama sekali tidak membantuku menerka apa yang terjadi.
"Kalaupun di takedown, kayaknya skandalnya udah terlanjur naik deh, Ta. Udah pasti akun gosip macam lambe-lambean juga udah banyak yang upload ulang meskipun nggak seizin kita. Lagipula itu hal biasa kali San, kalau di takedown beneran yang berarti kemungkinannya dua hal, satu, di-takedown karena aku terbukti menyebarkan hoax dan mereka punya bukti kuat, yang artinya aku harus siap-siap menulis permintaan maaf sampai di pecat sebagai konsekuensi, yang kedua, skandal itu memang benar tapi pihak Rinjani Prabumi menawarkan hal yang tidak bisa di tolak oleh kantor kita untuk menurunkan berita itu dan kemungkinan kita harus menaikkan skandal lainnya untuk mengaburkan skandal murahan yang baru saja membuat insight kita naik gila-gilaan."
"Tapi Mbak Rena, kayaknya kali ini beda deh...."
"Beda apaan sih, Ta. Sudahlah, daripada ngekhawatirin aku, mending kamu ubek-ubek cari artikel lain, kelakuan macam Miss Sempurna udah bisa ditebak. Paling kuasa hukumnya kesini datang buat minta kita nutup......"
Dengan santai aku menanggapi kekhawatiran Vita, bukan karena aku sok tenang atau bagaimana, saat aku baru mulai bekerja seperti Vita, aku pun merasakan hal yang sama tapi jawaban seperti inilah yang Samuel berikan agar aku tidak gelisah. Yang aku pelajari dari seniorku tersebut adalah hidup yang terus berlanjut. Tidak peduli seberapa mengerikannya hari ini, pasti hari ini akan berganti esok dan kengeriannya perlahan akan memudar, yang terpenting adalah kita terus berjalan melewatinya semampu kemampuan kita, tidak perlu ambil pusing. Dipuji ya seneng, dimarahin ya terima saja. Tapi sepertinya kali ini berbeda, saran dan ilmu yang diberikan oleh Samuel sepertinya tidak bisa aku gunakan karena badai yang datang menghampiriku ini datang dalam wujud yang berbeda.
"Jadi, kamu yang bernama Serena?"
Suara berat itu membuatku menelan ludah kelat. Demi Tuhan, kenapa badai ini datang bukan dalam bentuk teguran dari Redaktur, somasi dari tim pengacara melainkan dari sosok angkuh berkemeja hitam yang duduk di kursiku bagai sebuah kursi kebesaran. Sorot matanya yang tajam serasa menusukku, dan sungguh, sosoknya ini membuat teringat pada Lucifer yang bersiap menarik diri kita ke neraka. Terlebih saat pria yang sangat aku tahu siapa itu mulai angkat bicara sembari melangkah menuju ke arahku, suara beratnya serasa tengah menjatuhkan hukuman mati untukku, dan satu-satunya hal yang aku inginkan adalah pergi sejauhnya dari pria bernama Gala Mangkualam, yang tidak lain adalah tunangan dari perempuan yang baru saja aku up skandalnya.
Disaat dia seharusnya berterimakasih karena aku membuka kelakuan nggak bener calon istrinya kenapa dia justru datang ke hadapanku dengan amarah sebesar gunung Himalaya. Apalagi saat dia kini berdiri di hadapanku hanya menyisakan sejengkal jarak yang membuatku bahkan bisa mencium aroma parfumnya yang kuat dengan bau rempah, ingin rasanya aku tenggelam saja ke lantai yang ada di depanku.
Bibik, tolong!!!!!
"Jadi seperti inikah bentukan jurnalis jaman sekarang? Menulis omong kosong dan menganggap sesuatu yang sudah mengusik hidup orang lainnya seperti sebuah lelucon tanpa merasa bersalah sedikitpun?" Telunjuk itu menyentuh daguku saat aku mengalihkan pandanganku darinya, membuatku terpaksa mendongak menatapnya yang melihatku dengan kebencian. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana bibir tipis itu bergerak mengeluarkan suara lirih namun sukses mengoyak hatiku dengan hinaannya. " Wajahmu sama sampahnya seperti tulisan yang sudah kamu buat untuk mengusik Rinjani."
9. Dasar Pria Sinting
"Jadi seperti inikah bentukan jurnalis jaman sekarang? Menulis omong kosong dan menganggap sesuatu yang sudah mengusik hidup orang lainnya seperti sebuah lelucon tanpa merasa bersalah sedikitpun?" Telunjuk itu menyentuh daguku saat aku mengalihkan pandanganku darinya, membuatku terpaksa mendongak menatapnya yang melihatku dengan kebencian. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana bibir tipis itu bergerak mengeluarkan suara lirih namun sukses mengoyak hatiku dengan hinaannya. " Wajahmu sama sampahnya seperti tulisan yang sudah kamu buat untuk mengusik Rinjani."
Sampah?! Selancang itukah mulut-mulut orang angkuh saat berbicara? Tidak terima dengan hinaan yang diberikan oleh pria yang aku ketahui berpangkat Iptu ini, kutepis kuat-kuat tangannya yang menunjuk daguku sebelum akhirnya aku layangkan sebuah tamparan keras ke pipinya. Begitu keras dengan seluruh tenaga yang aku miliki bercampur dengan kemarahan yang meledak.
Setelah Rinjani yang mengoyak harga diriku, pria yang tidak lain adalah tunangannya ini juga melakukan hal sama. Mungkin karena sama-sama busuk hingga akhirnya mereka berjodoh. Saat satunya salah, bukannya diperingatkan malah ditutup-tutupi. Sebercanda inikah dunia yang digunakan oleh orang-orang?
"Sampah Anda bilang? Tolong berkacalah sebelum berbicara Tuan Sultan agar Anda bisa melihat siapa yang sampah sebenarnya! Apa yang saya tulis adalah fakta yang sebenarnya! Anda...." Kutunjuk balik dadanya dengan telunjukku, bahkan aku berharap jika telunjukku ini bisa menembus menancap ke dalam jantungnya. Rasa benakku kepadanya sama besarnya seperti yang aku rasakan kepada Rinjani Prabumi, orang-orang sok berkuasa yang menggunakan segalanya untuk mengusik orang lain. "...... adalah pria terbodoh yang pernah saya temui. Seharusnya Anda berterimakasih kepada saya karena sudah menunjukkan rahasia busuk calon istri Anda, saya menyelamatkan Anda dari seornag pengkhianat, bukannya berterimakasih Anda justru menghina saya? Apa Anda tidak waras? Secinta itu Anda pada wanita Anda hingga rela menjadi manusia buta yang tidak bisa melihat kenyataan jika dia memang bersama pria lain disaat statusnya adalah tunangan Anda!"
Seluruh tubuhku gemetar karena amarah, tanpa memikirkan etika dan cara berbicara yang benar aku mengeluarkan semua kekesalanku padanya, untuk sejenak pria dihadapanku terdiam, sepertinya dia tidak menyangka aku yang awalnya sempat menciut ketakutan kini justru balas membentaknya, namun keterkejutan itu hanya sekejap karena detik berikutnya seringai mengerikan itu kembali menghiasi bibirnya, dan itu berkali-kali mengerikan dari yang aku lihat sebelumnya.
"Rupanya selain pandai mengarang cerita, sampah sepertimu juga tidak malu. Awalnya saya akan mempertimbangkan permintaan maafmu jika kamu mau melakukannya, sayang sekali, melihat sikapmu yang tidak berpendidikan dan tidak beradab ini membuat saya merasa jika kata maaf saja tidak akan cukup untuk membayar sikap kurang ajarmu ini."
Pandai mengarang cerita dia bilang? Astaga, aku benar-benar tidak paham dengan apa yang ada di dalam kepala Polisi satu ini, aku kira sebagai seornag polisi pria ini adalah pria pintar yang sekali dikasih tahu langsung paham, lah ini? Aku sangat menyadari jika pria macam ini tidak akan mah menerima apapun yang aku katakan, karena tujuannya datang kesini memang untuk mengintimidasiku atas apa yang aku lakukan kepada Rinjani Prabumi.
Hebat sekali ya Rinjani Prabumi ini, entah seistimewa apa dirinya hingga orang-orang begitu membela dan melindunginya sampai seperti ini. Menghadapinya hanya menghabiskan waktuku. Dengan perasaan jengkel, kesal, dan lelah aku berbalik berniat pergi dari pria bernama Gala Mangkualam ini, "Silahkan lakukan apapun yang ingin Anda lakukan, jika memang apa yang saya tulis tidak benar silahkan tuntut saja atau laporkan sesuai cara yang benar tidak perlu mengintimidasi seperti ini, terserah ap yang akan kalian lakukan, saya akan menghadapinya. Saya sama sekali tidak peduli karena apa yang saya lakukan hanyalah mengembalikan apa yang tunangan Anda lakukan kepada saya. Dia menghina saya, maka dia harus mendapatkan cacian yang sepadan."
Puas sekali aku bisa mengatakannya, senyuman kecilku terbit di bibirku mewakili betapa aku lega bisa mengatakan semua hal ini, namun seolah tidak mendengar apa yang aku katakan barusan, pria menyebalkan yang bodohnya nggak ketulungan ini justru mencekal tanganku membuatku terpaksa menghentikan langkah, serta menatapnya penuh dengan kebencian atas apa yang dia lakukan ini.
"Untuk terakhir kalinya, meminta maaflah!"
Aku menelan ludah kelu, tidak, aku tidak mau meminta maaf, tidak peduli seberapa mengerikannya pandangan matanya sekarang yang penuh tekad untuk membunuhku, aku memaksa diriku untuk menjawab dengan tenang. "dia yang harus meminta maaf. Bukan saya!"
"Good!!!" Seringai itu muncul kembali di wajahnya, membuat bulu kudukku meremang, entah apa maksud dari senyumannya tapi aku merasa itu bukan sesuatu yang baik. Senyuman itu benar-benar mengerikan. Hanya dari senyumannya saja aku merasa bulu kudukku meremang."Anda baru saja membuat kesalahan besar, Nona Serena. Seharusnya Anda meminta maaf saat saya masih memberikan kesempatan."
Apa maksudnya? Dasar Pria Sinting!!
10. Selamat Datang Di Neraka
"Good!!!" Seringai itu muncul kembali di wajahnya, membuat bulu kudukku meremang, entah apa maksud dari senyumannya tapi aku merasa itu bukan sesuatu yang baik. Senyuman itu benar-benar mengerikan. Hanya dari senyumannya saja aku merasa bulu kudukku meremang."Anda baru saja membuat kesalahan besar, Nona Serena. Seharusnya Anda meminta maaf saat saya masih memberikan kesempatan."
Apa maksudnya? Pertanyaan itu berputar di otakku, namun saat tangan besar yang mencekal lenganku itu bergerak menangkup wajahku dan mengikis jarak yang tersisa, aku menyadari jika cara yang digunakan oleh pria ini untuk membalasku terlalu keji. "Bodohnya Anda yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang saya berikan, Anda berniat menghancurkan Rinjani, maka akan saya pastikan, Anda yang akan hancur menjadi debu.
Kembali, otakku terasa pening dengan segala tindakannya yang terasa tidak masuk akal, namun belum sempat otakku mencerna apa yang dia maksudkan, sebuah ciuman kasar justru aku dapatkan melumat bibirku, jangan pernah membayangkan kissing scene romantis seperti yang kalian lihat dalam drachin romantis karena satu hal yang aku rasakan saat itu adalah sebuah gigitan keras di bibir bawahku yang sangat menyakitkan, sontak saja aku memberontak, kedua tanganku memukulnya berusaha melepaskan diri dari kegilaan pria sinting ini, sungguh rasanya sangat menjijikkan saat merasakan bibirnya tersebut meraup bibirku dengan sangat posesif seakan ingin menghancurkannya tanpa sedikit pun rasa malu dia rasakan berada di tengah orang-orang yang menjadikan kami tontonan.
Seumur hidupku baru kali ini aku merasa benar-benar terhina sekaligus tidak berdaya dengan pelecehan yang dilakukan oleh pria tak beradab ini hingga air mataku menetes putus asa. Sedih, terhina, aku bahkan jijik dengan diriku sendiri, satu hal yang aku lihat hanyalah matanya yang menyorot hitam menakutkan bagai mimpi buruk, entah berapa lama pria berengsek ini melecehkanku sampai akhirnya dia melepaskan ciuman yang lebih tepatnya disebut pelecehan ini.
Seluruh tubuhku gemetar dengan rasa marah, jijik, dan terhina yang begitu besar, terlalu marah bahkan hingga aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap benci pada pria yang kini terkekeh saat melihat reaksiku.
"First kiss, huh? Jangan menangis." Tangan itu kembali terulur, berniat mengusap air mataku namun dengan cepat aku melayangkan sebuah tamparan keras ke arahnya, sekuat tenaga yang aku miliki.
"Jangan pernah menyentuhku, B4jingan! Kau......" Desisku penuh kebencian. Terlalu banyak umpatan yang ingin aku berikan kepadanya hingga aku tidak tahu harus memulai darimana, namun satu hal yang aku tahu adalah aku membencinya. Sangat membencinya sama seperti aku membencinya dua orang yang menghadirkanku ke dunia ini.
"Aku akan melaporkanmu atas tindak pelecehan, B4jingan! Akan aku pastikan kamu membayar segala sikap kurang ajarmu yang menjijikkan ini." Ya, membalasnya adalah hal yang pasti akan aku lakukan, tidak peduli bagaimana terbinanya aku sekarang, akan aku pastikan Gala Mangkualam ini akan membayar setiap jengkal rasa malu yang aku rasakan kepada ulahnya. Mati-matian usahaku agar aku tetap berdiri tegak menahan semua rasa malu yang beriringan dengan rasa sakit di bibirku karena ulah B4jingan sialan yang berdiri tanpa dosa dan rasa malu dihadapanku ini, bahkan kini mendengar ancamanku dia justru tertawa saudara-saudara.
"B4jingan, Yes Iam. Dan sepertinya mulai sekarang Anda harus terbiasa dengan kehadiran saya, Nona Serena. Bukan hanya sebuah ciuman, tapi saya akan selalu menjadi yang pertama untuk Anda dalam segala hal....." pria ini benar-benar sinting, entah dimana akal sehatnya yang sudah tergulung rasa cintanya kepada sosok Rinjani Prabumi ini hingga cara berpikirnya terbolak-balik. "Jadi silahkan laporkan ke kantor polisi, karena pertengkaran dalam pasangan seringkali tidak digubris oleh rekan-rekan saya qqqqqdisana. Paling laporan Anda hanya akan ditertawakan, ya kali dicium calon suami sendiri mau dipenjara."
"Apalagi ini? Berhentilah membuat kegilaan, Tuan Gala Mangkualam atau saya akan benar-benar melaporkan Anda ke pihak yang berwajib." ancamku tidak mau kalah. Kemarahan yang sebelumnya melambung tinggi seketika merosot sampai ke dasar lambungku, kegilaan macam apa lagi yang akan diperbuat oleh pria sinting yang bahkan tidak aku kenal ini, sebuah tanda tanya besar di tengah rasa pusing yang menderaku sekarang ini. Aku tidak sekedar menggertak, aku benar-benar akan melaporkannya. "Jika Anda sudah selesai berbuat onar, silahkan pergi dari kantor saya. Sudah cukup Anda membuat kericuhan dan melecehkan saya di tempat kerja, jangan mempermalukan diri Anda lebih jauh lagi."
Sekeras mungkin aku berusaha tenang meski hatiku sudah acak kadul tidak karuan, kutunjuk pintu yang terbuka lebar dimana banyak mata memperhatikan kehebohan yang diperbuat oleh Gala Mangkualam terhadapku, tapi bukannya beranjak pergi, pria itu justru semakin mendekat kembali ke arahku, kakiku beringsut mundur, sayangnya kalah cepat darinya yang kini justru memelukku dengan erat.
"Berhenti membuat kegilaan, B4jingan!" Umpatku kepadanya yang membuat pria gila semakin mengeratkan dekapannya, bahkan kini dia pun mengusap punggungku seolah tengah menenangkanku yang merajuk kepadanya.
Kalian jangan berpikir jika aku diam saja, aku berusaha mati-matian untuk mendorongnya dan melepaskan pelukan sialan ini, tidak, aku tidak akan menangis lagi, sumpahku adalah aku tidak akan meneteskan airmataku untuk dirinya yang tidak berharga, terlebih saat aku menyadari tidak ada satupun orang di ruangan ini yang membantuku, mereka hanya terdiam, menyimak penuh minat aku dilecehkan di depan mereka, namun sama seperti sebelumnya sekeras apapun aku berusaha mendorongnya untuk menjauh, pria ini masih tetap memelukku dengan erat.
"Tidak, aku tidak akan berhenti membuatmu gila, Nona! Sekarang, persiapkan dirimu sendiri untuk menjadi bahan hujatan netizen Indonesia atas berita yang kamu buat."
Perlahan dia melepaskan pelukannya, di cubitnya pipiku dengan ekspresi gemas serasa ingin membunuhku, demi Tuhan, manusia macam apa sebenarnya dia ini? Segala kalimat yang dia keluarkan membuatku harus berpikir keras.
"Karena 10 menit dari sekarang, wajahmu akan terpampang di semua media online yang sebelumnya mengangkat skandal Rinjani. Bukan Rinjani yang berkhianat dariku, tapi dirimu yang menjadi orang ketiga di antara aku dan dirinya!"
What????? Tidak, tolong katakan padaku, jika pria sinting ini tidak bertindak seperti yang aku pikirkan dalam otakku. Seculas inikah jalan yang dia pilih untuk menyelamatkan Rinjani, bukan hanya menghancurkanku dengan skandal yang dibolak-balikkan dengan sikapnya yang sudah melecehkanku, tapi Gala Mangkualam pun melakukan segala hal serapi mungkin agar skandal yang direkayasanya ini menjadi kenyataan.
"Jadi, siapkan dirimu untuk hancur bersamaku, Sayangku. Bersiaplah dengan panggilan pelakor playing victim yang sebentar lagi akan menjadi sebutan untukmu. Mulai sekarang, kamu adalah selingkuhanku yang menghancurkan pertunangan seorang Gala Mangkualam dan Rinjani Prabumi."
".............."
"Itu harga mahal yang harus kamu bayar karena berani mengusik seorang yang berarti untuk hidupku."
โโฆโฆโฆโฆ..โ
โSo, selamat datang di neraka, calon istriku tercinta. You got me!โ
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
