Malam Mencekam Gunung Guntur

18
7
Deskripsi

"Aku Dimana"

Malam Mencekam GUNUNG GUNTUR.

“Tau enggak pak!!! itu si Susan nangis terkejar, teriak teriak manggilin Jefri” cerita Andi mulai mengisahkan pengalaman horor mendaki gunung dengan ketinggian 2.249 mdpl di tahun 2007 silam.

GUNTUR, begitulah nama yang diberikan masyarakat setempat untuk mendeskripsikan gemuruh dari gunung terkait yang sangat mirip dengan suara Guntur dikala hujan. Belakangan ini nama Guntur kembali booming, bukan karena suasana  asri bak miniatur Semeru bagi para pemuja...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya "Tali Gaib Kemamang"
4
0
Kisah nyata, nama/tempat disamarkan.Jangan lupa Follow dan Dukung nya ya Sahabat Nyata,Siang itu keadaan gudang disalah satu kawasan ibu kota tampak semeraut, tensi kerjaan terasa sesak mengisi seantero ruang penggap tak bertuah, seiring dengan lalu lalang supir dan petugas packaging yang akan melakukan rutinitas bongkar muat.Ditengah aktivitas para pekerja, samar terdengar suara gaduh yang seketika mengheningkan aktivitas saat itu. Seorang pria baya bernama Asep mencoba menegur partner kerjanya dalam mengantarkan barang.Selama ini Asep sudah cukup sabar dan makan hati dalam menghadapi Darto yang selalu bekerja seenak jidat, dan memang terkenal di cap sebagai pemalas oleh rekan sejabat dikerjaaannya.Malang bagi Asep tegurannya pada saat itu malah memantik emosi Darto, Darto merasa dipermalukan dan langsung melayangkan bogem mentah dihidung Asep, dan menghujani Asep dengan pukulan yang membabi buta.“Anjing Lo.. “Teriak Darto kearah Asep sembari melayangkan satu bogem mentah kewajah Asep.“Sama sama cari makan saja belagu. Kita sama sama kerja jangan seenak nya bicara”. Teriak Darto semakin kencang ke arah Asep yang sudah tersungkur bersimbah darah.Sontak kejadian itu membuat karyawan berhamburan menyampar kearah mereka. Pekerja lainnya bergegas menahan Darto yang masih belum puas menganiaya Asep. Mulutnya masih terus mengeluarkan kata kata kasar ke arah Asep. “Gw mampusin lo anjing” Bentaknya kembali ke areh Asep.Asep hanya terdiam sambil terus menatap tajam penuh dengan rasa dendam  kea rah Darto. Sementara dari ujung terlihat seorang pria berlari kerah kerumunan itu, pria itu adalah Koh Junyai, dia merupakan owner dari PT tempat Asep dan Darto bekerja.“Ada apa ini?” Tanyanya kepada seluruh karyawan pada saat itu.“Saya tidak suka ada yang ribut ribut di tempat kerja, kalian berdua kalau tidak minatlagi bekerja silahkan angkat kaki dari sini” Ucapnya kembali.“Dia yg mulai pak” Jelas Asep kepada bosnya tersebut.“Eh si Anjing !! Lo masih aja ya Sep” sela Darto kepadanya secara sinis.“Sudah sudah kalian berdua masuk keruangan saya, yang lain kembali bekerja” perintahKoh Junjay yang langsung dipatuhi oleh semua pekerja.Singkat cerita,  Aseplah yang menjadi orang pesakitan, dia mendapatkan teguran. Kinerja Darto yang disampaikan oleh Asep, dapat dibalikan Darto dengan membongkar aib Asep yang curang dalam pengisian bahan bakar.Hari itu Asep tidak langsung pulang sebagaimana kebiasaannya selepas bekerja. Asep tampak melamun di smoking area yang ada di kawasan pergudangan itu.“Woi... Sep.. diam diam bae Magrib gini, awas kesambet Setan Darto” Teriak salah 1 karyawan lain bernama Yudo kerah Asep.“Sudahlah baru juga SP 1. Lo tau kan gw pernah dapat 2 tapi aman aman aja. Ga usah dipikirirkan penjilat kayak dia, yang ada buat pusing”, candaYudo mencoba menghibur dirinya.Tidak ada jawaban dari Asep, lama dia termenung, sekalipun Yudo sedari tadi mengajak dirinya berbicara, namun keheningan tersebut malah berubah, kala Asep mengatakan hal yang membuat Yudo bergedik.“Mungkin Darto lebih baik mati saja ya Yud” Ucap Asep yang seketika mengangetkan Yudo.“Husss... Istigfar..... Ngucap men......” Jawab Yudo spontan.Asep hanya tersenyum, mendengar ucapan Yudo, dia berdiri dari duduk nya, “hanya bercanda” Gumannya sembari meninggalkan Yudo.Melihat tingkah Asep, membuat Yudo mengelengkan kepala, berharap benar itu hanya lelucuonnya saja.3 mingu pasca kejadian tersebut semua tampak berjalan normal, kecuali hubungan Darto dan Asep, mereka tidak lagi terlihat bertegur sapa, bila Asep ada maka Darto akan memilih menjauh, begitu juga sebaliknya. Dilain sisi, perubahan kinerja juga terlihat pada diri Darto, dia menjadi sosok yang lebih rajin, namun tetap saja dia selalu menyempatkan diri untuk mengungkit persoalan dengan Asep dan selalu mempropokasi rekan lain untuk mempercayai perkataan nya.Hanya saja Darto tidak mengetahui segala perkataannya akan ada harga mahal yang harus dibayar, bawasannya malapetaka besar sedang menanti nya diluar sana. Hari itu tepat di tanggal 13, malam Kliwon, Darto dan Yudo menjadi rombongan terakhir yang kembali ke pergudangan, suasana terasa sepi, didalam gudang hanya tersisa 3 orang saja, 1 fakturis, 1 caker dan seorang security.Setelah memberikan laporan serta bongkar muat barang, akhirnya mereka dan karyawan lainya menyelesaikan tugas hari itu. “Lo mau kemana Yud, ngopi dulu yuk” Ajak Darto kepada Yudo.“Udah kemalan, setengah 11, Lo enak rumah dekat, nah gw?” Jawab Yudo kepadanya.“Halah paling lo mau keloni binik dirumah” balas Darto kembali.“Serah, udah ga usah ngopi ngopian, Lo tau kan angkernya gudang ini, mending balik rumah saja, kasian anak istri Lo”“Ah Lo masih aja percaya begituan, tar kalau kuntilanak/suster ngesot datang biar tak Perkosa” Jawab Darto sesumbar kepadanya.Yudo hanya mengehelas nafas mendengar perkataan rekan kerja tersbut, dirinya lebih memilih berlalu pulang, meninggalkan Darto yang masih asik dengan kopinya. Selang kepergian Yudo, Darto kini hanya sendiri di area smoking, dia merogoh rokok di kantong celananya, dinyalakan rokok tersebut sembari jari satu nya khusyuk menonton video di Hp nya.Malam semakin hening, dia masih terlihat asyik dengan dunianya, walau sudah beberapa kali scurity menegur untuk segera meninggalkan area kantor, malah arahan tersebut dibalas dengan olokan oleh Darto. Jam telah menunjukan angka 1, “Ah Hp malah mati lagi” Gerutunya sendiri.Dipandangi nya sekitar, terlihat sepi bak kuburan, keadaan juga terlihat remang,dimana hanya beberapa titik saja lampu masih dinyalakan.“Sudahlah mari pulang” Ucapnya sendiri.Dia berjalan menuju parkiran tempat dimana motornya berada, namun Darto merasa aneh, bulu kuduknya tetiba merinding, “kenapa ada suara langkah lain”, pikirnya dalam hati,Sejenak Darto berhenti dan menilik keseluruh arah, tidak ada seorang pun disana. Dalam perasaan takut, Darto masih memaksa berpikir positive. “Setan itu tidak ada” katanya dalam hati, namun baru saja dia mengibur diri, kini dia menyadari ada yang aneh di malam itu, kaki kanannya terasa berat, seperti tersangkut sesuatu.“Astagfirullah...”Darto kaget dan terjatuh, sambil terus menghentakan kaki nya, dihadapannya seorang wanita mengesot, dengan wajah  yang memiliki luka menganga,  menampakan bagian dagian berwarna kehitaman, satu bagian matanya jua terlihat kosong, wajah itu menyerigai kea rah Darto sembari tangannya mengengam erat kaki Darto.Darto histeris, dia terus berteriak dan menghentakan kakinya untuk melepaskan cengkraman sosok itu, sesaat setelah dia berhasil melepaskan cengkraman tersebut, Darto langsung mencoba berdiri dan berlari sejadinya. Sssok itu kembali menyerigai, tertawa khas kuntilanak “Hi..hi..hi...” Suara itu mungkin bergema seantero pergudangan yang membuat Darto semakin panik. Dirinya terus berlari, keringat membasahi wajahnya yang sudah terlihat pucat, “Ho..oo Hoh” Deru nafasnya terengah menahan rasa capek dan takut yang semakin menjadi.“Sial” Teriaknya keras, kala mencoba menenangkan dirinya sejenak.Hanya sebentar dia menarik nafas Panjang, sebelum kakinya kembali berlari, dan baru beberapa langkah kaki itu beranjak, kini tubuhnya kembali ambruk, dia mengantam seseorang yang berdiri didepannya.“Aseep.....!! Ngapain Lo malam malam kesini, Lo mau apa teriak Darto” sedikit terbatah.Asep tidak membalas dan hanya memandangi Darto. Darto semakin terlihat ketakutan, keringat semakin deras membasahi sekujur tubuh nya. Dia merasakan hal yang aneh, tak kala matanya memandang sosok asep dengan teliti, Asep terlihat berbeda, tubuhnya tampak lebih besar dan tinggi, wajahnya pucat seperti mayIt. “Siapa kamu? Kamu bukan Asep?” Bentak dirinya seraya menantang sosok tersebut.Sosok tersebut tertawa hebat “Ha..ha..ha..ha..Aku adalah Karma mu”Sekejap sosok menyerupai Asep tersebut mengilang dari hadapannya. Darto seketika merasakan panas didalam tubuh, dia merasa kobaran api yang sedang menyala membakar dirinya, pandangan darto perlahan kabur melihat sekitar, samar dia merasakan ada sosok makhluk berwarna merah yang memutari diri nya sembari melilit tali.1.2.3 ..Tiga kali makhluk itu memutari Darto dan melilitkan tali itu. Sesak itulah yang dirasakan Darto, seluruh tubuh nya tidak dapat digerakan. Makhluk itu kini berdiri tepat dibelakang Darto.“Nikmati hari hari kematian mu, mulai dari malam ini”, bisik makhluk itu kepada Darto.“Am.. Ampun ....Maaf Sep....” Ucap dirinya memelas dengan suara terputus seperti kehabisan nafas.Brakkk.....Tubuh Darto kembali ambruk, dia merasakan kepalanya seperti dipukul dengan sangat keras. Darto terkapar pingsan di dinginnya malam itu.Sejak pristiwa malam itu, segala berubah drastis, hal mistis kian merusak aspek kehidupan Darto, Darto sering terlihat linglung, gampang sakit, namun satu hal yang paling menganjal, dia tidak dapat mengingat Asep.Semula tidak ada yang mengetahui akan hal itu, karna memang sejak pertikaian antara keduanya, mereka tidak pernah saling bertegur sapa, namun anehnya Darto tidak lagi pernah menjelekan Asep.Banyak karyawan yang berangapan mungkin Darto sudah bosan dan bertobat. Hingga disuatu kejadian, Yudo dan Darto yang bergegas keluar mengantarkan kiriman seperti biasanya. Mereka berpapasan dengan mobil yang dikendarai oleh Asep. Yudo menegur Asep sembari berbasa basi, sementara Darto hanya terdiam memandangi Yudo dengan serius. Selang percakapan antara Yudo dan Asep, Yudo kembali memacu mobilnya,menuju tempat pengantran yang sudah ditentukan oleh kantor.“Lo masih musuhan sama Asep Dar?”, tanya nya kepada Darto.“Asep... Asep siapa Yud?”“Ah lo setelah nabok orang pura2 amnesia!!”, ketus yudo berbicara.“SUMPAH, Asep yang mana?” tanya Darto kembali.“Tadi kita papasan sama siapa? Terus saya ngobrol sama siapa?”“Ngbrol?? Lo bercanda Yud, justru gw binggung lo ngapain tadi lama ngetem gak jalan jalan,terus mobil tadi kenapa parkir sembarangan disitu? malah kamu ngomong sendiri” Jawab Darto dengan mimik muka keheranan,.Yudo sedikit kesal dan merasa Darto mempermainkannya karna mengungkit soal Asep.“Sudahlah tidak perlu dipikirkan Dar” kataYudo mengakhiri pembicaraan itu.Dilain hari, kejadian yang sama acap kali terjadi, ada keanehan dalam diri Darto, dimana hanya Yudo dan beberapa rekan saja yang mengetahui bawasannya Darto seperti tidak pernah lagi mengingat akan Asep.Beberapa kali Darto tampak menyambangi keberadaan Asep, hal yang tidak pernah dilakukan sebelum nya. Hingga puncaknya Yudo melihat Darto asik merokok di smoking area, namun bukan itu yang menjadi pokok utama, karna disana terlihat Asep juga asik merokok Tepat disebelah Darto berada.Asep tampak sumringah, tersenyum tipis memandangi Darto, sementara Darto terlihat linglung dengan pandangan kosong, sembari menghisap rokok yang digengamnya, Darto terlihat seperti orang (Maaf) Autis, asik dalam lamunannya sendiri.Melihat itu, Yudo berinisitiatif untuk join bersama mereka.“Begitu donk, baikan” Tegur Yudo. Darto tersentak, dia kaget, tersadar dari lamunannya seiring mendengar perkataan Yudo.“Taik Lo Yud, kaget aku, lagi asik sendiri juga” Guman Darto padanya.“Sendiri ... ?” Tanya Yudo sembari menatap kearah Asep.Asep hanya cengegesan, dia berdiri menghampiri Yudo sambil menepuk pundak Yudo.“Karma berlaku bro!!”, katanya pelan sambil meningalkan Yudo dengan Darto.Dilain kisah ketika senja mulai datang, saat itu pula penderitaan Darto dimulai, kejadian yang sama berulang terjadi hari lepas hari. Darto seperti kehilangan akal sehatnya bila magrib telah menyongsong. Sosok makhluk itu selalu hadir dimanapun Darto berada, bak ritual, Darto selalumerasakan hembusan angin ditelinga kanannya, sebelum sosok itu muncul dihadapannya.Seperti biasa makhluk itu akan memutari Darto 3 x dan melilitkan tali sebelum memukul belakang kepala Darto, yang diakhiri pingsannya Darto di setiap harinya. Unik bin Ajaib, Darto tidak akan pernah mengingat kejadian itu ketika dia sadar.Baik rekan kerja, Istrinya, keluarga selalu menceritakan hal itu, namun tidak pernah digubris oleh Darto, dan dia mengangap omongan mereka ngelantur dan hanya ingin memojokan hidupnya.Hingga sebulan berlalu Darto semakin bersikap aneh, bila sebelumnya dia hanya pingsan, namun memasuki bulan ke 2, setiap senja mulai hadir, Darto seperti orang kerasukan, dia berteriak sejadinya melempar apa saja yang ada didekatnya. Lebih parah lagi, beberapa kali istri maupun rekan kerja mendapati Darto memakan cacing, cicak, kecoa makanan mentah, bahkan melahap tikus tikus busuk yang entah dari mana dia mendapatkannya.Dibulan ke dua ini juga, sifat Darto kembali tempramental, tubuh kekarnya semakin kurus, Darto juga mulai jarang masuk kerja karena sering sakit. Puncaknya 3 bulan pasca kejadian itu berlangsung, tubuh darto akhirnya tumbang, dia kehilangan kontrol akan dirinya, dimana selama semingu lamanya dia tidak dapat mengerakan tubuh dan hanya berbaring diranjang rumah, sambil terus meraung kesakitan.Selepas magrib teror terus berulang, bila senja telah berlalu maka akan terdengar suara raungan dan erangan, tubuh Darto kembali sehat dia kembali berjalan dan melempar benda benda yang ada disekitarnya.Tak lama berselang dapur menjadi tujuannya dan entah dari mana asalnya, tikus tikus busuk selalu tersedia disana dan siap untuk disantap Darto, seolah ada orang yang telah menyediakan bangke itu disana.Sang istri beserta seluruh keluarga sudah berusaha menyembuhkan Darto, dari membawa ke dokter, psikiater hingga metode rukiyah, namun minim hasil. Hingga suatu ketika ditengah rasa frustasi mereka akhir nya membawa Darto ke salah satu daerah pendalaman di Jawa Tengah, menemui sesorang yang terkenal akan ilmu hitamnya.Entah benar atau tidak, sosok Mbah Nayan, orang pintar yang mereka datangi mengatakan Darto sudah disantet.“TALI GAIB Kemamang”, kata Mbah Nayan kepada merekaMbah Nayan berhasil menetralisirkan sementara seluruh pengaruh dari santet itu, hanya saja Mbah Nayan berkata tidak sanggup untuk membebaskan Darto dari santet Tali Gaib tersebut.Bawasannya santet Tali Gaib ini ialah santet pengikat, antara pelaku dan korbannya, pelaku bisa memantau korbannya tapi korbannya tidak akan pernah mengenali pelaku, sekalipun dulunya korbannya ini sangat mengenal pelaku. Aspek yang diserang santet ini ialah kejiwaan seseorang, dengan kata lain orang yang terkena santet ini akan mati perlahan seperti orang gila. “Terlalu berat, Aku ndak sanggup, sekali santet ini dilepas, hanya ada dua pilihan, korbannya menjadi tumbal Kemamang, atau pelaku membatalkan perjanjian dan menumbalkan dirinya sendiri”. jelas Mbah Nar pada mereka.“Cara mu untuk lepas hanya itu, pelaku harus melepaskan ikatan Tali Gaib itu dari kamu, dengan nyawanya sebagai penganti. Kamu mungkin tau siapa pelakunya tapi begitu kamu keluar dari pintu rumah ini, setan itu akan kembali mengerogoti mu, dan kamu tidak akan mengingatnya lagi” Lebih lanjut Mbah Nayan menjelaskan kepada Darto kala itu.Seketika Wajah Asep terpampang, dirinya mengingat Asep, tapi semua sudah terlambat, Asep tidak mungkin mau mengorbankan diri, pikir Darto di dalam hatinya.“Apa kamu mau membalas kelakuan teman mu itu? Aku bisa mengirimkan hal serupa kepada dirinya, tapi ingat dengan perjanjian yang sama” tanya Mbah Nayan padanya.Darto murung jiwanya seperti ingin membalas, namun jauh didalam hati kecilnya, dia menginginkan semua diakhiri, dia ingin berdamai dengan hidupnya.“Sudah Mbah, Saya ikhlas” Ucap Darto.Air mata pecah mengisi sudut ruangan itu, seluruh keluarga yang ikut mengantarkan Darto turut menangis mendengar perkataannya. Untuk saat ini hanya memohon maaf yang ingin Darto lakukan kepada Asep, Darto berusaha menghubungi Asep, namun Asep tak sekalipun mengangkat tlp Darto. Beberapa kali SMS dan WA berisi permohonan maaf tidak juga direspon oleh dirinya.Ditengah rasa frustasi, Darto berusaha menceritakan akan hal ini kepada Yudo, karna dia tau bila dia keluar dari rumah Mbah Nayan, maka dia tidak akan mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi.Darto menelphon Yudo, diceritakan semua tentang apa yang dialaminya, dan diakhir percakapan Darto dengan Yudo, wajah Darto berkaca, berlinang air mata.“Sampaikan permohonan maaf ku ya Yud. Aku memang salah dan ikhlas menerima segalanya, ini karma ku” Ujarnya berpesan diakhir pembicaraan tersebut.Hanya seminggu selang pengobatan yang dilakukan Mbah Nayan, Darto kembali dihantui oleh dahsyat nya teror tali gaib. Dipagi hari dia sadar namun tidak dapat mengerakan tubuhnya, sebentara malam hari ini dia tampak sehat namun kehilangan kontrol akan diri nya.Mau tidak mau sang istri terpaksa mengadaikan seluruh aset yang ada demi menyambung hidup Darto. Apalagi semenjak keadaan Darto yang sudah tidak dapat berbuat apa apa, Darto pun kehilangan pekerjaan, kantor tempat dia bekerja akhirnya memutus sepihak kontrak dengan Darto.Sang istri sempat memohon kepada Yudo agar diantarkan meminta maaf kepada Asep, namun dendam Asep sepertinya sudah berkarat, dia tidak mau menangapi segala ucapan istri Darto.Tapi diluar peran antagonis yang ditunjukan Asep, sebenarnya Asep juga sudah memaafkan Darto, namun dia tidak dapat membatalkan santet tali gaib karna takut nyawanya yang akan menjadi tumbal. Acap kalI Asep menitipkan uang kepada Yudo untuk diberikan kepada istri Darto, guna membantu kehidupan harian mereka.Tepat 6 bulan dari santet itu dilepas, keadaan Darto semakin parah, tubuhnya kurus kering, tidak sampai disitu dia sudah tak dapat mengenali siapapun, tingkahnya semakin menjadi dan meresahkan.Darto pun dibawa kekampung halamannya, disana dia dipasung agar tidak melakukan hal hal berbahaya, dan setelah 8 bulan harus mengalami derita, Darto akhir nya menghembuskan nafas terakhir, seiring dengan palung gantung yang muncul.Saat itu sebenarnya sudah jauh hari diprediksi oleh Mbah Nayan, bila nanti kalian melihat bola api terbang, tandanya semua telah berakhir, dan malam itu semua keluarga berdoa agar Darto terlepas dari segala siksanya.Teriak Darto mengelegar keras, entah rasa sakit seperti apa yang diderita nya sampai suara teriakan itu sangat menyayat hati. Hampir berjam jam teriakan itu mengelar, hingga riuhnya malam itu, tetiba hening bak larut pada kepedihan.Darto pun akhirnya sampai pada sakaratul maut, diakhir hayatnya dia berulang kali mengucap terima kasih, terima kasih. Entah untuk siapa kata itu diucapakan, tapi diakhir hayatnya Darto mati dengan wajah tersenyum.“***”Kisah ini sendiri saya dapat dari Yudo, yang merupakan rekan kerja dari Darto dan Asep, dari penuturan Narasumber selang kematian Darto, Asep juga seperti terpukul dan menjadi lebih pendiam.*Tamat*
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan