Mantra Coffee Chapter 2-3

2
0
Deskripsi

Kebayang enggak sih empat anak indigo tinggal bersama dan buka coffee shop? Mantra Coffee namanya. Menyajikan kuliner modern kopi khas nusantara. Uniknya Mantra Coffee juga membantu pelanggan yang mengalami kejadian-kejadian supranatural.

Kasus Pertama

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung. "Selamat datang di Mantra Coffee."

Orientasi kampus masih dua minggu lagi. Hari ini Mantra sudah siap untuk grand opening coffee shop mereka. Mantra Coffee namanya, kafe baru itu menyajikan kopi daerah sebagai menu utama. Tentu saja bukan hanya kopi yang dijual di sana, Ajay telah memperhitungkan orang-orang yang tidak menyukai kopi dan juga para predator kelaparan. Dengan kekuatan sosial media, Mantra habis-habisan mempromosikan kedai mereka itu

Setelah beberapa hari menunggu peralatan kopi dan juga barang-barang seperti meja dan kursi, akhirnya kafe ini akan mengukir senyum untuk para pelanggannya. Tepat jam empat sore, Mantra Coffee membuka pintu mereka bagi siapa pun yang memang ingin membunuh waktu sembari menikmati secangkir kopi, atau olahan minum lainnya.

"Datanglah wahai penikmat kopi senja!" batin Andis.

Tak terasa waktu kini hampir jam delapan malam. Akhirnya Mantra Coffee mendapatkan pelanggan pertama mereka. Tiga orang wanita yang sepertinya baru saja pulang dari kampus. Entah melakukan registrasi, atau mungkin menjadi panitia OSPEK. Dua orang memesan milkshake dan satu lagi memesan aceh gayo. Mereka memulai obrolan santai, curhat tentang liburan, kehidupan kampus hingga perkara cinta.

Malam semakin larut, kira-kira sudah hampir dua jam para mbak-mbak ini asik ngalor kidul sampai lupa waktu.

"Yuk bubar, udah malem nih." Ajak mbak-mbak yang memesan aceh gayo kepada dua orang temanya. Ketika mereka beranjak pergi, salah satu di antara mereka membaca tulisan pada board hitam promosi. PROMO! Free Tarot. Begitu tulisannya

Wanita gayo menghampiri salah seorang barista Mantra. "Mas mau tanya dong free tarot ini maksudnya apa ya, mas?"

"Oh itu semacam ramalan mbak," Jawab Dirga.

"Iseng dong, mau coba," balas wanita gayo seakan menantang Dirga.

"Kalo gitu mbak silakan duduk lagi aja sebentar, saya mau ambil kartu dulu. Permisi." Dirga pergi berjalan menaiki tangga untuk mengambil kartu tarot di kamarnya.

Mulailah perbincangan diantara mbak-mbak ini. "Sekar, lu ngapain sih?"

"Iya nih si Sekar jadi bikin lama aja, orang mau pulang juga," timpal wanita yang satunya.

"Ya gue iseng aja, mumpung gratis hehehe toh lagian paling juga boong-boongan," jawab wanita gayo yang telah diketahui bernama Sekar.

Tak lama berselang, Dirga datang membawa sekumpulan kartu tarot. "Siapa aja yang mau coba?" tanya Dirga.

"Aku!" jawab Sekar dengan tegas.

"Baiklah, kita mulai ya." Dirga menaruh satu deck kartu tarot secara bertumpuk dan dalam keadaan tertutup. "Silahkan letakan tangan mbak di atas kartu."

Sekar meletakan tangan nya dia atas kartu sesuai instruksi dari Dirga.

"Coba pilih tema apa yang mau diramal? bisa kehidupan, cinta …."

"CINTA!!! Aku lagi suka sama cowok, aku mau tau dia suka sama aku atau enggak." jawab Sekar memotong Dirga.

"Buset dah. Yaudah coba dibayangin cowoknya, bayangin juga hal-hal apa aja yang mbak udah laluin sama dia. Kalo ada ya mbak, kalo enggak ada ya enggak apa-apa."

Sekar menutup mata sambil membayangkan kenangan-kenangan bersama gebetannya itu, sambil tangan kanan nya memegang kartu tarot itu.

"Oke cukup, sekarang coba dikocok kartunya, mbak."

Sekar mengocok kartu itu sesuai instruksi Dirga. "Kalo udah diapain nih, mas?"

Kemudian Dirga mengambil kartu-kartu itu dan diletakan di atas meja. "Silakan dipilih kartunya satu persatu mbak, nanti dikasih ke saya."

Sekar memilih kartu pertama dan memberikan nya kepada Dirga, lalu terus sampai kartu ketiga.

"Oke cukup," ucap Dirga. Di tangan Dirga sudah ada 3 kartu tarot.

"The Hanged Man." Sambil menunjukan kartu itu kepada Sekar. "Bagi dia kamu adalah orang yang sabar. Namun, di satu sisi kamu juga adalah orang yang licik. Dalam arti kamu sabar menunggu dan melihat situasi kemudian membuat taktik sebelum memulai sesuatu."

"Seven of Sword." Dirga menunjukan kartu kedua. "Dia waspada. Ada sedikit kecurigaan padamu, mungkin kamu suka sama dia, tapi dia punya rasa iri padamu."

"Kartu ketiga, Queen of Pentacles. Bisa dibilang bahwa dirimu adalah orang yang Into Money, atau sangat ke duniawian, sangat mempertahankan apa yag sudah kamu miliki."

"Kesimpulannya mungkin dia melihatmu adalah orang yang berbahaya dalam aspek keuangan, dalam arti kata materialistis sehingga dia menjaga jarak sama kamu. Dia memandangmu sebagai orang yang egois."

Sekar merasa kurang puas dengan penuturan Dirga dan kartu-kartu tarotnya. "Yakali matre?!" ucapnya sambil meledek Dirga dengan semua ramalannya. Tiga wanita ini tertawa, menertawakan ramalan Dirga.

"Cuma kartu kok, mbak. Buat asik-asikan aja." Dirga membalas sambil tersenyum. Pria itu menjulurkan tangan kanan untuk bersamalam dengan Sekar, dan Sekar menjabat tangan Dirga sambil berkata, "makasih RAMALAN nya, mas." Kemudian ia berjalan kearah pintu keluar.

Dirga merasa pusing, ia menutup kedua matanya. "Dua hari lagi. Malam minggu, jam delapan malam. Kalo ada waktu datanglah ke taman lampion di Monjali. Perhatikan orang-orang di sana. Kamu akan temukan jawabannya," ucap Dirga kepada Sekar dan kawan-kawan yang sedang menuju pintu keluar.

Sekar dan kawan-kawan akhirnya pergi dari Mantra Coffee.

"Niat banget lu Dir, sampe diajak salaman segala," celetuk Andis.

"Hahahaha cemburu lu, Dis?

"Ya enggak, maksud gua, lu ngapain coba liat-liat masa depan doi?"

"Abisan ramalan gua diremehin."

Dirga memiliki kemampuan indigo Prekognision. Prekognision adalah kemampuan memprediksi peristiwa atau menggambarkan sebuah kejadian yang akan terjadi di masa depan. Biasanya tanda-tandanya akan muncul melalui karto tarot, bersentuhan, atau secara random terjadi dalam visualisasi benaknya.

"Menurut lu gimana, Jay?" tanya Dirga.

"Berarti kisaran tiga hari lagi, mbak yang tadi diramal bakal balik lagi ke sini."

"Sok tau banget lu, Jay," ucap Andis.

"Dari pengamatan gua, dua orang temenya tadi, enggak serius temenan sama dia. Ada sesuatu yang disembunyiin sih berdasarkan dari ramalan Dirga. Ya, gua ambil kesimpulan kalo si cewek yang diramal tadi itu cuma ditempelin aja biar pada dibayarin. Secara, cewek matre kan duit nya banyak sebenernya. Bahkan tanpa telepati, gua bisa tau orang bohong atau nyembunyiin sesuatu dari gerak-geriknya aja."

"Iya sih ya, persahabatan orang-orang high class," balas Andis.

“Udah-udah enggak usah diomongin. Tuh masih ada pelanggan yang dateng. Kerja, kerja,” ucap Dirga.

Perlahan tapi pasti, Mantra Coffee mulai menemukan penikmatnya.

***

Butiran Jiwa

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung. "Selamat datang di Mantra Coffee."

Genap sudah berusia tiga hari Mantra Coffee berdiri di atas tanah pelajar. Hari ke hari kafe yang menyajikan kuliner kopi nusantara ini semakin ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, apa lagi hari ini adalah hari Jum'at, hari di mana weekend baru saja dimulai. Tepat sedari pukul empat sore tadi Mantra coffee ini membuka pintunya untuk para pengunjung, dan tak lepas dari berbagai promo nya yang unik dan menarik.

"Ramai juga ya hari ini pengunjungnya." Batin Tama sambil membersihkan gelas-gelas kaca dari balik meja bar.

Seorang wanita berambut bob sepanjang leher, mengenakan baju abu-abu memesan Affogato Vanilla. Dia duduk seorang diri, sembari membuka laptop dan menulis sesuatu di kertas. Sesekali ia menyendok ice cream vanilla dan menyeruput kopinya.

Hanya berkisar enam puluh menit wanita itu menghuni mantra coffee, ia keluar dari zona nyaman nya dan beranjak pergi. Andis kemudian membersihkan meja bekas wanita itu dan menemukan benda kecil berbentuk segitiga. Setelah membereskan meja tersebut, Andis berjalan menuju Tama.

"Tam, gue nemu pick gitar nih, lu kan jago maen gitar." Ia memberikan pick gitar tersebut kepada tama.

"Gua baru kepikiran. Kafe kita kurang spot buat akustikan kayaknya deh guys," celetuk Ajay.

"Sabi tuh! Bakalan rame, tapi tetep ya prinsip kita no wifi here's," Sambung Dirga. "There are no strangers! Only friends you haven't met yet."

“Pusing gua kalo lu ngomong inggris,” ucap Andis sambil menggaruk kepala. "Oh iya, gue coba ambil gitar ya, nanti lu maenin, Tam pake pick yang gue kasih." Andis menuju lantai dua untuk mengambil gitar.

Tak lama kemudian Andis turun membawa gitar. "Coba, Tam maeninlah, bikin suasana jadi kafe beneran, spot nya seada-adanya aja di pojokan sana," ucap Andis sambil menunjuk tembok samping bar.

Tama mengambil gitar dan pick tersebut kemudian hendak memainkan nya. Dia melepas sarung tangan hitam yang selalu ia kenakan untuk mempermudah memainkan gitar. Ketika memegang pick tersebut Tama terdiam beberasa saat. "Gua lupa, gua ada urusan penting terkait kampus gua yang belum selesai. Gua pergi dulu," ucap Tama sambil membawa gitarnya kembali ke lantai dua.

Semua saling melempar tatapan heran. Pasalnya, Tama hampir tak pernah bicara jika itu bukan sesuatu yang penting. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

Tama kembali dengan membawa kunci motor nya, ia pergi keluar begitu saja dengan masih mengenakan apron hitam ala-ala barista. Tama menghidupkan motor vario birunya dan segera meninggalkan Mantra coffee.

Waktu menunjukan pukul 19.20

Belum juga orientasi dimulai, Tama sudah menginjakan kaki di kampus yang akan menjadi tempatnya memulai karya. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

"Di sini tempatnya." Gumamnya dalam hati sambil berdiri di depan salah satu bangunan milik Fakultas Seni Pertunjukan. Tama segera masuk ke dalam bangunan tersebut dan mencari sesosok wanita yang meninggalkan pick gitar miliknya di Mantra Coffee.

Setelah memasuki gedung tersebut rupanya ada semacam pentas seni kecil-kecilan, semacam acara jurusan untuk menyambut para mahasiwa baru jurusan musik. Tama melihat sekeliling ruangan untuk mencari-cari wanita berambut bob sepanjang leher yang mengenakan baju abu-abu itu.

Tiba-tiba ….

"Hallooo semuanyaaaa, apa kabaar?! Semoga adek-adek gemes betah kuliah di sini. Kita sengaja ngadain acara makrab sebelum ospek, biar pada kenal duluan. Langsung aja buat penampilan awal, ada band yang kece badai dari semester dua, Reeekustiiiik!!!"

Dua orang wanita naik ke atas panggung, yang satu membawa bass dan yang satu nya lagi membawa gitar. Wanita yang membawa gitar itu adalah wanita berbaju abu-abu. Wanita itu tampak begitu murung, Tama berusaha lebih mendekat ke panggung.

"Gimana caranya ngasih pick ini ke dia." Pikir Tama.

"Hallooooo! Selamaat malam jurusan musik!" Teriak wanita yang membawa bass. "Kenalin, aku Kartika, dan temenku yang main gitar namanya Aqilla. Aqilla lagi sedih nih, dia habis kehilangan benda yang paling berharga buat dia. Kira-kira ada yang bisa hibur Aqilla enggak? Gombalin kek atau bacain puisi gitu, kalo ada yang mau silakan maju aja ya."

"Apaan sih tika!" Protes Aqilla.

Tiba-tiba seorang pria yang mengenakan apron ala-ala barista naik ke atas panggung. Pria itu mengambil microphone dan berkata. "Setiap benda di dunia ini memiliki ingatan …." Aqilla terdiam menatap Tama.

"Segelintir di antaranya memiliki sejarah panjang yang tak terlupakan. Kenangan indah dari dan bersama orang-orang terdekat kita, jauh lebih berharga dari apa pun. Bahkan dari benda termahal di dunia." Tama berjalan ke arah Aqilla sambil melanjutkan puisinya. "Bunuh sudah semua gundah mu yang membelenggu … karena telah ku temukan sebutir jiwamu." Ia memberikan sebuah pick gitar pada Aqilla.

"Ciyeee, ciyeeee, ciyeee!" Jurusan musik bergemuruh.

Kemudian pria itu pergi begitu saja, menghilang di tengah hembusan angin, tenggelam bersama gelapnya malam.

***

"Dari mana aja lu?" tanya Andis penasaran pada Tama yang baru saja pulang.

"Dari ISI." Tama menjawab dengan bahasa isyarat.

"Ngapain lu ke ISI?" yanya Andis lagi.

"Tam, lu liat apaan emang abis megang pick gitar tadi? Kayaknya ada sesuatu ya?" celetuk Dirga memotong pertanyaan Andis.

Tama memiliki kemampuan Psikometri. Psikometri sendiri merupakan kemampuan menggali informasi serta berkomunikasi dengan objek atau benda apa pun yang Tama sentuh menggunakan tangan telanjang. Kondisi ini memungkinkan, karena pada setiap benda itu terdiri dari susunan atom yang telah membentuk kumpulan molekul. Molekul yang ada di benda padat, gas, dan cair itu memiliki getaran yang menghasilkan sebuah gelombang khusus. Kemudian kumpulan molekul serta atom itu dapat merekam sebuah peristiwa. Dari rekaman itulah Tama menggali informasi serta membaca gejala sebuah peristiwa. Makanya ia selalu menggunakan sarung tangan untuk mencegah kemampuannya aktif.

Tama mulai bercerita bahwa nama wanita itu adalah Aqilla Maharani. Tama melihat kenangan dari pick gitar tersebut, pick gitar itu adalah milik dari kakeknya Aqilla, pick itu diberikan oleh wanita terkasihnya waktu jaman bujangan dulu, yaitu oleh neneknya Aqilla.

Kemudian anak dari pasangan itu, yakni adalah ibu dari Aqilla, adalah seorang musisi gitar. Dia diberikan pick gitar itu oleh sang kakek. Ibunya Aqilla mulai berkeliling Indonesia untuk bermain musik dengan membawa pick gitar pemberian ayahnya.

Pada suatu hari, saat sang ibu mengetahui bahwa Aqilla juga bercita-cita menjadi seniman musik sepertinya. Untuk memotivasi putrinya, sang ibu memberikan pick gitar itu dan menceritakan tentang sejarah pick gitar tersebut.

Aqilla aktif di youtube dan instagram untuk meng cover lagu. Dia juga berhasil masuk ke ISI yang sainganya merupakan seniman dari seluruh penjuru negri. Saat dia sedang bermetamorfosis menjadi seniman musik profesional, ibu nya meninggal. Dan itu adalah satu-satunya peninggalan dari ibunya. Ketika ia bermain gitar dengan pick itu, Aqilla merasa bahwa dia tak pernah benar-benar sendirian.

Bagi Aqilla, pick gitar itu adalah butiran Jiwanya, serpihan kenangan dari ibu dan kakeknya. Seorang Aqilla tanpa pick gitar itu, adalah nyawa tak berjantung. Hidup tanpa jiwa.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Mantra Coffee
2
0
Kebayang enggak sih empat anak indigo tinggal bersama dan buka coffee shop? Mantra Coffee namanya. Menyajikan kuliner modern kopi khas nusantara. Uniknya Mantra Coffee juga membantu pelanggan yang mengalami kejadian-kejadian supranatural.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan